Anda di halaman 1dari 20

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

KREASI BENTUK DARI KERTAS ORIGAMI DI RUANG MENUR


RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Anak:
Clinical Instructur : Rahadiyan Asmaraningrum, S.ST
Clinical Teacher : Yeni Tutu Rohimah, SKp, M.Kes

Disusun Oleh :

1. Firananda Rani T (P27220023340)


2. Gloria Sabathini (P27220023342)
3. Ken Swastika ASP (P27220023348)
4. Yesi Isdiati (P27220023372)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022
Pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit
Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Kreasi Bentuk dengan Kertas Origami
Pada Anak Usia Sekolah dengan diagnosemedis
Thalasemia
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Rabu, 20 September 2023
Tempat : Ruang Menur RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
Peserta : 3 orang

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan kontrol, dan akibat dari tindakan invasive yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan
(Maulida, 2018).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi
pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan
yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain
merupakan aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan
merupakan cerminan kemampuanfisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi,menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara (Daniel,2021)

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untukmemperoleh


kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa
anak yang terlalu banyak bermaian akan membuat menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (Susilowati, 2017)

Ketika masa anak sudah memasuki masa toddler anak selalu membutuhkan kesenangan
pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan. Aktivitas bermain merupakan salah
satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak dijual macam-macam alat
permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang memahami fungsinya maka alat
permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi efektif. Alat permaianan hendaknya
disesuaikan dengan jenis kelamin dan usiaanak, sehingga dapat merangsang perkembangan
anak dengan optimal. Dalam kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan
namun harusdisesuaikan dengan kondisi anak (Maulida, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap pengembangan kemampuan kognitif pada


anak usia sekolah yang menjalani rawat inap di Ruang Menur RSUP dr Soeradji
Tirtonegoro
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit diharapkan perawat mampu:
a. Berkreasi bermacam-macam bentuk
b. Mengetahui cara dan aturan bermain
c. Menghilangkan / mengurangi perasaan takut dan kecemasan.
d. Mengurangi rasa sakit yang diderita.
e. Memenuhi kebutuhan aktifitas bermain

C. Metode dan Media


1. Metode
a. Bermain bersama
2. Media
a. Kertas origami
D. Kriteria Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Menur RSUP dr
Soeradji Tirtonegoro yang memenuhi kriteria
1. Kriteria Inklusi
a. Anak usia sd dengan thalasemia
b. Anak dalam kondisi baik / cukup baik.
c. Tidak mempunyai keterbatasan fisik.
d. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga.
e. Pasien kooperatif dan mau diajak bermain
2. Kriteria eksklusi
a. Keadaan umum : Lemah
b. Mempunyai penyakit menular seperti hepatitis, HIV, TB paru, dll
c. Epilepsy atau kejang
d. Sesak nafas
e. Post operasi
f. Terpasang alat seperti kateter, oksigen, NGT, dan lainnya

E. Aturan Bermain
1. Identifikasi anak yang termasuk dalam kriteria inklusi dalam terapi bermain
2. Inform consent dan kontrak waktu dengan 3 pasien anak yang menderita
thalassemia
3. Anak dikumpulkan dalam satu ruangan
4. Fasilitator membagikan kertas origami
5. Fasilitator akan mencontohkan beberapa kreasi dari kertas origami dari
tingkat mudah hingga sulit
6. Peserta kemudian ikut berkreasi sesuai dengan contoh yang sudah diberikan

F. Pengorganisasian
1. Leader : Ken Swastika A S P
2. Co-Leader : Firananda Rani T
3. Fasilitator I : Gloria Sabathini
4. Fasilitator II : Yesi Isdiati

G. Deskripsi Tugas
1. Leader
a. Memimpin jalannya acara.
b. Membuka pertemuan.
c. Mengatur setting tempat.
d. Menutup kagiatan bermain
2. Co-Leader
a. Membantu tugas dari Leader.
b. Menggantikan posisi Leader bila diperlukan.
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi yang dibutuhkan untuk kegiatan
b. Memandu dalam berkreasi bentuk

H. Setting Tempat

Keterangan:

: Observer
: Leader
: Co-Leader
: Peserta
: Orang tua peserta
: Pembimbing

I. Susunan Kegiatan
No Waktu Perawat Anak
1 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan dan
persatu dan anak saling saling berkenalan
berkenalan dengan temannya
5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Menanyakan pada anak, anak Mendengarkan
mau bermain atau tidak
2. Leader menjelaskan aturan Menjawab pertanyaan
bermain
a. Fasilitator membagikan Menerima permainan
kertas gambar origami Bermain
b. Fasilitator akan
memberikan contoh kreasi
bentuk dari kertas origami Mengungkapkan
dari tingkat mudah ke sulit perasaan
c. Peserta diberikan waktu
untuk mengikuti kreasi
bentuk yang dicontohkan
3. Leader dan Co-Leader
memotivasi anak dan
mengobservasi anak
4. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan Mengungkapkan
2. Menanyakan perasaan anak perasaan

J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a. Alat-alat yang digunakan lengkap.
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar.
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik.
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi.
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya.
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak mampu kreasi bentuk dari kertas origami dan mampu melatih
keterampilan
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.
c. Anak merasa senang.
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat.
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai.
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain.
Lampiran materi:
A. Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara (Maulida,
2018).

B. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain menurut Sholihat (2020),
antara lain:
1. Membuang ekstra energi.
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan
organ-organ.
3. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
6. Meningkatnya daya kreativitas.
7. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar
anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
9. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
10. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
11. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya
C. Kategori Bermain (Sri,2019)
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati / menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang -
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.
c. Bermain drama (Dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudarasaudaranya atau dengan teman-temannya.
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya,
contohnya:
a. Melihat gambar - gambar buku / majalah.
b. Mendengarkan cerita atau musik.
c. Menonton televisi.

D. Alat Permainan Edukatif (APE) (Maulida, 2018).


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar: sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll. Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan: buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat
permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan (Kemenkes, 2016)


1. Bermain / alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia (Susilowati, 2017)


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah:
a. Melatih reflek - reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.3) Alat permainan
lunak berupa boneka orang atau binatang.
c. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
d. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah:
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misalnya: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk
dicoret-coret, krayon / pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah:
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzle) sederhana.4) Manik-manik ukuran besar.
d. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
e. Bola
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah:
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya:
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

G. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain (Kemenkes, 2016)


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan.
2. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu.
3. Jenis kelamin.
4. Lingkungan lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan senang dapat menggunakan.
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi.

H. Tahap Perkembangan Bermain (Kemenkes, 2016)


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya

I. Prinsip Bermain di Rumah Sakit (Sri, 2019)


1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.

J. Dampak Hospitalisasi pada Anak (Sri, 2019)


1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan, main,
menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan
K. Hambatan yang Mungkin Muncul (Daniel, 2021)
1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia.
2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan.
3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada
waktu yangbersamaan.

L. Antisipasi Hambatan (Daniel, 2021)


1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama.
2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.
3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-
lahan.
4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap
permainan.5.
5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan
tenaga kesehatanlainnya.
STANDART PROSEDUR OPERASIONAL TERAPI BERMAIN
SECARA BERKELOMPOK
FIKES UMJ TERAPI BERMAIN
PROSEDUR NO DOKUMEN : NO REVISI : Hal
TETAP TANGGAL TERBIT : DITETAPKAN OLEH :
1 PENGERTIAN Aktivitas bermain yang dilakukan pada anak yang sakit
dan dirawat di rumah sakit untuk memfasilitasi
tumbang anak
2 TUJUAN 1. Ekspresi perasaan takut, cemas, sedih, dan tegang
2. Distraksi dari rasa nyeri
3. Relaksasi
4. Memfasilitasi ide dan kreatifitas
5. Alat komunikasi yang efektif
6. Memulihkan perasaan mandiri anak
7. Memberi rasa senang
3 INDIKASI 1. Vital sign stabil 24 jam terakhir untuk terapi
bermain aktif)
2. Tidak mengantuk
3. Tidak merasa lapar
4. Anak yang akan menghadapi operasi
5. Anak yang akan menghadapi prosedur diagnostik
6. Dilakukan secara rutin (individu/kelompok)
4 KEBIJAKAN 1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan
perawatan
2. Tidak membutuhkan energi yang banyak
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Melibatkan orangtua
5. Tenaga perawat (nurse play spesialist dan
observer) dan ruang khusus bermain ada.
6. Kelompok umur sama
7. Alat permainan berisiko kecil terhadap infeksi
silang
8. Pemisahan penyakit menular dan tidak menular
5 PERSIAPAN 1. Memberitahu anak dan atau keluarga
PASIEN 2. Pemilihan pasien berdasarkan umur, penyakit, dan
keadaan umum terakhir
3. Mempersilahkan anak dan orang tua hadir di ruang
bermain
4. Bila tidak ada ruang khusus maka anak dan orang
tua disiapkan di tempat tidur anak
6 PERSIAPAN 1. Lembar Observasi
ALAT 2. Catatan kemajuan anak
3. Alat permaian untuk mengekspresikan perasaan:
alat tulis, crayon, kertas gambar, papan tulis putihe
board, spidol white board, musik.
4. Alat permainan untuk distraksi: Game watch,

