Anda di halaman 1dari 23

Artikel dan Makalah 75

BAB VIII
ARTIKEL DAN MAKALAH

8.1 Artikel
Artikel ialah karya tulis lengkap (pembuka, isi, penutup) yang dimuat
di jurnal ilmiah, majalah, buletin, ataupun surat kabar. Seiring dengan
perkembangan zaman, saat ini marak artikel online yang bisa diunduh
melalui internet. Artikel terbagi menjadi tiga jenis, yakni (1) artikel hasil
penelitian, (2) artikel nonpenelitian, dan (2) artikel populer.

8.1.1 Artikel Hasil Penelitian


Artikel penelitian ialah artikel yang disarikan dari hasil penelitian.
Artikel jenis ini, menurut Saukah dkk. (2007:42) memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan hasil penelitian. Pertama, hasil penelitian biasanya
terlalu tebal dan direproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Akibatnya,
hanya kalangan terbatas saja yang dapat mengaksesnya/membacanya.
Sebaliknya, artikel hasil penelitian direproduksi dalam jumlah lebih banyak
jika dibandingkan dengan reproduksi hasil penelitian. Kedua, artikel hasil
penelitian lebih disukai pembaca sebab lebih singkat dan padat jika
dibandingkan dengan hasil penelitian.
Artikel hasil penelitian biasanya dimuat di jurnal (terakreditasi
ataupun tidak terakreditasi) yang terbit sekali dua kali setahun, tiga kali
setahun, ataupun empat kali setahun. Untuk memasukkan artikel ke jurnal
terakreditasi jauh lebih sulit daripada memasukkan artikel ke jurnal tidak
terakreditasi. Mengapa demikian? Sebab untuk masuk jurnal terakreditasi
harus melalui seleksi yang ketat. Selain itu, tiap jurnal, baik terakreditasi
ataupun tidak terakreditasi memiliki gaya/karakter penulisan yang berbeda
dengan jurnal yang lain atau yang disebut dengan istilah gaya selingkung.

Berikut ini disajikan sistematika penulisan artikel hasil penelitian


serta penjelasannya secara singkat.

a. Judul
Penulisan judul artikel berkisar 512 kata. Dengan demikian, judul
tidak terkesan terlalu pendek atau terlalu panjang. Di samping itu, judul
harus mampu merepresentasikan isi artikel secara keseluruhan. Dengan
begitu, pembaca minimalbisa memahami isi artikel tatkala membaca
judul.
Artikel dan Makalah 76

b. Nama Penulis
Nama penulis dalam artikel hasil penelitian ditulis tanpa gelar
akademik. Namun, ada pula yang menuliskan nama disertai gelar akademik.
Keduanya sama-sama diperkenankan. Selain nama, biasanya dicantumkan
pula nama lembaga dan alamat pos-el si penulis agar pihak redaktur jurnal
atau pembaca artikel bisa berkorespondensi.

c. Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak merupakan inti sari dari keseluruhan artikel. Dengan
demikian, penulisan abstrak menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan
padat. Penulisan abstrak berkisar 100200 kata. Abstrak memuat hal
yang esensial, yakni masalah, metode, pembahasan, simpulan/temuan.
Adapun kata kunci ialah kata pokok yang merupakan dasar pemikiran
gagasan dalam karangan asli. Kata kunci berupa kata tunggal atau gabungan
kata. Jumlah kata kunci berkisar 35 kata. Kata kunci diperlukan untuk
komputerisasi sistem informasi ilmiah. Melalui kata kunci dapat ditemukan
judul-judul penelitian beserta abstraknya dengan mudah (Saukah dkk.,
2007:44). Selain itu, melalui kata kunci, pembaca bisa memahami kunci dari
artikel yang dipaparkan oleh penulis. Perhatikan contoh penulisan judul,
abstrak, dan kata kunci berikut (model Jurnal MKP, Unair).

Cerita Rakyat di Pulau Mandangin:


Kajian Struktural Antropologi Claude Lvi Strauss

Suhartono
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Unesa

ABSTRACT
So far the study of oral literature, especially folktale does not reach secluded
area. This is ironic if it related with realitythat secluded areas folkltale still has
culture and characteristic functions of its society. In this research, it will be sown
the representatif on Mandangin Islands folkltale (CRPM) based on structural
antrhopology C. Levi-Strauss. This qualitatif research uses Mandangin Islands
folktale as the object. In collecting the data, it is used observing technique (by
recording and writing) and interview. The oral data is then transcripted, translated,
and analized using the flow model.Based on the analysis, it can be concluded that
CRPM dealing with structureal antrhopology show some logic as follow, first, life
conception. Here, there are three cotomis, those are (a) faitfully and trusted to a
person, (b) unfaitfully and untrusted to a person, and (c) liminitas person. Second,
supertitious conception. Here, CRPM draws that this universe show diadik types,
those are supertitious and leadership conception. Here, CRPM draws arbitrary
leadership. Never the less, the people is so obedient to their leader. This is causes by
respect and cult from the people themselves.

Key words: folkltale, structural antropology C. Levi-Strauss


Artikel dan Makalah 77

d. Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul (tetapi ada juga yang diberi judul),
ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci. Bagian ini memaparkan
kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan, yakni (1) latar
belakang/rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana pemecahan
masalah, dan (3) rumusan tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat
hasil penelitian) (Saukah dkk., 2007:44). Selain itu, dipaparkan pula
penelitian terdahulu yang relevan. Hal ini dilakukan agar penelitian yang
dilakukan bersifat orisinal/modifikasi/hibridasi/reduplikasi.
Sebagai kajian pustaka, bagian ini harus disertai rujukan yang bisa
dijamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan harus proporsional. Jika terlalu
sedikit, terkesan tidak akademis. Jika terlalu banyak, terkesan seperti
pemulung yang hanya memunguti kutipan dari sana-sini tanpa argumentasi
dari si pengutip. Pembahasan kepustakaan harus disajikan dengan singkat,
jelas, dan padat serta langsung menukik pada masalah yang diteliti (Saukah
dkk., 2007:44). Dengan tukikan yang tepat, akan menghasilkan analisis yang
tepat pula.

e. Metode Penelitian
Metode penelitian berisikan (1) bagaimana data dikumpulkan, (2)
siapa sumber data, dan (3) bagaimana data tersebut dianalisis (Saukah dkk.,
2007:44). Adapun untuk penelitian kualitatif (misal, budaya atau sastra lisan)
perlu dihadirkan (1) subjek penelitian, (2) etnografi, (3) teknik wawancara,
dan (4) berapa lama peneliti melakukan penelitian.

f. Hasil dan Diskusi Penelitian


Hasil adalah bagian utama dari penelitian. Bagian ini menyajikan hasil
analisis data dan yang dilaporkan adalah data bersih (Saukah dkk., 2007:45).
Data proses penelitian yang dianggap kurang begitu penting tidak disajikan
pada hasil, tetapi dihadirkan pada lampiran.
Adapun diskusi penelitian berkait dengan (1) menjawab masalah
penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai, (2)
menginterpretasikan temuan-temuan, dan (3) mengintegrasikan temuan
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan dan menyusun
teori baru atau memodifikasi teori yang telah ada (Saukah dkk., 2007:45).
Bagian diskusi penelitian ini terkadang dipecah menjadi subbab tersendiri.
Artikel dan Makalah 78

g. Simpulan dan Saran


Simpulan berkait dengan ringkasan yang terdapat pada hasil dan
diskusi penelitian. Jika pada rumusan masalah, tujuan, dan hasil dan diskusi
penelitian mempunyai empat masalah, dalam simpulan juga dipaparkan
empat masalah.

h. Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan ditulis sesuai dengan pedoman
jurnal ilmiah masing-masing lembaga (gaya selingkung). Selengkapnya
penulisan daftar rujukan lihat bab IX buku ini.

