Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan dan Persalinan adalah proses fisiologis yang terjadi pada seorang
wanita. World Health Organization (WHO) menyatakan 90 % wanita melahirkan
normal sedangkan 10% wanita dapat mengalami kasus patologi. Penggunaan
obat-obatan dan teknologi pada proses kehamilan dan persalinan nampak semakin
banyak dan sering dilakukan, persalinan dengan seksio sesariapun semakin tinggi
(Aprilia,2014).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,


Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup (0.359 %) (Kemenkes RI, 2014). Kehamilan primigravida merupakan suatu
kondisi yang menimbulkan perubahan fisik dan psikologis. Salah satu aspek
psikologis yang berpengaruh pada kehamilan adalah kecemasan. Rasa cemas dan
ketakutan pada trimester III semakin meningkat menjelang akhir kehamilan,
dimana ibu mulai membayangkan apakah bayinya akan lahir abnormal, atau
apakah organ vitalnya akan mengalami cidera akibat tendangan bayi (Walyani,
2015).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka


Kematian Ibu (AKI) di dunia berjumlah, 289.000 jiwa. Sedangkan Amerika
Serikat yaitu 9300 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di
negara-negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup,
Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di
Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

1
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).

Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten dengan puskesmas


PONED terbanyak di Jawa tengah yaitu 15 puskesmas PONED dari 35
Puskesmas. Standar APN (Asuhan Persalinan Normal) sudah diaplikasikan di
setiap Puskesmas yang ada di Banjaregara namun demikian berdasarkan survei
pada 3 puskesmas PONED di Banjarnegara didapatkan angka kejadian persalinan
lama Januari-April 2016 sebanyak 59 kasus dari 468 persalinan atau 12,6 %. Dari
59 kasus persalinan lama didapatkan 42 ibu mengalami persalinan dengan kala I >
14 jam (71,18%) dan 17 ibu bersalin (28,81%) dengan kala II > 2 jam.
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu adanya penelitian factor-faktor yang
mempengaruhi lama waktu persalinan agar dapat lebih meningkatkan antisipasi
dan deteksi dini adanya masalah atau komplikasi.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologi persalinan
2. Untuk mengetahui aspek klinis pada persalinan
3. Untuk mengetahui adaptasi pada persalinan
4. Untuk mengetahui Konsep Dasar Intra Natal dan Adaptasi Fisiologi
Psikologis Intra Natal
5. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Fisiologi Persalinan

Kemampuan uterus dalam mempertahankan kehamilan mempunyai jangka


waktu tertentu dan dibatasi oleh kemampuan meregang, besarnya janin janin
dalam uterus dan jangka waktu tuanya plasenta.Sejak umur kehamilan sekitar 20-
23 minggu telah mulai makin frekuensinya kontraksi Braxton dan Hicks, yang
mempunyai arti sangat penting untuk di mulai nya proses pematengan serviks
(yang berfungsi sebagai penyangga dan pintu persalinan).

Diperkirakan terdapat beberapa faktor dominan yang mempengaruhi


proses persalinan atau di mulainya kontraksi uterus, yaitu sebagai berikut :

1. Faktor perubahan endokrin yang makin mengecil dengan makin tuanya


kehamilan yang bersumber dari :
a. Plasenta
b. Janin sendiri
c. Perubahan feto maternal
2. Faktor parakrin yaitu hubungan langsung terhadap janin :
a. Perubahan yang terjadi pada miometrium
b. Perubahan yang terjadi pada desidua
c. Perubahan yang terjadi pada selaput ketuban

Kedua faktor tersebut dapat merupakan “inisiasi” dimulainya His


(kekuatan) untuk proses persalinan, yang sesungguhnya telah mulai sejak umur
kehamilan 20-23 minggu.Sedangkan pada proses yang sedang berjalan, dengan
dilewatinya kala I, maka pada kala II (pengusiran) akan mendapat tambahan
kekuatan baru yang berasal dari proses mengejan. Proses mengejan merupakan
kekuatan yang dapat di kendalikan dari luar sehingga resultantenya diharapkan
menunjang His sehingga persalinan dapat berlangsung lebih cepat.

