PENDAHULUAN
Kehamilan dan Persalinan adalah proses fisiologis yang terjadi pada seorang
wanita. World Health Organization (WHO) menyatakan 90 % wanita melahirkan
normal sedangkan 10% wanita dapat mengalami kasus patologi. Penggunaan
obat-obatan dan teknologi pada proses kehamilan dan persalinan nampak semakin
banyak dan sering dilakukan, persalinan dengan seksio sesariapun semakin tinggi
(Aprilia,2014).
1
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui fisiologi persalinan
2. Untuk mengetahui aspek klinis pada persalinan
3. Untuk mengetahui adaptasi pada persalinan
4. Untuk mengetahui Konsep Dasar Intra Natal dan Adaptasi Fisiologi
Psikologis Intra Natal
5. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Fisiologi Persalinan
Uterus terbentuk dari pertemuan duktus mueller kanan dan kiri digaris
tengah sehingga otot rahim tebentuk dari dua spiral yang saling beranyaman dan
membentuk sudut disebal kanan dan kiri sehingga pembuluh darah dapat tertutup
3
dengan kuat saat terjadi kontraksi.Otot uterus terdiri dari : jaringan ikat dan
glycosaminoglycans pada bagian fundus dan korpus uteri jumlah dominan,
sedangkan makin kearah serviks jumlah nya semakin berkurang.
4
Masuknya kepala janin pada multigravida mungkin terjadi setelah
mencapai umur 40 minggu, sehingga terasa epigastriumnya kosong
dan tinggunya fundus uteri sama dengan umur hamil 36 minggu.
2. Dampak klinis penurunan kepala janin ke pintu atas panggul
Semakin tua kehamilan semakin regang otot uterus yang memberi dampak
semakin banyaknya terbentuk reseptor oksitosin dan pembentukan “gup
junction.” Disamping itu ada kemungkinan pengeluaran dan pulsasi oktitosin
yang semakin besar.
5
Braxton Hicks menjadi kontraksi persalinan dengan ciri sebagai berikut :
2. Sirkulasi Janin
Sirkulasi janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya ialah
posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah, dan aliran darah tali pusat. Kontraksi
6
uterus selama persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui arteriol spiralis,
sehingga mengurangi perkusi melalui ruang intervilosa. Kebanyakan janin sehat
mampu mengompensasi stres ini. Biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu
oleh kontraksi uterus dan posisi janin.
7
Akan tetapi baik tekana sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat
diantara kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini
resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Wanita harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan Manuver
Valsalva (menahan napas dan menegakkan oto abdomen) untuk mendorong
selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi
aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan tekanan
darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita
melakukan manufer valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih
kembali saat wanita menarik napas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden
tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine, jika
pembesaran uterus berlebihan akibat kelamin kembar, hidramnion, obesitas, atau
dehidrasi dan hipovolemia. Selain itu rasa cemas dan nyeri serta penggunaan
analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi.
Sel darah putih (SDP) meningkat, sering kali sampai ≥25.000/mm3.
Meskipun mekanisme yang menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat
masih belum diketahui tetapi diduga hal itu terjadi akibat stres fisik atau emosi
atau trauma jaringan. Persalinan sangat melelahkan. Melakukan latihan fisik saja
dapat meningkatkan jumlah sel darah putih.
Terjadi beberapa perubahan pembuluh darah perifer, kemungkinan sebagai
respon terhadap dilatasi serviks atau kompresi pembuluh darah ibu oleh janin
yang melalui jalan lahir. Pipi menjadi merah, kaki panas atau dingin, dan terjadi
prolaps hemoroid.
2. Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dapat
meningkatkan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH) meningkat, hipoksia
dan hipokapnea (karbondioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan jika
wanita tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua
kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
8
3. Perubahan Pada Ginjal
Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila
terisi, kandung kemih dapat teraba diatas simfisis pubis. Selama persalinan,
wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai
alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman,
sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini
merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4. Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya
distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini
berbeda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat
terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak
dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.
5. Perubahan Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesi,
keletihan, proteinuria (+1) dan memungkinkan peningkatan suhu menyertai
peningkatan aktivitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak
berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi
pada masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari
kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
6. Perubahan Neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul rasa tidak nyaman selama
persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ketahap pertama
persalinan dan saat masuk ke setiap tahap berikutnya. Mula-mula ia mungkin
merasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami
amnesia diantara traksi selama tahap kedua. Akhirnya wanita merasa sangat
senang atau merasa letih setelah melahirkan. Endorfin endogen (senyawa mirip
morfin yang diproduksi tubuh secara alami) maningkatkan ambang nyeri dan
9
menimbulkan sedasi. Selain itu anestesia fisiologis jaringan perineum, yang
menimbulkan tekanan bagian presentasi, menurunkan presepsi nyeri.
7. Perubahan Perencanaan
Persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita. Bibir dan mulut
dapat menjadi kering akibat wanita bernapas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai
respon emosi terhadap persalinan. Selama persalinan motilitas dan absorpsi
saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita
sering kali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah
bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai resppon refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan dan perawat
dapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
8. Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat
diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,
prostaglandin, dan oksistosin. Metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah
dapat menurun akibat proses persalinan.
2.4. Konsep Dasar Intra Natal dan Adaptasi Fisiologi Psikologis Intra
Natal
10
e. Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan
peningkatanwaktu pengosongan lambung (Mattson & Smith, 2004).
f. Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat
serviksmembuka dan menipis.
Fase–fase kala I
Tahap ini dibagi menjadi: fase laten, aktif dan transisi.
a. Fase laten:
1) Dimulai sejak awal berkontraksi sampai penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka < 4 cm.
3) Umumnya berlangsung hampir/ hingga 8 jam, tetapi tidak ada angka mutlak
untuk memperkirakan lama kala I, kala I biasanya lebih lama dari kala dua dan
tiga serta fase laten yang biasanya lebih lama daripada fase aktif dan transisi..
4) Kontraksi uterus yang lemah, tidak teratur, berjarak 5 hingga 30 menit, dan
durasi 10 hingga 30 detik.
5) Mukus vagina berwarna agak merah muda atau kecoklatan.
6) Irama jantung janin paling jelas di umbilikus atau dibawah umbilikus,
bergantung pada posisi janin.
7) Gelisah, terjaga dan mengikuti instruksi mungkin banyak bicara atau diam,
tenang atau tegang, nyeri terkontrol dengan cukup baik.
8) Station untuk primipara biasanya 0, untuk multipara 0 hingga 2.
b. Fase aktif:
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat secara bertahap(kontraksi 3 X
dalam 10 menit, selama 40 detik/lebih).
2) Dari pembukaan 4–10 cm terjadi kecepatan rata–rata 1 cm/ jam(nulipara/
primigravida) atau > 1–2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Mukus vagina bercampur darah atau berwarna merah jambu hingga sedikit
merah.
5) Irama jantung janin paling jelas sedikit dibawah umbilikus atau abdomen
bawah.
11
6) Fase aktif berlangsung sekitar 3 hingga 6 jam’
7) Bersikap serius, meragukan kemampuan untuk mengendalikan nyeri, lebih
khawatir, lebih berfokus pada diri sendiri, tampak letih, beberapa ibu kesulitan
mengikuti instruksi, tidak bersedia ditinggal seorang diri.
8) Station 0 hingga +1
c. Fase Transisi:
1) Dilatasi serviks 8 hingga 10 cm
2) Kontraksi uterus kuat hingga sangat kuat, teratur, berjarak 2 hingga 3 menit,
dan durasi 45 hingga 90 detik
3) Mukus vagina bercampur darah yang sangat banyak
4) Irama jantung janin paling jelas tepat diatas simfisis pubis
5) Fase transisi berlangsung sekitar setengah hingga 2 jam
6) Nyeri hebat, takut kehilangan kendali, iritabilitas, tidak bersedia
berkomunikasi, mual dan muntah, pucat sikumoral, perspirasi, paha gemetar,
merasa tekanan pada anus dan keinginan untuk defekasi.
7) Station +2 hingga +3
b. Adaptasi psikologis
1) Klien merasakan antisipasi, gembira atau ketakutan.
2) Selama fase aktif, klien tampak serius dan fokus pada perkembangan
persalinan, klien minta obat atau melakukan teknik pernafasan.
12
3) Selama fase aktif, klien mungkin kehilangan kontrol, tiduran di tempat tidur,
mengerang, atau menangis.
13
j. Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka.
14
5) Respirasi rate meningkat sehingga meningkatkan penguapan volume cairandan
meningkatkan konsumsi oksigen.
6) Hiperventilasi dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen.
7) Leukositosis terjadi selama persalinan.
8) Plasma fibrinogen meningkat, waktu pembekuan darah dan kadar glukosa
darah meningkat.
9) Motilitas dan absorpsi lambung menurun, waktu pengosongan lambung
memanjang.
10) Dapat terjadi proteinuria karena kerusakan otot.
11) Urin pekat.
12) Nyeri punggung meningkat, persepsi nyeri meningkat.
13) Saraf pada uterus dan serviks terangsang oleh kontraksi uterus dan
dilatasiserviks, saraf pada perineum terangsang dan meregang pada kala II
karenadilewati janin.
b. Adaptasi psikologis:
1) Perubahan perilaku klien karena kontraksi dan terdorongnya janin.
2) Klien merasa tenaganya habis.
15
Manajemen aktif kala III
Manajemen aktif kala III bertujuan: menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif. Keuntungan manajemen aktif kala III adalah persalinan kala III lebih
singkat,mengurangi jumlah kehilangan darah, mengurangi kejadian retensio
plasenta (plasenta lahir lebih dari 30 menit).
Adaptasi psikologis
1) Klien dapat fokus terhadap kondisi bayi.
2) Klien merasa tidak nyaman karena kontraksi uterus sebelum pengeluaran
plasenta.
16
2.4.4. Persalinan Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam
setelahnya.
Adaptasi psikologis
1) Klien berfokus pada bayi.
2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.
3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .
2.5.1. Pengkajian
2.5.1.1. Kala I
a. Keluhan
Anda kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa
keluardarah bercampur lendir (bloody show), keluar air–air dari kemaluan (air
ketuban), nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri
makin sering dan teratur.
b. Pengkajian riwayat obstetrik
Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji
riwayat kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan lalu,
kondisi bayisaat lahir. Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan,
pemberian ASI dankontrasepsi.
17
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi tekanan
darah,nadi, suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak
kapan dirasakan kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat, waktu
keluarnya cairan dari kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau
pedomanpraktikum pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk
mengetahuiderajat dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput
ketubanmasih utuh atau tidak, posisi bagian terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.
2.5.1.2. Kala II
1) Periksa TTV (TD, nadi, suhu, respirasi), tanda–tanda persalinan kala II
dimulai sejakpukul, evaluasi terhadap tanda–tanda persalinan kala II (dorongan
meneran,tekanan ke anus, perineum menonjol, dan vulva membuka).
2) Periksa kemajuan persalinan VT (status portio, pembukaan serviks,
status selaputamnion, warna air ketuban, penurunan presentasi ke rongga panggul,
kontraksi meliputi intensitas, durasi frekuensi, relaksasi).
3) DJJ, vesika urinaria (penuh/ kosong).
4) respon perilaku (tingkat kecemasan, skala nyeri, kelelahan, keinginan
mengedan,sikap ibu saat masuk kala II, intensitas nyeri).
18
Nilai skor APGAR dinilai pada menit pertama kelahiran dan diulang pada
menit kelima.
A (appearance/warna kulit),
P (Pulse/denyut jantung),
G (Grimace/respon refleks),
A (Activity/tonus otot),
R (respiration/pernapasan).
Nilai kelima variabel tersebut dijumlahkan.Interpretasi hasil yang
diperoleh:
1) Bila jumlah skor antar 7–10 pada menit pertama, bayi dianggap normal.
2) Bila jumlah skor antara 4–6 pada menit pertama, bayi memerlukan tindakan
medis segera seperti pengisapan lendir dengan suction atau pemberian
oksigen untuk membantu bernafas.
19
8) tingkat kelelahan,
9) keinginan untuk bonding attachment,
10) Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
2.5.1.4. Kala IV
Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu
jam pertama, ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu
dimonitoring setiap 30menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan darah,
nadi, kontraksi, kondisi vesika urinaria, jumlah perdarahan per vagina, intake
cairan.
2.5.2.1. Kala I
Contoh diagnose keperawatan yang mungkin muncul:
a. Nyeri b.d. peningkatan intensitas kontraksi, penurunan kepala ke rongga
panggul, ditandai dengan: ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan,
frekuensi HIS terus meningkat.
b. Defisit volume cairan b.d penurunan intake cairan, ditandai dengan: balans
yang tidak seimbang antara intake dan output, berkeringat, mengeluh haus,
pengeluaran cairan pervaginam (air ketuban, lendir dan darah, mual muntah).
2.5.2.2. Kala II
20
2.5.2.4. Kala IV
Risiko tinggi infeksi post partum b.d. luka perineum, ditandai dengan ibu
takut BAK,vesika urinaria penuh
2.5.3.1. Kala I
Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama periode persalinan
kala I,dengan kriteria: ibu tampak tenang diantara kontraksi, ekspresi wajah rileks,
ibumampu mengontrol nyeri, kemajuan persalinan sesuai dengan tahapan
persalinan.
Intervensi:
1) Bantu dengan manajemen nyeri non farmakologi seperti penggunaan
teknik relaksasi (teknik pernafasan dalam), massage bokong.
Rasional: teknik manajemen nyeri non farmakologi dapat memblok impuls nyeri
dalam korteksserebral.
2) Berikan rasa nyaman selama di kamar bersalin (seperti membantu
perubahan perubahan posisi, memenuhi kbutuhan dasar, perawatan
perineal)
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan hygiene menciptakan
perasaan sejahtera.
21
Intervensi:
1) Berikan cairan oral yang dapat ditoleransi oleh klien untuk memenuhi
hidrasiyang adekuat
Rasional: kebutuhan cairan dapat terpenuhi
2) Pantau suhu, tiap 2 jam, observasi TTV ibu dan DJJ
Rasional: dehidrasi dapatmeningkatkan suhu, TD, pernafasan, dan DJJ
3) Berikan cairan parenteral, sesuai indikas
Rasional: membantu meningkatkanhidrasi dan dapat menyediakan kebutuhan
elektrolit.
2.5.3.2. Kala II
Tujuan: ibu dapat beradaptasi dengan nyeri pada kala II, dengan criteria:
ibu dapatmengedan dengan benar, ibu lebih tenang, ibu dapat beristirahat diantara
kontraksi.
Intervensi:
1) Berikan tindakan kenyamanan seperti massage daerah punggung
Rasional:meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis.
2) Ajarkan klien/ pasangan untuk mengatur upaya mengedan dengan spontan,
selama adanya kontraksi
Rasional: kemampuan klien untuk merasakansensasi kontraksi, mengakibatkan
proses mengejan efektif.
3) Bantu klien dalam memilih posisi optimal (seperti jongkok atau sim)
Rasional: posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal
mengoptimalkanupaya mengejan.
4) Anjurkan klien untuk berkemih tiap 1–2 jam
Rasional: kandung kemihbebas distensi, dapat meningkatkan kenyamanan, dan
mempengaruhipenurunan janin.
22
2.5.3.3. Kala III
Tujuan: klien menunjukkan proses bonding attachment dapat berlangsung
denganbaik, dengan criteria: IMD berlangsung minimal 1 jam, ibu berespon
terhadap bayinya,adanya support dari keluarga dan petugas kesehatan.
Intervensi:
1) Berikan informed consent terhadap keluarga dan ibu tentang
kesediaanpenerapan IMD
Rasional: informed consent sebagai unsur legalitas, ibumenyetujui penerapan
IMD.
2) Beri reinforcement pada ibu yang dapat menerapkan IMD sebagai
awalbonding attachment.
3) Kaji kondisi fisik BBL untuk pelaksanaan bonding attachment
Rasional: bayisehat sebagai salah satu indikasi pelaksanaan IMD.
2.5.3.4. Kala IV
Tujuan: klien dapat terhindar dari risiko puerperium, dengan criteria:
lochea berubahsesuai waktunya, TFU mengalami involusi secara progresif, cairan
pervaginam tidakberbau, suhu antara 36–37.
Intervensi:
1) Lakukan pinsip aseptis dan antiseptis setiap melaksanakan intervensi
keperawatan
Rasional: infeksi dapat disebabkan infeksi nosokomial daripetugas kesehatan.
2) Anjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut setiap basah
Rasional:untuk mengurangi kondisi lingkungan lembab dan basah karena media
baikuntuk pertumbuhan dan perkembangan kuman.
3) Berikan nutrisi tinggi kalori tinggi protein
Rasional: penyembuhan lukaplasental bed di endometrium dipengaruhi oleh
asupan nutrisi yang baik.
4) Evaluasi/ukur TFU tiap hari
23
Rasional: proses involusi uterus normal jikaterjadi penurunan 1 cm/ hari dan hari
ke–7 uterus sudah tidak teraba.
2.5.4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan mengacu pada tujuan yang diharapkan dari setiap
tindakan yangdiberikan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Proses persalinan ada empat kala yaitu kala I, kala II, kala II, kala IV. Kala
I dikarakteristikkan dengan dimulainya kontraksi kuat dan teratur hingga
pembukaan serviks 10 cm. Kala II dikarakteristikkan dengan dimulainya
pembukaan serviks 10 cm sampai lahirnya bayi. Kala III dikarakteristikkan
dengan dimulainya lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Kala IV
dikarakteristikkan dengan dimulainya lahirnya plasenta sampai 2 jam setelahnya.
Asuhan keperawatan pada kala I, II, III, IV disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada ibu bersalin.
3.2. Saran
Untuk kita semua yang membaca makalah tersebut penting bagi kkta
untuk mengetahui bagaimana proses persalinan berjalan agar tidak terjadi
komplikasi pada saat Intrapartum.
25
DAFTAR PUSTAKA
Green, Carol J. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan: Maternal dan bayi baru
lahir. Jakarta: EGC
26