8.1.2 Artikel Nonpenelitian


Artikel nonpenelitian ialah tulisan yang mengacu pada artikel ilmiah
yang bukan merupakan laporan hasil penelitian. Istilah lain dari artikel
nonpenelitian adalah artikel konseptual. Artikel yang termasuk kategori
nonpenelitian antara lain artikel yang menelaah suatu konsep, teori, atau
prinsip, artikel yang mengembangkan model, mendeskripsikan fakta,
ataupun menilai suatu produk (Saukah dkk., 2007:46; Dwiloka & Riana,
2005:95). Artikel jenis ini juga bisa dimuat di jurnal ilmiah.
Sama halnya dengan artikel hasil penelitian, artikel nonpenelitian
biasanya dimuat di jurnal ilmiah. Namun, seiring dengan perkembangan
jurnal ilmiah yang semakin berbenah diri. Saat ini, artikel yang dimasukkan
ke jurnal lebih cenderung pada artikel hasil penelitian sebab kadar validitas,
akuntabilitas, dan kredibilitasnya lebih terakui jika dibandingkan dengan
artikel nonpenelitian.

Di bawah ini disajikan sistematika penulisan artikel nonpenelitian dan


penjelasannya secara singkat.
a. Judul
Judul merepresentasikan isi artikel. Karena itu, judul dibuat yang
menarik agar pembaca berminat untuk membacanya. Judul berkisar 512
kata.

b. Nama Penulis
Nama penulis dalam artikel nonpenelitian ditulis tanpa gelar
akademik. Namun, ada pula yang menuliskan nama disertai gelar akademik.
Keduanya sama-sama diperkenankan. Selain nama, biasanya dicantumkan
pula nama lembaga dan alamat pos-el si penulis agar pihak redaktur jurnal
atau pembaca artikel bisa berkorespondensi.
Artikel dan Makalah 79

c. Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak merupakan inti sari dari keseluruhan artikel. Dengan
demikian, penulisan abstrak menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan
padat. Penulisan abstrak berkisar 100200 kata. Abstrak memuat hal
yang esensial, yakni masalah, metode, pembahasan, simpulan/temuan.
Adapun kata kunci ialah kata pokok yang merupakan dasar pemikiran
gagasan dalam karangan asli. Kata kunci berupa kata tunggal atau gabungan
kata. Jumlah kata kunci berkisar 35 kata. Kata kunci diperlukan untuk
komputerisasi sistem informasi ilmiah. Melalui kata kunci dapat ditemukan
judul-judul penelitian beserta abstraknya dengan mudah (Saukah dkk.,
2007:44). Selain itu, melalui kata kunci, pembaca bisa memahami kunci dari
artikel yang dipaparkan oleh penulis. Perhatikan contoh penulisan judul,
abstrak, dan kata kunci berikut (model Jurnal Prasasti, Unesa).

Sastra dan Kondisi Politik


Oleh Budi Darma

Abstrak
Mengangkat kondisi sosial dan politik ke dalam karya sastra tidak selamanya
harafiah. Realita tidak selamanya harus harafiah. Realita dalam fiksi justru dapat
bertolak belakang dengan realita dalam masyarakat. Paradoks dapat terjadi karena
adanya harapan akan adanya realita yang lebih baik. dominasi politik dalam sastra
Indonesia tampak pada dua hal, yakni (1) pengelompokan angkatan dan novel-novel
perang. Namun, selepas agkatan 66 dan novel-novel perang Pamudya Ananta Toer
dan Mochtar Lubis, peran politik dalam sastra Indonesia memudar. Sastra Indonesia
tidak lagi melahirkan karya sastra yang signifikan sebagai respons terhadap masalah
politik, namun lebih merespon pada kondisi sosial.

Kata kunci: sastra, kondisi sosial, dan kondisi politik

d. Pendahuluan
Pada bagian ini berisikan fenomena/latar belakang mengapa tulisan
tersebut diangkat sebagai artikel. Selain itu, dipaparkan pula pentingnya
tulisan tersebut dipaparkan. Karena bersifat nonpenelitian, pada
pendahuluan perlu menggunakan bahasa menarik, provokatif, dan
memunculkan kebaruan agar mampu menarik minat pembaca.
Artikel dan Makalah 80

e. Pembahasan
Bagian pembahasan merupakan segmen terpenting dalam artikel
nonpenelitian sebab di dalamnya menjawab apa yang dimunculkan dalam
pendahuluan.

f. Penutup
Bagian penutup berkait dengan simpulan dan saran yang dipaparkan
oleh penulis.

g. Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan ditulis sesuai dengan pedoman
jurnal ilmiah masing-masing lembaga (gaya selingkung). Penulisan daftar
rujukan selengkapnya lihat pada bab X buku ini.

8.1.3 Artikel Populer


Artikel populer ialah artikel yang dimuat di surat kabar, majalah, atau
buletin. Berbeda halnya dengan artikel penelitian atau artikel non penelitian
yang cenderung menggunakan bahasa resmi, artikel populer menggunakan
bahasa yang cair. Artinya, bahasa yang digunakan oleh penulis cenderung
populer sehingga mudah dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat, baik
akademis maupun nonakademis. Sang penulis mengungkapkan
opini/gagasannya --dalam bentuk artikel populer-- disertai dengan evidensi
yang berupa pengutipan, kesaksian, autoritas, dan interviu sehingga kualitas
tulisan masih terjaga validitasnya.
Setiap media massa, majalah, ataupun buletin memiliki pedoman atau
aturan tersendiri dalam hal seleksi artikel. Simaklah koran Kompas dan
koran Jawa Pos, keduanya, sebagai media mempunyai pedoman/aturan yang
berbeda dalam menyeleksi artikel yang dikirim oleh penulis. Karena itu,
penulis artikel harus bisa memahami pedoman/aturan yang terdapat pada
media agar lebih mudah dalam memasukkan artikel.
Dalam menulis artikel populer, ada dua hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, penulisan judul. Dalam menulis judul artikel, penulis
diharapkan mampu menarik minat pembaca. Karena itu, judul harus
provokatif, orisinal, menawarkan kebaruan. Bahkan, bila sudah mahir
menulis artikel populer, biasanya penulismembuat judul yang
kontroversial dan/atau dekonstruktif. Cermatilah judul artikel berikut. Coba
renungkan, manakah judul artikel yang paling menarik?
Artikel dan Makalah 81

