Anda di halaman 1dari 28

SENTRALISASI OBAT

Ruangan St. Elisabeth Rumah Sakit St.Elisabeth

Medan

DISUSUN OLEH :

1. Jenita Kamsya Bakara (032017013)


2. Selvi Gowasa (032017017)
3. Susi Rajagukguk (032017021)
4. Irma Devi Lubis (032017022)
5. Andi Novel Limbong (032017023)
6. Nurtalenta Lafau (032017042)
7. Melina Cecilia Tarigan (032017065)
8. Desi Pratiwi Samosir (032017066)
9. Yuni Sarah Panjaitan (032017083)
10. Fanny Ningsih Hura (032017086)
11. Lucia Cindy Situmorang (032017116)
12. Gohizhizokhi Halawa (032017107)

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia yang diberikan pada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sentralisasi Obat Ruangan St. Elisabeth
RumahSakit St. Elisabeth Medan”.
Dalam penyusunan makalah ini kami tidak lupa untuk mengucapkan
banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam menyusun
makalah ini. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing kami yang telah memberikan kesempatan, saran serta masukan untuk
kami dalam mengikuti dan menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna
baik dari teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar kami dapat memperbaikinya.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih dan semoga makalah


ini bermanfaat bagi kita semua.

Tarutung, November 2020

Penulis
Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI……….…………………………………………...………………………….………
BAB 1 PENDAHULUAN………………………..………….……………………………………
1.1 Latar Belakang…….…………………………………………………………………………..
1.2 Tujuan……………..……………………………………………………………………….......
1.3. 1 Tujuan Umum…………………………………………………………………………...
1.3. 2 Tujuan Khusus…………………………………………………………….....................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS …….…...……….………………………………………………
2.1. Pengertian Sentralisasi Obat…...……….……………………………………………………...
2.2. Tujuan Sentralisasi Obat …………………………………………………………………….
2.3. Manfaat Pengelolaan Data……………………………………………………………………..
2.4. Prinsip 8 Tepat Sentralisasi Obat………………………...……………………………………..
2.5 Peran Peran Perawat Dalam Sentralisasi Obat ……………...
…………………………………….
2.6 Alur Pelaksanaan sentrali
Obat…………………………………………………………………………
BAB 3 Lampiran…………………..……………...………………………………………………..
BAB 4 Penutup………...………………………...…………………………………………………
3.1 Kesimpulan…………...………………………...………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Kesalahan pemberian obat (medication error) masih menjadi salah satu
tren isu keselamatan pasien. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan
pemberian obat yaitu faktor organisasi, faktor manajemen unit, dan faktor
individu (WHO, 2009). Ketiga faktor tersebut mempengaruhi perilaku perawat
dalam pemberian obat dan pada akhirnya akan memberikan dampak pada
outcomes keselamatan pasien.

Proses sentralisasi obat meliputi pembuatan strategi persiapan sentralisasi


obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, membuat petunjuk teknis
penyelenggaraan sentralisasi obat, dan pendokumentasian hasil pelaksanaan
(Nursalam, 2015). Pelaksanaan sentralisasi obat secara optimal, dengan
kepemimpinan kepala ruangan, serta pengetahuan perawat dapat mempengaruhi
proses ketepatan pemberian obat oleh perawat dengan prinsip 6 T (tepat pasien,
tepat obat, tepat dosis, tepat rute, tepat waktu dan tepat dokumentasi) dan 1 W
(waspada efek samping), sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan pemberian
obat selama proses perawatan pasien (Kee & Hayes, 1996; Elliott & Liu, 2010).

Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang


akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2014). Proses ini dari penerimaan obat, pemberian obat, penyimpanan
hingga pengelolaan obat khusus (obat yang diberikan dengan pengawasan ketat).
Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pengecekan terhadap penggunaan
dan kosumsi obat, adalah salah satu peran dari perawat, yang perlu dilakukan
dalam tindakan sentralisasi obat. Tujuan yang ingin dicapai dalam sentralisasi
obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan menghindari pemborosan
(Nursalam, 2014). Selain itu, salah satu tujuan dilakukan sentralisasi obat ialah
untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat. Keberhasilan pengobatan
pada pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah
kepatuhan dalam mengonsumsi obat, sehingga pasien dapat mencapai tujuan
pengobatan dengan patuh minum obat.Kepatuhan adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang
dosis, frekuensi dan waktunya (Nursalam, 2014).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian sentralisasi obat.
2. Menjelaskan tujuan sentralisasi obat.
3. Menjelaskan pengelolaan obat.
4. Menjelaskan prinsip 8T.
5. Menjelaskan peran perawat dalam sentralisasi obat.
6. Alur Pelaksanaan sentrali Obat.
BAB 2
KONSEP SENTRALISASI OBAT

2.1 Pengertian Sentralisai Obat


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2011). Sentralisasi obat meliputi obat oral, injeksi,
maupun cairan diserahkan sepenuhnya oleh perawat.

2.2 Tujuan Sentralisasi Obat


Menurut Nursalam (2011), sentralisasi obat bertujuan untuk :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien terutama dalam pemberian
obat.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara
moral.
3. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efisien.
4. Standarisasi sentralisasi obat.
5. Mengamankan obat-obat yang dikelola.
6. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan tepat klien, dosis, obat,
waktu, rute, informasi, dokumentasi.

Hal – hal berikut ini adalah beberapa alasan obat perlu disentralisasi
menurut Nursalam (2014) :
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu
3. yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
4. Pemberian obat yang tidak sesuai indikasi.
5. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
6. Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk minum.
7. Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kadaluarsa.
8. Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
9. Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
10. Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri.

2.3 Pengelolaan Obat


Teknik pengeluaran obat dan pembagian obat dilakukan oleh perawat
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2014):
a. Penerimaan Obat.
1. Obat yang telah diresepkan oleh dokter di medication chart, lembar
kuning di tempel identitas pasien dan diserahkan ke farmasi oleh
perawat secara langsung bila obat tersebut bersifat cito atau menunggu
assisten farmasi datang bila obat tidak cito.
2. Obat yang diterima kemudian di catat pada lembar medication chart
sesuai dengan jenis obatnya, dan jumlah yang diterima.
3. Pendistribusian obat secara keseluruhan dilakukan pada malam hari oleh
petugas farmasi. Obat yang telah di terima kemudian di simpan dalam
kotak obat pasien sesuai kamar.
4. Bila obat stop atau berubah dosis maka perawat harus menuliskan di
kitir warna merah dan kemudian menyerahkan ke farmasi.
b. Pembagian Obat
1. Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam format
pemberian obat. Terapi obat yang diterima pasien juga dituliskan
kedalam format pemberian obat.
2. Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku
pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
diinstruksikan dokter.
3. Sebelum obat diberikan ke pasien, perawat harus melakukan double
check dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam
pemberian obat. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan jenis
obat, manfaat, dosis obat, cara pemberian, jumlah obat, dan efek
samping obat kepada pasien/keluarga, serta melakukan observasi
adanya efek samping setelah minum obat.
4. Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat
yang bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hamper
habis akan diinformasikan kepada dokter apakah obat tersebut
dilanjutkan atau stop. Bila obat dilanjutkan dan instruksi by phone maka
resep akan di tulis oleh dokter DPJP ruangan.
c. Penambahan Obat baru
1. Saat terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan disampaikan kepada farmasi
melalui kitir obat yang nantinya akan diambil oleh petugas farmasi
keliling.
2. Pada pemberian obat yang sifatnya tidak rutin (satu kali pemberian atau
ekstra), maka dokumentasi dilakukan di lembar medication chart yang
bertuliskan obat sekali pakai, ini berlaku untuk semua macam jenis obat
baik oral maupun injeksi.
d. Obat Khusus
1. Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping
yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau
sewaktu saja. (Contoh: Albumin)
2. Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format
pemberian obat khusus untuk obat tersebut.
e. Pengembalian Obat
Pada pasien pulang atau pindah ruangan jika obat masih ada dan
sudah tidak dipakai atau stop maka obat akan dikembalikan ke farmasi
dengan menuliskan pada form retur obat yang nantinya akan diambil oleh
petugas farmasi.

