Anda di halaman 1dari 40

Pertemuan V

Kalimat dan Kalimat Efektif


A. Tujuan pembelejaran:
1. Mahasiswa memahami unsur-unsur kalimat.
2. Mahasiswa memahami jenis-jenis kalimat.
3. Mahasiswa memahami ciri kalimat efektif.
4. Mahasiswa mampu mengubah kalimat tidak efektif
menjadi kalimat efektif.
B. Materi pembelajaran:
5. Unsur-unsur dan jenis kalimat
6. Ciri-ciri kalimat efektif
Kalimat
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari
satu kata atau lebih yang memiliki intonasi (tanda
baca) dan mengandung sebuah gagasan.
Penanda kalimat dalam bahasa lisan adalah
adanya intonasi atau kesenyapan: berita, tanya,
dan perintah.
Penanda kalimat dalam bahasa tulis adalah awal
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
B. Unsur Kalimat
1. Subjek, ciri-cirinya:
a. Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku atau
penderita.
b. Menjawab pertanyaan siapa, apa.
c. Kategori katanya biasanya nomina atau frase nomina.
d. Terletak sebelum kata ialah, adalah, yaitu, merupa-
kan, sama dengan.
e. Letaknya biasanya sebelum predikat.
Contoh:
1.Pembangunan rumah itu sudah selesai.
2.Ibu makan nasi goreng kemarin.
2. Predikat, ciri-cirinya:
a. Menyatakan tindakan, keadaan, jumlah, atau
tempat.
b. Biasanya berkategori kata verba atau frase verba.
c. Didahului kata: sedang, akan, telah, tidak, bukan,
belum, jangan.
d. Jawaban atas pertanyaan: siapa, mengapa, apa.
Contoh:
e. Dia guru.
f. Kami sedang makan.
g. Adik sudah sembuh.
h. Mereka di rumah.
3. Objek, ciri-cirinya:
a.Bagian kalimat yang melengkapi predikat.
b.Berkategori kata benda atau frase benda.
c.Biasanya terletak di belakang predikat.
d.Dapat diganti dengan –nya.
e.Dapat diubah menjadi subjek dalam
kalimat pasif atau aktif.
Contoh:
Adik membawa kue.
Kue dibawa (oleh) adik.
4. Pelengkap, ciri-cirinya:
a. Bagian kalimat yang melengkapi predikat.
b. Biasanya berkategori kata/frase nomina, verba,
bilangan, dan frase preposisional.
c. Tidak bisa menjadi subjek jika diubah menjadi
kalimat pasif atau aktif.
d. Predikatnya pada umumnya berimbuhan ber-, ter-,
atau ke-an. Contoh:
Indonesia berdasarakan Pancasila.
Kami kehilangan tas kemarin.
Dia tertusuk duri.
Dia menjadi anggota kehormatan.
5. Keterangan, ciri-cirinya:
a. Bagian kalimat yang menerangkan subjek atau predikat.
b. Letaknya bebas (depan, tengah, akhir)
c. Didahului kata tugas:
1) Keterangan tempat: di, ke, dari.
2) Keterangan waktu: ketika, sejak, sebelum.
3) Keterangan tujuan: agar, untuk, supaya.
4) Keterangan alat: dengan.
5) Keterangan cara: secara, dengan.
6) Keterangan similatif: seperti, bagai, dsb.
7) Keterangan sebab: sebab, karena.
8) Dll.
C. Pola Dasar Kalimat
1.S-P
Ayah datang.
2. S-P-O
Kami makan kue.
3. S-P-Pel
Mereka bermain bola.
4. S-P-Ket
Kami pergi ke Bandung.
5. S-P-O-Pel
