Anda di halaman 1dari 20

Undip dan segudang Permasalahannya

Berbicara mengenai Undip tidak hanya berkaitan dengan segudang prestasi yang di capai oleh
mahasiswa dan dosen nya. Tapi juga oleh segudang permasalahan-permasalahan yang ada di tubuhnya.
Permasalahan tersebut bukan nya selesai dengan baik, tapi malah menimbulkan masalah-masalah baru.
22 juli 2015 merupakan awal ditetapkannya Undip menjadi PTN-BH dengan Tujuan untuk melakukan
peningkatan kualitas. Pada saat ditetappkan nya PP no 52 tahun 2015, Undip menjadi Unversitas ke 9
yang berstatus badan hukum.

Apa Sih itu PTN-BH?

Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum atau biasa disngkat PTN-BH adalah Perguruan tinggi
Negri yang diberikan wewenang lebih luas untuk mengatur perguruan tinggi negri tersebut. Segala
urusan keuangan dan bahkan pembukaan atau penutupan program studi diberikan keleluarsaan kepada
PTN-BH oleh pemerintah (Ristekdikti) dengan tujuan dan harapan bahwa Universitas dapat berinovasi
dan berkembang dengan lebh pesat lagi. Akan tetapi penerapan PTN-BH bukannya memberikan dampak
baik bagi mahasiswa, melainkan sebaliknya. 2016 muncul kenaikan UKT dan SPI. Pada saat itu
ditetapkan, tepatnya 5 april 2016, muncul reaksi dari mahasiswa Undip yang beramai ramai menolak
UKT dan SPI yang mengalami kenaikan. Pada saat itu diduga bahwa mengapa Undip menaikkan UKT dan
SPI adalah karena pemasukkan Undip melalui Kemenristekdikti yang berkurang, yakni saat PTN-BLU
Undip menerima dana 200 Miliar, sedangkan pada saat PTN-BH Undip mendapatkan 90 Miliar, inilah
yang menjadi dugaan terkuat mengapa rektorat mengeluarkan kebijakan berupa kenaikan biaya UKT
dan SPI.

Tapi ketika kita melihat PTN-BH, mash ada celah dimana PTN-BH justru memiliki fungsi yang
signifikan bagi pengembangan didalam pendapatan, yaitu terkait dengan diperbolehkannya PTN-BH
untuk membuat usaha dan menjalin kerjasama untuk memenuhi berbagai hal yang dirasa perlu oleh
universitas untuk ditambah, diperbaiki, ataupun dibuat. Dengan catatan bahwa kemenristekdikt juga
memberikan modal berupa Endownment fund sebesar 1 Triliun rupiah untuk diputarkan sebagai modal
dari PTN-BH tersebut. Jadi sebenarnya Unversitas memiliki Peluang yang sangat besar untuk membuat
pendapatan hasil Usaha dan pendapatan dari yang lain lain demi terwujudnya pengurangan pendapatan
Operasional yang didapatkan dari mahasiswa. Dalam artian singkat, biaya kuliah kita bisa dikurangi jika
pendapatan hasil usaha, hibah, dan kerjasama dapat menjadi pilar utama dari pendapatan Undip
sebagai PTN-BH.

Kenyataanya..
Laporan Keungan Undip 2018 hasil audit menyebutkan penerimaan sumbangan operasional
mencapai Rp610.756.059.455 sedangkan Penerimaan sumbangan masyarakat lainnya hanya
Rp3.813.528.111. terjadi ketimpangan yang sangat jauh disini antara dana penerimaan operasional yang
didapatkan oleh mahasiswa dengan pendapatan yang dimana sebenarnya dibuatnya PTN-BH dapat
mengakomodir atau bahkan menambah pendapatan yang diterima undip dengan hasil usaha nya dan
juga dengan usaha PTN-BH juga usaha usaha Undip menjadi pilar utama pendapatan undip itu sendiri.
Ketika dicari tau mengenai kenapa hasil ini bisa begitu timpang, prof yos dam beberapa wakil rektor nya
malah menyalahkan keadaan seperti letak RSND yang tidak strategis, usaha undip yang masih sedikit,
pro alma yang belum bisa mendapatkan keuntungan apa apa dan PT Undip Maju serta PT Undip Food
yang kemudian belum bisa memperoleh pendapatan yang maksimal sesuai target yang telah ditetapkan.

Permasalahan PTN-BH ternyata tidak hanya sampai disitu saja. Sebagai dampak dari Undip
mendapatkan Status PTN-BH, ternyata Undip langsung mengepakkan sayap nya dengan membuka
program studi di luar kampus utama atau biasa dikenal dengan PSDKU. Beberapa persyaratan
pembukaan PSDKU yang sudah dimiliki kemudian memuluskan niat rektorat untuk membuka PSDKU di
beberapa daerah, yaitu Batang, Rembang, Pekalongan, dan beberapa kampus yang sistemnya
kerjasama, yaitu Demak, dan jepara, yang semuanya sampai sekarang juga menjadi polemic mengenai
nasib mahasiswa disana dari segi akademik dimana dosennya jarang masuk, jumlah ruangan yang
sedikit, status gedung yang berupa pinjaman, biaya kuliah, kegiatan kemahasiswaan sampai pada
peraturan rektor yang tidak kunjung diperlihatkan saat audiensi diadakan. Tidak hanya itu saja, bahkan
kita sampai sekarang masih mempertanyakan bagaimana bisa tiba tiba PSDKU dapat muncul dan
keberlanjutan dari MOU yang dilaksanakan antara pemerintah daerah dengan Rektorat Universitas
Diponegoro yang sampai sekarang masih simpang siur.

Belum lepas sampai disitu saja, permasalahan baru pun makin lama semakin terkuak. contohnya
adalah mengenai pembangunan gedung yang tidak melihat prioritas. Ketimpangan kualitas dari sarana
prasarana gedung dan sarana prasarana kegiatan belajar mengajar semakin terlihat dengan gedung di
beberapa fakultas yang sejatinya sudah sangat megah tapi masih terus digenjot pembangunannya
dengan tidak melihat aspek aspek prioritas pada pembangunan tersebut. Disamping itu juga
penggenjotan sarana prasarana ini dirasa cukup aneh dan menjadi jadi seiring dengan timbulnya
beberapa isu terkait dengan pembangunan dan fungsi dari pembangunan tersebut. Kemudian semakin
nyatalah bahwa undip bahkan terlihat kebingungan didalam mendistribusikan dana. Contohnya saja
yang masih hangat terdengar adalah dana segar dari salah satu bank hasil kerjasama dengan undip
bernilai ratusan juta rupiah yang akan di distribusikan dengan cara membuat UKM Marching Band yang
bahkan seakan akan menabrak alur pengajuan UKM. Begitu rumitnya pemikiran dari birokrat kampus ini.

Disamping permasalahan permasalahan tersebut. Beberapa waktu lalu mulai timbul isu baru
terkait dengan transformasi D3 menjadi D4 yang juga tidak mendahulukan pembuatan pembuatan
peraturan dan pematangan konsep. Bahkan langsung main sikat habis dengan cara membuka
pendaftaran D4 di beberapa jurusan yang sudah di gabung serta penutupan pendaftaran D3 untuk
seluruh jurusan di kampus Utama. Belum siap sampai disitu, saat diajak untuk audiensi, ternyata yang
didapat hanya kata kata retoris dan tanpa substansi yang jelas sama sekali. Undip jelas terlalu otoriter
didalam menetapkan sebuah kebijakan tanpa adanya jajak pendapat antara mahasiswa dan pihak
birokrat kampus. Kembali mahasiswa membutuhkan jawaban ini dan terus berbisik bisik kesana kemari
demi mendapatkan jawaban. Padahal sebenarnya pihak mahasiswa hanya ingin mendapatkan kejelasan
terkait dengan bagaimana konsepnya dan seperti apa bentuk D4 serta alasan konkrit mengapa D4 harus
dibuat. Sungguh ini keterlaluan.

Belum lepas sampai disitu saja, permasalahan lama seperti diberlakukannya biaya sewa gedung
yang mahal juga menjadi polemic. Bagaimana tidak, rektorat yang memberikan anggaran
kemahasiswaan tapi mengapa mahasiswa harus membayar gedung yang bahkan seharusnya sudah kita
bayarkan melalui biaya kuliah yang disebut UKT dan SPI. Dengan santai rektorat menjawab bahwa
rektorat tidak mungkin menanggung segala pembiayaan peminjaman gedung yang digunakan oleh
mahasiswa karena gedung tersebut secara tidak langsung adalah milik negara yang dipinjamkan kepada
perguruan tinggi. Apakah kita tidak menjadi tanggungan undip? Seakan akan setiap organisasi ataupun
komunitas yang ada di undip harus membayar mahal mahal untuk peminjaman gedung.