No. Media Judul


1. Kompas Ironi Demokrasi (Selasa, 11/01/2011)
2. Jawa Pos Saatnya Energi Alternatif di Depan (Selasa,
11/01/2011)
3. Surya Awas Lupus! (Selasa, 11/01/2011

Selain judul, hal yang harus diperhatikan dalam menulis artikel


populer adalah tema. Tema yang dibahas haruslah terkini dan populer di
kalangan masyarakat. Jangan lupa juga, pada tahap penulisan bagian
pembuka (lead) haruslah dibuat yang bagus agar menambah kekuatan dan
menimbulkan efek dramatis. Dengan begitu, tulisan terkesan tidak
mekanistis. Ibarat rumah, lead adalah teras rumah. Jika pada tatapan awal
tidak menarik, orang akan malas untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
Adapun jenis artikel populer, antara lain (1) artikel eksposisi, (2)
artikel humor/satir, (3) artikel ekspose, (4) artikel informatif, (5) artikel
pariwisata, (6) artikel inspirasional, (7) artikel pengalaman individual, (8)
artikel profil, (9) artikel feature, dan (10) artikel new journalisme
(Marahimin, 1994:265274). Selain itu, ada pula artikel budaya, artikel
sastra, artikel agama, dan artikel seni.
Di bawah ini disajikan petikan dua buah artikel populer. Artikel
pertama berjudul Kritikus Seni sudah Mati karya Arif Bagus dan artikel
kedua berjudul Kebudayaan, Kearifan Lokal, dan Korupsi karya Awang
Mawardi. Simaklah kedua petikan artikel populer tersebut. Terkategorikan
dalam jenis artikel apakah petikan kedua artikel tersebut?

Petikan artikel 1:
Kritikus Seni sudah Mati
Oleh: Arif Bagus

Kritikus seni sudah mati, kata Prof. Ronan McDonald dalam The
Death of Critic (2007). Era kritikus sebagai penentu selera publik dan
konsumsi kultural telah berlalu. Dulu, khususnya pada masa puncak
modernisme pada abad ke-20, kritikus seni (termasuk kritikus sastra)
menduduki peran hierarkis sebagai figur yang dipandang lebih tahu
tentang seni daripada orang kebanyakan. Kritikus seni menjadi sosok
anutan yang sabdanya diyakini berbobot istimewa dan layak diimani
khalayak. Pada era posmodern abad ke -21, sekarang, aspek hierarkis
tersebut kian pudar ditelan perubahan besar dalam relasi sosial dan
pergeseran sikap masyarakat terhadap nilai dan penilaian seni.
(Diadaptasi dari Kompas, 9 Januari 2011)
Artikel dan Makalah 82

Petikan artikel 2:

Kebudayaan, Kearifan Lokal, dan Korupsi


Oleh: Awang Mawardi

Roda republik ini bisa berjalan lancar jika dua elemen demokrasi
dan hukumberada pada koridornya. Meski sudah tidak lagi menjalani
demokrasi terpimpin sebagaimana pada era Orla, atau demokrasi pura-
pura pada zaman Orba, demokrasi kita saat ini sedang berjalan, tertatih-
tatih, terkadang diwarnai chaos di sana-sini. Sebagian besar juga masih
berada di tangan orang-orang yang berduit. Setidaknya, ini bisa dilihat dari
pilgub, pilbub, dan pilwali. Hukum? Menyedihkan. Pengungkapan kasus
hukum masih jauh dari harapan.
(Diadaptasi dari Jawa Pos, 9 Januari 2011)

8.2 Makalah
Makalah berasal dari bahasa Arab ma qallatun yang artinya sesuatu
yang dibicarakan atau bahan bicaraan. Karena bahan itu lazimnya ditulis di
kertas, makalah sering disebut juga sebagai kertas kerja (work paper) atau
orang sering menyingkatnya dengan paper (Yonohudiyono dkk., 2007).
Jenis makalah terbagi menjadi tiga, yakni deduktif, induktif, dan
campuran. Makalah deduktif ialah makalah yang penulisannya didasarkan
pada kajian teoretis yang relevan dengan masalah yang dibahas. Kedua,
makalah induktif. Makalah induktif ialah makalah yang disusun berdarakan
data empiris di lapangan yang relevan dengan masalah yang dibahas. Ketiga,
makalah campuran. Makalah campuran ialah makalah yang penulisannya
menggabungkan kajian teoretis dengan data empiris yang relevan dengan
masalah yang dibahas (Saukah, dkk. 2007:4950). Untuk sistematika
penulisan makalah biasanya bergantung pada gaya selingkung tiap lembaga.
Namun, secara umum, sistematika makalah terbagi menjadi tiga bagian,
yakni (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup.
Untuk makalah, jumlah halaman berkisar 1525 halaman. Artikel
jenis makalah yang berjumlah 1525 halaman biasanya dipaparkan pada
kegiatan seminar, pelatihan, diskusi, workshop, ataupun presentasi. Makalah
yang telah disajikan pada seminar, pelatihan, diskusi, workshop terkadang
dimasukkan ke dalam jurnal ilmiah (tetapi diubah formatnya sesuai dengan
format artikel jurnal ilmiah).
Artikel dan Makalah 83

8.2.1 Mempersiapkan Makalah


Sebagai perwujudan hasil berpikir ilmiah, penulisan makalah
mengikuti langkah yang secara umum standar. Langkah itu adalah persiapan,
penyusunan kerangka, pengumpulan bahan, pengembangan makalah, dan
penyempurnaan makalah. Langkah mempersiapkan makalah dilalui dengan
(1) mengidentifikasi sumber topik, (2) memilih topik, (3) membatasi topik,
(4) merumuskan judul, dan (5) merumuskan tesis.

a. Mengidentifikasi Sumber Topik


Paling awal yang harus dilakukan dalam menulis makalah adalah
menetapkan topik. Topik adalah jawaban atas pertnayaan, Apa yang akan
saya tulis menjadi makalah? Topik dapat datang dari orang lain atau dari
diri sendiri. Topik yang diberikan oleh dosen pembina mata kuliah atau topik
yang diberikan oleh panitia penyelenggara sebuah seminar merupakan topik
yang datang dari orang lain. Di sisi lain topik dapat datang dari inisiatif
penulis sendiri, misalnya, setelah membaca brosur sebuah seminar, Anda
tertarik untuk menulis makalah. Makalah yang seperti ini memiliki topik
yang timbul dari inisiatif sendiri .
Untuk menentukan topik terdapat beberapa sumber yang dapat
dimanfaatkan di antaranya buku referensi, majalah, jurnal, surat kabar,
pengalaman hidup sehari-hari, pendapat, sikap, serta kejadian-kejadian yang
ada di masyarakat.
Sumber-sumber tersebut dapat dibaca sedikit demi sedikit. Cara
membaca yang disarankan adalah dengan membuat kartu-kartu baca yang di
dalamnya bisa diuliskan judul sumber, tahun terbit, nama penulis, halaman,
dan ide yang diperoleh dari sumber. Cara lain dapat dilakukan dengan
menyususn jurnal membaca yang bentuknya seperti resensi singkat. Dari
buku Quantum Learning juga disarankan teknik lain membaca buku yang
namanya metode catat bersusun. Metode ini mirip dengan jurnal membaca,
hanya di dalam setiap halaman dibagi menjadi dua bagian kanan dan kiri.
Pada bagian kiri dituliskan semua informsi yang diperoleh dari sumber dan
pada bagian kanan dituliskan pendapat, tanggapan, atau infrormasi-
informasi lain dari sumber tersebut. Bahkan, sekarang sudah ada sistem
perpustakaan elektronik yang dapat mencatat rangkuman atau apa pun
tentang sumber dalam kolom catatan itu. .

b. Memilih Topik
Penulis pemula sering mengalami kesulitan ketika harus memulai
menulis makalah. Jika mengalami kondisi seperti ini, dapat dilakukan
Artikel dan Makalah 84

beberapa alternatif untuk menemukan topik: (a) brainstorming, (b)


perenungan, (c) formula jurnalistik, atau (d) pertanyaan klasik.
Brainstorming merupakan proses berpikir untuk mngungkapkan
semua ide yang terlintas atau yang ada dalam benak penulis. Apa pun yang
dipikirkan tentang topik yang akan ditulis, daftarlah secara acak. Selanjutnya
pilih salah satu topik yang paling kita minati dan kuasai ruang lingkupnya.
Perenungan merupakan cara berpikir analisis-logis dengan
berkosentrasi pada masalah tertentu. Setiap masalah, baik yang berupa
gagasan, konsep, atau ide Anda pikirkan dengan bersungguh-sungguh
berdasarkan penalaran yang masuk akal.
Formula jurnalistik dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5 W dan 1 H
(who, what, when, where, whay, dan how). Formula ini merupakan cara yang
khas dalam menulis berita. Penggunaan formula ini sesuai terutama untuk
menulis makalah yang berupa laporan.
Pertanyaan klasik dapat digunakan untuk menemukan topik. Topik
yang cocok ditemukan dengan pertanyaan ini, biasanya, adalah topik yang
baru. Beberapa pertanyaan itu adalah (a) apakah tentang topik ini yang
menghasilkan seperangkat definisi; (b) apa persaman dan perbedaan topik
ini daripada topik yang lain yang menghasilkan perbandingan yang utuh
terhadap suatu objek; (c) apa yang menyebabkan ini yang menghasilkan
informasi hubungan sebab akibat dalam bahan makalah; dan (d) apa yang
dikatakan orang tentang ini yang meghasilkan kumpulan pendapat nara
sumber yang berkompeten tentang objek yang ditulis.
Selanjutnya, topik yang dipilih harus memenuhi kriteria
keterkuasaian, kemenarikan, ketersediaan bahan, dan kemanfaatan
(Akhadiah, 1991:6-8; Keraf, 1994: 111-112). Topik makalah harus dikuasai
oleh penulisnya. Mengapa? Makalah memerlukan pembahasan secara
mendalam baik dari segi teori maupun praktik. Hal itu berarti mensyaratkan
penguasaan teori maupun praktik oleh penulisnya. Jadi, jangan menulis
makalah dengan topik yang tidak dikuasai.
Di samping itu, topik yang dipilih hendaknya juga menarik. Penulis
dipersyaratkan memiliki ketertarikan pada topik itu. Syukurlah jika topik itu
berada pada bidang keahlian penulis. Ketertarikan terhadap topik akan
membantu kelancaran penulisan makalah.
Syarat lain yang harus dipertimbangkan ialah ketersediaan bahan.
Bahan itu berupa buku-buku, data, pengalaman, kliping, dan sebagainya.
Syarat itu biasanya berhubungan erat dengan kedua syarat sebelumnya.
Artikel dan Makalah 85

Pertimbangan lain dalam pemilihan topik ialah kemanfaatan, yaitu


pembahasan topik itu memberikan sumbangan kepada ilmu dan profesi yang
ditekuni.
Langkah-langkah pemilihan topik.
(1) Tentukan lebih dahulu bidang ilmu yang diminati.
(2) Carilah topik sebanyak-banyaknya pada bidang yang akan dipilih.
Biarlah dulu semua kemungkinan topik muncul tanpa kritik lebih
dahulu!
(3) Barulah satu persatu topik-topik tersebut dipilih berdasarkan
keempat syarat keterkuasaian, kemenarikan, ketersediaan bahan,
dan kemanfaatan. Caranya buatlah tabel seperti contoh.
(4) Berilah tanda plus (+) atau minus (-) untuk setiap topik pada kolom
sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Tanda plus, jika
diuasai, tertarik, memiliki bahan, memperoleh manfaat atas topik
itu. Tanda minus, jika tidak dikusai, tidak tertarik, tidak memiliki
bahan, dan tidak memperoleh manfaat dari topik itu. Tanda plus
minus () dapat digunakan jika ragu-ragu.
(5) Pilihlah topik yang memiliki banyak plus!.

Syarat
No Topik Tersedia
Dikuasai Tertarik Manfaat
Bahan
1
2
3
4
5
Jadi, topik yang saya pilih:

Rambu-rambu keberhasilan pemilihan topik ini adalah jika topik


yang dipilih benar-benar dikuasai baik secara teoretis maupun empiris.
Secara teoretis berarti topik yang dipilih sesuai dengan bidang ilmu yang
dikuasai/digeluti. Secara empiris berarti topik yang dipilih di seputar
pengalaman penulis.
Di samping itu perlu juga dipertanyakan, sungguhkah penulis
tertarik pada topik tersebut. Untuk itu penulis perlu memiliki banyak bahan
(buku-buku, kliping, catatan data) yang berkaitan dengan topik tersebut.
Artikel dan Makalah 86

c. Membatasi Topik
Biasanya topik yang dipilih masih terlalu luas, artinya belum
terfokus cakupannya. Oleh karena itu topik perlu dibatasi. Pembatasan topik
dapat dilakukan dengan diagram pohon atau diagram jam (Keraf, 1991:112--
113; Akhadiah, 1991: 8-9). Di bawah ini disajikan cara membatasi topik
dengan menggunakan diagram pohon.
Cara pembatasan topik dengan diagram pohon mengikuti langkah-
langkah berikut. Tulislah topik terpilih di tengah atas kertas buram. Inilah
cabang 1! Rincilah di bawahnya hal-hal yang mungkin dibahas dalam topik
itu. Inilah cabang 2! Selanjutnya, pilihlah salah satu dari rincian pada cabang
2 itu yang akan menjadi fokus pembicaraan. Pilihan fokus dapat didasarkan
pada kriteria pemilihan topik atau dapat juga ditambahkan syarat
keaktualan. Pertanyakan kembali hal-hal apa saja di rincian yang terpilih
pada cabang 2 itu yang dapat dituliskan. Tuliskanlah di bawahnya!. Inilah
cabang 3! Pilih kembali fokus tertentu dari hasil rincian pada cabang 3
terakhir. Rinci kembali pilihan itu di cabang 4!. Begitu seterusnya sampai
didapat topik cukup terbatas. Yang ideal pembatasan topik dilakukan sampai
cabang 4 atau cabang 5. Perhatikan contoh pada gambar 1.