Ibu membelikan saya kue.
6. S-P-O-Ket
Ibu memukul anjing kemarin.
7. S-P-O-Pel-Ket
Kakak mengirimi saya surat kemarin.
D. Pembagian Kalimat
1. Berdasarkan jumlah predikat, ada dua kalimat:
a. Kalimat tunggal: kalimat yang di dalamnya satu predikat.
Contoh:
wanita cantik itu minum kopi pahit.
S P O
b. Kalimat majemuk: kalimat yang di dalam-nya lebih dari
satu predikat.
1) Dia datang terlambat dan pulang cepat.
S P K P K
2) Saya akan pergi jika kamu mau membeli-
S P S P
nya.
O
Kalimat majemuk ada dua:
1) Kalimat majemuk setara: kalimat majemuk yang
terdiri dari dua atau lebih klausa mandiri yang
dihubungkan dengan kata penghubung setara
(koordinatif) seperti: dan, tetapi, atau. Contoh:
a) Kamu memulai dan kamulah mengakhiri.
S P S P
b) Kamu datang ke situ atau dia datang ke sini.
S P K S P K
c) Saya sudah meminta, tetapi tidak diberi.
S P P
2) Kalimat majemuk bertingkat: kalimat yang terdiri dari
sebuah klausa mandiri (induk kalimat) dan satu atau
lebih klausa bawahan (anak kalimat). Beberapa kata
penghubung yang mengawali anak kalimat:
a) Menyatakan sebab: karena, sebab.
b) Menyatakan akibat: sehingga.
c) Menyatakan waktu: ketika, sebelum.
d) Menyatakan syarat: jika, apabila.
e) Menyatakan tujuan: agar, supaya, untuk.
f) Menyatakan hubungan tak bersyarat: biarpun.
g) Menyatakan perbandingan: seperti.
h) Menyatakan pengandaian: seandainya.
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
a) Dia tidak pernah datang sejak dia sakit.
S P S P
Strukturnya: S-P-Keterangan Waktu
S-P
Induk kalimat: dia tidak pernah datang
Anak kalimat : dia sakit
b) Karena kamu kuat, kamu membawa batu itu!
S P S P O
Strukturnya: Keterangan Sebab - S-P-O
S- P
Induk kalimat: kamu membawa batu itu
Anak kalimat: kamu kuat
2. Kalimat berdasarkan fungsinya (isi):
a. Kalimat berita (pernyataan atau deklaratif, yaitu kalimat
yang digunakan menyampaikan sesuatu hal. Contoh:
Presiden SBY mengadakan kunjungan ke Irak.
b. Kalimat tanya (interogatif), yaitu kalimat yang digunakan
untuk memperoleh informasi. Contoh:
Kapan Saudara berangkat?
c. Kalimat perintah (impratif), yaitu kalimat yang digunakan
agar sesuatu dilakukan oleh orang lain. Contoh:
Tutup pintu itu!
d. Kalimat seru, yaitu kalimat yang digunakan untuk
mengungkapkan perasaan yang kuat atau mendadak.
Contoh:
Nah, ini dia yang kita tunggu-tunggu!
3. Kalimat berdasarkan cara mengucapkan:
a. Kalimat langsung, yaitu kalimat yang menirukan
ucapan seseorang. Contoh:
Ali berkata, “Kamu sangat cantik hari ini.”
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu
sebentar!”
b. Kalimat tidak langsung, yaitu kalimat yang isinya
menceritakan ucapan seseorang. Contoh:
Ali mengatakan bahwa saya cantik hari ini.
Mira mengatakan bahwa ia belum siap dan
harus ditunggu sebentar.
4. Kalimat berdasarkan subjeknya:

a. Kalimat aktif, yaitu kalimat yang subjeknya aktif


melakukan pekerjaan atau tindakan. Contoh:
Mereka memukuli penjahat.
Kami sudah datang.
b. Kalimat pasif, yaitu kalimat yang subjeknya
dikenai atau menderita suatu tindakan.
Contoh:
Dia dipukuli preman kemarin.
Kakiku tertusuk duri.
5. Kalimat berdasarkan kata kerja predikat:
a. Kalimat transitif, yaitu kalimat yang mempunyai objek.
Kalimat ini yang dapat diubah menjadi kalimat aktif atau pasif.
Contoh:
Ibu membeli kue bulan.
Nenek itu disiksa oleh penjahat.
b. Kalimat intransitif, yaitu kalimat yang tidak mempunyai objek.
Jika ada semacam objek di belakang predikat, itulah disebut
pelengkap.
Contoh:
Adik mandi.
Mereka bermain bola.
Kakiku tertusuk duri.
6. Kalimat berdasarkan susunan S-P:

a. Kalimat inversi, yaitu kalimat yang diawali


dengan predikatnya dan diikuti subjek.
Contoh:
Gembira sekali kamu hari ini.
Membaca saya ketika kamu datang.
b. Kalimat versi, yaitu kalimat yang diawali
dengan subjek diikuti predikat. Contoh:
Kamu gembira hari ini.
Saya membaca ketika kamu datang.
Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki
kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara
atau penulis. Kalimat efektif berdampak pada
pemahaman yang sama antara pengguna bahasa
atau orang yang terlibat pada penggunaan
bahasa yaitu antara pembicara dengan
pendengar atau antara penulis dengan pembaca.
Ciri Kalimat Efektif
A.Menurut Kusno B.S.
Menurut Kusno B.S., ada beberapa faktor yang menen-
tukan efektif tidaknya suatu kalimat:
1. Pemakaian tanda baca
Pemakaian tanda baca sangat besar peranannya dalam
menentukan makna kalimat. Kalimat Bolpoin dan pensil
yang berwarna merah itu milikku merupakan kalimat tidak
efektif karena memiliki makna ganda: apakah bolpoin dan
pensil keduanya berwarna merah atau hanya pensil saja.
Supaya maksud kalimat itu jelas, kalimat itu harus ditulis:
a) Bolpoin dan pensil, yang berwarna merah itu milikku.
b) Bolpoin, dan pensil yang berwarna merah itu milikku.
2. Bentuk Kata
Dalam bahasa Indonesia, ada tiga unsur pembentuk kata
yaitu pemberian imbuhan, pengulangan kata, dan
pemajemukan. Semua perubahan bentuk kata sangat
berpengaruh terhadap makna suatu kalimat. Contoh:
a. Mereka telah diberikan bantuan oleh pemerintah.
(salah)
b. Soni adalah siswa yang paling terpandai di kelas itu.
(salah)
Kalimat efektifnya adalah:
c.Bantuan telah diberikan pemerintah kepada mereka.
d.1) Soni adalah siswa yang paling pandai di kelas itu.
2) Soni adalah siswa yang terpandai di kelas itu.
3. Diksi (Pilihan Kata)
Diksi adalah penggunaan kata yang tepat sesuai
dengan gagasan, maksud, dan situasinya. Dalam
sebuah bahasa ada banyak kata yang bersinonim.
Karena itu, kata mana yang paling tepat digunakan di
antara kata yang bersinonim tersebut sesuai dengan