Uterus terbentuk dari pertemuan duktus mueller kanan dan kiri digaris
tengah sehingga otot rahim tebentuk dari dua spiral yang saling beranyaman dan
membentuk sudut disebal kanan dan kiri sehingga pembuluh darah dapat tertutup

3
dengan kuat saat terjadi kontraksi.Otot uterus terdiri dari : jaringan ikat dan
glycosaminoglycans pada bagian fundus dan korpus uteri jumlah dominan,
sedangkan makin kearah serviks jumlah nya semakin berkurang.

Pada saat hamil pertumbuhan dan perkembangan otot uterus dikendalikan


oleh hormon estrogen dan prostaglandin, namun dihambat oleh progesteron dan
prostaglandin inhibitor. Disamping itu perkembangannya dikendalikan oleh
pembesaran uterus yang mempunyai sifat “elastis” sehingga saat uterus bertambah
besar tidak akan terjadi peningkatan tekanan intrauteri. Dengan demikian, tumbuh
kembang uterus saat hamil tidak akan menimbulkan gangguan tumbuh kembang
janin dalam rahim.

2.2. Aspek Klinis Proses Persalinan

Upaya untuk mempertahankan kehamilan sampai aterm sangat komplek


namun demikian onset persalinan bukan pula berlangsung mendadak, tetapi
memulai sekitar umur kehamilan 20-23 minggu.Sekalipun kontraksi Braxton
Hickssudah mulai dapat dirasakan pada kehamilan muda dengan perangsangan
yang adekuat, tetapi kontraksi spontan mulai makin frekuen sejak umur kehamilan
20-23 minggu.

Sejak umur kehamilan 20-23 minggu muali tumbuh reseptor oksitosin


dengan distribusi dominan di fundus dan korpus uteri. Seperti di ketahui bahwa
pengeluaran oksotosin oleh hipofisis posterior terjadi secara pulsatif sehingga
kontraksi Braxton Hicks spontan sesuai dengan pulsasi oksotosin semakin
meningkat sejak makin menigkatnya jumlah reseptor oksitosin. Untuk
mempermudah analisa klinis tentang proses persalinan, ditetapkan secara
internasional sebagai berikut :

1. Proses prodromal persalinan

Sejak kehamilan umur 36 minggu untuk primigravida dengan ukuran


panggul normal, telah terjadi penurunan dan masuknya kepala janin kepintu atas
panggul.

4
Masuknya kepala janin pada multigravida mungkin terjadi setelah
mencapai umur 40 minggu, sehingga terasa epigastriumnya kosong
dan tinggunya fundus uteri sama dengan umur hamil 36 minggu.
2. Dampak klinis penurunan kepala janin ke pintu atas panggul

Masuknya kepala janin kepintu atas panggul menyebabkan pleksus


frankenhausen akan semakin tertekan sehingga dapat meningkatkan rangsangan
untuk mengeluarkan oksitosin yang lebih banyak dan mungkin lebih sering.
Mungkin juga dapat di jumpai bahwa sejak saat itu, pengeluaran lendir akan
semakin banyak karena mukosa plug yang menutupi kanali servikalis didorong
keluar.

3. Keregangan otot uterus

Semakin tua kehamilan semakin regang otot uterus yang memberi dampak
semakin banyaknya terbentuk reseptor oksitosin dan pembentukan “gup
junction.” Disamping itu ada kemungkinan pengeluaran dan pulsasi oktitosin
yang semakin besar.

4. Tercapainya nilai ambang

Pengeluaran oksitosin, pembentukan ristribusi reseptor oksitosi dan


pembentukan gup juction, telah mencapai nilai ambang tertentu sehingga
kontraksi Braxton Hicks yang semula kurang teratur akhirnya berubah menjadi
kontraksi yang sesuai untuk persalinan.

5. Kontraksi Braxton Hicks

Seperti di kemukakan bahwa kontraksi Braxton Hicks telah di mulai dan


semakin frekuen sejak umur kehamilan 20-23 minggu, yang berfungsi untuk
mempersiapkan perlunakan serviks uteri. Menjelang persalinan, serviks uteri lebih
banyak mengandung komponen estradiol dan derivatnya sehingga mernagsang
pengeluaran prostagalandin disertai dengan kemampuan menahan dan menghisap
air lebih banyak untuk memudahkan perlunakan dan pembukaan serviks saat
Hicks semakin frekuen dan disertai pembentukan segmen bawah rahim (SBR).