2.4 8 Tepat Dalam Sentralisasi Obat


Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat
dimana pasien atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol
penggunaan obat tersebut Prinsip Enam Tepat (tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian, tepat dokumentasi dan waspada
efek samping obat).
1. Tepat IndikasiMemastikan kebenaran dari indikasi dari pemberian obat.
2. Tepat Pasien Benar pasien merupakan dasar yang sangat menentukan
dalam prinsip pemberian obat. The Joint Commission on Accreditation of
Healthcare Organization (JCAHO), sebuah komisi yang yang
mengeluarkan akreditasi dan sertifikat pada lebih dari 19.000 organisasi
dan program 7 perawatan kesehatan di Amerika Serikat; mewajibkan dua
bentuk pengidentifikasian primer dalam pemberian obat. Pasien menyahuti
nama mereka bila dipanggil atau sama sekali tidak berespon, sehingga
untuk mengidentifikasi kebenarannya dilakukan saat pemberian obat (Kee
dkk., 2009, hal. 23). Implikasi dalam perawatan mencakup:
a. Memastikan pasien dengan mengecek gelang identitas, papan
identitas di tempat tidur, atau bertanya langsung kepada pasien.
Beberapa fasilitas di institusi tertentu mencantumkan foto pada
status pasien.
b. Jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat digunakan
cara non-verbal seperti menganggukkan kepala.
c. Untuk bayi, diidentifikasi melalui gelang identitas.
d. Jika pasien mengalami gangguan mental atau penurunan kesadaran
sehingga tidak mampu mengidentifikasi diri, maka harus dicarikan
alternatif lain untuk mengidentifikasi pasien sesuai dengan
ketentuan rumah sakit.
e. Membedakan dua pasien dengan nama belakang yang sama;
berikan peringatan dengan warna yang lebih mencolok pada alat
identitas (ID tools) seperti kartu medis (med card), gelang, atau
kardex.
f. Beberapa institusi melengkapi gelang identitas pasiennya dengan
kode tertentu untuk status alergi. Bila ada, perawat harus tanggap
dengan kebijakan ini.
g. Ketika pasien tidak menggunakan stiker identitas, perawat
mengidentifikasi secara teliti terhadap masing-masing pasien
ketika melakukan pemberian obat (Kee dkk., 2009, hal. 23 dan
Tambayong, 2002, hal. 3-4).
3. Tepat Obat
Benar obat berarti menerima obat yang telah diresepkan, baik oleh dokter,
dokter gigi, atau petugas kesehatan yang sudah mendapatkan izin seperti
perawat yang sudah berpengalaman (Advanced Practice Registered
Nurse/APRN) yang berwewenang untuk mengorder obat Obat mempunyai
nama dagang dan nama generik, jadi apabila ada 8 obat dengan nama
dagang yang asing ditemui, harus diperiksa nama generiknya. Bila ada
keraguan, hubungi apotekernya. Jika label tidak terbaca atau isinya tidak
uniform, maka tidak boleh digunakan dan harus dikembalikan ke bagian
fasmasi (Tambayong, 2002, hal. 4; Kee dkk., 2009, hal. 24). Implikasi
keperawatan mencakup:
a. Cek permintaan obat dari segi kelengkapan dan dapat dibaca
dengan jelas. Jika order tidak lengkap dan tidak terbaca, beritahu
bidang keperawatan, apoteker atau petugas kesehatan yang menulis
order.
b. Ketahui alasan kenapa pasien mendapatkan obat.
c. Cek label obat sebanyak tiga kali sebelum obat diberikan:
a) Melihat kemasan obat.