yang dimaksudkan pembicara atau penulis. Contoh:
a. Pohon itu roboh karena angin. (Salah)
b. Jam berapa sekarang? (Salah)
Penggunaan kata yang benar adalah:
c. Pohon itu tumbang karena angin.
d. Pukul berapa sekarang?
4. Urutan Kata
Urutan kata artinya bagaimana penempatan kata
yang satu dengan kata yang lain dalam sebuah
kalimat. Urutan kata yang berbeda akan membuat
maksud kalimat yang berbeda. Berikut ini contoh
kalimat tidak efektif karena urutan kata yang salah:
a.Persoalan itu kami sudah bicarakan. (salah)
b.Dirgahayu HUT ABRI ke-70. (salah)
Susunan kalimat yang benar adalah:
c.Persoalan itu sudah kami bicarakan.
d.Dirgahayu ABRI ber-HUT ke-70.
B. Gorys Keraf
Menurut Gorys Keraf ada beberapa ciri kalimat efektif:
1. Kesatuan Gagasan
Secara praktis, sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh
subyek, predikat, (obyek), (pelengkap) baik dalam
kesatuan tunggal (kalimat tunggal) maupun dalam
kesatuan gabungan (kalimat majemuk). Kalimat yang tidak
jelas unsurnya atau tidak lengkap unsurnya termasuk
kalimat yang tidak memiliki kesatuan gagasan. Contoh:
a. Di daerah-daerah sudah mempunyai lembaga bahasa.
(salah)
b. Di daerah-daerah mereka sudah memiliki lembaga
bahasa. (benar).
2. Koherensi yang Baik
Koherensi artinya adanya bagaimana struktur atau
hubungan antara kata yang satu dengan yang lain.
Koherensi sering rusak karena salah
menempatkan kata depan, kata penghubung, atau
keterangan aspek dalam sebuah kalimat. Contoh:
a.Ibu membeli kemarin kue tar. (salah)
b.Tugas itu saya sudah kerjakan kemarin. (salah)
A’. Ibu membeli kue tar kemarin. (benar)
B’. Tugas itu sudah saya kerjakan kemarin. (benar).
3. Penekanan
Penekanan berarti bagaimana menempatkan aspek yang
dipentingkan dalam sebuah kalimat sehingga mudah
dipahami. Penekanan dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengubah posisi kalimat.
(1) Dia membeli rumah mewah.
(2) Rumah mewah dibelinya.
b. Mempergunakan repetisi.
(3) Kamu harus bekerja, bekerja, dan bekerja.
(4) Aku sangat cinta, cinta, cinta, dan cinta ke-
padamu.
c. Pertentangan
(1) Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
(2) Ia tidak menghendaki perbaikan yang
besifat tambal sulam, tetapi perbaikan
yang bersifat menyeluruh.
d. Partikel Penekanan
(3) Kami pun turut dalam kegiatan itu.
(4) Tolonglah dia supaya pekerjaannya sele-
sai.
4. Variasi
Variasi yang dimaksudkan adalah menganeka-
ragamkan bentuk-bentuk agar menarik minat dan
perhatian orang. Variasi dapat dibuat dengan cara:
a. Variasi sinonim kata: digunakan kata bersino-
nim secara bergantian.
b. Variasi bentuk me- dan di-: digunakan secara
bergantian kata kerja berawalan me- atau di-.
c. Variasi dengan mengubah posisi:
1)Kemarin saya minum kopi.
2)Saya minum kopi kemarin.
5. Paralelisme