13
pancing pancingan, boneka, balon warna-warni,
gambar tokoh anak-anak dalam ukuran besar, buku
cerita
5. Alat permainan untuk relaksasi: musik yang
lembut, bermain irama pernafasan, nonton TV
6. Alat untuk mengembangkan ide dan kreatifitas:
plastisin, bongkar pasang, puzzle, balok-balok
berpasangan, menara kubus, menara warna, kertas
lipat
7. Alat permainan untuk memfasilitasi komunikasi:
boneka tangan, alat-alat rumah tangga, aneka
macam permainan buah-buahan, aneka macam
model sayur-sayuran, aneka macam lauk-pauk
8. Alat permainan menumbuhkan perasaan mandiri:
gunting kertas, lem, tempat menempel.
9. Alat permainan untuk menumbuhkan rasa senang:
menyanyikan lagu-lagu anak, balon berbunyi,
mainan berputar, mainan menimbulkan bunyi.
10. Bermain kata-kata, kartu
7 CARA 1. Melakukan klasifikasi anak yang sesuai indikasi
BEKERJA dan umur
2. Menetapkan tujuan bermain
3. Menyiapkan Alat permainan yang sesuai
4. Menentukan tempat bermain (di tempat
tidur/ruang bermain)
5. Mencuci tangan
6. Mempersilahkan anak dan oang tua untuk cuci
tangan dan hadir di ruang bermain
7. Memperkenalkan diri
8. Menanyakan nama masing-masing anak
9. Masing-masing anak diminta saling berkenanlan
10. Menanyakan perasaan anak saat itu
11. Menanyakan pilihan jenis permainan yang akan
dilakukan
12. Menguraikan tujuan kegitan bermain yang akan
dilakukan
13. Bersama kelompok menentukan aturan permainan
14. Melakukan klarifikasi terhadap penjelasan yang
telah diberikan
15. Melakukan aktivitas bermain yang sesuai dengan
tujuan
16. Mengobservasi dan mencatat reaksi anak, bila anak
kelelahan hentikan permainan
17. Evaluasi secara menyeluruh dengan cara
membandingkan antara pelaksanaan bermain
dengan tujuan yang ditetapkan
18. Menanyakan perasaan anak setelah melakukan
aktifitas bermain

14
19. Memberikan pujian pada anak
20. Menjadikan hasil kreasi anak menjadi kenang-
kenangan atau dekorasi ruangan
21. Menutup permainan dengan :
a. menyampaikan hasil kegiatan
b. rencana kegiatan yang akan dikerjakan setelah
anak bermain
24. Mempersilahkan anak cuci tangan dan kembali ke
ruangan, atau mengembalikan anak dalam posisi
yang menyenangkan
25. Membuat pencatatan kegiatan terapi bermain yang
meliputi
a Hari, dan Tanggal, Jam
b Jenis permainan
c Peserta/pasien yang mengikuti terapi bermain
d Pelaksanaan terapi bermain
e Hambatan yang terjadi dan solusi yang
dilakukan
26. Merapikan alat dan tempat
27. Mencuci tangan
8 REFERENSI 1. Supartini, Y. 2004, Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.
2. Wong. D. L., 2004, Pedoman Klinis Keperawatan
Pediatrik, EGC, Jakarta
3. Soetjiningsih,1995, Tumbuh Kembang Anak,
EGC, Jakarta

15
TERAPI BERMAIN ORIGAMI MEMBUAT BURUNG

A. Pengertian
Terapi bermain origami adalah suatu kegiatan terapi pada anak dengan cara
membuat suatu kreasi mainan dengan melipat kertas.
B. Tujuan
1. Membantu perkembangan motorik dan sensorik anak
2. Meningkatkan kreativitas anak
3. Untuk mengurangi ketegangan dan stress yang dialami anak pada saat
dirumah sakit
C. Sasaran
Untuk anak usia school (6 – 12 tahun)
D. Persiapan Alat
Kertas origami atau kertas lain yang berbentuk persegi dengan ukuran sedang tiap
sisi 16 cm, ukuran kecil 8 cm per sisi dan ukuran besar 20 cm per sisi.
E. Prosedur Kerja
1. Siapkan kertas berbentuk persegi
2. Lalu lipat menjadi bentuk persegi panjang begitupun dengan sisi yang
satunya.
3. Kemudian lipatlah kertas berbentuk segitiga begitupun sisi yang lainnya.
4. Lipatlah kertas seperti gambar 4 dibawah pada setiap sudut kertas (total 4
kali).
5. Satukanlah tiap pojok kertas tersebut sehingga membentuk gambar 5 seperti
di bawah.
6. Setelah tiap pojok disatukan, lalu buka lipatan bagian depan dan belakang.
7. Lipatlah masing – masing sudut disisi kanan dan kiri ketengah.
8. Sudut yang sudah dilipat kemudian disatukan sehingga membuka sisi yang
lain.
9. Lipatlah kertas yang tidak bercabang keatas.
10. Setelah dilipat, bukalah lipatan disisi yang lain.
11. Bukalah lipatan depan dan belakang sehingga terbentuk sayap.
12. Lipatlah kertas bagian tengah sehingga membentuk kepala dan ekor burung.
TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS ORIGAMI BENTUK KATAK
BERBICARA
A. Pengertian
Origami adalah kerajinan tangan populer yang disukai anak-anak, dan juga
merupakan alat mengajar dan terapi yang bermanfaat. Melipat kertas origami
adalah sebuah seni lipat yang merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat
teliti dan halus pada pandangan.
B. Tujuan .
1) Meningkatkan kreativitas pada anak..
2) Mengalihkan perhatian dari nyeri dan ketidaknyamanan.
C. Sasaran
Anak usia > 4 tahun.
D. Persiapan Alat
1) Meja kecil.
2) Kertas origami dengan diameter T : 33 cm, L : 21,5 cm.
E. Prosedur Kerja
1. Mengatur posisi klien (anak), dan berikan kertas origami kepada klien (anak).
2. Mengajak dan memotivasi klien (anak) untuk bermain melipat kertas origami
yang sudah disiapkan dengan bentuk katak bicara, dengan cara:
a) Siapkan selembar kertas origami yang telah disiapkan, dan lipat pada bagian
ujung atas kertas dengan bentuk segitiga, kemudian potong kertas bagian
bawah dengan menggunakan tangan dengan perlahan-lahan. Lalu lipat semua
ujung kertas dititik tengah kertas origami lalu balik kertas dan lakukan hal yang
sama sampai 2x.

b) Buka pada beberapa lipatan, kemudian lipat kearah depan, dan lakukan hal
yang sama pada sisi yang satunya lagi. Balik kertas, kemudian buka pada
kedua sela lipatan. Balik lagi dan sisa kertas buaatlah lipatan kecil dan
masukkan lipatan tersebut dalam lipatan origami. Kemudian mainkan lalu
disimpan.
MEMBUAT PERAHU DARI KERTAS

A. Pengertian
Membuat perahu dari kertas merupakan permainan seni melipat kertas
dengan membentuk kertas seperti bentuk perahu.
B. Tujuan
1. Stimulasi untuk mengasah motorik halus
2. Melatih kosentrasi anak
3. Melatih ketelitian dalam melipat kertas
C. Sasaran
1. Anak usia preschool ( 3-6 th)
2. Keadaan umum mulai membaik
3. Klien dapat duduk
D. Persiapan alat
Kertas lipat
E. Prosedur kerja
1. siapkan selembar kertas HVS/selembar buku tulis
2. lipat menjadi dua
3. lipat bagian samping
4. Lipat bagian bawah
5. Dibagian bawah dibuka
6. Kemudian kedua sisi bawah di lipat keatas
7. Kemudian buka bagian bawah seperti no 5
8. Kemudian tarik kekanan dan kekiri bagian atas untuk membukanya
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, dkk. 2021. “Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak


Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi : A Literature Review”.
Jurnal ProNers, Volume 6, No. 1

Fariz. 2009. Manfaat belajar Menggambar dan Mewarnai Bagi Anak.

Gusnadi, Irvan. 2013. SOP Terapi Bermain Mewarnai Gambar. STIKES Ford
De Kock Bukittinggi. http : //2013/08/sop-terapi-
bermainmewarnaigambar.html (di unduh 5 maret 2017 pukul 11.00
WIB).

KemenKes.2016. Alat Permainan Edukatif untuk Kelompok Bermain. Jakarta.

Maulida, Dinda Agustin. 2018. “Hubungan AntaraPermainan Lego dengan


Perkembangan Kognitif AUD di Play Group Al-Irsyad Al-Islamiyah Jember”.
Jember, Jurnal Edukasi, Vol 1 No 9

Montolalu, dkk, 2011 Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka Masnipal. 2013. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD
Profesional.Jakarta: PT ElekxMedia Komputindo
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Sri, M., & Ris, R. R. (2019). Pengaruh terapi aktifitas bermain lego terhadap
tingkat kecemasan anak prasekolah (3-6 tahun) akibat hospitalisasi.
Jurnal ilmiah keperawatan indonesia, Vol 3, No 1.

Anda mungkin juga menyukai