Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK


THALASEMIA

Di Susun Oleh :

1. Agung Tri Anugrah (201903136)


2. Anggunfebi P. (201903138)
3. Nurfandi Joko N. (201903139)
4. Endang Hestiani (201903140)
5. Angesti Pratiwi (201903141)
6. Fajrus Shodiq (201903142)
7. Mochammad Ardi K. (201903143)
8. Nandy Febrianti W.N(201903144)

PROGAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2019/2020
Jalan Jabon Km.6 Mojokerto Telp/Fax. (0321)3902032
www.stikes.ppni.ac.id
TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK
THALASEMIA
1.1 Deskripsi kasus.
1. Karakteristik sasaran.
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia sekolah
yang terkena Thalasemia (kelainan sel darah) dengan keadaan umum baik.
2. Alasan dilakukan terapi bermain
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan (Whaley, 2001).

Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas,


spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun
dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan
dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak
dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

3. Prinsip bermain
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan
c. Kelompok umur yang sama
d. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
e. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak

2
f. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
g. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
h. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
4. Karekteristik permainan.
Jenis karakteristik permainan anak ini adalah kooperatif play yaitu Anak
bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
5. Fungsi bermain.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga
kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya
stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi visual,
stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi
kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan tersebut.

3
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar
mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-
idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain.
6. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat
mencapai tugas perkembangan secara optimal sesuai tahap
perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:
a. Bersosialisasi dengan perawat baru
b. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan
saling bercanda

1.2 Data pelaksanaan kegiatan terapi bermain.


a) Metode dan Media.
1. Metode : Bermain bersama dan mendengarkan tanggapan anak / tanya
jawab.
2. Media : kertas HVS dank rayon atau spidol berwarna.
b) Pokok bahasan : Terapi Bermain Menggambar di kertas putih.
c) Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak sakit thalassemia yang
di rawat di lap anak stikes Bina sehat PPNI dengan cara Stimulasi Motorik
dan Sosial.
d) Analisa situasi
Terapi bermain ini dilaksanakan di :
1. Tanggal : 29 Juli 2019
2. Jam : 08.00- selesai

4
3. Tempat :Lab anak
4. Jumlah Peserta :
5. Jumlah Perawat : 8 Perawat.

e) Pengorganisasian.
a. Leader : Hesti.
b. Co-Leader : Fandi.
c. Fasilitator 1: Anggun, pratiwi.
d. Fasilitator 2: Fajrus, Nandy.
e. Pemberi hadiah : Ardi.
f. Opserver : Agung.
f) Pembagian tugas
3. Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan

jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien

termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya

b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

mendominasi

c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian

tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat

dalam kegiatan.

4. Co-leader.
a. Mengidentifikasi isu penting dalam proses

b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau

kelompok yang akan dating.

5. Fasilitator.

5
a. Mempertahankan kehadiran peserta

b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar

maupun dari dalam kelompok

6. Observer.
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain

b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain

d. Menilai performa dari setiap anggota kelompok dalam melakukan

terapi bermain.

7. Pemberi hadiah
Memberikan hadiah ke anak-anak karna sudah mau mengikuti jalanya
permainan tanpa ada kendala sedikitpun.
g) Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan :
: Leader : orang tua

6
: Co-leader : anak

: fasilitator : Observer.
h) Untuk kegiatan ini peserta yang di pilih adalah yang memnuhi kriteria :
1. Anak Usia adolesce
2. Tidak memiliki keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif.
5. Pasien terdiri dari 4 orang yang di damping oleh keluarganya.
i) Kegiatan bermain.
No Waktu kegiatan Respon Anak
.
1 10 Pembukaan 1. Ruangan, alat,
menit 1. Persiapan anak dan keluarga
a.Mempersiapkan alat untuk terapi siap.
bermain. 2. Mendengarkan
b. Mempersiapkan tempat kontrak
bermain 3. Mendengarkan
c.Mempersiapkan anak. tujuan dari
2. Perkenalan. penyuluhan.
a. Leader memperkenalkan anggota 4. Mendengarkan
kelompok pada anak-anak. kontrak.
b. Leader dan fasilitator membantu 5. Mendengarkan
anak untuk memperkenalkan diri instruksi.
pada teman –teman.
3. Penjelasan.
a. Fasilitator mengenalkan media
menggambar dengan berbagai
warna.
b. Fasilitator memberikan contoh
bagaimana cara mempergunakan