5
Braxton Hicks menjadi kontraksi persalinan dengan ciri sebagai berikut :

a. His dominasi fundus


b. Mulai dari face makers kanan/kiri
c. Diteruskan kebagian isthamus yang telah meregang menjadi
segmen bawah rahim dalam waktu 2 detik.
d. Menimbulkan perubahan progresif serviks uteri berupa
pelunakan dan pembukaan.
e. Terasa nyeri oleh karna ujung serat syaraf uterus terjepit.

Frekuensinya makin lama makin pendek dan kekuatannya semakin besar.

2.3. Adaptasi terhadap Persalinan

2.3.1. Adaptasi Janin


1. Denyut Jantung Janin
Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) memberi informasi yang dapat
dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan
dengan oksigenasi. Stres pada unit uteroplasenta akan tercermin dalam pola DJJ
yang khas. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengetahuan dasar
tentang faktor-faktor yang terlibat dalam oksigenasi janin dan tentang respon janin
yang menunjukkan oksigenasi janin yang adekuat.
DJJ rata-rata aterm ialah 140 denyut/menit. Batas normalnya ialah 110-
160 denyut/menit. Pada kehamilan yang lebih muda DJJ lebih tinggi dengan nilai
rata-rata sekitar 160 denyut/menit pada usia gestasi 20 minggu. Laju denyut akan
menurun secara progresif dengan semakin matangnya janin saat mencapai aterm.
Akan tetapi percepatan sementara dan diselarasi DJJ yang sedikit dini dapat
terjadi sebagai respon terhadap gerakan janin yang spontan, periksa dalam,
tekanan fundus, kontraksi uterus, dan palpasi abdomen.

2. Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya ialah
posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi

6
uterus selama persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui arteriol spiralis,
sehingga mengurangi perkusi melalui ruang intervilosa. Kebanyakan janin sehat
mampu mengompensasi stres ini. Biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu
oleh kontraksi uterus dan posisi janin.

3. Pernapasan dan perilaku janin


Perubahan-perubahan tertentu menstimulasi kemoreseptor pada aorta dan
badan karotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernapasan setelah lahir.
Perubahan-perubahan ini meliputi hal-hal berikut:
 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama
persalinan pervaginam)
 Tekanan oksigen (Po2) janin menurun
 Tekanan karbondioksida (Pco2) arteri meningkat
 pH arteri menurun
Gerakan janin masih sama seperti masa hamil tetapi menurun setelah
ketuban pecah.

2.3.2. Adaptasi ibu


1. Perubahan Kardiovaskuler
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada sistem
kardiovaskuler wanita selama bersalin. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah
dikeluarkan uterus dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama
persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan.
Perawat dapat mengantisipasi perubahan tekanan darah. Ada beberapa
faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah, yang menurun pada arteri
uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh darah perifer. Timbul
tahanan perifer, tekanan darah meningkat, dan frekuensi denyut nadi melambat.
Pada tahap pertama persalinan, kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik
sampai sekitar 10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan darah diantara
kontraksi memberi data yang lebih akurat. Pada tahp kedua, kontraksi dapat
meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan diastolik sampai 25 mmHg.

7
Akan tetapi baik tekana sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat
diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini
resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Wanita harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan Manuver
Valsalva (menahan napas dan menegakkan oto abdomen) untuk mendorong
selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi
aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan
darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita
melakukan manufer valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih
kembali saat wanita menarik napas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden
tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika
pembesaran uterus berlebihan akibat kelamin kembar, hidramnion, obesitas, atau
dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu rasa cemas dan nyeri serta penggunaan
analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) meningkat, sering kali sampai ≥25.000/mm3.
Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat
masih belum diketahui tetapi diduga hal itu terjadi akibat stres fisik atau emosi
atau trauma jaringan. Persalinan sangat melelahkan. Melakukan latihan fisik saja
dapat meningkatkan jumlah sel darah putih.
Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai
respon terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu oleh janin
yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas atau dingin, dan terjadi
prolaps hemoroid.

2. Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dapat
meningkatkan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH) meningkat, hipoksia
dan hipokapnea (karbondioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan jika
wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua
kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

8
3. Perubahan Pada Ginjal
Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila
terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan,
wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai
alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman,
sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.

4. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini
berbeda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat
terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak
dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.

5. Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesi,
keletihan, proteinuria (+1) dan memungkinkan peningkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak
berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari
kaki dapat menimbulkan kram tungkai.

6. Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul rasa tidak nyaman selama
persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ketahap pertama
persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin
merasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami
amnesia diantara traksi selama tahap kedua. Akhirnya wanita merasa sangat
senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip
morfin yang diproduksi tubuh secara alami) maningkatkan ambang nyeri dan

9
menimbulkan sedasi. Selain itu anestesia fisiologis jaringan perineum, yang
menimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan presepsi nyeri.

7. Perubahan Perencanaan
Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut
dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai
respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
sering kali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah
bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai resppon refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan dan perawat
dapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum.

8. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,
prostaglandin, dan oksistosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan.

2.4. Konsep Dasar Intra Natal dan Adaptasi Fisiologi Psikologis Intra
Natal

2.4.1. Persalinan Kala I


Kala I persalinan didefinisikan sebagai perubahan perkembangan servik
(leher rahim) yang dibagi menjadi tiga fase: laten, aktif dan transisi.
Karakteristik kala I:
a. Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
&meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix membuka lengkap (10 cm).
b. Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untukprimigravida
dan 8 jam untuk multigravida.
c. Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah selamatahap ini.
d. Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa meningkat.

10
e. Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan
peningkatanwaktu pengosongan lambung (Mattson & Smith, 2004).
f. Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat
serviksmembuka dan menipis.
Fase–fase kala I
Tahap ini dibagi menjadi: fase laten, aktif dan transisi.
a. Fase laten:
1) Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
3) Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam, tetapi tidak ada angka mutlak
untuk memperkirakan lama kala I, kala I biasanya lebih lama dari kala dua dan
tiga serta fase laten yang biasanya lebih lama daripada fase aktif dan transisi..
4) Kontraksi uterus yang lemah, tidak teratur, berjarak 5 hingga 30 menit, dan
durasi 10 hingga 30 detik.
5) Mukus vagina berwarna agak merah muda atau kecoklatan.
6) Irama jantung janin paling jelas di umbilikus atau dibawah umbilikus,
bergantung pada posisi janin.
7) Gelisah, terjaga dan mengikuti instruksi mungkin banyak bicara atau diam,
tenang atau tegang, nyeri terkontrol dengan cukup baik.
8) Station untuk primipara biasanya 0, untuk multipara 0 hingga 2.

b. Fase aktif:
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap(kontraksi 3 X
dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).
2) Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam(nulipara/
primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Mukus vagina bercampur darah atau berwarna merah jambu hingga sedikit
merah.
5) Irama jantung janin paling jelas sedikit dibawah umbilikus atau abdomen
bawah.

11
6) Fase aktif berlangsung sekitar 3 hingga 6 jam’
7) Bersikap serius, meragukan kemampuan untuk mengendalikan nyeri, lebih
khawatir, lebih berfokus pada diri sendiri, tampak letih, beberapa ibu kesulitan
mengikuti instruksi, tidak bersedia ditinggal seorang diri.
8) Station 0 hingga +1
c. Fase Transisi:
1) Dilatasi serviks 8 hingga 10 cm
2) Kontraksi uterus kuat hingga sangat kuat, teratur, berjarak 2 hingga 3 menit,
dan durasi 45 hingga 90 detik
3) Mukus vagina bercampur darah yang sangat banyak
4) Irama jantung janin paling jelas tepat diatas simfisis pubis
5) Fase transisi berlangsung sekitar setengah hingga 2 jam
6) Nyeri hebat, takut kehilangan kendali, iritabilitas, tidak bersedia
berkomunikasi, mual dan muntah, pucat sikumoral, perspirasi, paha gemetar,
merasa tekanan pada anus dan keinginan untuk defekasi.
7) Station +2 hingga +3