Keluarga Berencana

Tujuan Peranan
Perkembangan

Pengendalian Peningkatan
Pertumbuhan Penduduk Kualitas Hidup

Penduduk Desa Penduduk Kota

Desa Tertinggal Desa Maju

Gambar 1: Diagram Pohon Pembatasan Topik

Contoh tersebut memperlihatkan bahwa topik keluarga berencana


yang masih terlalu luas (belum terfokus), setelah dibatasi dengan diagram
pohon menjadi lebih spesifik, terbatas, jelas fokus tulisannya, yaitu tentang
peranan keluarga berencana. Itulah yang ditunjukkan sampai cabang 2.
Peranan yang mana? Peranan dalam pengendalian penduduk. Itulah
Artikel dan Makalah 87

batasan sampai cabang 3! Penduduk mana? Dalam hal ini adalah penduduk
desa. Itulah hasil pembatasan sampai cabang 4! Desa maju atau desa
tertinggal? Misalnya dipilih desa tertinggal. Jadi secara keseluruhan, sampai
dengan pembatasan topik cabang 5, topik makalah menjadi terbatas pada
peran keluarga berencana dalam pengendalian pertumbuhan penduduk
desa tertinggal.

d. Merumuskan Judul
Dari hasil pembatasan topik, barulah dirumuskan judul makalah.
Syarat rumusan judul makalah ialah sesuai dengan topik, singkat, bentuk
frasa, dan lugas. Rumusan judul tidak menyimpang dari topik terpilih. Jika
topik terpilih semula tentang A, rumusan judul juga tetap mengungkapkan
topik A, bukan A plus, bukan A minus atau bahkan B, C, atau D. Jadi, jika topik
yang dipilih peranan keluarga berencana, misalnya, maka setelah menjadi
judul berdasarkan hasil pembatasan topik haruslah tetap peranan keluarga
berencana. Jika bukan itu, pastilah rumusan judul itu tidak benar.
Rumusan judul makalah harus diupayakan sesingkat-singkatnya.
Pilihlah bentuk terpendek dari kemungkinan yang ada. Karena itu,
hindarkanlah penggunaan kata yang tidak fungsional dalam judul! Jangan
berpanjang-panjang sampai melebihi dua belas kata! Rumusan judul pun
sebaiknya dalam bentuk frasa benda, bukan frasa kerja, dan bukan kalimat.
Mengapa demikian? Judul adalah topik yang terbatas, dan topik adalah hal
yang dibahas, sedangkan hal mengacu pada benda. Oleh karena itu, rumusan
yang sesuai adalah frasa atau gatra benda. Mengapa bukan kalimat? Judul
bukanlah sintesis gagasan, atau simpulan tulisan, karena itu tidak
diruimuskan dalam bentuk kalimat. Bentuk kalimat atau proposisi sudah
mengungkapkan sintesis atau simpulan tertentu.
Judul makalah harus bermakna lugas, bukan kias. Mengapa
demikian? Karya ilmiah, termasuk makalah, haruslah mengeksplesitkan
gagasannya pada semua bagain tulisan. Gagasan, pendapat, contoh, bukti
harus dinyatakan secara langsung, bukan secara tidak langsung atau implisit.
Kata bermakna kias tidak mengeksplisitkan hal tersebut. Oleh karena itu,
tidak sesuai untuk karya ilmiah. Di samping itu. jangan menggunakan kata
yang bermakna ganda, konotatif, tetapi gunakan yang bermakna denotatif!
Cara perumusan judul dilakukan dengan menggunakan unsur hasil
pembatasan topik. Artinya gunakanlah kata-kata yang dirinci atau batasi
dalam pembatasan topik. Jangan menggunakan kata yang tidak terpilih dalam
rincian pembatasan topik. Contoh untuk itu sebagai berikut. Dari hasil
Artikel dan Makalah 88

pembatasan topik (Gambar 1), Kita lakukan pembatasan atau perincian pada
unsur atau kata keluarga berencana, peranan, pengendalian
pertumbuhan penduduk, penduduk desa, dan desa tertinggal. Tentu saja,
rumusan judul makalah tinggal merangkaikan unsur-unsur tersebut, dengan
tetap berpegang pada syarat-syarat rumusan judul: sesuai topik, singkat,
bentruk frasa, dan lugas. Manakah di antara kemungkinan rumusan judul
berikut yang memenuhi syarat-syarat tersebut?

(1) Program Keluarga Berencana Dapat Berperan Mengendalikan


Pertumbuhan Penduduk Desa Tertinggal
(2) Pengendalian Pertumbuhan Penduduk Desa Tertiggal dengan
Keluarga Berencana
(3) Uluran Tangan Keluarga Berencana dalam Pengendalian
Pertumbuhan Penduduk Desa Tertinggal
(4) Keluarga Berencana: Peranannya dalam Mengendalikan
Pertumbuhan Penduduk Desa Tertinggal
(5) Peranan Keluarga Berencana dalam Pengendalian Pertumbuhan
Penduduk Desa Tertinggal

Manakah dari kelima rumusan judul tersebut yang sesuai dengan


topik, singkat, bentuk frasa, dan lugas? Rumusan (1) sesuai dengan topik
keluarga berencana, tetapi tidak memenuhi syarat lain karena berupa
kalimat. Buktinya? Dalam rumusan itu dapat ditemukan konstruksi subjek-
predikat. Rumusan (2) menyimpang dari topik, karena rumusan itu
menyuratkan topik pengendalian pertumbuhan penduduk bukan keluarga
berencana. Rumusan (3) walaupun sesuai dengan topik keluarga
berencana, tetapi mengandung makna kias atau tidak lugas yang
diakibatkan oleh pengguanaan kata uluran tangan. Rumusan (4) sesuai
dengan topik keluarga berencana, tetapi kurang singkat dibandingkan
dengan rumusan (5). Oleh karena itu rumusan (5) adalah rumusan judul yang
sesuai dengan topik, singkat, frasa benda, dan lugas.

e. Merumuskan Tesis
Tesis adalah gagasan sentral megenai topik tulisan yang merupakan
landasan bagi seluruh kegiatan dalam proses penulisan. Fungsi tesis dalam
sebuah tulisan sama dengan fungsi kalimat utama dalam sebuah paragraf.
Rumusan tesis berisi pokok pikiran yang dinyatakan dalam kalimat yang
spesifik.
Artikel dan Makalah 89

Dalam keseluruhan proses penulisan, rumusan tesis itu berfungsi


sebagai pengendali, dan pedoman pengembangan tulisan. Itu berarti bahwa
dalam langkah pengembangan (tahap penulisan) tidak boleh menyimpang
dari intisari tulisan. Gagasan yang dikembangkan dalam paragraf-paragraf
makalah bersumber dari gagasan-gagasan yang ada pada tesis. Demikian
pun pada tahap revisi, tesis berguna untuk menilai atau mengevaluasi
makalah. Dari penilaian tersebut, dapat dilakukan perbaikan, penyuntingan
(isi, sistematika, bahasa) dengan berpedoman pada rumusan tesis.
Rumusan tesis yang baik memenuhi beberapa karakteristik (a) tesis
ditulis dalam kalimat lengkap; (b) tesis mengungkapkan opini, sikap, atau
gagasan, bukan sekadar pernyataan seerhana tentang topik yang akan
dikembangkan; (c) tesis bukan hanya menggambarkan fakta, tetapi juga
menmbutuhkan penjelasan dan pembuktian; dan (d) tesis hanya terdiri
atas satu gagasan untuk satu topik.
Agar makalah menarik untuk dibaca, rumuskan tesis secara tajam.
Untuk menajamkan tesis tersebut dapat dilakukan dengan (a) tesis dipilih
berdasarkan otoritas penulis, (b) tesis dipilih yang tidak terlalu luas, (c) tesis
dipilih yang padu, dan (d) tesis dipilih yang khusus.
Bagaimanakah merumuskan tesis makalah itu?
Pertama, penulis harus melakukan langkah pengidentifikasian
variabel dan masalah yang terkandung dalam rumusan judul makalah. Judul
Peranan Keluarga Berencana dalam Pengendalian Pertumbuhan Penduduk
Desa Tertinggal, misalnya, diidentifikasikan memiliki tiga variabel yaitu (a)
keluarga berencana, (b) pengendalian pertumbuhan penduduk, dan (c) desa
tertinggal. Selanjutnya, identifikasilah masalah-masalah yang perlu dibahas
dalam setiap variabel tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan di
seputar variabel-variabel itu.
Untuk variabel-variabel tersebut, misalnya, dapat diajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

(1) Apakah program keluarga berencana itu?


(2) Apa saja peranan keluarga berencana itu?
(3) Apakah pertumbuhan penduduk itu?
(4) Bagaimanakah pengendalian pertumbuhan penduduk itu?
(5) Apakah indikator desa tertinggal itu?
(6) Mengapa keluarga berencana dapat mengendalikan pertumbuhan
penduduk?
(7) Bagaimana keluarga berencana dapat berperan mengendalikan
pertumbuhan penduduk desa tertinggal?
Artikel dan Makalah 90

Kedua, penulis mengidentifikasi berbagai kemungkinan jawaban


atas pertanyaan atau masalah tersebut. Di langkah inilah bagaimana
pandangan, pendapat, pengetahuan penulis dapat digunakan untuk
menjawab masalah tersebut. Contohnya untuk menjawab pertanyaan (1),
penulis membatasi program keluarga berencana sebagai program yang
meliputi penundaan usia nikah, penggunaan kotrasepsi, dan perencanaan
jumlah anak. Dengan demikian, pertanyaan (2) penulis menjawab bahwa
keluarga berencana dapat berperan mengatur jarak kelahiran, membatasi
jumlah kelahiran. Begitu seterusnya untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Ketiga, setelah seluruh pertanyaan ditentukan jawabannya,
tinggallah dirumuskan tesisnya dengan cara merangkaikan seluruh jawaban
tersebut dalam satu paragraf yang runtut dan padu. Rumusan tesis untuk
judul makalah Peranan Kelurga Berencana dalam Pengendalian
Pertumbuhan Penduduk Desa Tertinggal, misalnya, sebagai berikut.

Keluarga Berencana adalah program yang meliputi penundaan


usia nikah, penggunaan kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak.
Program tersebut dapat berperan mengatur jarak kelahiran, dan
membatasi jumlah kelahiran, sehingga penambahan jumlah penduduk
pada suatu wilayah yang sebagian besar berpencaharian agraris
dapat diatur dan disesuaikan dengan pendapatan per kapita
penduduk wilayah itu yang di bawah batas minimum. Oleh karena itu,
program keluarga berencana dalam tulisan ini mencakup juga
persoalan perencanaan peningkatan pendapatan perkapita penduduk,
bukan sekadar pembatasan anak dalam jumlah tertentu dalam satu
kelurga.

8.2.2 Menyusun Kerangka Makalah


Kerangka makalah disusun setelah topik ditentukan, tujuan
ditetapkan, dan tesis dirumuskan. Kerangka adalah rencana kegiatan yang
memuat pokok-pokok isi makalah. Dalam pokok-pokok isi makalah
hendaknya memuat semua topik bawahan secara rinci yang akan
dikembangkan sesuai dengan topik yang dipilih. Dalam kerangka sebaiknya
tergambar secara utuh isi makalah yang akan ditulis.
Menyusun kerangka makalah dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut.
(1) Merumuskan tujuan
(2) Merumuskan tesis berdasarkan topik dan rumusan tujuan
Artikel dan Makalah 91

(3) Mendaftar topik-topik bawahan dari topik utama berdasarkan


rumusan tesis.
Kalimat pertama tesis itu berbunyi Keluarga Berencana adalah
program yang meliputi penundaan usia nikah, penggunaan
kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak. Dalam rumusan itu Anda
dapat menginventarisasi gagasan-gagasan terdiri atas (a)keluarga
berencana, (b) penundaan usia nikah, (c)penggunaan kontrasepsi,
dan (d)perencanaan jumlah anak. Lakukanlah proses yang sama pada
kalimat lain dalam rumusan tesis tersebut, sehingga semua gagasan
berhasil diinventarisasi!
(4) Mengecek daftar topik bawahan
Pada langkah ini semua gagasan yang dicatat dari hasil rumusan tesis
dikelompok-kelompokkan: apakah ada dua topik atau lebih yang
dapat dikelompokkan dalam klasifikasi tertentu, bagaimanakah
kedudukan gagasan yang satu dengan yang lain, adakah gagasan itu
sederajat atau sebagai subordinasi gagasan lain. Buatlah rumusan
gagasan yang mencakup gagasan-gagasan bawahannya dalam
klasifikasi itu!
(5) Menyusun topik-topik bawahan secara sistematis
Keempat gagasan --keluarga berencana, penundaan usia nikah,
penggunaan kontrasepsi, dan perencanaan jumlah anak-- tadi
misalnya, dapat diklasifikasi menjadi dua: (a) pengertian keluarga
berencana, dan (b) macam program keluarga berencana, yang
bergagasan bawahan penundaan usia nikah, penggunaan kontrasepsi,
dan perencanaan jumlah anak. Jika dituliskan dalam urutan ke bawah
tampak sebagai berikut.

Pengertian Keluarga Berencana


Macam Program Keluarga Berencana
Penundaan Usia Nikah
(1) Penggunaan Kontrasepsi
(2) Perencanaan Jumlah Anak

Lakukanlah proses serupa untuk semua gagasan yang telah berada


dalam klasifikasi, bahkan juga untuk gagasan bawahan dalam
klasifikasi. Dengan cara tersebut akan diperoleh kerangka karangan
formal yang merinci dan mengatur gagasan secara rumit dan detail.
Artikel dan Makalah 92

Amatilah contoh berikut!


Pengertian Keluarga Berencana
Dari segi medis
Dari segi demografis
Dari segi sosiologis

Macam Program Kelurga Berencana


(1) Penundaan Usia Nikah
(a) Pengembangan hobi
* Sekedar hiburan
* Ke arah profesional

(b) Pengembangan karier


* Studi lanjut
* Peningkatan prestasi kerja
* Pengembangan usaha
(2) Pengunaan Kontrasepsi
(a) Macam kontrasepsi
* IUD
* Susuk
* Kondom
* Pil
(b) Cara penggunaan dan efek samping
* Cara penggunaan
* Efek samping
(6) Menilai ulang dan merevisi kerangka makalah.

8.2.3 Mengumpulkan Beragam Jenis Bahan


Jenis bahan yang diperlukan untuk menulis makalah sangat
bergantung pada jenis makalahnya. Untuk makalah yang bersifat faktual,
diperlukan bahan yang berupa fakta-fakta, sedangkan untuk makalah yang
bersifat teoretis, diperlukan bahan yang berupa teori-teori. Makalah yang
berisi perpaduan antara faktual dan teoretis mengharuskan fakta-fakta dan
teori-teori. Pengumpulan bahan dapat diperoleh melalui pustaka maupun
nonpustaka (wawancara, observasi, dan angket).
Artikel dan Makalah 93

8.2.4 Mengembangkan Makalah


a. Mengembangkan Isi Makalah dalam Bentuk Paragraf
Substansi kegiatan tahap penulisan adalah pengembangan gagasan ke
dalam paragraf. Jika kebetulan kerangka karangan yang disiapkan termasuk
kerangka karangan formal, yang berarti gagasan itu telah sampai rincian
detail, maka setiap nomor rincian dalam karangka itu adalah satu gagasan
pokok. Mulailah menulis dari gagasan pokok pertama sesuai urutan dalam
kerangka karangan. Nyatakanlah gagasan pokok itu dalam kalimat utama.
Tentukan apakah Anda akan menggunakan pola deduksi atau induksi atau
kombinasi keduanya, sehingga jelas penempatan kalimat utamanya: di awal,
di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf. Dukunglah kalimat utama itu
dengan kalimat-kalimat penjelas!
Paragraf dapat dikembangkan dengan teknik penyajian contoh/bukti,
komparasi persamaan atau perbedaan, kausal sebab-akibat atau akibat-
sebab, logis prosedural atau temporal atau spasial, definisi, klimaks atau
antiklimaks. Variasikanlah jenis paragrafnya, teknik pengembangannya, dan
kalimat-kalimatnya.
Berpindahlah dari gagasan pokok yang satu ke gagasan pokok yang
lain. Begitu seterusnya, sehingga seluruh gagasan dalam kerangka karangan
selesai dikembangkan dalam paragraf. Sebagai buram, hasil proses ini masih
memerlukan perbaikan atau penyempurnaan lebih lanjut.

b. Mengembangkan Penguat
Dalam penulisan makalah yang berintikan pengembangan gagasan
dalam paragraf-paragraf tersebut tidak jarang digunakan pendapat, gagasan,
data yang telah dikemukakan oleh orang lain baik dalam buku ataupun
penerbitan lain (majalah, jurnal, koran). Penggunaan kutipan itu
dimaksudkan sebagai penegasan, pembuktian atau pembandingan pendapat.
Secara jujur penulis makalah harus mempertanggungjawabkan kutipan itu.
Secara lebih terinci teknik pengutipan akan dibicarakan pada bab lain dari
buku ini.

c. Mengembangkan Sistematika Makalah


Sistematika makalah tersusun dengan urutan (1) pendahuluan, (2)
permasalahan, (3) pembahasan, dan (4) penyimpulan. Ada juga yang
memasukkan permasalahan dalam pendahuluan sehingga sistematikanya
menjadi pendahuluan, pembahasan, dan penyimpulan.
Pendahuluan merupakan bagian makalah, berisi latar belakang
atau alasan-alasan pemilihan topik bahasan. Pada bagian ini penulis
Artikel dan Makalah 94

mempertanggungjawabkan mengapa dipilih masalah tersebut, apa yang


melatarbelakanginya. Tujuan bagian ini meyakinkan pembaca bahwa
masalah tersebut wigati (urgen) untuk dikaji. Di samping itu dapat juga
diungkapkan tujuan penulisannya: apa yang hendak dicapai oleh tulisan
tersebut. Kadang-kadang dapat ditambahkan juga garis besar isi makalah dan
urutan pembahasannya.
Bagian berikut ialah permasalahan. Bagian ini berisi pertanyaan-
pertanyaan atau persoalan-persoalan yang akan dibahasnya. Tidak
selamanya berupa rumusan pertanyaan, dapat juga permasalahan
diungkapkan dalam pernyataan. Termasuk pada bagian ini adalah
pengemukaan ruang lingkup pembahasan jika diperlukan. Dalam
kesatuannya dengan seluruh bagian makalah, kelazimannya permasalahan
ini berpayung dalam bagian pendahuluan. Jadi keberadaannya menyatu
dengan bagian pendahuluan, tepatnya di bagian akhir bagian pendahuluan
makalah.
Bagian pembahasan berisi perbincangan masalah dengan
menggunakan data, fakta, dan atau teori tertentu. Semua masalah yang telah
dirumuskan pada bagian sebelumnya satu persatu didiskusikan. Dalam
makalah deduktif, pembahasan atau pendiskusian dimulai dengan penyajian
teori yang relevan, dilanjutkan dengan penyajian data, fakta yang mendukung
teori tersebut. Tentu saja, sebagai penyajian teori, tidak sekadar dikutip.
Teori-teori itu perlu diinterpretasi, direlevansi, dan diiferensi.
Pada interpretasi dan relevansi, sekaligus disajikan fakta dan data
yang ada.. Maksudnya, dalam makalah deduktif teori digunakan langsung
pada bagian pembahasaan terpadu dengan interpretasi dan relevansi teori.
Lain halnya dengan makalah induktif. Dalam makalah induktif
jawaban pemecahan masalah berdasarkan hasil pengamatan empiris, dimulai
dari penyajian fakta, data, dan diikuti dengan penarikan simpulan.
Selanjutnya simpulan tersebut dapat dikaji dari teori tertentu sebagai
perbandingan dan pemerjelas hasil pengamatan. Pada makalah hasil berpikir
induktif, pengintegrasian langsung teori yang digunakan dengan fakta
empiris yang disajikan tampaknya lebih tepat. Artinya, setelah disajikan data
atau fakta empiris, langsung dihubungkan dengan teori yang digunakan.
Bagaimana dalam makalah induktif, teori itu diinterpretasi dan diinferensi?
Oleh sebab sajian fakta dan data sudah dilakukan terlebih dahulu,
interpretasi dan relevansi teori langsung terfokus pada data atau fakta yang
tersaji. Dengan kata lain, interpretasi dan relevasi teori pada makalah
induktif dapat diumpamakan sebagai penyorotan fakta atau data tersebut
Artikel dan Makalah 95

dengan sinar laser. Teori menjadi pencerahan data dan fakta yang telah
tersaji.
Setelah semua permasalahan dibahas satu persatu dalam bagian
pembahasan, makalah diakhiri dengan penyimpulan. Bagian penyimpulan
berisi jawaban atau simpulan atas masalah yang diajukan. Simpulan
hendaknya sesuai dengan proposisi-proposisi yang telah ditemukan pada
bagian pembahasan. Pada bagian pembahasan sesungguhnya telah ada
simpulan-simpulan kecil. Itulah yang dimaksud proposisi dalam hal ini. Atas
dasar proposisi tersebut, dirumuskan simpulannya. Akan tetapi harus
diingat, bahwa simpulan bukan mengulang lagi yang sudah dikemukakan
pada bagian sebelumnya. Jika pengulangan itu terjadi, namanya resume atau
rangkuman. Simpulan berbeda dengan rangkuman.
Setelah penarikan simpulan, pada bagian ini dapat juga ditambahkan
atau diikuti saran atau ajungan (rekomendasi). Hendaklah hanya diajukan
saran atau anjungan yang relevan dengan pokok masalah. Lebih baik tidak
perlu dicantumkan saran daripada saran tersebut tidak bergayut dengan
pokok masalahnya. Singkatnya, saran tidak boleh keluar dari pokok masalah
makalah.
Hal yang juga tidak boleh dilupakan dalam makalah adalah
penyertaan atau pencantuman daftar rujukan. Daftar rujukan memuat
pustaka-pustaka yang dirujuk dalam makalah. Sekali lagi, yang dicantumkan
hanyalah pustaka yang dirujuk.

8.2.5 Menyunting Makalah


Biasanya hasil pengembangan gagasan pada tahap penulisan belum
sempurna benar. Jarang ada penulis yang menyelesaikan tulisannya sekali
jadi. Kekurangan, dan ketidaksempurnaan baik pada pengembangan isi,
penggunaan bahasa (tanda baca, pilihan kata, penyusunan kalimat), maupun
sistematika/pengorganisasian gagasan pastilah ada.
Anggaplah bahwa hasil penulisan tahap tersebut masih berupa
buram. Oleh karena itu masih perlu diperbaiki. Istilah lain perlu diadakan
penyuntingan.
Apa yang perlu diperbaiki atau disunting? Pertama, perbaikan itu
terarah pada isi. Apakah isi tulisan tersebut sudah sesuai dengan judul, dan
rumusan tesis pada awal menulis makalah? Yang kurang ditambahi, yang
lebih ditanggalkan. Lebih maksudnya terlalu luas, terlalu
menyimpang/keluar dari judul dan tesis. Adakah gagasan yang saling
bertentangan? Jika ada, selaraskanlah!
Artikel dan Makalah 96

Kedua, perbaikan terarah pada sistematika atau urutan. Manakah di


antara gagasan itu yang perlu digeser penempatannya untuk memperoleh
efektivitas? Apakah urutan itu tidak menjemukan? Jika belum, ubahlah
sistematikanya! Jelasnya, pengubahan itu dapat dilakukan dengan
memindah-pindahkan atau menukar-tukarkan posisi paragrafnya.
Ketiga, perbaikan itu terpumpun pada bahasa. Adakah kesalahan
atau kekhilafan dalam penggunaan tanda baca atau pungtuasi? Adakah
ketidaktepatan pemilihan kata, pembentukan kata? Adakah kalimat yang
tidak efektif yaitu tidak tepat sasaran karena rumusannya tidak benar?
Apakah kalimat-kalimat penjelas mendukung gagasan pokok paragraf
tersebut? Jika ada perbaikilah dulu sebelum orang lain membacanya.
Dengan kemajuan teknologi (komputer), semua itu dapat langsung
dilakukan di komputer. Sebelum dicetak, lakukanlah revisi, perbaikan, atau
penyuntingan itu di komputer. Setelah yakin tanpa kesalahan, barulah
dicetak. Akan tetapi bisa juga penyuntingan dilakukan pada buram cetakan.
Jika itu yang dilakukan, gunakan tanda-tanda koreksi/penyuntingan yang
lazim.

8.2.6 Menilai Makalah


Makalah yang selesai ditulis perlu dinilai kualitasnya. Bagaimanakah
mutu makalah itu? Apakah makalah itu bermutu atau tidak? Penilaian
makalah dapat didasarkan pada lima kriteria: kesesuaian judul dan isi,
ketajaman perumusan masalah, kebenaran pembahasan, ketepatan simpulan,
dan kebenaran tata tulisnya. Ketebalan makalah, kepangkatan dan gelar
penulis, misalnya, tidak dapat dijadikan sebagai kriteria penilaian makalah.
Judul makalah dan isi makalah haruslah sesuai. Apa yang
terumuskan dalam judul dibahas dalam isi makalah. Isi makalah seharusnya
membahas variabel-variabel yang terumuskan dalam judul. Jika terjadi
ketidaksesuaian antara judul dan isi, hal itu mengindikasikan makalah
tersebut kurang bermutu. Untuk itu, cocokkanlah kembali dengan kerangka
karangan yang sudah dibuat sebelumnya. Langkah ini dapat dilakukan untuk
menilai kesesuaian judul dengan isi makalah.
Ketajaman perumusan masalah dapat dilihat pada permasalahan --
biasanya di akhir pendahuluan-- dengan memperhatikan rumusan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Apakah pertanyaan-pertanyaan
bergayut dengan judul? Apakah pertanyaan tersebut problematis artinya
mengungkapkan persoalan yang memang patut dipecahkan? Apakah
pertanyaan itu memungkinkan pengkajian secara ilmiah?
Artikel dan Makalah 97

Apakah permasalahan itu dibahas secara tepat? Artinya apakah teori,


fakta, dan data yang digunakan mendukung atau sesuai dengan masalah?
Apakah pembahasan menawarkan alternatif-alternatif jawaban? Apakah
setiap alternatif diuji kebenarannya? Apakah keterkaitan pembahasan
masalah satu dengan lainnya? Logis dan rasionalkah pembahasannya?
Sesuaikah penggunaan teori dan penyajian fakta data dengan pokok masalah
makalah? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk
menilai makalah dari segi kebenarannya pembahasannya.
Apakah simpulan merupakan sintesis dari pembahasan? Apakah
simpulan merupakan alternatif teruji dan terbaik dari alternatif yang telah
diajukan? Apakah simpulah itu tidak melenceng dari permasalahan? Apakah
simpulan itu bukan merupakan pengulangan atau resume yang telah
diajukan sebelumnya? Adakah kebaruan tesis dalam simpulan itu? Semua
pertanyaan itu dapat diajukan untuk menilai kualitas makalah dalam
ketepatan simpulan yang diambilnya.
Akhirnya, hal-hal seperti pemaragrafan, penyusunan kalimat,
pemilihan kata, penggunaan tanda baca dan ejaan perlu juga menjadi
pertimbangan dalam penilaian makalah. Begitupun hal-hal teknis seperti
pengutipan, penulisan catatan kaki, perwajahan patut juga dipertimbangkan.
Apakah hal-hal yang berkaitan dengan tata tulis itu sudah dilakukan dengan
benar?

Anda mungkin juga menyukai