7
alat tersebut
2 30 Pelaksanaan Bermain bersama
menit a. Anak-anak bersama sama dengan antusias.
memulai menggambar ke dalam
sebuah kreatifitas dengan
imajinasi yang ada pada anak.
b. Anak diberi kesempatan untuk
berkreatifitas sendiri.
c. Memberikan rewart kepada anak
jika gambaranya bagus
3 5 menit Penutup Selesai bermain
Mengungkapkan
1. Leader menghentikan permainan
perasaan
2. Menanyakan perasaan anak
Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil permainan
Senang
4. Memberikan hadiah pada anak yang
cepat dan bagus dalam menggambar
Senang
5. Membagikan hadiah pada semua
anak yang bermain
Mengungkapkan
6. Menanyakan perasaan anak
perasaan
7. Co leader menutup acara
Mendengarkan
Mengucapkan salam
Menjawab salam

4 5 menit Evaluasi.
a. Evaluasi pelaksanaan oleh
Leader.
b. Evaluasi akhir oleh observer.
c. Evaluasi Umum :
1. Keaktifan anak.
2. Respon anak.
3. Proses bermain.
4. Situasi saat pelaksanaan

j) Antisipasi Masalah.
1. Anak berselisih.
a. Antara anak yang berselisih di lerai.

8
b. Tanyakan penyebab perselisihan terjadi.
c. Jika tidak berhasil libatkan pendamping atau orang tua.
2. Anak Menagis.
a. Mendekati anak dan menghibur anak.
b. Berusaha menenangkan anak dan memberikan mainan.
c. Libatkan pendamping sama orang tua.
3. Anak marah
a. Meredam esmosi dengan mengajak anak bercanda.
b. Menanyakan penyebab marah.
4. Anak pasif.
a. perawat memotivasi anak untuk ikut bermain dengan memberikan
pujian.
5. Anak bermain sendiri.
a. Anak dibimbing untuk mengikuti permainan.
b. Membujuk anak untuk mau bergabung dengan teman yang lain.
A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak,
yaitu:
1. Aspek fisik
2. Aspek motorik
3. Aspek bahasa
4. Aspek kognitif
5. Aspek sosialisasi

Bermain dengan cara menyusun pazel pada dasarnya tidak hanya


membantu mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga

9
berperan penting dalam proses pengembangan kognitif klien dan emosional
klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan bahasanya
dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses sosialisasi
dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya.
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun pazel secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih lanjut
seperti bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
B. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun
Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak
mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga (Suherman, 2000)

C. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Ddst)


DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20 menit),
dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan
anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan
(Soetjiningsih, 1998).

Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang


dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial
(kepribadian/ tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya;
Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar,

10
memegang sesuatu benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan;
Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Faktor instrinsik sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat kegagalan
berkembang terutama berkaitan dengan terjadinya penyakit pada anak, yaitu:
1. Kelainan kromosom (misalnya sindroma Down dan sindroma Turner)
2. Kelainan pada sistem endokrin, misalnya kekurangan hormon tiroid,
kekurangan hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya
3. Kerusakan otak atau sistem saraf pusat yang bisa menyebabkan kesulitan
dalam pemberian makanan pada bayi dan menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan
4. Kelainan pada sistem jantung dan pernafasan yang bisa menyebabkan
gangguan mekanisme penghantaran oksigen dan zat gizi ke seluruh tubuh
5. Anemia atau penyakit darah lainnya
6. Kelainan pada sistem pencernaan yang bisa menyebabkan malabsorbsi
atau hilangnya enzim pencernaan sehingga kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi
Menurut Soetjiningsih secara umum terdapat dua faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan
faktor lingkungan (ekstrinsik). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini adalah bawaan
yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa / bahasa, gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor ini,
sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain
di akibatkan oleh faktor genetik juga faktor lingkungan yang kurang memadai
untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
E. Dampak Hospitalisasi Terhadap Anak.
1. Separation ansiety
2. Tergantung pada orang tua
3. Stress bila berpisah dengan orang yang berarti
4. Tahap putus asa: berhenti menangis, kurang aktif, tidak mau makan,
main, menarik diri, sedih, kesepian dan apatis
5. Tahap menolak: Samar-samar seperti menerima perpisahan, menerima
hubungan dengan orang lain dan menyukai lingkungan
F. Manfaat Terapi Bermain