b) Membaca permintaan obat dan memperhatikan kemasan
sebelum obat dituang.
c) Mengembalikan kemasan setelah obat dituang ke lemari obat.
a. Mengetahui tanggal obat diorder dan tanggal akhir pemberian
(seperti: pemberian antibiotik), (Kee dkk., 2009, hal. 24;
Tambayong, 2002, hal. 2).
4. Tepat Cara / Rute Pemberian
Tambayong (2002, hal. 4-5) berpendapat bahwa obat diberikan
melalui rute yang berbeda, tergantung keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat obat (kimiawi dan fisik obat) serta tempat
kerja yang diinginkan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk obat, rute obat
dibagi menjadi:
a. Bentuk Padat
Dalam kelompok ini, obat dibagi menjadi empat rute, yaitu oral,
topikal, rektal atau vaginal.
b. Bentuk Cairan
Bentuk obat cairan dibagi menjadi larutan, suspensi dan emulsi
c. Bentuk Gas
a) Gas Terapeutik
b) Gas Anestetik
d. Bentuk Aerosol
Obat ini berupa larutan atau bubuk yang bekerja di bawah tekanan.
Jika berbentuk larutan, obat disemprotkan berupa “kabut” ke dalam
mulut dan dihirup ke dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin)
dengan alat penyemprot khusus. (Tambayong, 2002,
hal. 8).
e. Bentuk Parenteral
Parenteral berasal dari bahasa Yunani. Para berarti disamping, enteron
berarti usus. Jadi, parenteral berarti di luar usus. Atau tidak melalui
saluran cerna (Tambayong, 2002, hal. 5).
f. Inhalasi
Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas
dan berguna untuk memberi obat secara lokal, seperti salbutamol
(Ventolin) atau sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma,
atau terapi oksigen dalam keadaan darurat (Tambayong, 2002, hal. 5).
Implikasi keperawatan mencakup:
a). Nilai kemampuan menelan pasien sebelum memberikan obat oral.
b).Lakukan teknik aseptik sewaktu memberikan obat, terutama rute
parenteral.
c). Berikan obat pada tempat yang seharusnya.
d). Tetap bersama pasien sampai obat oral telah ditelan.
e). Pemberian melalui enteral: mengecek kepatenan slang NGT
sebelum obat dan mengirigasi slang dengan air sebelum dan
sesudah pemberrian obat (Kuntarti, 2005).
5. Tepat Dosis
Benar dosis diperhatikan melalui penulisan resep dengan dosis yang
disesuaikan dengan keadaan pasien. Beberapa kasus yang ditemui di
lapangan, terdapat banyak obat yang direkomendasikan dalam bentuk
sediaan. Perawat harus teliti menghitung dosis masing-masing obat dan
mempertimbangkan adanya perubahan dosis dari penulis resep. Berat
badan pasien merupakan indicator penting dalam pemberian obat tertentu,
seperti obat pediatrik, bedah dan perawatan kritis (Kee dkk., 2009, hal.
25).
Perawat harus memiliki pengetahuan dasar dalam
meracik obat, membandingkan dan membagi dosis sebelum
mengimplementasikan perhitungan dosis obat. Perawat mengecek ulang
pembagian dosis atau adanya perbedaan dosis yang sangat besar setelah
dihitung (Kee dkk., 2009, hal. 25). Implikasi keperawatan mencakup:
a. “Bentuk dosis asli jangan diubah”
b. Hitung dan periksa dosis obat dengan benar. Jika ada keraguan,
dosis obat harus dihitung ulang dan diperiksa oleh perawat lain,
serta menghubungi apoteker atau penulis resep sebelum pemberian
dilanjutkan.
c. Periksa bungkus obat atau obat lain yang direkomendasikan secara
khusus.
d. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali. Apabila sudah
mengonsulkan dengan apoteker atau penulis resep tetap rancu, obat
tidak boleh diberikan, beritahu penanggung jawab unit atau
ruangan dan penulis resep beserta alasannya.
e. Perhatian berfokus pada titik desimal dosis dan beda antara
singkatan mg dengan mcg bila ditulis 11 tangan (Tambayong,
2002, hal. 4 dan Kee dkk., 2009, hal. 26).
6. Tepat Waktu dan Lama Penggunaan
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak
boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah
makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat Contohnya, untuk PCT (Paracetamol) dosis 500mg,
waktu antara efek toksik dan efektif tersebut harus
dipertahankan, sehingga pemberian obat harus diperhatikan. Salah cara
pemberian atau waktu, bisa terjadi resistensi kuman, ini akan lebih
berbahaya. Implikasi keperawatan mencakup:
a. Perhatikan simbol tertentu, seperti “a.c atau ante cimum” (obat
diminum satu jam sebelum makan) untuk memperoleh kadar yang
dibutuhkan dan “p.c atau post cimum” (obat harus diminum
sesudah makan) agar terhindar dari iritasi berlebihan pada lambung
(contohnya, indometasin) atau supaya diperoleh kadar darah yang
lebih tinggi (contohnya,
griseufulvin bila diberi bersama makanan berlemak), (Tambayong,
2002, hal. 6).
b. Perhatikan kontraindikasi pemberian obat. Hal ini berlaku untuk
banyak antibiotik. Contoh: tetrasiklin dikhelasi (berbentuk
senyawa tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan
tertentu, akan mengikat sebagian besar obat tersebut sebelum
diserap (Tambayong, 2002, hal. 5-6).
c. Antibiotika diberikan dalam rentang yang sama (misal, setiap 8
jam dalam 24 jam).
d. Periksa tanggal kadaluarsa. Obat baru (pengganti) diletakkan di
belakang atau di bawah sehingga obat yang lama tetap terpakai dan
tidak menjadi kadaluarsa. Bila obat dalam bentuk cairan,
perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) dan tablet
menjadi basah (Tambayong, 2002, hal. 9).
7. Benar Dokumentasi
Benar dokumentasi mencakup ketepatan informasi pemberian obat yang
dicatat oleh perawat, meliputi:
a. Nama obat.
b. Dosis obat.
c. Rute/cara pemberian.
d. Waktu dan tanggal pemberian.
e. Nama atau tanda tangan perawat.
f. Penulis resep Bila pasien menolak meminum obat atau obat belum
terminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan (Kee dkk., 2009, hal.
27; Tambayong, 2002, hal. 6). Perawat mendokumentasikan respon
pasien terhadap pengobatan yang diberikan dengan memperhatikan
jenis obat, seperti:
a). Narkotik (Bagaimana efeknya dalam mengurangi nyeri).
b). Non-narkotik anagesik.
c). Sedatif.
d). Antiemetik.
e). Reaksi obat yang tidak diharapkan, seperti iritasi gastrointestinal
atau tanda sensitif pada kulit. Penundaan pencatatan oleh perawat
dapat menyebabkan perawat tidak ingat untuk mencatat obat yang
telah diberikan atau perawat lain akan memberikan obat yang sama
karena mengira obat tersebut belum diberikan (Kee dkk., 2009, hal.
27).
8. Tepat Informasi Efek Samping
Sebagai perawat kita harus mengetahui efek samping dari obat
yang akan kita berikan. Sehingga kita lebih berhati –hati terhadap obat
yang akan kita berikan ke pasien.

2.5 Peran Perawat


1. Perawat Primer dan Perawat Associate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencaatan obat.
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat.
e. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
2. Perawat Primer Lain dan Supervisor
a. Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan kelalaian
(negligence) dan malpraktik.
b. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
c. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi
2.6 Alur Pelaksanaan sentrali Obat
Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat ( Nursalam 2002)

Menyimpan Persediaan Obat


1. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, serta menulis
etiket dan alamat pasien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan
baik merupakan bagian penting dari manajemen obat. Obat yangg diterima
dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam kartu persediaan (Mc Mahon,
1999).
2. Sistem kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yakni neraca diseimbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang dikeluarkan. Dalam buku
besar persediaan, masing-masing barang ditempatkan pada halaman yang
terpisah, tetapi dalam sistem kartu persediaan, masing-masing barang dituliskan
dalam kertu yang terpisah.
3. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta lemari
pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan
oral (untuk diminum), dan obat luar. Perlu disediakan tempat khusus untuk obat-
obatan yang mempunyai risiko salah, misalnya 1) LASA (look alike sound
alike); 2) elektrolit konsentrasi tinggi, dan 3) obat sejenis narkotika.

Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang


sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan
penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika perencanaan tertentu. Obat harus
ada dalam persediaan setiap rumah sakit sebagai bahan utama dalam rangka
mencapai misi utamanya sebagai penyedia layanan kesehatan (health provider).
Manajemen farmasi rumah sakit adalah seluruh upaya dan kegiatan yang
dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu penunjang untuk tercapainya
tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit. Upaya dan kegiatan ini
meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan obat, penyimpanan,
pendistribusian/saran/informasi tentang obat, dan pemantauan efek samping obat.
Faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada pasien
meliputi pelayanan yang cepat, ramah, disertai jaminan tersedianya obat dengan
kualitas yang baik (Yoga, 2003). Obat yang baik akan memberi manfaat kepada
para pengguna dan juga bermanfaat dalam pengendalian biaya rumah sakit.
Persediaan obat, baik dari segi jenis maupun volume, harus selalu mencukupi
kebutuhan tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan rusak. Tujuan sistem
manajemen obat adalah penggunaan obat yang tepat untuk pasien yang
memerlukan pengobatan. Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan yang
terkunci atau dari lemari penyimpanan oleh orang yang bertugas menangani
persediaan obat kepada bagian yang menggunakan obat itu. Obat digunakan
secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui, sehingga memungkinkan
pemantauan (obsevasi) dan pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang
dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan memungkinkan perawat
mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang, mencocokkan pemakaian obat
dengan pangobatan pasien, segera sadar akan ketidakcocokan dalam pemberian
obat, memeriksa perubahan pemakaian obat (Mc Mahon, 1999).
BAB 3

Lampiran
PROPOSAL PELAKSANAAN SENTRALISASI Obat PADA PASIEN Ny.S
DI RUANG ST. ELISABETH RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH
MEDAN

1) PENDAHULUAN
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai suatu fenomena yang harus direspons oleh perawat. Respons yang
ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak langkah-langkah konkret
dalam pelaksanaannya (Nursalam, 2002), salah satunya adalah pengelolaan
sentralisasi obat. Pengecekan terhadap penggunaan dan konsumsi obat,
sebagai salah satu peran perawat, perlu dilakukan dalam suatu pola atau alur
yang sistematis sehingga risiko kerugian baik secara materi maupun secara
nonmateri dapat dieliminasi. Kegiatan sentralisasi obat meliputi pembuatan
strategi persiapan sentralisasi obat, persiapan sarana yang dibutuhkan, dan
membuat petunjuk teknis penyelenggaraan sentralisasi obat serta
pendokumentasian hasil pelaksanaan sentralisasi obat. Pengelolaan
sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
2) TUJUAN

Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

Tujuan Khusus
1. Mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan Prinsip 6 T + 1 W dan mendokumentasikan hasil pengelolaan.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan perawat
associate dalam penerapan Prinsip 6 T + 1 W.
3. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang diberikan.
4. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
5. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
3) PERAN

Perawat Primer dan Perawat Associate


1. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat.
4. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama
pasien dirawat.
5. Melakukan tindakan kolaboratif dalam pelaksanaan program terapi.

Perawat Primer Lain dan Supervisor


1. Memberikan perlindungan terhadap pasien terhadap tindakan kelalaian
(negligence) dan malpraktik.
2. Menilai kepatuhan pasien terhadap program terapi.
3. Memotivasi pasien untuk mematuhi program terapi.
4) PELAKSANAAN
Kegiatan sentralisasi obat akan dilaksanakan pada minggu pertama dan kedua
untuk uji coba dan aplikasi pada minggu ketiga sampai dengan minggu
keempat selama mahasiswa praktik di ruang paru wanita. Metode yang
digunakan adalah pendekatan secara langsung dengan pasien dengan
komunikasi terapeutik untuk meyakinkan pasien agar bersedia mengikuti
pengelolaan sentralisasi obat dan menggunakan format pengelolaan sentralisasi
obat.

5) METODE
1. Pengawasan nama obat, jumlah, rencana pemakaian, penerima dan
pemberi obat sesuai dengan identitas pasien dan dicatat dalam buku serah
terima obat.
2. Pengawasan dan pencatatan nama obat, dosis, frekuensi, jadwal dan jam
pemberian obat, jenis pemberian obat oral atau injeksi, serta sesuai dengan
identitas pasien pada format kontrol dan pemakaian obat.

6) INSTRUMEN
1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat.
2. Format kontrol dan pemakaian obat.
3. Buku sentralisasi obat (buku serah terima obat).
4. Lemari obat dan kotak sentralisasi obat.
5. Leaflet.

7) PENGORGANISASIAN
1. Kepala Ruangan :
2. Perawat Primer :
3. Perawat Associate

8) KRITERIA EVALUASI

Struktur (Input)
1. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Paru.
2. Persiapan dilakukan sebelumnya.
3. Perawat yang bertugas.

Proses
1. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah
ditentukan dan pasien yang telah menyetujui informed consent untuk
dilakukan sentralisasi obat.
2. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.

Hasil
1. Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
2. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar 6T dan 1W
3. Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
4. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
Lampiran: Petunjuk Pengisian

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SURAT PERSETUJUAN


SENTRALISASI OBAT
1. Nama, umur, jenis kelamin, alamat dapat diisi dengan nama pasien sendiri,
anak, istri, suami, orang tua, dan lain-lain.
2. Nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, nomor register diisi sesuai dengan
data pasien yang bersangkutan.
3. Ruangan diisi sesuai tempat pasien dirawat.
4. Pengisian tanggal sesuai dengan tanggal pelaksanaan informed consent.
5. Format ditandatangani oleh perawat yang menerangkan dan pasien yang
menyetujui dilakukan tindakan sentralisasi obat, disertai para saksi-saksi.

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PEMBERIAN OBAT ORAL


DAN OBAT SUNTIK
1) Pengisian nama pasien, nomor register, umur, ruangan.
2) Kolom nama obat diisi sesuai dengan obat yang diberikan sesuai dosis dan
nama dokter yang merawat.
3) Kolom tanggal diisi tanggal penerimaan obat, secara vertikal begitu juga pada
kolom terima yaitu jumlah obat yang diterima dan frekuensi obat diberikan.
4) Kolom pemakaian obat diisi sesuai sif, jam berapa obat diberikan beserta paraf
perawat.
5) Kolom sisa obat diisi oleh perawat pada setiap sif pagi, siang, dan malam
yaitu jumlah obat beserta paraf perawat pada akhir dinas.

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT SERAH TERIMA OBAT


1. Pengisian nama pasien, umur, nomor register, ruangan.
2. Kolom tanggal diisi sesuai dengan tanggal serah terima obat.
3. Kolom nama obat dan jumlah diisi sesuai dengan nama obat dan jumlah yang
diterima.
4. Kolom TT/Nama terang yang menyerahkan disi oleh keluarga/pasien atau oleh
perawat pada saat pasien pulang.
5. Kolom TT/Nama terang yang diserahkan diisi oleh perawat atau keluarga yang
menerima.
6. Kolom keterangan diisi bila ada hal-hal yang berkaitan dengan serah terima
obat.

Lampiran: Surat Persetujuan Sentralisasi Obat


SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN SENTRALISASI OBAT

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Untuk : ( ) Diri Sendiri ( ) Istri ( ) Suami
( ) Anak ( ) Orang Tua ( ) Lainnya
Nama Pasien :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Ruang :
No.reg :

Menyatakan (setuju/tidak setuju*) untuk dilakukan sentralisasi obat, setelah


mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yaitu pengaturan pemakaian
obat yang diatur/dikoordinasikan oleh perawat sesuai ketentuan dosis yang
diberikan dokter.
Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1. Pasien/keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
2. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada perawat yang bertugas
saat itu.
3. Obat dari apotik diserahkan kepada perawat.
4. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah terima
dan ditandatangani oleh keluarga/pasien dan perawat yang menerima.
5. Obat akan disimpan di lemari obat di kantor perawatan.
6. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dengan program terapi dari dokter
yang merawat.
7. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan
diberikan kepada pasien/keluarga.

Dengan demikian saya menyatakan bertanggung jawab atas pernyataan yang


dibuat dan tidak akan melakukan tuntutan/gugatan di kemudian hari atas tindakan
tersebut.

Demikian persetujuan ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan


sebagaimana mestinya.
Medan, 20 November 2020
Perawat yang Menerangkan Menyetujui

(………………………..) (…………………….)
Saksi 1 :…………………(………………….)
Saksi 2 :…………………(………………….)
NB: Harap diisi dengan nama jelas dan tanda tangani
Lampiran serah terima obat

Nama Pasien : Ny. S


Umur : 45 Tahun

Tand
Tanda
a
tangan
tanga
Keterangan dan
n Nama dosi juml n dan Keteran
(diterima/diser nama
o obat s ah nama gan
ahkan) yang
yang
menyerh
diser
akan
ahi
1 Furose 40 10 Di terima Ttd Ttd
mide mg/ amp
ml
2 Combiv 0,5 10 Diterima Ttd Ttd
ent mg/ amp
2 ml
3 Keterol 30 10 Diterima Ttd Ttd
ac mg/ amp
ml
4 Ceftriax 50 10 Diterima Ttd Ttd
one mg/ amp
kg
5 Amlodi 5 10 Diterima Ttd Ttd
pin mg tab

Lampiran Format penggunaan obat injeksi

Nam Waktu jam Jenis injeksi


a pagi Sian mala i s i I Ttd
n Nama
pasie g m c c m v pelaksan
o obat
n / no a
TT
1 Furosemid Tn. 10.0 17.0 24.00 - - - I
e M 0 0 v
2 Keterolac Tn. 09.0 16.0 24.00 - - - I
M 0 0 v
3 Ceftrixone Tn. 10.0 17.0 24.00 - - - I
M 0 0 v
Lampiran Format penggunaan obat oral

Nam tan 11/ 12/ 13/ 14/ 15/ 16/ 17/ 18/ 19/ 20/1
a gga 11/ 11/ 11/ 11/ 11/ 11/ 11/ 11/ 11/ 1/20
obat l 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Ter 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
im
a
Fre 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1 1x1
k
Pa Ja pf Ja Pf jam pf jam pf jam Pf
gi m m
08.0 ttd 08.0 Ttd 08.0 ttd 08.0 ttd 08.0 ttd
0 0 0 0 0
Aml Sis 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
odipi a tab tab tab tab tab tab tab tab tab
n Sor - - - - - - - - - -
Dosi e
s:5
mg
Nam
Sis 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
a
a tab tab tab tab tab tab tab tab tab
Dr :
Dr Ma - - - - - - - - - -
And la
re m

Sis 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
a tab tab tab tab tab tab tab tab tab
Ek - - - - - - - - - -
str
a
sisa 9 8 7 6 5 4 3 2 1 -
tab tab tab tab tab tab tab tab tab
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sentralisasi obat merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat yang


akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat (Nursalam, 2014). Proses ini dari penerimaan obat, pemberian obat,
penyimpanan hingga pengelolaan obat khusus (obat yang diberikan dengan
pengawasan ketat). Pengelolaan sentralisasi yang optimal merupakan salah
satu usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Pengecekan
terhadap penggunaan dan kosumsi obat, adalah salah satu peran dari perawat,
yang perlu dilakukan dalam tindakan sentralisasi obat. Tujuan yang ingin
dicapai dalam sentralisasi obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan (Nursalam, 2014).

Selain itu, salah satu tujuan dilakukan sentralisasi obat ialah untuk
meningkatkan kepatuhan pasien minum obat. Keberhasilan pengobatan pada
pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah
kepatuhan dalam mengonsumsi obat, sehingga pasien dapat mencapai tujuan
pengobatan dengan patuh minum obat.Kepatuhan adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara
benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya (Nursalam, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisin4.
Nursalam (2011). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai