Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau
sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah
dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(Wong, 2003).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah
(Doenges, 1999).
B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folicacid,
piridoksin, vitamin C dan copper
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi
dan vitamin untuk pertumbuhannya.
1
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti inflamasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Oprasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan
anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau
disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
C. Patofisologi
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalamurin (hemoglobinuria).
2
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.
Anemia
payah jantung
3
D. Patway (Patrick Davey, 2002)
E. Klasfikasi
a. Anemia Hipropropilatif
1) Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa pada sel
induk di sum-sum tulang yang sel-sel darah diproduksi dalam jumlah yang tidak
mencukupi. Anemia aplastik dapat terjadi secara congenital maupun idiopatik (
penyebabnya tidak diketahui). Secara marfologis, sel darah mer4ah terlihat
normositik dan normokronik. Jumlah retikulosit rendah atau tidak ada dan
biop[si sumsum tulang menunjukan keadaan yang disebut “ pungsi kering”
dengan hipoplasia nyata dan penggatian dengan jarinagan lemak.
Anemia defesiensi besi adalah dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal. Defesiensi besi merupakan penyebab utama anemia
didunia, dan tetutamaseringdijumpai pada wanita usia subur, disebabkan oleh
kekurangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama
kehamilan. Pada anemia defisiensi besi pemeriksaan darah menunjukan jumlah
4
sel darah merah normal atau hamper normal dan kadar Hb berkurang. Pada
perifer sel darah merah Mikrositik dan Hiprokromik disertai poikilositosi dan
asisositosis jumlah retikulosis dapat normal atau berkurang. Kadar besi
berkurang, sedangkan kapasitas mengikat besi serum total meningkat.
3) Anemia megaloblastik
b. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik, eritrosit memiliki rentang usia yang memendek. Untuk
mengkompensasi hal ini biasanya sumsum tulang memproduksi sel darah merah
baru 3x/ lebih disbanding kecepatan normal. Pada pemerikasaan anemia
hemolitik ditemukan jumlah retikulosis meningkat, fraksi bilirubin indirect
meningkat,dan haptokglobin biasanya rendah.
5
Anemia sel sabit
F. Manisfestasi Klinik
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
G. Pemeriksaan penunjang
6
- Tes kerapuhan eritrosit : menurun. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah
merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat; normal atau tinggi (hemolitik)
- Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (hemolitik).
- Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi.
Besi serum : tak ada; tinggi (hemolitik)
BC serum : meningkat
Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut/kronis.
- Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas.
- Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas, lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
- Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999).
H. Penatalaksanaan
7
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
8
DAFTAR PUSTAKA
Bunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J. 2002. Diagnsa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktek Kritis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Jhonson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II, Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keprawatan, edisi 7. Jakarta: EGC