Adaptasi fisik/ fisiologis dan psikologis


a. Adaptasi fisik/ fisiologis
1) Selama fase laten, perilaku ibu: umumnya gembira, waspada, banyakbicara atu
diam, tenang atau cemas, mengalami kram abdomen, nyeripunggung, pecah
ketuban, nyeri terkontrol, dan dapat berjalan.
2) Selama fase aktif dan transisi, Ibu umumnya mengalami peningkatan ketidak
nyamanan, berkeringat, mual, muntah, gemetar paha dan kaki,tekanan kandung
kemih dan rektum, nyeri punggung, pucat sekitarmulut, Ibu merasa lebih takut,
kehilangan kontrol, berfokus pada dirisendiri, lebih sensitif, terdapat desakan
untuk meneran/mengedan,tekanan pada rektum.

b. Adaptasi psikologis
1) Klien merasakan antisipasi, gembira atau ketakutan.
2) Selama fase aktif, klien tampak serius dan fokus pada perkembangan
persalinan, klien minta obat atau melakukan teknik pernafasan.

12
3) Selama fase aktif, klien mungkin kehilangan kontrol, tiduran di tempat tidur,
mengerang, atau menangis.

2.4.2. Persalinan Kala II


Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) danberakhir dengan lahirnya bayi. Selama kala dua, bagian presentasi
menekan reseptor dasar panggul yang meregang. Kondisi ini menstimulasi refleks
mengejan dan menyebabkan pelepasan oksitosin dari pituitari posterior, yang
merangsang kontraksi uterus yang lebih kuat.

Karakteristik kala II antara lain:


a. Berlangsung selama 50 menit untuk primigravida, dan 20 menit untuk
multigravida.
b. Klien merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

c. Klien merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.

d. Kontraksi menjadi sering, terjadi setiap 2 menit dan selama 60 detik.


e. Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show).
f. Ketuban mungkin pecah
g. Mungkin terjadi muntah
h. Ibu mungkin lebih banyak berbicara, berteriak, dan bertindak diluar kendali,
juga berfokus pada upaya mengejan
i. Station janin: penurunan berlanjut 1 cm/jam pada primipara dan 2 cm/jam pada
multipara hingga bagian presentasi mencapai dasar perineum

13
j. Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Tanda pasti kala II (melalui vaginal touche/pemeriksaan dalam):

1) Pembukaan serviks telah lengkap.


2) Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Adaptasi fisiologis dan psikologis


a. Adaptasi fisiologis:
1) Tekanan intratorakal meningkat selama kala II akibat dorongan janin.
2) Tahanan perifer meningkat selama kontraksi, tekanan darah meningkat dannadi
menurun.
3) Cardiac output meningkat selama persalinan.
4) Diaforesis dan hiperventilasi selama persalinan meningkatkan
kehilangancairan.

14
5) Respirasi rate meningkat sehingga meningkatkan penguapan volume cairandan
meningkatkan konsumsi oksigen.
6) Hiperventilasi dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.
7) Leukositosis terjadi selama persalinan.
8) Plasma fibrinogen meningkat, waktu pembekuan darah dan kadar glukosa
darah meningkat.
9) Motilitas dan absorpsi lambung menurun, waktu pengosongan lambung
memanjang.
10) Dapat terjadi proteinuria karena kerusakan otot.
11) Urin pekat.
12) Nyeri punggung meningkat, persepsi nyeri meningkat.
13) Saraf pada uterus dan serviks terangsang oleh kontraksi uterus dan
dilatasiserviks, saraf pada perineum terangsang dan meregang pada kala II
karenadilewati janin.

b. Adaptasi psikologis:
1) Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin.
2) Klien merasa tenaganya habis.

2.4.3. Persalinan Kala III


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasentadan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam
beberapa menitsetelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding rahim,
rahim terus kontraksisampai plasenta dikeluarkan. Proses ini biasanya
memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan terjadi secara
spontan.

Mengkaji pelepasan plasenta


Tanda lepasnya plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus uterus.
2) Tali pusat memanjang.
3) Semburan darah mendadak dan singkat.

15
Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III bertujuan: menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif. Keuntungan manajemen aktif kala III adalah persalinan kala III lebih
singkat,mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio
plasenta (plasenta lahir lebih dari 30 menit).

Manajemen aktif kala III terdiri dari:


1) Pemberian suntikan oksitosin 10 unit yang diberikan IntraMuskuler dalam 1
menit setelah bayi lahir.
2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
3) Masase fundus uteri.

Adaptasi psikologis
1) Klien dapat fokus terhadap kondisi bayi.
2) Klien merasa tidak nyaman karena kontraksi uterus sebelum pengeluaran
plasenta.

Proses pengeluaran plasenta (A), Plasenta yang dikeluarkan


(B), Bagian dalam plasenta (C).

16
2.4.4. Persalinan Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelahnya.

Adaptasi psikologis
1) Klien berfokus pada bayi.
2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.
3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .

2.5. Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin

Asuhan keperawatan pada ibu bersalin dibagi ke dalam empat kala.


Asuhan Keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatandan evaluasi keperawatan (Manurung, 2011). Berikut
uraiannya satu per satu.

2.5.1. Pengkajian

2.5.1.1. Kala I
a. Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluardarah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari kemaluan (air
ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri
makin sering dan teratur.
b. Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji
riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan lalu,
kondisi bayisaat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan,
pemberian ASI dankontrasepsi.

17
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi tekanan
darah,nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak
kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat, waktu
keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau
pedomanpraktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahuiderajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput
ketubanmasih utuh atau tidak, posisi bagian terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.

2.5.1.2. Kala II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejakpukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II (dorongan
meneran,tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaputamnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke rongga panggul,
kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
4) respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan,sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).

18
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada
menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.Interpretasi hasil yang
diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan
medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau pemberian
oksigen untuk membantu bernafas.

2.5.1.3. Kala III


1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),
2) kaji waktu pengeluaran plasenta,
3) kondisi selaput amnion,
4) kotiledon lengkap atau tidak.
5) Kaji kontraksi/HIS,
6) kaji perilaku terhadap nyeri,
7) skala nyeri,

19
8) tingkat kelelahan,
9) keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

2.5.1.4. Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan darah,
nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per vagina, intake
cairan.

2.5.2. Perencanaan Keperawatan

2.5.2.1. Kala I
Contoh diagnose keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke rongga
panggul, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan,
frekuensi HIS terus meningkat.
b. Defisit volume cairan b.d penurunan intake cairan, ditandai dengan: balans
yang tidak seimbang antara intake dan output, berkeringat, mengeluh haus,
pengeluaran cairan pervaginam (air ketuban, lendir dan darah, mual muntah).

2.5.2.2. Kala II

Contoh diagnose keperawatan yang mungkin muncul:


Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, mekanisme pengeluaran janin,
ditandaidengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan.

2.5.2.3. Kala III


Gangguan bonding attachment b.d. kurangnya fasilitasi dari petugas
kesehatan selamakala III, ditandai dengan: ibu menolak IMD, ibu lebih terfokus
pada nyeri yang dialami,kurangnya support dari petugas kesehatan dan keluarga.

20
2.5.2.4. Kala IV
Risiko tinggi infeksi post partum b.d. luka perineum, ditandai dengan ibu
takut BAK,vesika urinaria penuh

2.5.3. Implementasi Keperawatan

2.5.3.1. Kala I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan
kala I,dengan kriteria: ibu tampak tenang diantara kontraksi, ekspresi wajah rileks,
ibumampu mengontrol nyeri, kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan
persalinan.
Intervensi:
1) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan
teknik relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage bokong.
Rasional: teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok impuls nyeri
dalam korteksserebral.
2) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu
perubahan perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan
perineal)
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan hygiene menciptakan
perasaan sejahtera.

3) Fasilitasi klien dengan pendamping selama di kamar bersalin


Rasional: kehadiran suami/ keluarga secara psikologis dapat mengurangi stress
dan meminimal intensitas nyeri HIS.
4) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam
Rasional: kandung kemih bebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhi penurunan janin.
Tujuan: klien menunjukkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi,
dengan kriteria:mukosa bibir tidak kering, klien tidak haus, tidak ada mual
muntah.

21
Intervensi:
1) Berikan cairan oral yang dapat ditoleransi oleh klien untuk memenuhi
hidrasiyang adekuat
Rasional: kebutuhan cairan dapat terpenuhi
2) Pantau suhu, tiap 2 jam, observasi TTV ibu dan DJJ
Rasional: dehidrasi dapatmeningkatkan suhu, TD, pernafasan, dan DJJ
3) Berikan cairan parenteral, sesuai indikas
Rasional: membantu meningkatkanhidrasi dan dapat menyediakan kebutuhan
elektrolit.

2.5.3.2. Kala II
Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan nyeri pada kala II, dengan criteria:
ibu dapatmengedan dengan benar, ibu lebih tenang, ibu dapat beristirahat diantara
kontraksi.
Intervensi:
1) Berikan tindakan kenyamanan seperti massage daerah punggung
Rasional:meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
2) Ajarkan klien/ pasangan untuk mengatur upaya mengedan dengan spontan,
selama adanya kontraksi
Rasional: kemampuan klien untuk merasakansensasi kontraksi, mengakibatkan
proses mengejan efektif.

3) Bantu klien dalam memilih posisi optimal (seperti jongkok atau sim)
Rasional: posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkanupaya mengejan.
4) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam
Rasional: kandung kemihbebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhipenurunan janin.

22
2.5.3.3. Kala III
Tujuan: klien menunjukkan proses bonding attachment dapat berlangsung
denganbaik, dengan criteria: IMD berlangsung minimal 1 jam, ibu berespon
terhadap bayinya,adanya support dari keluarga dan petugas kesehatan.
Intervensi:
1) Berikan informed consent terhadap keluarga dan ibu tentang
kesediaanpenerapan IMD
Rasional: informed consent sebagai unsur legalitas, ibumenyetujui penerapan
IMD.
2) Beri reinforcement pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai
awalbonding attachment.
3) Kaji kondisi fisik BBL untuk pelaksanaan bonding attachment
Rasional: bayisehat sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD.

2.5.3.4. Kala IV
Tujuan: klien dapat terhindar dari risiko puerperium, dengan criteria:
lochea berubahsesuai waktunya, TFU mengalami involusi secara progresif, cairan
pervaginam tidakberbau, suhu antara 36–37.
Intervensi:
1) Lakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi
keperawatan
Rasional: infeksi dapat disebabkan infeksi nosokomial daripetugas kesehatan.
2) Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah
Rasional:untuk mengurangi kondisi lingkungan lembab dan basah karena media
baikuntuk pertumbuhan dan perkembangan kuman.
3) Berikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein
Rasional: penyembuhan lukaplasental bed di endometrium dipengaruhi oleh
asupan nutrisi yang baik.
4) Evaluasi/ukur TFU tiap hari

23
Rasional: proses involusi uterus normal jikaterjadi penurunan 1 cm/ hari dan hari
ke–7 uterus sudah tidak teraba.
2.5.4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan yang diharapkan dari setiap
tindakan yangdiberikan.

24
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kehamilan dan Persalinan adalah proses fisiologis yang terjadi pada


seorang wanita.Kemampuan uterus dalam mempertahankan kehamilan
mempunyai jangka waktu tertentu dan dibatasi oleh kemampuan meregang,
besarnya janin janin dalam uterus dan jangka waktu tuanya plasenta.

Proses persalinan ada empat kala yaitu kala I, kala II, kala II, kala IV. Kala
I dikarakteristikkan dengan dimulainya kontraksi kuat dan teratur hingga
pembukaan serviks 10 cm. Kala II dikarakteristikkan dengan dimulainya
pembukaan serviks 10 cm sampai lahirnya bayi. Kala III dikarakteristikkan
dengan dimulainya lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Kala IV
dikarakteristikkan dengan dimulainya lahirnya plasenta sampai 2 jam setelahnya.
Asuhan keperawatan pada kala I, II, III, IV disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada ibu bersalin.

3.2. Saran

Untuk kita semua yang membaca makalah tersebut penting bagi kkta
untuk mengetahui bagaimana proses persalinan berjalan agar tidak terjadi
komplikasi pada saat Intrapartum.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Manuaba, IBG. 2007. Buku Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Green, Carol J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal dan bayi baru
lahir. Jakarta: EGC

Karjatin, Atin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Keperawatan


Maternitas. KemenKes RI

Novita, dkk. 2017. Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan


Pada Ibu Primigravida Trimester Iii Di Puskesmas Sonder. e-journal
Keperawatan ( e-Kp ). 5 (1): 1-4

Surtiningsih. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Waktu


Persalinan Di Puskesmas Klampok 1 Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. 8 (2) :101-115

26

Anda mungkin juga menyukai