Tidak hanya sampai situ saja, kini permasalahan rumit sampai pada dahi seorang ibu yang
berkerut membingungkan bagaimana cara membayar biaya kuliah anaknya yang mahal. Undip didalam
menentukan biaya kuliah pada mahasiswa baru, ditetapkan melalui sistem dengan memperhatikan
beberapa aspek seperti gaji orangtua, jumlah bersaudara, pekerjaan orangtua, dan lain lain, tetapi undip
tidak kunjung memberikan kejelasan mengenai apa apa saja yang akan didapatkan oleh mahasiswa
ketika membayarkan UKT tersebut. Bahkan pedoman UKT yang terdapat pada peraturan rektor nomor
28 tahun 2017 saja sampai sekarang tidak bisa kita lihat apa saja isinya, yang kemudian hanya menjadi
asumsi liar saja bahwa undip ataupun kemenristekdkti terlalu percaya diri didalam menetapkan biaya
kuliah tanpa melihat keterbutuhan kuliah bagi anak muda di negara ini dan pentingnya menempuh
pendidikan sebaik mungkin yang bahkan sudah dijamin pada UUD pasal 31 tentang pendidikan.

Berbagai upaya undip untuk menghalau terpaan isu biaya kuliah tersebut dibelokkan dengan
adanya sistem penangguhan yang sampai sekarang masih terkesan tidak secara legal ditetapkan. Bahkan
peraturannya saja tidak ada. Didalam sistem tersebut setiap mahasiswa pada intinya akan diberikan
pinjaman oleh bank dengan dikenakan bunga.

Dari berbagai macam masalah yang telah dijabarkan dimana banyaknya masalah yang telah
coba dipaparkan dan akan dijelaskan kembali di bawah, sebenarnya undip dapat melakukan hal yang
baik dengan melakukan transparansi dan mengajak kerjasama partisipatif kepada mahasiswa demi
terwujudnya lingkungan kampus yang partisipatif, dan tranparan serta progresif. Ada beberapa poin
yang setidaknya di transparansikan oleh pihak birokrat kampus agar ini dapat diselesaikan dengan baik
yaitu:

1. Transparansi Pengelolaan keuangan


2. Transparansi Informasi dan Kebijakan
3. Transparansi Masterplan Undip
4. Transparansi Unit Cost

Dengan di transparansikannya 4 point tersebut, pasti dengan lambat laun progresivitas dari seluruh
Civitas akademika Undip akan meningkat dengan juga terlaksanannya prinsip akuntabilitas, adil, dan
Partisipatif didalam keberjalanannya
MASALAH TRANSPARANSI ALOKASI DANA UKT DAN SPI?

Sejak tahun 2013 lalu, UNDIP menerapkan sistem pembayaran biaya kuliah dengan
sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) . Sejak adanya pemberlakuan UKT menimbulkan banyak
masalah UKT pemberlakuan UKT di UNDIP dengan status Perguruan Tinggi Negeri(PTN).
Dahulu sebelum adanya pemberlakuan UKT di tiap Universitas PTN, PTN sangat digemari
karena murahnya biaya dan kualitasnya yang unggul. Kini dengan adanya UKT, pandangan PTN
murah tidak lagi ada. Biaya kuliah di PTN sama mahalnya seperti PTS. Maka banyak protes di
sana sini terkait UKT. Akan lebih banyak masyarakat takut kuliah karena melihat biayanya saja
sudah geleng-geleng kepala. Bahkan, misalnya saja seluruh orangtua mahasiswa termasuk
golongan mampu, nominal UKT tersebut dianggap terlalu berlebihan. Oleh karena itu perlu
adanya transparansi setiap alokasi Dana yang digunakan oleh UNDIP termasuk di pembayaran
UKT ini. Bukannya memberi keringanan uang kuliah tapi malah berdampak pada
melambungnya biaya kuliah.

 Sistem UKT membuat biaya kuliah setiap mahasiswa yang masuk dari jalur apapun
menjadi sama besar, yakni jalur SNMPTN, SBMPTN dan Mandiri.Sebagai informasi, UKT
UNDIP golongan V berkisar antara 5.250.000 rupiah, hingga 18.500.000 rupiah dan untuk
golongan I dan II semua jurusan berkisar antara 500.000 rupiah dan 1.000.000 rupiah. Dilihat
dari perbedaan dana UKT antara golongan I ke Golongan V yang sangat jauh bedanya,
menimbulkan kebingungan dengan masalah penggolongan UKT tiap golongan seperti apa dan
sistemnya bagaimana. Sebenarnya masalah biaya bisa saja diantisipasi oleh pemerintah bersama
pihak universitas dengan cara mengumumkan terlebih dahulu biaya UKT yang akan diterapkan
di setiap universitas. Sehingga, pihak mahasiswa dan orangtua tidak merasa keberatan karena
bisa mempertimbangkan terlebih dahulu biaya yang akan dikeluarkan nantinya jika anaknya
diterima di universitas tersebut. 

Seperti telah diketahui bersama, biaya bukanlah perkara sepele yang dapat dengan mudah
ditentukan, biaya merupakan pertimbangan utama selain minat dan kemampuan akademik.
Dalam pembayaran UKT tidak semua orangtua mahasiswa akan mampu membayarnya dengan
nominal tinggi seperti saat ini. Di sisi lain para mahasiswa lebih memilih untuk kuliah di PTS
daripada PTN meskipun sudah dikatakan Lolos masuk dan masuk dari berbagai jalur tetapi yang
menjadi permasalahan ada di segi nominal UKT yang sangat mahal.UKT sendiri adalah sistem
baru dari pemerintah yang masih sangat awam di mata masyarakat. Perlu adanya sosialisasi yang
lebih gencar terkait sistem pembayaran kuliah per semester ini. Sistem UKT diberitahukan
setelah adanya penetapan UKT di laman web universitas. Setelah mengetahui Penetapan UKT
untuk setiap mahasiswa dan menyampaikan pada orang tua, sontak saja semua mahasiswa
termasuk orang tua kaget dengan biaya kuliah yang sangat tinggi belum lagi bagi mahasiswa
jalur UM yang dikenai biaya SPI yang tak jelas sistem pengaturan biayanya untuk tiap jurusan.
Banyak para orangtua mahasiswa yang merasa dirugikan karena pengumuman biaya UKT
diumumkan setelah pengumuman seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN di
2013 lalu. Alangkah lebih baik jika biaya UKT diumumkan ketika pendaftaran PTN dibuka.
Dengan begitu, orang tua tidak akan kaget dan keberatan dengan biaya UKT, karena mahasiswa
dan orangtua bisa memilih universitas dengan biaya UKT yang cukup terjangkau oleh
kemampuan ekonomi orang tua. Tentu juga tidak melupakan kualitas dalam memilih universitas.

Disisi lain, ada program beasiswa bidikmisi, yaitu beasiswa dari pemerintah yang
diberikan pada mahasiswa dengan ekonomi kurang mampu agar dapat mengenyam bangku
kuliah dengan biaya gratis. Beasiswa ini memang sangat membantu mewujudkan mimpi siswa-
siswi yang ingin melanjutkan kuliah namun terhalang biaya. Program tersebut mempunyai
syarat-syarat yang salah satunya yaitu pendapatan total kedua orangtua tidak melebihi tiga juta
rupiah. Syarat tersebut sama sekali tidak salah. Namun, bagaimana dengan yang berpenghasilan
lebih dari tiga juta dan kondisi ekonominya masih kekurangan? Tentu dengan UKT yang cukup
tinggi ini sangat memberatkan mereka. Meski ada solusi dari universitas untuk mengajukan
keringanan UKT yang telah dibagi dalam beberapa golongan, namun tetap saja masih banyak
orangtua kecewa karena pengajuannya ditolak. Penolakan tersebut tidaklah mengherankan
karena jumlah mahasiswa yang akan diberi keringanan telah dibatasi prosentasenya. Padahal,
tidak tertutup kemungkinan bahwa jumlah orangtua mahasiswa dengan kondisi ekonomi
kekurangan juga tidak sedikit. Namun, bagaimanapun juga universitas tetap harus memilih siapa
saja yang akan diberi keringanan. Sehingga dampaknya, masih banyak orangtua dengan
kemampuan ekonomi pas-pasan yang tetap harus membayar mahal UKT. Akhirnya dari
permasalahan sistem UKT yang tidak jelas membutuhkan transparansi yang jelas. Transparansi
berguna untuk menghindari adanya kasus korupsi dan menjaga kepercayaan antar pihak-pihak
yang berkepentingan di dalam sebuah institusi/lembaga .

Jika mengacu pada beberapa dasar hukum seperti ; UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 24 (3) Perguruan tinggi dapat
memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip
akuntabilitas publik. Dan adapun Pasal 48 (1) Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada
prinsip keadilan, efisiensi,transparansi, dan akuntabilitas publik Pasal 51(2) Pengelolaan
satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,akuntabilitas, jaminan
mutu, dan evaluasi yang transparan.

Hal ini dibahas lagi dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Pasal 63
Otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip: a. akuntabilitas; b.
transparansi; c. nirlaba; d. penjaminan mutu; dan e. efektivitas dan efisiensi. Pasal 78 (1)
Akuntabilitas Perguruan Tinggi merupakan bentuk pertanggungjawaban Perguruan Tinggi
kepada Masyarakat yang terdiri atas: a. akuntabilitas akademik; dan b. akuntabilitas
nonakademik. (2) Akuntabilitas Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diwujudkan dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan Tinggi. (3) Akuntabilitas
Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem pelaporan
tahunan. (4) Laporan tahunan akuntabilitas Perguruan Tinggi dipublikasikan kepada
Masyarakat. (5) Sistem pelaporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2015 Statuta Undip. Pasal 75 (1) Akuntabilitas publik
Undip terdiri atas akuntabilitas akademik dan akuntabilitas nonakademik. (2) Akuntabilitas
publik wajib diwujudkan paling sedikit dengan: a. memberikan pelayanan pendidikan yang
memenuhi Standar Nasional Pendidikan Tinggi; b. menyelenggarakan tata kelola perguruan
tinggi berdasarkan praktik terbaik dan dapat dipertanggungjawabkan, c. menyusun laporan
keuangan Undip tepat waktu, sesuai standar akuntansi yang berlaku, serta diaudit oleh
akuntan publik; dan d. melakukan pelaporan lainnya secara transparan, tepat waktu, dan
akuntabel. (3) Laporan keuangan tahunan Undip diaudit oleh akuntan publik. (4) Laporan
keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan tahunan Undip. (5) Laporan keuangan tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diumumkan kepada publik. (6) Administrasi dan pengurusan audit
merupakan tanggung jawab Rektor.

Peraturan Pemerintah nomor 4 Tahun 2014  Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Dan


Pengelolaan Perguruan Tinggi. Pasal 21  Pengaturan Pengelolaan Perguruan Tinggi meliputi:  a.
otonomi Perguruan Tinggi;  b. pola Pengelolaan Perguruan Tinggi; c. tata kelola Perguruan
Tinggi; dan  d. akuntabilitas publik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk Dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Pasal 20 (1) Pemimpin PTN
Badan Hukum menyusun laporan kinerja dan laporan keuangan PTN Badan Hukum pada setiap
tahun anggaran untuk disampaikan kepada majelis wali amanat, Menteri, dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan. (2) Laporan kinerja PTN Badan
Hukum disusun secara sistematis, akurat, dan akuntabel. (3) Laporan keuangan PTN Badan
Hukum disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. (4) Laporan keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas: a. laporan posisi keuangan (neraca); b.
laporan aktivitas; c. laporan arus kas; dan d. catatan atas laporan keuangan. (5) Ketentuan
lebih lanjut mengenai laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri

Peraturan MWA No. 07 Tahun 2016 Sistem Perencanaan dan Pengembangan Kampus Pasal 11
(1) Penguatan prinsip-prinsip Good University Governance berbasis kinerja, integratif,
transparan, akuntabel, adil/aspiratif, wajar dan tepat waktu dalam setiap penyusunan dokumen
perencanaan.  (2) Penguatan institusi dan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan
sistem tata kelola dengan prinsip-prinsip Good University Governance. (3) Penguatan
kesinambungan  Pasal 14 (1) Pengembangan sistem pengelolaan keuangan berdasar tujuh
pilar yaitu berbasis kinerja, integratif, transparan, akuntabel, adil/aspiratif, wajar dan tepat
waktu. 
Dari seluruh peraturan yang dimuat selalu ada kata akuntabilitas yang diharapkan agar dijalankan
dengan baik. Pengertian akuntabilitas adalah sebuah kewajiban melaporkan dan bertanggung
jawab atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang
telah ditetapkan sebelumnya, melalui media pertanggungjawaban yang dikerjakan secara
berkala. Dari hal inilah yang harus dilakukan oleh UNDIP agar dapat segera melakukan
transparansi dan akuntabilitas publik.
Harus nya dengan adanya dasar hukum seperti ini, segera UNDIP harus melakukan
transparansi agar menghilangkan stigma berlebihan dari para mahasiswa tentang alokasi dana
dari UKT dan SPI.
Adakah Transparansi Pengelolaan Keuangan dan kebijakan UNDIP ?
Memasuki tahun 2017, Universitas Diponegoro menyandang predikat Perguruan Tinggi
Negeri Badan Hukum (PTN BH). Perubahan itu didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor
81 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 2015. Predikat PTN-BH untuk
Universitas adalah salah satu bentuk kepercayaan dari Pemerintah pada suatu Universitas dalam
memberikan otonomi di bidang akademik maupun non-akademik. Oleh karena itu kita harus
paham konsep dari PTN BH itu sendiri.
 Secara umum, konsep PTN-BH akan memberikan otonomi pada bidang akademik dan
non-akademik yang luas kepada PTN. Pasal 65 ayat (3) UU Dikti menyatakan bahwa PTNBH
memiliki: (a) kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; (b) tata
kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri; (c) unit yang melaksanakan fungsi
akuntabilitas dan transparansi; (d) hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan
akuntabel; (e) wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri dosen dan tenaga
kependidikan; (f) wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan
(g) wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi.
Dilihat dari status Undip yang sudah menjadi PTN-BH memang memberi dampak baik
bagi pihak undip tetapi tidak menutup kemungkinan banyak memiliki banyak dampak negatif
terlebih pada mahasiswa dikarenakan Ketakutan terhadap lahirnya konsep PTN-BH ini adalah
pembebanan biaya kuliah yang memberatkan mahasiswa. Alasannya karena PTN-BH otonom
dalam pengelolaan keuangan. Tidak mengherankan bila konsep PTN-BH memuluskan agenda
globalisasi, termasuk komersialisasi pendidikan. Sistem pendanaan pendidikan selayaknya tetap
dalam kendali pemerintah, yaitu mengelola pendapatan negara dengan baik untuk pendidikan
seperti Pemenuhan kewajiban masyarakat dalam membayar pajak seharusnya berdampak pada
subsidi pendidikan. Di sisi lain, keleluasaan PTN-BH untuk mencari sumber dana dengan
membentuk badan usaha, dinilai baik dalam menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tetapi
tidak berarti bahwa pemerintah lepas tangan terhadap pembiayaan penyelenggaraan pendidikan.
Pemerintah harus bertanggung jawab sesuai amanah konstitusi, termasuk memberikan subsidi.
Maka dapat disimpulkan bahwa konsep PTN-BH akan melonggarkan akses PTN dalam
mendapatkan sumber pendanaan selain dari pemerintah, termasuk dengan membuat unit usaha.
Pendapatan dari usaha tersebut dapat digunakan langsung PTN-BH tanpa menyetor terlebih
dahulu ke kas negara.
Penanggulangan dana melalui unit-unit bisnis PTN-BH harus dikelola dengan baik.
Tetapi pasti akan terjadi kemungkinan keadaan di mana unit usaha tidak memadai dalam
memenuhi kebutuhan dana, sehingga pembebanan biaya dialihkan ke SPP mahasiswa.
Dikarenakan ini merupakan persoalan dana. Oleh karena itu unit-unit bisnis harus diperbanyak
agar tidak berujung pada kenaikan SPP. dan tata kelola harus bagus, sehingga akuntabel dan
transparan dalam pengelolaan dana yang diiringi manajemen pimpinan untuk mengelola semua
potensi yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik.
Menanggapi mengenai otonomi, pentingnya transparansi dalam pengelolaan kampus.
Untuk itu, setiap aturan yang dibuat oleh pihak kampus harus melibatkan dan diberitahukan
kepada mahasiswa. Prinsip transparansi telah telah ditegaskan UU Dikti Pasal 65 ayat (3) dan
UU Keterbukaan Informasi Publik yang diatur di Undang-Undang No. 14 tahun 2008.
Karena setiap perguruan tinggi diberikan kebebasan dalam menentukan standar-standar umum,
sehingga harus dilakukan pengawasan yang ketat. Misalnya dalam hal berkaitan biaya
operasional. Bila dilihat dari kata Otonom maka pasti ditentukan secara sepihak, baik di
perguruan tinggi negeri maupun swasta, sehingga tidak diketahui mahasiswa. Akibatnya,
transparansi tidak berjalan. Menggapai persoalan transparansi  bahwa transparansi sangat
mungkin tercipta pada PTN-BH karena adanya instrumen Majelis Wali Amanat (MWA). Dalam
PP No. 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum, MWA berwenang  menyusun rencana kerja dan anggaran, serta menerima
laporan kinerja dan keuangan PTN-BH yang disampaikan rektor per tahun. Maka dari ini,
Transparansi harus lebih jelas dan bisa dilihat oleh semua pihak termasuk mahasiswa dengan
digunakan website resmi UNDIP sebagai pusat informasi yang akurat dan kredibel adalah hal
yang sudah semestinya dilakukan. Sudah seharusnya media seperti ini dapat mempermudah
akses semua orang untuk mendapatkan informasi maupun pemberitahuan yang salah satunya
adalah mengenai transparansi Rencana Anggaran UNDIP. 
Seperti yang dijelaskan pada salah satu website UNDIP yaitu http://ppid.undip.ac.id/ bahwa
informasi yang dapat diakses oleh publik antara lain:
 
1. Informasi yang berada di bawah kewenangannya yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan Universitas Diponegoro yang sesuai dengan Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan
publik dan bersifat terbuka.
2. Informasi yang berkaitan dengan Badan Publik mengenai kegiatan dan kinerja Badan
Publik terkait.
3. Informasi mengenai laporan keuangan.
4. Informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
5. Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
6. Daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaan Universitas
Diponegoro, tidak termasuk informasi yang dikecualikan (dirahasiakan).
7. Hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya.
8. Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya.
9. Rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan
Publik.
10. Perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga.
11. Informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka
untuk umum.
12. Prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat.
13. Laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP).
14. Putusan Badan Peradilan
15. Ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran, ataupun bentuk kebijakan lain, baik yang
tidak berlaku mengikat maupun mengikat kedalam ataupun ke luar serta pertimbangan
lembaga penegak hukum.
16. Surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan.
17. Rencana pengeluaran tahunan lembaga penegak hukum.
18. Laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum.
19. Laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi.

Maka dari Website ini adalah salah satu jalan yang mudah dan terbaik untuk memberikan
transparansi pengelolaan keuangan oleh Undip dan semestinya Transparansi anggaran dan
kebijakan  merupakan kewajiban rektorat. Dengan adanya transparansi  rencana Anggaran dan
kebijakan diharapkan mahasiswa secara umum bukan hanya membayar rutin karena harus
mengikuti perkuliahan tetapi juga mengetahui mengenai kemana arah biaya pendidikan tersebut
dialokasikan oleh pihak rektorat.

Keterbukaan informasi mengenai masterplan yang akan yang akan menjadi acuan dalam
pembangunan UNDIP

  Terkait dengan status UNDIP mulai di tahun 2017 telah menyandang predikat
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) akan memberikan keleluasaan suatu
Universitas dalam memberikan otonomi di bidang akademik maupun non-akademik dan
termasuk di pembangunan serta masalah master plan di Universitas Diponegoro.         
Secara umum, konsep PTN-BH akan memberikan otonomi pada bidang akademik dan non-
akademik yang luas kepada PTN. Pasal 65 ayat (3) UU Dikti menyatakan bahwa PTNBH
memiliki: (a) kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; (b) tata
kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri; (c) unit yang melaksanakan fungsi
akuntabilitas dan transparansi; (d) hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan
akuntabel; (e) wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri dosen dan tenaga
kependidikan; (f) wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan (g)
wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi.
Menanggapi mengenai otonomi, pentingnya transparansi dalam pengelolaan kampus.
Untuk itu, setiap aturan yang dibuat oleh pihak kampus harus melibatkan dan diberitahukan
kepada mahasiswa. Prinsip transparansi telah telah ditegaskan UU Dikti dan UU Keterbukaan
Informasi Publik. Karena setiap perguruan tinggi diberikan kebebasan dalam menentukan
standar-standar umum, sehingga harus dilakukan pengawasan yang ketat. Dari aturan PTN-BH
yang ada terlihat bahwa diharuskannya Transparansi dan keterbukaan informasi dari setiap aspek
termasuk dari masterplan yang akan menjadi acuan pembangunan di UNDIP. Karena sudah
banyak ketimpangan pembangunan dan isu untuk pembangunan gedung kampus maka dari ini
Transparansi harus lebih jelas dan bisa dilihat oleh semua pihak termasuk mahasiswa maka
seharusnya digunakan website resmi UNDIP sebagai pusat informasi yang akurat dan kredibel
adalah hal yang sudah semestinya. Sudah seharusnya media seperti ini dapat mempermudah
akses semua orang untuk mendapatkan informasi maupun pemberitahuan masterplan UNDIP.    
 
Bila melihat website www.kampusundip.com sudah memberi informasi bahwa akan
dilakukan pembangunan gedung baru bagi Fakultas Sains dan Matematika serta gedung Sekolah
Vokasi. Tetapi dari informasi masterplan tersebut tidak tidak transparan dijelaskan misalnya:
kapan pastinya pembangunan dilaksanakan, berapa anggarannya, kapan pengerjaan dimulai, dan
target selesai, serta analisis terhadap pembangunan mana yang harus dibangun dahulu. Sebagai
contoh untuk Gedung Sekolah Vokasi , terlihat ada keterlambatan waktu pembangunan dan
mangkrak selama 3 bulan dari bulan desember, kemudian Progres yang terlihat masih di
peletakan batu pertama. Timbul stigma terhadap rektorat yang terkesan mengabaikan
pembangunan atau kurangnya pemerhatian rektor terhadap pembangunan gedung kampus
UNDIP termasuk dari segi revitalisasi gedung. Maka UNDIP sebagai salah satu universitas besar
yang ada di Indonesia saat ini sedang mengalami ketimpangan pembangunan. Pembangunan
yang tidak merata tersebut diperparah dengan tidak adanya informasi yang jelas dan rutin
mengenai masterplan perencanaan pembangunan yang ada di UNDIP.
Dalam peraturan MWA nomor 02 tahun 2018 pasal 6 ayat 1 dan 7 dijelaskan bahwa (1)
Transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, yaitu sistem perencanaan Undip
dilakukan dengan membuka diri terhadap hak seluruh pemangku kepentingan untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
Undip sebagai perguruan tinggi negeri badan hukum dan (7) Partisipatif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf g, yaitu sistem perencanaan Undip dilakukan dengan
memperhatikan hak seluruh pemangku kepentingan untuk terlibat dalam setiap proses
tahapan perencanaan.
 
Kemudian dalam  UU No.14.Tahun 2008 menjelaskan bahwa Keterbukaan Informasi
Publik  yaitu pada BAB III (Hak dan Kewajiban Pemohon dan Pengguna Informasi  Publik serta
Hak dan Kewajiban Badan Publik) di pasal Pasal 4 dijelaskan bahwa (1) Setiap Orang berhak
memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini. (2) Setiap
Orang berhak:  a. melihat dan mengetahui Informasi Publik; b. menghadiri pertemuan
publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; c. mendapatkan
salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-Undang ini; dan/atau d.
menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Setiap
Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan
permintaan tersebut. (4)  Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke
pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Maka dari itu mahasiswa juga memiliki hak untuk memperoleh informasi mengenai
sistem perencanaan di UNDIP dan berhak untuk terlibat dalam setiap proses tahapan
perencanaan pembangunan sebagaimana dimaksudkan di peraturan tersebut dengan cara
transparansi yang baik. Transparansi ini harus dapat terlihat jelas dan dapat diakses oleh
mahasiswa dari website undip agar para mahasiswa tidak menimbulkan stigma berlebihan pada
rektorat dalam setiap masterplan acuan pembangunan yang ada di UNDIP.
 

Sarana Prasarana Undip Sudah Baik atau Belum?


(cek paling bawah)
Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menjalankan dan mewujudkan
proses belajar mengajar secara berkesinambungan dan tersusun dalam program pembelajaran
yang disusun sebelum proses pembelajaran berlangsung. Pendidikan tidak terlepas dari beberapa
faktor penting yang mampu mendukung terselenggaranya pendidikan di sekolah, salah satu
faktor pendukung terselenggaranya pendidikan adalah tersedianya sumber daya pendidikan
seperti sarana dan prasarana pendidikan yang disediakan oleh institusi pendidikan tersebut.
Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah
memberikan arahan tentang pentingnya peningkatan mutu yang berkelanjutan yang didalamnya
termasuk sarana prasarana. Sarana dan prasarana pendidikan menurut pasal 42-48 meliputi:  (1)
sarana pendidikan, yaitu perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar, bahan habis pakai; (2) prasarana pendidikan yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Melalui sarana prasarana yang mumpuni dan maksimal  kegiatan belajar mengajar dan
kegiatan kemahasiswaan tentunya akan dapat lebih menunjang kemampuan dan
mengembangkan potensi mahasiswa-mahasiswi secara maksimal dan aktivitas belajar mengajar
di dalam kelas akan berjalan lancar. Selain itu tentunya dengan sarana prasarana yang baik
kegiatan tenaga pendidik pun akan lebih mudah dalam melakukan pengajaran secara maksimal
kepada mahasiswa-mahasiswi. Pengelolaan sarana dan prasarana merupakan hal yang penting
karena dengan adanya pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara
dan jelas fungsinya( : ). Dalam pengelolaan sarana dan prasarana ini sendiri pihak rektorat
kampus memiliki kewajiban untuk menyediakan sarana prasarana yang memadai untuk
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi-potensi mahasiwa dan juga memlihara
atau memperbaiki sarana prasarana yang sudah tidak layak pakai.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam SK Rektor nomor 19 tahun 2016 pasal 28
bantuan pendanaan PTN Badan Hukum untuk mendanai pengeluaran terdiri dari biaya
opersional, biaya dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya investasi, biaya pengembangan, dan
biaya lainnya yang sah. Biaya Investasi digunakan untuk pengadaan sarana dan prasarana
penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi: (a) gedung dan bangunan, (b) jalan
dan jembatan, (c) irigasi dan jaringan, (d) peralatan dan mesin dan (e) aset tetap lainnya.
Pengelolaan dan perawatan sarana dan prasarana dilakukan oleh Subbagian Rumah
Tangga sebagaimana dimaksud dalam SK Rektor nomor 04 tahun 2016 pasal 128 ayat (1) huruf
c yang menyebutkan bahwa Subbagian Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan
keamanan, ketertiban, keindahan, kebersihan, pemeliharaan, perawatan sarana prasarana,
pengaturan penggunaan aset, dan kerumahtanggaan.
Masih banyaknya keluhan-keluhan mengenai sarana prasarana yang ada di kampus
tercinta kita ini. Sarana dan prasarana yang dikeluhkan tentunya mengenai belum adanya
perbaikan atas suatu fasilitas tertentu. Keterbutuhan akan ruangan di setiap fakultas juga
dikeluhkan oleh mahasiswa-mahasiswi yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan akademik
maupun non akademik untuk tercapainya kreativitas mahasiswa. Selain itu sangat disayangkan
bahwa gedung SA-MWA yang di dalamnya sudah mempunyai fasilitas yang baik dan menarik
tetapi tampak luar nya terlihat kurang terawat dan kusam. 
Gedung Fakultas Sains dan Matematika pun juga memiliki keluhan-keluhan tersendiri
yaitu:
(1) ada beberapa proyektor yang tidak berfungsi dengan baik seperti halnya warna yang
dihasilkan dari proyektor tidak sesuai dengan yang ada di laptop dan  mengganggu
pembelajaran khususnya melelahkan mata saat belajar. 
(2) Kamar mandi yang sering banjir akibat kurang baiknya saluran pembuangan di kamar
mandi pria dan bak kamar mandi kurang diperhatikan atau dikuras, terlihat keruh.
(3) Pada beberapa Ruangan ada AC yang tidak berfungsi , ada juga kipas yang rusak tapi
menjadi fasilitas pada ruangan tersebut. 
(4) Fasilitas Tempat duduk kantin yang kurang memadai dan sedikit. 
(5) Ruang Taman Baca FSM yang kurang diperhatikan dan terlihat tidak menarik untuk
digunakan sebagai ruang diskusi atau kumpul bagi mahasiswa, dikarenakan ada beberapa
tempat duduk di taman baca yang rusak dan tidak adanya pendopo menyebabkan
beberapa sisi taman baca ada yang terkena sinar matahari ataupun disaat hujan datang,
Taman baca tidak bisa digunakan karena tidak adanya pendopo tersebut. 
(6) Fasilitas lahan parkir yang kurang memadai dikarenakan lahan parkir yang terbatas 
dan lapangan parkir FSM yang kurang bersih atau banyak lumut yang menempel
membuat para  mahasiswa sering terpleset atau jatuh saat berjalan maupun memarkirkan
sepeda motor.
Keluhan sarana prasarana ini bisa jika dalam lingkup fakultas bisa diajukan melalui senat
mahasiswa. Senat mahasiswa nantinya akan menghimpun aspirasi-aspirasi yang diajukan oleh
mahasiswa-mahasiswi lain dan setelah itu senat akan menghimpun data tersebut dan merekap
aspirasi dan mengajukan propsal pengajuan sarpras atau perbaikan jika memang diperlukan.
Setelah itu senat mahasiswa akan mendiskusikan hal tersebut dengan pihak wakil dekan sumber
daya atau juga bisa dengan mengundang seluruh pihak dekanat melalui public hearing. Nantinya
senat mahasiswa akan terus melakukan follow up mengenai pengajuan sarpras ini. Sedangkan
dalam lingkup universitas akan lebih membutuhkan waktu yang cukup panjang. Pengajuan atau
pengadaan sarpras hampir sama seperti lingkup fakultas yaitu melalui senat mahasiswa undip
yang nantinya setelah itu akan dibawa terlebih dulu oleh BK MWA dan dari BK MWA akan
dibawa oleh MWA UM dan setelah itu akan dibawa ke forum MWA. 
Sarana dan prasarana di Undip masih perlu perhatian yang lebih oleh pihak rektorat.
Masih banyaknya keluhan yang datang dari mahasiswa-mahasiwi Undip yang dapat membuat
kegiatan pembelajaran yang dilakukan di fakultas-fakultas kurang maksimal. Diharapkan juga
untuk kedepannya proses dalam pengajuan dan pengadaan sarana prasarana dapat melalui
birokrasi yang tidak berbelit-belit dan adanya transparansi dari pihak rektorat sehingga dapat
terciptanya Undip yang dapat menciptakan sumber daya yang mumpuni untuk kedepannya.

Sudah Efektifkah Pembelajaran di PSDKU?

Pada hakikatnya pendidikan merupakan kebutuhan individu untuk beradaptasi dengan


lingkungan dimana mereka hidup dan berproses. Pendidikan dapat tumbuh dan berproses secara
maksimal dan optimal dengan menyelenggarakan pendidikan yang dapat menyesuaikan dengan
tuntutan zaman dan terpenuhinya sinergitas komponen-komponen pendidikan. Komponen
pendidikan terdiri dari tujuan, pendidik, peserta didik, kurikulum, fasilitas serta lingkungan.
Komponen pendidikan harus saling bersinergi dan mendukung satu sama lain. Dengan adanya
keselarasan dalam komponen-komponen pendidikan kegiatan pembelajaran yang maksimal
dapat tercapai. 

Dengan membukanya sebuah program studi  baru dalam sebuah institusi pendidikan yaitu
universitas, tentunya harus bertanggungjawab dan mempersiapkan komponen-komponen baru
yang perlu diperhatikan sebagaimana yang tertuang dalam  Peraturan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2017 mengenai pembukaan,
perubahan dan penutupan program studi di luar kampus utama perguruan tinggi. Dalam
peraturan ini pembukaan dan perubahan PSDKU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
ditetapkan oleh Pemimpin PTN Badan Hukum setelah dinyatakan memenuhi syarat minimum
akreditasi PSDKU sesuai dengan standar nasional pendidikan tinggi oleh Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi atau Lembaga Akreditasi Mandiri.

 Komponen-komponen tersebut seharusnya dapat terpenuhi untuk menciptakan proses


pendidikan yang dapat menciptakan sumber daya yang berkualitas dan perangkat belajar yang
profesional, tetapi hal ini masih belum dirasakan oleh mahasiswa-mahasiswi yang menuntut
pendidikan di Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) yang ada di Pekalongan, Batang,
Demak, dan Rembang. PSDKU belum memiliki komponen-komponen yang sama dengan
kampus utama Undip yang terletak di Tembalang baik dari segi pendidik, kurikulum, peserta
didik, maupun fasilitas dan lingkungan. PSDKU belum jelas secara akademik dan
kemahasiswaan, khususnya ketidakjelasan status PSDKU yang tidak dijadikan satu fakultas
dengan Sekolah Vokasi padahal kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa semua Program
Studi yang diresmikan saat itu ialah Program Studi D3 maupun D1.   

Selain itu dari tenaga pendidik mahasiswa-mahasiwi PSDKU terkadang tidak


mendapatkan kegiatan pembelajaran yang penuh dalam satu minggu seperti mahasiswa-
mahasiswi biasanya, bahkan pernah hanya dua hari saja dalam satu minggu. Sedangkan dalam
segi peserta didik sendiri yang menjadi masalah belum adanya organisasi mahasiswa yang dapat
mengasah kemampuan berorganisasi mahasiswa dan belum terciptanya kaderisasi yang baik
karena hal tersebut sehingga mahasiswa tidak mendapatkan bekal berupa Kaderisasi di tiap
jurusan maupun angkatan yang akan berpengaruh juga pada bagaimana cara berkomunikasi yang
baik, pengembangan daya intelektual dan prestasi, serta Profesionalitas yang sudah sepatutnya
diwadahi oleh pihak rektorat sebagai komitmen dalam pengembangan PSDKU yang bertujuan
untuk meningkatkan akses, pemerataan, mutu, dan relevansi pendidikan tinggi di seluruh wilayah
Indonesia dan meningkatkan mutu sebagaimana yang telah sebutkan dalam peraturan menteri
riset, teknologi, dan pendidikan tinggi Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2017 mengenai
pembukaan, perubahan dan penutupan program studi di luar kampus utama perguruan tinggi
pasal 2 poin 1. Undip sendiri mempunyai cita-cita membentuk lulusan yang COMPLETE untuk
menciptakan sumber daya yang berkualitas, tetapi jika dilihat dalam komponen kedua ini yang
masih sangat membutuhkan perhatian lebih, sulit tercapainya tujuan tersebut jika hal ini terus
terjadi. Fasilitas pun masih menjadi masalah dalam PSDKU ini yaitu belum adanya perpustakaan
yang dapat dapat dijadikan ruang untuk pembelajaran dan refrensi dari tugas-tugas yang
diberikan. 
Hal ini menunjukkan bahwa masih belum maksimalnya pengembangan PSDKU yang
dilakukan oleh pihak rektorat sehingga tujuan awal yang diinginkan yaitu untuk menciptakan
perangkat belajar yang profesional dan mempercepat perekonomian di PSDKU belum dapat
tercapai secara maksimal. Maka dari itu diperlukan adanya pembenahan-pembenahan yang
masih dirasa kurang dari pihak rektorat kepada mahasiswa PSDKU.

https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2017/01/1.-SALINAN-
PERMENRISTEKDIKTI-NOMOR-1-TAHUN-2017-TENTANG-PSDKU.pdf

Transformasi D3 ke D4

Melihat kondisi Sekolah Vokasi (SV) dewasa ini, dimana pada tahun ajaran baru
2019/2020 sekolah vokasi sudah tidak membuka pendaftaran mahasiswa baru untuk D3
(Diploma tiga) pada sekolah vokasi, melainkan membuka pendaftaran mahasiswa baru untuk
program D4 (Diploma 4) atau STr. (Sarjana Terapan) dengan 8 Program studi baru yakni, 4
Program Studi Saintek (STr.Teknologi Rekayasa Konstruksi Perkapalan, STr.Perencanaan Tata
Ruang dan Pertahanan, STr.Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Arsitektur, STr.Teknik
Listrik Industri), dan 4 Program Studi SosHum (STr.Akuntansi Perpajakan, STr.Manajemen dan
Administrasi Logistik, STr.Bahasa Asing Terapan, STr.Informasi dan Hubungan Masyarakat). 

Kronologi Transformasi D3 Ke D4
Dari kebijakan baru yang dibentuk oleh Dekanat Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro
Semarang, justru menimbulkan masalah baru yakni, Mahasiswa Diploma 3 merasa bingung
dengan Progdi Baru pada tingkatan Diploma 4, dikarenakan ada beberapa program studi yang
digabungkan seperti, STr.Akuntansi Perpajakan, awal mulanya program studi ini adalah 2
program studi yang berbeda, namun dengan kebijakan baru kedua program studi ini di
gabungkan menjadi satu kesatuan, sehingga menuntut mahasiswa yang akan mengambil program
studi ini harus mempelajari Akuntansi dan juga Perpajakan. Mahasiswa yang akan mengambil
Diploma 4 juga di hadapakan pada permasalahan ketika mahasiswa Diploma 3 dianjurkan untuk
mengambil Diploma 4, namun mahasiswa masih merasa bingung dengan penggabungan program
studi baru. Selain itu ketika mahasiswa Diploma 3 melanjutkan studinya ke Diploma 4,
mahasiswa kembali dihadapakan pada masalah biaya Pendidikan yang mengalami kenaikan
Uang Kuliah Tunggal (UKT), dimana UKT naik menjadi Rp8.500.000,00 dengan kata lain
nominal UKT tersebut adalah nominal UKT untuk golongan 7 (tujuh) pada tingkat pendidikan
Diploma 4.
Hal yang melatarbelakangi isu kali ini adalah transfomasi Diploma 3 menjadi Diploma 4
dirasa kurang siap baik dari sisi Lembaga penyelenggara (Universitas), berkaitan dengan sistem
Pendidikan, kurikulum yang akan di jalankan, administrasi, dan hal yang menyangkut dengan
kesiapan untuk menjalankan program tingkatan Diploma 4. Selain itu dari sisi sumber daya
manusianya (Mahasiswa) masih juga dirasa kurang, karena seperti yang telah di utarakan di atas
sebagaimana disebutkan bahwa mahasiswa sendiri merasa bingung dan belum siap dengan
kebijakan baru yang akan di laksanakan (bekaitan dengan program studi baru, terkhusus pada
program studi SosHum). Pada isu kali ini menimbulkan satu statement bahwa Pendidikan
diploma di Indonesia dirasa masih tanpa arah yang jelas, dalam hal status Pendidikan Diploma,
baik secara fungsional maupun stratanya, mekanisme kurikulum, biaya kuliah, serta lamanya
waktu ekstensi dari Diploma 3 ke Diploma 4. Maka dari itu dapat di simpulkan bahwa
Pendidikan Diploma masih perlu untuk di tingkatkan, sebaiknya lebih banyak di adakan
sosialisasi mengenai Pendidikan Diploma. Sosialisasikan bahwa Pendidikan Diploma atau
lulusan diploma memiliki kompetensi yang setara dengan sarjana. Untuk isu transformasi
Diploma 3 ke Diploma 4 Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro, sebaiknya perlu di timbang
lagi dampaknya bagi mahasiswa.

Transisi D3 ke D4: Opposition’s Point of View


 UKT (Uang Kuliah Tunggal) masuk Golongan VII dan Fasilitas yang didapat.
Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa D3, mereka bisa menyesuaikan 
golongan UKT sesuai dengan penghasilan orang tua, kecuali melalui jalur mandiri.
Ketika mahasiswa pindah ke D4, mahasiswa langsung ditetapkan dengan UKT Golongan
VII. Berkaitan dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang berbeda, apakah fasilitas yang
akan didapatkan oleh mahasiswa Diploma VI akan juga berbeda, atau akan ada sedikit
improvement seperti; ruang kelas yang lebih memadai, laboratorium pratikum dengan alat
yang lebih lengkap, sehingga mahasiswa tidak perlu membeli alat lagi karena
ketersediaan alat yang kurang lengkap.

 Sistem Pembelajaran yang belum jelas. (2 progdi di gabung menjadi 1)


Pada sektor sistem pembelajaran, mahasiswa D3 hanya akan menekuni satu
Progdi saja, dimana hal itu akan membantu mahasiswa untuk bisa memilih dan focus
pada jalur yang akan di ambil kedepannya. Sedangkan, pada  tingkat D4 mahasiswa akan
menekuni satu progdi, dimana progdi tersebut adalah gabungan dari 2 progdi. Gabungan
dari 2 progdi ini apakah ada perbedaan materi, dan apakah mahasiswa siap menghadapi 2
materi tersebut secara bersamaan dalam jangka waktu 1 tahun, sedengakan mahasiswa
belajar satu progdi D3 saja di selesaikan selama 3 tahun. Selain itu berkaitan dengan
sistem pembelajaran yang kurang jelas, pada program Diploma IV juga belum adanya
kepastian dari pihak dekanat untuk ekstensi waktu belajar pada mahasiswa D4,
mengingat di universitas lain waktu ekstensi untuk D4 adalah 2 tahun. Sedangkan untuk
ekstensi waktu belajar di Undip belum ada kejelasan antara 1 tahun atau 2 tahun masa
ekstensi, hal ini lah yang membuat mahasiswa bingung dan bimbang untuk melanjutkan
di D4. Jika ekstensi D4 di Universitas Diponegoro hanya 1 tahun maka sebaiknya
mahasiswa perlu untuk mencari ekstensi di Universitas lain.

Transisi D3 ke D4: Affirmative’s Point of View


 Keuntungan Lulusan Diploma-IV
Mahasiswa D4 tidak perlu repot mencari ekstensi ke universitas lain, karena
ekstensi di Universitas Diponegoro sudah jelas, disediakan Pendidikan ekstensi untuk D4,
sehingga mahasiswa D4 tidak perlu bingung untuk mencari ekstensi lagi ke universitas
lain. Selain itu Lulusan Program Diploma IV dapat diterima pada Program Magister
berorientasi keilmuan (Program Magister Reguler) yang diselenggarakan di Universitas
Diponegoro. bila memenuhi syarat dan kualifikasi yang ditetapkan, dengan menempuh
suatu tahap penyesuaian pada awal program. Lulusan D4 lebih diperhitungkan ketimbang
lulusan D3, karena secara tingkatan mahasiswa D4 pasti memiliki pemahaman lebih
dibanding mahasiswa D3. Selain itu mahasiswa D4 pasti memiliki kompetensi lebih
ketimbang mahasiswa D3, pun lulusan D4 sekarang mendapat kesetaraan dengan S1
(Sarjana Terapan untuk D4).

 Diploma-IV setara dengan S1


Sesuai dengan keputusan Kementrian Pendidikan  Nasional Nomor 178/U/2001
Tahun 2001 Tentang gelar dan lulusan nperguruan tinggi pasal 10 ayat 1, lulusan
program Diploma IV (D4) bergelar Sarjana Sains Terapan disingkat. SST; bahwa
klasifikasi lulusan perguruan tinggi Program Diploma-IV sama dengan sarjana strata-1
(S1). Melalui pernyataan yang telah di jabarkan, jelas menunjukkan bahwa mahasiswa
lulusan program  D-VI, memiliki kesetaraan dengan mahasiswa lulusan program Strata-1
(S1), sehingga mahasiswa lulusan Diploma -VI tidak perlu khawatir tidak dapat bersaing
dengan lulusan sarjana Strata-1, karena Lulusan Diploma-IV telah mendapat pengakuan
kesetaraan dengan lulusan Mahasiswa Stara-1 (S1), selain itu Diploma IV memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dengan lulusan S1, antara lain lulusan vokasi
memiliki sertifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya masing-masing.

Penutup
Kesimpulan dari kajian saya kali ini mengenai transformasi D3 ke D4, adalah isu 
tranformasi Diploma-III ke Diploma-IV masih penuh dengan pro-kontra, terutama di Universitas
Diponegoro, seperti halnya di sekolah vokasi, transformasi Diploma-III ke Diploma-IV dirasa
masih sangat kurang, dan belum siap. Dari bidang akademik, seperti sistem pembelajaran, masa
ekstensi waktu belajar yang masih belum jelas, serta program studi yang akan dipelajari oleh
mahasiswa dirasa masih belum siap, bahkan mahasiswapun masih belum memiliki informasi
yang pasti mengenai apa saja yang ada di program Diploma-IV. Dari segi biaya Pendidikan dan
fasilitas, juga masih menjadi pertanyaan besar, mengingat biaya yang harus di keluarkan
mahasiswa Diploma IV lebih banyak, apakah fasilitas yang akan di dapatkan akan setara dengan
yang dikeluarkan (terkhusus untuk fasilitas laboratorium beserta dengan peralatannya). Selain
bebarapa hal yang dirasa kurang terkait Transformasi Diploma-III ke Diploma-IV, sebenarnya
program Diploma-IV bisa memberikan beberapa benefit bagi mahasiswa yang akan mengambil
program Diploma-IV seperti, adanya pengakuan kesetaraan antara Diploma-IV dengan S1
(Sesuai dengan keputusan Kementrian Pendidikan  Nasional Nomor 178/U/2001 Tahun 2001
Tentang gelar dan lulusan nperguruan tinggi pasal 10 ayat 1), selain itu jelas Diploma-IV
memiliki kompetensi yang lebih dibanding Diploma-III, maka dari itu lulusan Diploma-IV
memiliki peluang kerja yang lebih, selain itu lulusan vokasi memiliki sertifikasi sesuai dengan
kompetensi di bidangnya masing-masing.
Saran saya sebaiknya pihak Dekanat Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro bersama
dengan pihak Rektorat Universitas Diponegoro, segera mematenkan atau memastikan hal-hal
terkait dengan Transformasi Diploma-III ke Diploma-IV yang akan dilakukan di Universitas
Diponegoro, baik dari segi peraturan akademik, sistem pembelajaran, maupun administrasi,
sehingga ada kejelasan tentang sistem akademik dan administrasi pada program Diploma-IV,
yang pada akhirnya tidak membuat mahasiswa bingung untuk melangkah, terutama pada
mahasiswa sekolah Vokasi Universitas Diponegoro. Selain itu pihak Universtias perlu untuk
memperhatikan fasilitas yang tersedia sekarang ini, apakah sudah cukup memenuhi kebutuhan
bagi mahasiswa program Diploma-IV.

Pembebasan Pungutan Biaya Peminjaman Fasilitas Kampus

Unit Kegiatan Mahasiswa (disingkat UKM) adalah wadah aktivitas kemahasiswaan luar


kelas untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu. Lembaga ini merupakan partner
organisasi mahasiswa intra kampus lainnya seperti senat mahasiswa dan badan eksekutif
mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas. Lembaga ini
bersifat otonom, dan bukan sebagai cabang dari badan eksekutif maupun senat mahasiswa. Tidak
heran unit kegiatan mahasiswa memiliki banyak peminat, karena memanag sebagai wadah untuk
mahasiswa mengembangkan potensi baik secara akademik maupun non akademik. Di
Universitas Diponegoro memiliki kurang lebih 20 Unit Kegiatan Mahasiswa di tingkat
Unversitas di tambah dengan unit kegiatan mahasiswa di tingkat fakultas, dengan pilihan yang
beragam dan cukup banyak bagi mahasiswa, tentu Universitas Diponegoro sudah cukup untuk
membantu mahasiswanya untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.
 

Kronologi Pemungutan Biaya tambahan penggunaan fasilitas kampus


Prestasi selain dalam bidang akademik, juga diperlukan prestasi dibidang non-akademik
(olahraga dan seni). Banyak mahasiswa yang berprestasi di bidang non akademik seperti
olahraga dan seni, sehingga hal ini mampu untuk membantu akreditasi Universitas. Salahsatu
upaya peningkatan prestasi baik akademik maupun non-akademik adalah dengan pemberian
fasilitas yang memadai, agar mahasiswa mampu untuk lebih lagi mengoptimalkan potensi yang
dimiliki. Namun pada realitanya mahasiswa tidak dapat mengaktualisasikan dirinya karena
sarana dan prasarananya kurang. Ada banyak fasilitas yang sekarang ini menjadi sangat kurang,
seperti lapangan basket yang kini telah beralih menjadi tempat kosong. Pada Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan kegiatan UKM Olahraga seperti basket, futsal dan voli tidak mendapatkan
pendanaan pelatih sehingga mahasiswanya sendiri yang harus bekerja ekstra materi, untuk
mencari pelatih dan pembiayaan pelatih. Dengan adanya lapangan basket atau lapangan
serbaguna, UKMF Basket tidak harus naik-turun ke Peleburan – Tembalang hanya untuk latihan,
selain itu UKMF Voli tidak harus mengantre menggunakan lapangan di stadion dan UKMF
Futsal tidak harus membayar menggunakan Stadion Diponegoro.

Atas dasar kedua permasalahan tersebut, maka :


Diperlukan pembangunan sarana dan prasarana guna mendukung kualitas akademik
maupun non akademik mahasiswa FPIK dan sebagai inventarisasi kegiatan perkuliahan
dan organisasi kemahasiswaan yang lebih baik.

Pembebasan Pungutan Biaya Peminjaman Fasilitas Kampus: Opposition’s Point of View


 Tidak perlu ada pemungutan biaya tambahan (1)
Sudah menjadi hak mahasiswa ketika mahasiswa membayar biaya perkuliahan
atau yang biasa disebut dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah salahsatunya dengan
mahasiswa bisa dengan bebas dan bertanggungjawab untuk menggunakan fasilitas yang
tersedia, untuk kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan akademik maupun non
akademik, jadi sudah selayaknya ketika mahasiswa mengeluarkan sejumlah uang untuk
biaya perkuliahan, mahasiswa bisa menggunakan fasilitas yang ada tanpa perlu ada
pungutan biaya tambahan.
 Fasilitas yang ada di Universitas murapakan hak mahasiswa (2)
Fasilitas yang ada di Universitas merupakan hak bagi mahasiswa yang berkuliah
atau mengampu Pendidikan di Universitas tersebut, maka tidaklah layak bagi universitas
untuk menarik biaya tambahan ketika mahasiswanya ingin menggunakan fasilitas yang
telah tersedia, akan beda cerita ketika fasilitas yang akan digunakan adalah fasilitas pada
suatu Lembaga, semisal laboratorium psikologi yang digerakkan oleh suatu Lembaga
psikologi, maka sudah sewajarnya mahasiswa untuk membayar biaya peminjaman
fasilitas.

Pembebasan Pungutan Biaya Peminjaman Fasilitas Kampus: Affirmative’s Point of View


 Pemungutan Biaya peminjaman fasilitas untuk revitalisasi
Pemungutan biaya peminjaman fasilitas yang disediakan oleh universitas tidak
ada salahnya karena biaya itu digunakan untuk perawatan fasilitas yang tersedia,
sehingga mahasiswa tidak perlu mengeluhkan adanya fasilitas yang mungkin rusak atau
kurang bisa dengan optimal digunakan. Disisi lain biaya tambahan ketika meminjam
fasilitas kampus, juga menjadi jaminan bagi mahasiswa bahwa fasilitas yang tersedia
akan terus di optimalkan dalam hal seperti kebersihan dsb.

Penutup
Kesimpulan dari kajian saya kali ini, tentang pemungutan biaya peminjaman fasilitas kampus,
memang masalah pemungutan biaya tambahan ketika mahasiswa ingin menggunakan fasilitas
kampus menjadi sesuatu yang gimik, mengapa demikian? Karena yang pertama mahasiswa pasti
akan berpendapat dan menanyakan “saya sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit bagi
Universitas, lalu haruskah ketika saya ingin menggunakan fasilitas kampus saya harus
mengeluarkan biaya tambahan?” yang kedua jika kita memandang dari sudut pandang
mahasiswa memang sudah selayaknya fasilitas kampus yang telah disediakan adalah hak bagi
mahasiswa, dimana fasilitas adalah sebagai salah satu penunjang optimalisasi kemampuan
akademik maupun non-akademik mahasiswa, maka tidaklah pantas ketika mahasiswa ingin
menggunakan fasilitas yang tersedia dan harus mengeluarkan biaya tambahan ketika ingin
menggunakan fasilitas tersebut, toh ketika mahasiswa berprestasi nama Universitas juga di
harumkan. Jika kita menggunakan sudut pandang Universitas, maka kita akan memikirkan
bagaimana mengoptimalkan fasilitas yang ada dengan terus meng-upgrade setiap fasilitas yang
ada, agar mahasiswa juga merasa senang dengan fasilitas yang terus terpotimalisasi, namun
untuk meningkatkan atau mengoptimalkan fasilitas yang ada, itu semua tentu memerlukan biaya
yang tidak sedikit pula, jika hanya mengandalkan uang yang ada di Universitas dirasa tidak akan
cukup, karena uang yang ada di Universitas tidak hanya untuk peningkatan fasilitas, namun juga
digunakan untuk hal-hal lain. Maka dari itu saran saya sebaiknya antara pihak Universitas
dengan mahasiswa melakukan diskusi bersama dan menciptakan beberapa kesepakatan,
berkaitan dengan penggunaan fasilitas. Selain itu sebaiknya Universitas juga terbuka kepada
mahasiswa, tidak perlu terbuka tentang rincian pembiayaan Universitas, namun cukup terbuka
ketika Universitas meminta biaya tambahan untuk peminjaman fasilitas kampus, biaya yang
dimintakan kepada mahasiswa itu peruntukannya untuk apa? pihak universitas harus bisa
mempertanggujawabkan kebijakan itu, dan ada hasil konkrit dari kebijakan tersebut. Selain itu
mahasiswa dan universitas sebaiknya juga bersama-sama menjaga adan merawat fasilitas yang
ada, sebagai mahasiswa haruslah menggunakan fasilitas dengan penuh bertanggungjawab,
dengan menjaga kebersihan fasilitas, dan kerapihan fasilitas yang telah di sediakan oleh kampus.

Melibatkan Mahasiswa Dalam Penentuan Jumlah Dana Organisasi Kemahasiswaan


Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 mengamanahkan bahwa untuk
mengembangkan bakat, minat, dan potensi mahasiswa, kreativitas, kepekaan, daya kritis,
keberanian, dan kepemimpinan, serta rasa kebangsaan, mahasiswa didorong untuk melakukan
berbagai kegiatan melalui wadah organisasi kemahasiswaan. Mahasiswa yang merupakan peserta
didik pada jenjang pendidikan tinggi, sebagai generasi penerus perjuangan bangsa harus aktif
dalam berbagai kegiatan agar mampu bersaing dalam era global. Para mahasiswa diharapkan
tidak hanya menguasai bidang ilmu yang ditekuni di kampus, tetapi juga menguasai bidang atau
literasi lain yang dapat menunjang keberhasilan mereka di masa depan khususnya menyongsong
era revolusi industri 4.0. Untuk mendukung harapan tersebut serta dalam rangka menyiapkan
mahasiswa yang lebih berkualitas, Kementerian Riset,  Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui
Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi memprogramkan bantuan dana untuk berbagai kegiatan
organisasi kemahasiswaan sebagai penunjang pendanaan yang telah ada di masing-masing
perguruan tinggi.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi. serta Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan ,
Direktorat Kemahasiswaan, Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti melalui Lembaga Layanan
Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I s.d. XIV menawarkan bantuan dana pengembangan
kegiatan kemahasiswaan kepada para mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan untuk
melaksanakan kegiatan kemahasiswaan. Besaran bantuan dana yang dapat diberikan maksimal
sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
Sehubungan dengan adanya perubahan pada sistematika pemberian bantuan dana untuk kegiatan
kemasiswaan yang pada tahun sebelumnya dilaksanakan langsung oleh Direktorat
Kemahasiswaan, Ditjen Belmawa, Kemenristekdikti, pada tahun anggaran 2019 mekanisme
penyaluran bantuan kegiatan kemahasiswaan dialihkan ke masing-masing wilayah melalui
LLDikti. Berkenaan dengan hal tersebut, diharapkan kepada para pemimpin perguruan tinggi
mohon menginformasikan program ini kepada mahasiswaa dan organisasi kemahasiswaan untuk
mengajukan proposal bantuan kegiatan kemahasiswaan kepada LLDikti di masing-masing
wilayah sesuai dengan format pengajuan proposal yang kami lampirkan.
Dalam tiap organisasi pasti membutuhkan dana yang berbeda-beda jumlahnya untuk keperluan
menjalankan program kerja organisasi tersebut. Sesuai dengan pernyataan tersebut maka dalam
penentuan jumlah dana organiasasi mahasiswa yang diajukan perlu melibatkan mahasiswa dalam
mengambil keputusan untuk menentukan jumlah yang tepat sesuai dengan pengajuan proposal.
Dengan bantuan dana sebesar Rp. 10.000.000,00 seharusnya dalam penentuan jumlah ini
memang harus melibatkan mahasiswa dikarenakan apabila dana sebesar Rp.10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) disamaratakan  untuk semua organisasi dan unit kegiatan mahasiswa yang
ada di Universitas Diponegoro maka akan terdapat organisasi atau unit kegiatan mahasiswa yang
pengeluarnya terbilang sedikit atau kurang dari sepuluh juta maka hal tersebut tidak akan pas dan
sesuai dengan organisasi yang memiliki pengeluaran yang cukup banyak.
Sumber :
https://belmawa.ristekdikti.go.id/2019/02/14/program-bantuan-dana-kegiatan-kemahasiswaan-2/

Anda mungkin juga menyukai