11
1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan proses
berfikir dan motorik anak
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan anak
untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
1.3 Scenario role play terapi bermain.
1. Langkah kegiatan :
a. Persiapan
1. Membuat kontrak dengan Anak dan Keluarga .
2. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
Leader
“ Assalamualaikum, selamat pagi, adik-adikku sekalian?
“Perkenalkan nama saya Endang Hestiani biasa dipanggil dengan
kak Hesti, saya disini sebagai Leader atau pemimpin yang akan
memimpin jalannya kegiatan. Disini saya tidak sendirian, saya bersama
teman-teman. Mas Fandi sebagai Co-Leader atau Wakil yang akan
membantu saya dalam pelaksanaan kegiatan ini. Ada Mbak Anggun,
Mbak Pratiwi, Mas fajrus dan Mbak Nandy yang mendampingi kegiatan
bermain, kemudian ada Mas Agung yang akan menilai, dan Mas Ardi
yang akan memberikan hadiah Kecil-kecilan.
Leader
“ Bagaimana perasaan adik- adik sekarang?”.
“Semua sudah makan apa belum?”
Leader

12
“Disini kita akan melakukan suatu kegiatan yaitu Bermain sekaligus
Lomba Menggambar yang tujuannya yaitu biar adik-adik tidak
bosan.”
“kita nanti akan melaksanakan terapi bermain Menggambar ini
selama 30 menit di ruang ini”
“Kemudian untuk tata tertibnya akan dijelaskan oleh Mas Fandi.”

Co leader
“Terimakasih mbak Hesti, baik disini saya akan menjelaskan tata
tertibnya yaitu :
1). Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
2). Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
3). Tidak diperkenankan makan, minum, selama kegiatan
berlangsung.
4). Jika ingin bertanya adik-adik bisa mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
Apakah adik-adik mengerti?

c. Tahap kerja
Leader
“Baik adik-adik, mari kita mulai kegiatan ini. Dalam kegiatan ini kita
akan memainkan sebuah permainan dengan menggunakan Alat
menggambar.”

“Jadi, permainannya seperti ini yang pertama nanti adik” diberikan alat
Menggambar berupa kertas putih dan krayon sama mas dan mbak yang
ada disamping adik, nanti adik-adik setelah saya beri aba-aba Mulai adik
adik langsung bisa menggambar apa yang ingin di gambar adik-adik.
Setelah waktu habis adik-adik tidak boleh menggambar lagi ya dikk…
nanti hasil gambaran di kasihkan atau dikumpulkan ke kakak-kakak atau
mbak-mbaknya biar bisa di nilai …..

13
Nanti yang nilai atau gambaranya paling bagus akan di kasih surprise deh
oleh kakak-kakak.

Co Leadear
Apakah adik” sudah paham?

Pada saat bermain semua fasilitator mendampingi adik” bermain,


Batas waktu Bermain adalah 30 menit.
d. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Leader
“Bagaimana perasaan adik-adik setelah mengikuti kegiatan ini?”
“Senang…., Mari tepuk tangan untuk kita semua, karna telah ikut
serta dalam kegiatan ini dengan lancar”

b. Rencana tindak lanjut


Leader
“Dengan adanya kegiatan bermain ini kakak-kakak berharap agar adik
tidak merasa bosan ini dengan mengalihkan adik-adik menggambar
dan semangat untuk sembuh”.
Terimakasih atas perhatiannya, kita akhiri, Assalamualaikum Wr.Wb”

14
REFERENSI

Immanuel, R. (2006). Permainan Edukatif dalam Perkembangan Logic-Smart


Anak. Terdapat pada:
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01fd/325abfcd
.dir/doc.pdf. Diakses pada 25 Desember 2013.

Kaplan H.I, Sadock. B.J Grebb J.A. 2000. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
Perilaku, Psikiatri. Klinis, Alih Bahasa : Kusuma W,edisi Wiguna .

Veltman M,W Browne K.D. 2000. An Evaluation of Favorite Kind of Day


Drawing from Psychially Maltreated Children. Child Abuse and Neglect.

Whaley L.F, Wong D.L. 2001. Nursing Care of infants and children in-ed. St
Louis : Mosby year book

15

Anda mungkin juga menyukai