Paralelisme adalah kesamaan bentuk kata


yang menduduki fungsi yang sama dalam
kalimat. Jika ada dua subjek, predikat, atau
objek (pelengkap), jenis kata harus sama:
apakah sama-sama kata benda atau kata kerja.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan.
b. Penggalian parit dan pemasangan kabel su-
dah selesai.
6. Logis
Kalimat efektif haruslah logis, artinya kalimat
tersebut dapat diterima akal sehat manusia.
Contoh kalimat tidak logis:
a. Dia mengajar bahasa Indonesia.
b. Musik itu ingin didengarkan.
c. Pencuri berhasil ditangkap polisi.
Contoh kalimat logis:
d.Dia mengajarkan bahasa Indonesia.
e.Pencuri itu ditangkap polisi.
B’. Polisi berhasil menangkap pencuri.
C. Amran Tasai
1.Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan
struktur bahasa yang dipakai. Ada beberapa ciri kesepadanan:
a.Mempunyai subyek dan predikat yang jelas.
Untuk itu, subyek tidak boleh diawali oleh kata depan dan kata yang
pada awal predikat harus dihindarkan agar subyek dan predikatnya
jelas. Contoh:

1) Di sekolah mengadakan pertandingan olah raga. (salah)


2) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (salah)
Kalimat efektif kedua kalimat tersebut adalah:
1) Sekolah mengadakan pertandingan olah raga.
2) Di sekolah diadakan pertandingan oleh raga.
2) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sebuah kalimat tidak memiliki subyek ganda.
Untuk itu, kalimat harus memperhatikan
urutan katanya agar kalimat tersebut hanya
memiliki satu subyek. Contoh:
Soal itu saya kurang jelas. (salah)
Soal itu kurang jelas bagi saya. (benar)
c. Kata penghubung tidak boleh ada pada awal
kalimat tunggal. Contoh:
Sehingga mereka tidak datang kemarin. (salah)
Mereka tidak datang kemarin. (benar)
2. Keparalelan
Kepararalelan artinya kesamaan bentuk kata yang
menduduki fungsi yang sama dalam kalimat. Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
(salah)
b. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara lu-wes.
(benar)
Kalimat (a) di atas tidak efektif karena predikat kalimat
tersebut tidak paralel karena dibekukan adalah kata kerja,
sedangkan predikat yang kedua kenaikan adalah kata benda
padahal menduduki fungsi yang sama yaitu predikat. Agar
kalimat itu efektif maka predikat diparalelkan yaitu kedua
predikatnya diubah menjadi kata kerja.
3. Ketegasan
Ketegasan adalah penekanan atau penonjolan pada ide pokok
kalimat. Ada beberapa cara membuat penekan-an dalam
kalimat:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan di depan kalimat.
1) Mereka makan nasi.
2) Nasi dimakan oleh mereka.
Kedua kalimat di atas mempunyai maksud yang berbeda,
namun penekanannya berbeda.
b. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:
1) Bukan seratus, seribu rupiah yang sudah saya be-rikan,
tetapi sudah satu juta rupiah. (klimaks)
2) Jangankan memeluk tubuhku, tetapi memegang jariku pun
dia tidak pernah. (antiklimaks)
c. Membuat pengulangan kata. Contoh:
1) Saya sangat muak, muak, dan muak meli-hatnya.
2) Memang dia sudah terlalu tua, terlalu tua untuk
mengerjakan itu.
d. Membuat pertentangan. Contoh:
3) Dia tidak malas, tetapi rajin.
4) Dia tidak bodoh, tetapi pintar.
e. Menggunakan partikel penekanan. Contoh:
5) Budikah yang mencuri uangmu?
6) Buanglah sampah itu!
7) Aku pun tidur bersama dia.
4. Kehematan

Kehematan artinya hemat menggunakan kata, frase,


atau bentuk lain. Kehematan dapat dilakukan dengan:
a. Melesapkan kata yang sama yang menduduki
fungsi yang sama dalam sebuah kalimat.
1) Dia tidak datang karena dia sakit. (tidak hemat)

2) Dia tidak datang karena sakit. (hemat)


b. Membuang hipernim dalam hiponim kata.
3)Dia memelihara burung merpati. (hemat)
4)Dia memelihara merpati. (hemat)
c. Menghindarkan penggunaan kata yang bersinonim secara
serempak.
1) Sejak dari kemarin hujan turun. (tidak hemat)
2) Sejak kemarin hujan turun. (hemat)
3) Dari kemarin hujan turun. (hemat)
 
5. Kecermatan
Kecermatan adalah bentuk kalimat yang tidak menimbulkan
makna ganda atau penafsiran ganda.
a. Orang dewasa ini sulit diatur. (tidak cermat)
b. Dewasa ini orang sulit diatur. (cermat)
c. Orang dewasa yang ini sulit diatur. (cermat)
6. Kepaduan
Kepaduan artinya kepaduan pernyataan dalam kalimat
sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-
pecah. Kalimat yang padu adalah:
a. Kalimat yang menggunakan pola aspek + agen + ver-
bal secara tertib pada kalimat pasif.
1) Ikan itu saya sudah jual kemarin. ( tidak padu)
2) Ikan itu sudah saya jual kemarin. (padu)
b. Kalimat yang obyek langsungnya tidak didahului kata
depan.
1) Mereka membicarakan tentang cinta. (tidak pa-du)
2) Mereka membicarakan cinta. (padu)
7. Kelogisan
Kelogisan artinya ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal sehat. Contoh:
a. Yang kehilangan pulpen harap diambil ke kantor.
(tidak logis)
b. Pulpen yang hilang harap diambil ke kantor.
(logis)
c. Rumah ini ingin dijual. (tidak logis)
d. Rumah ini akan dijual. (logis)
e. Waktu dan tempat kami persilahkan. (tidak logis)
f. Waktu dan tempat kami berikan. (logis)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai