Anda di halaman 1dari 21

1.

KOMPETENSI INTI
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

2. KOMPETENSI DASAR
3.8. Memahami teori kinetik gas dalam menjelaskan karakteristik gas pada
ruang tertutup.

3. INDIKATOR
a. Menyebutkan ciri-ciri pada gas ideal.
b. Menggunakan persamaan hukum Boyle.
c. Menggunakan Persamaan Hukum Charles.
d. Menggunakan persamaan hukum Gay Lussac.
e. Menggunakan persamaan hukum Boyle-Gay Lussac.
f. Menjelaskan hubungan antara temperatur, volume, dan tekanan
dalam
persamaan gas ideal.
g. Menguraikan persamaan Gas Ideal.
h. Menjelaskan hubungan antara temperatur dengan tekanan dan energi
kinetik.
i. Menjelaskan teorema ekapartisi energi.
j. Menjelaskan pengertian derajat kebebasan.
k. Merumuskan derajat kebebasan pada jenis molekul yang berbeda.
4. MATERI POKOK
a. Gas Ideal
b. Teori Kinetik Gas

5. MATERI PRASYARAT
a. Fluida
b. Usaha dan Energi

6. MATERI AJAR
a. Gas Ideal
b. Persamaan gas ideal
- Hukum Boyle
- Hukum Charles
- Hukum Gay Lussac
- Hukum Boyle-Gay Lussac
c. Hubungan antara Tekanan Gas, Temperatur, dan Energi Kinetik Gas
- Tekanan gas
- Temperatur dan Energi kinetic gas
- Energi efektif gas ideal
d. Energi dalam gas ideal
- Derajat Kebebasan
- Teorema Ekipartisi Energi

7. KONSEP ESENSIAL
a. Teori Kinetik Gas
b. Tekanan Gas
c. Volume Gas PARTIKEL GAS
d. Temperatur
e. Gas Ideal
f. Energi Kinetik Gas
g. Energi Dalam
h. Partikel
i. Kecepatan
j. Momentum KALOR
k. Ekapartisi Energi

8. PETA KONSEP

ENERGI KECEPATAN MOMENTUM


KINETIK GAS

TEORI KINETIK GAS

TEMPERATUR VOLUME TEKANAN


GAS IDEAL

HUKUM BOYLE
ASUMSI GAS
IDEAL
HUKUM BOYLE

KEADAAN GAS HUKUM GAY


PARTIKEL GAS
IDEAL LUSSAC

HUKUM
BOYLE-GAY
LUSSAC

HUBUNGAN
TEKANAN
GAS DAN
9. BAGAN MATERI ENERGI
KINETIK GAS

HUBUNGAN
HUBUNGAN
TEMPERATUR
TEKANAN GAS
DAN ENERGI
TEMPERATUR,
KINETIK GAS
DAN ENERGI
KINETIK GAS

KECEPATAN
EFEKTIF GAS
IDEAL

ENERGI DALAM ENERGI


GAS IDEAL KINETIK GAS

DERAJAT
KEBEBASAN

TEOREMA
EKAPRTISI
ENERGI
10. KANDUNGAN – KANDUNGAN ASPEK

Submateri Aspek
No. Keterangan
Pokok K A P
Kognitif : siswa mampu
membedakan ciri-ciri antara gas
sejati dengan gas ideal.
Afektif : Siswa menyadari bahwa
tidak ada gas yang benar – benar
ideal di alam semesta ini. Berhati-
.1. Gas Ideal √ √ √
hati ketika membuang gas dari dalam
tubuh.
Psikomotorik : Siswa mampu
merancang percobaan sederhana
mengenai kantong udara pengaman
untuk pengemudi dalam berkendara.
2. Keadaan √ √ √ Kognitif : siswa mampu menjelaskan
gas ideal hubungan tekanan, suhu dan volume
berdasarkan hukum Boyle, hukum
Charles, dan hukum Gay Lussac.
Afektif : Siswa lebih teliti dan hati-
hati ketika menyimpan balon yang
sudah ditiup di bawah terik panas
matahari,memakai penutup telinga
yang terbuat dari busa atau kapas
ketika berada dalam penerbangan
menggunakan pesawat dan membuka
mulut atau menelan ludah ketika
telinga terasa pengang dalam
penerbangan menggunakan pesawat.
Psikomotorik : Siswa mempu
melakukan percobaan menggunakan
rangkaian alat hukum Boyle di dalam
laboratorium untuk membuktikan
hukum Boyle.
Kognitif :siswa mampu menjelaskan
menjelaskan hubungan antara
tekanan gas, suhu, dan energi kinetik.
Hubungan
Afektif : Siswa lebih teliti dan hati-
antara
hati ketika meniup balon dengan
Tekanan
tekanan yang lebih besar agar balon
3.. Gas, √ √ √
tidak meledak.
Temperatur,
Psikomotorik :Membuat percobaan
dan Energi
sederhana mengenai lampion yang
Kinetik Gas
menggunakan prinsip balon udara
dengan sistem kerja menggunakan
pemanas api.
Energi
Kognitif :siswa mampu menjelaskan
4. dalam gas √ √ √
teorema ekapartisi energi.
ideal

11. URAIAN MATERI:


A. Gas Ideal
Sebagaimana telah diketahui gas merupakan fluida yang tersusun
dari partike-partikel kecil dengan kerapatan sangat renggang yang tersusun
secara tidak teratur. Jarak antar partikel relatif jauh sehingga gaya tarik
antar partikel sangat lemah. Partikel-partikel selalu bergerak dengan laju
tertentu memenuhi tempatnya, sehingga pada saat terjadi tumbukan antar
partikel, gaya tarik tidak cukup kuat untuk menjaga partikel-partikelnya
tetap dalam satu kesatuan.Teori kinetik muncul dengan anggapan bahwa
partikel-partikel gas selalu bergerak terus-menerus.
Gas dapat ditinjau secara miskroskopik dan makroskopik, Teori
Kinetik Gas dapat menjadi jembatan antara tinjauan gas secara
makroskopik dan mikroskopik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle,
Charles, dan Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran
mikrokospik dari berbagai macam proses serta perumusannya.
Dalam teori kinetik gas, kita akan membahas tentang perilaku
partikel-partikel gas dalam ruang yang terbatas. Partikel-partikel gas ini
kita anggap sebagai sebuah bola yang selalu bergerak. Tiap-tiap partikel
bergerak dengan arah sembarang dan dimungkinkan terjadi tumbukan
antar masing-masing partikel atau antara partikel dengan dinding ruang.
Tumbukan yang terjadi tersebut berupa tumbukan lenting sempurna
dengan sifat tumbukan yang demikian, maka tidak ada proses kehilangan
energi yang dimiliki partikel gas pada saat terjadi tumbukan. Gas yang
tersusun atas partikel-partikel dengan perilaku seperti anggapan di atas
pada kenyataannya tidak ada. Dalam bahasan teoritik, diperlukan objek
gas yang sesuai dengan anggapan tersebut. Objek gas ini disebut sebagai
gas ideal. Gas ideal adalah gas yang memenuhi anggapan-anggapan
berikut ini:
1) Gas terdiri atas partikel-partikel yang jumlahnya sangat banyak.
2) Partikel-partikel gas bergerak dengan laju dan arahyang
beraneka ragam, serta memenuhi Hukum Gerak Newton.
3) Partikel gas tersebar merata pada seluruh bagianruangan yang
ditempati.
4) Tidak ada gaya interaksi antar partikel, kecuali ketikapartikel
bertumbukan.
5) Tumbukan yang terjadi antar partikel atau antara partikel dengan
dinding wadah adalah lenting sempurna.
6) Ukuran partikel sangat kecil dibandingkan jarak antar partikel,
sehingga bersama-sama volumenya dapat diabaikan terhadap
volume ruang yang ditempati.
B. Persamaan Gas Ideal
Teori kinetik gas memberikan jembatan antara tinjauan gas secara
mikroskopik dan makrokospik. Hukum-hukum gas seperti hukum Boyle,
Charles, dan Gay Lussac, menunjukkan hubungan antara besaran-besaran
makrokospik dari berbagai macam proses serta perumusannya. Kata
kinetik berasal dari adanya anggapan bahwa molekul-molekul gas selalu
bergerak.
1. Hukum Boyle

Apa yang ada dipikiran anda ketika melihat gambar di atas?


Pernahkah anda berpikir kenapa ketika pompa ditekan bisa
mengeluarkan udara? Hal ini berkaitan dengan fenomena fisika.
Ketika torak dalam pompa tersebut ditarik, maka volume udara
dalam pompa akan membesar dan udara tidak dapat masuk ke ban
karena tekanan udara dalam pompa lebih kecil dibandingkan
dengan tekanan udara di dalam ban. Sebaliknya, ketika torak dalam
pompa tersebut ditekan, maka volume udara dalam pompa akan
mengecil dan udara dapat masuk ke dalam ban melalui katup
(ventil) karet karena tekanan udara dalam pompa lebih besar
dibandingkan dengan tekanan udara di dalam ban.
Hubungan antara tekanan dan volume pada ruang tertutup ini
telah diteliti oleh Robert Boyle. Hasilpercobaan Boyle
menyatakanbahwaapabilasuhu gas (T) yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan (p) gas berbanding
terbalik dengan volumenya (V).

Keterangan: p : tekanan (N/m2)


V: volume (m3)
P1: tekanan pada keadaan 1 (N/m2)
V1: volume pada keadaan 1 (m3)
p2: tekanan pada keadaan 2 (N/m2)
V2: volume pada keadaan 2 (m3)
2. Hukum Gay-Lussac

Percobaan diatas menggunakan botol yang mulutnya ditutupi


dengan balon, air panas, dan air dingin. Percobaan diatas
menunjukan ketika botol dimasukan ke dalam wajan yang berisi air
panas, lama kelamaan balon yang semula kempes berubah menjadi
mengembang dikarenakan suhu udara dalam botol akan mengalami
kenaikan sehingga tekanan udara pada botol mengalami kenaikan.
Hal ini menyebabkan udara dalam botol mendesak balon dengan
lebih kuat sehingga balon yang semula kempes menjadi
mengembang. Begitupun sebaliknya, ketika botol dimasukan ke
dalam baskom yang berisi air dingin balon yang semula
mengembang lama kelamaan menjadi kempes dikarenakan suhu
udara pada botol mengalami penurunan sehingga tekanan udara
pada botol menurun. Hal ini menyebabkan balon yang semula
mengembang menjadi kempes.
Hubungan antara tekanan dan suhu diteliti oleh Gay-lussac.
Hasil percobaan Gay-Lussac menyatakan hubungan antara tekanan
(p) terhadap suhu (T) suatu gas yang berada pada volume tetap.
Gay-Lussac menyatakan hasil bagi tekanan (p) dengan suhu (T)
suatu gas pada volume tetap adalah konstan.

Keterangan: p: tekanan (N/m2)


T: suhu (K)
p1: tekanan pada keadaan 1 (N/m2)
T1: suhu pada keadaan 1 (K)
p2: tekanan pada keadaan 2 (N/m2)
T2: suhu pada keadaan 2 (K)

3. Hukum Charless

Percobaan diatas dilakukan dengan bola pingpong yang di


penyokkan dan diletakan di dalam wajan yang berisi air yang
sedang direbus. Ketika suhu air bertambah, bola pingpong lama
kelamaan kembali kebentuk sempurna. Fenomena ini terjadi karena
ketika bola pingpong dipanaskan bersama air, maka suhu pada bola
pingpong akan meningkat sehingga volume bola pingpong semakin
besar, namun tekanan pada peristiwa ini tetap atau konstan.
Hubungan antara suhu dan volume diteliti oleh Charles. Charles
menyatakan bahwa apabila tekanan gas (ρ) yang berada dalam
ruang tertutup dijaga konstan, maka volume gas (V) berbanding
lurus dengan suhu mutlaknya (T).

Keterangan: V : volume (m3)


T : suhu (K)
V1: volume pada keadaan 1 (m3)
T1: suhu pada keadaan 1 (K)
V2: volume pada keadaan 2 (m3)
T2: suhu pada keadaan 2 (K)
4. Hukum Boyle-Gay Lussac
Berdasarkan hukum Boyle dan Gay Lussac dapat diturunkan
persamaan keadaan gas yang lebih umum yang menghubungkan
besaran tekanan, volum, dan temperatur dalam ruang tertutup.
Hukum Boyle-Gay Lussac untuk dua keadaan dapat ditulis menjadi
sebagai berikut :

Pada berbagai eksperimen yang telah dilakukan dengan


mengubah tekanan, temperatur dan volume ternyata ada
kesebandingan antara hasil kali tekanan dan volum terhadap tmperatur
yaitu sebagai berikut.
PV ~ T
Demikian dengan massa sistem gas setelah divariasi dengan
tekanan, volume dan temperatur terdapat kesebandingan yaitu sebagai
berikut.
PV ~ m T
Untuk membuat persamaan di atas menjadi sempurna maka
diperlukan suatu konstanta pembanding adalah berbeda untuk setiap
gas jika kita menggunakan satuan massa. Oleh karena itu, kita
menggunakan satuan mol. Mol adalah satuan untuk jumlah zat. Satu
mol didefinisikan sebagai jumlah zat sebanyak 6,02 x 1023 partikel.
Bilangan tersebut dinamakan bilangan Avogadro (NA).
Dengan demikian, mol zat dapat dinyatakan, dengan jumlah
partikel sebagai berikut :

dimana:
n = jumlah zat (mol)
N = banyaknya partikel (molekul)
NA = bilangan Avogadro (6,02 x 1023)
Konstanta pembanding universal, yang berlaku untuk semua gas
adalah R (konstanta gas universal) sehingga persamaan keadaan gas
ideal dapat ditulis menjadi seperi :
P V = nRT
Oleh karena, maka persamaan keadaan gas ideal dapat

dinyatakan dalam jumlah molekul.

PV = RT

PV = NkT
dimana:

k= = tetapan Boltzmann (1,38 x 10-23 J/K)

P = tekanan gas (N/m2)


V = Volum gas (m3)
N = jumlah molekul
T = temperatur gas (K)
5. Persamaan Gas Ideal
Dari ketigahubungan yang antara tekanan, volume dan suhu
yang didapatkan dari Hukum Boyle dan Hukum Gay-Lussac
dapat diturukan menjadi suatu persamaan yang disebut sebagai
persamaan keadaan gas ideal. Persamaan diatas berlaku untuk
percobaan gas ideal dalam bejana tertutup sehingga massa gas
tetap selama percobaan. Para ahli menemukan bahwa nilai
konstan tersebut sebanding dengan jumlah mol (n R).Oleh
karenaitu, persamaan menjadi

R disebut sebagai konstanta gas umum yang nilainya 8,31 J/mol K


atau 0,0082 L atm/mol K. Dengan definisi yang didapatkan bahwa:

Maka persamaan persamaan diatas dapat dituliskan menjadi

Telah kita ketahui pula bahwa massa jenis suatu zat adalah
perbandingan antara massa dengan volume zat tersebut. Oleh
karena itu, persamaan gas ideal dapat dinyatakan dalam massa jenis

gas, (satuan kg/m3):

Persamaan gas ideal juga dapat dinyatakan dalam besaran


banyaknya partikel gas n. Banyak partikel N adalah hasil kali
banyak mol gas N dengan bilangan Avogadro NA.

jika nilai n ini dimasukan ke persamaan , diperoleh

dengan , maka

Nilai k diatas merupakan suatu nilai tetapan yang disebut konstanta


Boltzmann yang besarnya 1,38 x 10-23 J/K.

C. Hubungan antara tekanan gas, temperature, dan energi kinetik gas.


1. Tekanan dan Energi Kinetik menurut teori kinetik Gas
Pada submateri sebelumnya kita telah membahas sifat –
sifat makroskopik gas ideal, seperti tekanan, volume, suhu, dan massa
gas. Dalam submateri ini akan dibahas mengenai sifat – sifat
mikroskopik. Dimana pada submateri ini akan meninjau gerak – gerak
atom dalam wadah tertutup. Sebelum memasuki materi mengenai teori
kinetik gas ini kita harus mengetahui apa yang menjadi dasar dari teori
kinetik gas. Teori kinetik gas didasarkan pada beberapa asumsi tentang
gas ideal yaitu sebagai berikut.
1) Gas terdiri dari molekul-molekul yang sangat banyak dan jarak
yang pisah antar molekul jauh lebih besar daripada ukurannya. Ini
berarti bahwa molekul-molekul menempati volume yang dapat
diabaikan terhadap wadahnya.
2) Molekul-molekul memenuhi hokum gerak newton, tetapi secara
keseluruhan mereka bergerak lurus secara acak dengan kecepatan
tetap. Gerak secara acak maksudnya bahwa tiap molekul dapat
bergerak sama dalam setiap arah.
3) Moleku-molekul mengalami tumbukan lenting sempurna satu
sama lain dan dengan dinding wadahnya. Jadi, dalam tumbukan,
energi kinetic adalah konstan
4) Gaya-gayaantarmolekuldapatdiabaikan,
kecualiselamasatutumbukan yang berlangsungsangatsingkat.
5) Gas yang di pertimbangkan adalah suatu zat tunggal, sehingga
semua molekul adalah identik
a. Tekanan Gas dalam Wadah Tertutup

Berdasarkan teori kinetik, kita akan menentukan secara kuantitatif


tekanan dalam gas. Misalnya, suatu gas yang mengandung
sejumlah partikel berada dalam suaturuang yang berbentuk kubus
dengan sisi L dan luas masing-masing sisinya A seperti gambar
disamping. Tekanan yang diberikan gas pada dinding sama dengan
besarnya momentum yang dilakukan oleh partikel gas tiap satuan
luas tiap satuan waktu.

Partikel yang massanya m0 bergerak dengan kecepatan vx dalam


arah sumbux. Partikel menumbuk dinding
sebelahkiri yang luasnya A dengan kecepatan
-vx. Tumbukan bersifat lenting sempurna, maka
partikel akan terpantul dengan kecepatan vx
seperti gambar di samping. Perubahan
momentum yang terjadi pada partikel gas X
dirumuskan:
Dp = p2 - p1
= m0 .vx - (- m0vx ) Dp = 2m0 .vx
Partikel akan kembali menumbuk dinding yang sama setelah
menempuh jarak 2L, dengan selang waktu:
2L
Dt =
vx
Besarnya impuls yang dialami dinding saat tumbukan adalah:
I = Dp
F .Dt = Dp
F .Dt = 2m0 vx
2.m0 .vx 2m0 .vx m0vx 2
F= = =
Dt L L
2
vx
F adalah gaya yang dialami dinding pada saat tumbukan.
Besar nyatekanan gas dalam kubusa dalah:
m0 vx 2
F mv2
P = = L2 = 0 x
A L V
Apabila dalam wadah terdapat N partikel gas, maka tekanan gas
pada dinding dirumuskan:
N .m0 .vx 2
P=
V
vx 2 adalah rata-rata kuadrat kecepatan partikel gas pada sumbu x.
vx 2 = v1x 2 + v2 x 2 + v3 x 2 + ... + vnx 2
Partikel-partikel gas tersebut bergerak kesegala arah dengan laju
yang tetap, sehingga:
vx 2 = v y 2 = vz 2
v 2 = vx 2 + v y 2 + vz 2 = 3v 2
1
vx 2 = v 2
3
N .2m0 .vx 2
1 N .m .v
Dengandemikian, P =
V
menjadi:
P= 0

3 V
1
Karena m0 .v 2 adalah energi kinetik rata-rata partikel dalam
2
gas, makadapat dituliskan:
2 N .Ek
P=
3 V
dengan:
P = tekanan gas (N/m2)
N = jumlahpartikel
v = kecepatan (m/s)
m0 = massapartikel (kg)
V = volume gas (m3)
b. Suhu dan Energikinetik Rata-rata Partikel Gas Ideal
Energi kinetik rata-rata partikel gas bergantung pada besarnya
suhu. Berdasarkan teori kinetik, semakin tinggi suhunya, maka
gerak partikel-partikel gas akan semakin cepat. Hubungan antara
suhu dengan energi kinetik ratarata partikel gas dinyatakan
berikut ini. Menurut persamaan umum gas ideal:

. = N .k .T
PV
N .k .T
P=
V

2 N .Ek
P=
Persamaan 3 V
Dengan menyamakan kedua persamaan tersebut diperoleh:
N .k .T 2 N .Ek
=
V 3 V
2 3
T= Ek Ek = k .T
3k atau 2
Persamaan diatas menyatakan bahwa energi kinetik rata-rata
partikel gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
c. Kelajuan Efektif Gas Ideal
Salah satu anggapan tentang gas ideal adalah bahwa partikel-
partikel gas bergerak dengan laju dan arah yang beraneka ragam.
Apabila di dalam suatu ruang tertutup terdapat N1 partikel yang
bergerak dengan kecepatan v1, N2 partikel yang bergerak dengan
kecepatan v2, danseterusnya, maka rata-rata kuadrat kecepatan
partikel gas v 2 , dapat dituliskan:

v2 =
N1v12 + N 2v2 2 + ... + N i vi 2
=
�N v
i i
2

N1 + N 2 + N 3 �N i
Akar dari rata-rata kuadrat kecepatan disebut kecepatan efektif
gas atau vrms (rms = root mean square).

vrms = v2

1 1
Mengingat Ek = m0 .v 2 = m0 .vrms , maka apabila kita
2 2

3
gabungkan dengan Ek = k .T , diperoleh:
2
1 3
m0 .v 2 = k .T
2 2
3k .T
vrms =
m0

dengan:
vrms = kelajuan efektif gas (m/s)
T = suhu mutlak (K)
m0 = massa sebuah partikel gas (kg)
k = konstanta Boltzmann ( J/K)
Mr
Karena massa sebuah partikel adalah m = n.Mr = dan
NA

R 3k .T
k= , maka vrms = dapat dituliskan:
NA m0

3R.T
vrms =
Mr
P.V
Berdasarkan persamaan umum gas ideal k .T = , massa total
N

m 3R.T
gas m = N .m0 dan r= , maka vrms = dapat
V Mr
dinyatakan :
3P
vrms =
r
d. Teorema Ekipartisi Energi
Berdasarkan sifat gas ideal, partikel-partikel gas bergerak
dengan laju dan arah yang beraneka ragam, sehingga sebuah
partikel yang bergerak dengan kecepatan v dapat memiliki
komponen kecepatan pada sumbu -x, y dan sumbu z, yang
besarnya:
v 2 = vx 2 + v y 2 + vz 2 = 3v 2
Energi kinetik partikel adalah:
1 1
Ek = m.v 2 = m (vx 2 + v y 2 + vz 2 )
2 2
Hal ini berartibahwa sebuah partikel dapat bergerak pada tiga
arah yang berbeda. Energi kinetik rata-rata partikel dapa dihitung
dengan menggunakan teorema ekipartisi energi, yang menyatakan
bahwa:
“Jika padasuatu system yang mengikuti Hukum Newton tentang
gerak dan mempunyai
Suhu mutlak T, maka setiap derajat kebebasan (f), suatu partikel

1
memberikan kontribusi k .T pada energi rata-rata partikel,”
2
Sehingga energi rata-rata dapat dituliskan:
1
E = f ( k .T )
2

Energi kinetik yang dimiliki oleh partikel gas ada tiga bentuk,
yaitu energi kinetik translasi, energi kinetik rotasi, dan energi
kinetik vibrasi.

Gas yang memiliki f derajat kebebasan energi kinetik tiap


partikelnya, rumusnya adalah :

Ek = f/2 kT

Untuk gas monoatomik (misalnya gas He, Ar, dan Ne), hanya
memiliki energi kinetik translasi, yaitu pada arah sumbu X, Y, dan
Z yang besarnya sama. Energi kinetik gas monoatomik memiliki
3 derajat kebebasan dan dirumuskan :

Ek = 3/2 kT
Dan untuk gas diatomik (missal O2, H2), selain bergerak
translasi, juga bergerak rotasi dan vibrasi. Gerak translasi
mempunyai 3 derajat kebebasan. Gerak rotasi mempunyai 2
derajat kebebasan. Gerak vibrasi mempunyai 2 derajat kebebasan.
Jadi, untuk gas diatomik, energi kinetik tiap partikelnya berbeda-
beda.

Untuk gas diatomik suhu rendah, memiliki gerak translasi.


Energi kinetiknya adalah :

Ek = 3/2 kT

Untuk gas diatomik suhu sedang, memiliki gerak translasi


dan rotasi. Energi kinetiknya adalah :

Ek = 5/2 kT

Sedangkan untuk gas diatomik suhu tinggi, memiliki gerak


translasi, gerak rotasi, dan gerak vibrasi. Energi kinetiknya adalah
Ek = 7/2 kT

Setiapderajatkebebasanf
memberikankontribusipadaenergimekanikpartikeltersebut.
1) Derajat Kebebasan Molekul Gas
Pada gas ideal yang monoatomik atau beratom
tunggal, partikel hanya melakukan gerak translasi pada arah
sumbu x, sumbu y, dan sumbu z. Apabila massa partikel m,
maka energi kinetik translasi sebesar:
1 1 1 1
Ek = m.v 2 = m.vx 2 + m.v y 2 + m.vz 2
2 2 2 2
Dengan demikian, dikatakan bahwa gas monoatomik
mempunyai tiga derajat kebebasan.
Pada bahasan ini hanya terbatas pada gas ideal
monoatomik. Namun, sebagai pengayaan juga kita pelajari
sedikit tentang gas diatomik. Pada gas diatomik atau beratom
dua seperti H2, O2, dan N2, partikel-partikel gas selain
melakukan gerak translasi juga terjadi gerak antaratom dalam
molekul yang mengakibatkan partikel melakukan gerak rotasi
dan vibrasi. Misalnya, kedua atom dalam satu molekul kita
anggap berada pada sumbu x, seperti pada gambar di bawah
ini.

Pada gambar tersebut, molekul gas diatomik


dilukiskan dengan sebuah batang dengan dua buah beban
pada kedua ujungnya. Pusat massa molekul melakukan gerak
translasi pada arah sumbu x, y, dan z sehingga memiliki tiga
derajat kebebasan. Molekul juga dapat melakukan gerak

1 2
rotasi dengan energi kinetic Ek = I w . Karena molekul
2
benda pada arah sumbu x, maka momen inersia pada sumbu x
adalah nol,
1
I x = 0( Ek = I xw 2 = 0).
2
Molekul hanya melakukan gerak rotasi terhadap
sumbu y dan sumbu z. Ini berarti pada gerak rotasi, molekul
mempunyai dua derajat kebebasan. Pada gerak vibrasi,
molekul dapat memiliki energi kinetik dan energy potensial,
sehingga mempunyai dua derajat kebebasan. Dengan
demikian, sebuah molekul gas diatomik pada suhu tinggi
yang memungkinkan molekul melakukan gerak translasi,
rotasi, dan vibrasi dapat memiliki tujuh derajat kebebasan.
2) Energi Dalam Pada Gas Ideal
Berdasarkan teorema ekipartisi energi bahwa tiap partikel

1
gas mempunyai energi kinetik rata-rata sebesar Ek = f ( kT ) .
2
Energi dalam suatu gas ideal didefinisikan sebagai jumlah
energi kinetik seluruh molekul gas dalam ruang tertutup yang
meliputi energi kinetik translasi, rotasi, dan vibrasi.Apabila
dalam suatu ruang terdapat N molekul gas, maka energi
dalam gas ideal U dinyatakan:
1
U = NE = Nf ( kT )
2
Berdasarkan derajat kebebasannya, energi dalam gas
monoatomik ideal dapat dituliskan sebagai berikut:
f =3

1 3
U = 3N ( kT ) = NkT
2 2 2. Mol dan Massa Molekul
Besaran yang akan kita bahas pada pembahasan ini adalah
tekanan, volume, dan suhu yang merupakan besaran makroskopik.
Besaran – besaran tersebut dapat kita ukur. Besaran lain adalah
kecepatan rata – rata molekul yang merupakan besaran mikroskopik.
Besaran mikroskopik tidak dapat kita ukur, tetapi dapat kita hitung.
Antara besaran – besaran tersebut dihubungkan oleh massa dan
kerapatan gas. Jadi sebelum kita membicarakan persamaan gas
terlebih dahulu, kita harus mengerti mengenai massa molekul dan
kerapatan molekul.

Jika dalam suatu ruangan di dalamnya terdapat N molekul gas.


N sering kali dinyatakan dalam satuan mol. 1 mol gas berarti dlam
gas terdapat sebanyak 6,022 × 1023 molekul. Bilangan 6,022 × 1023
dinamakan bilangan Avogadro NA.

Bilangan Avogadro = NA = 6,022 × 1023 molekul/mol


Artinya: suatu mol zat berisi NA buah partikel tau molekul. jika
sebuah gas memiliki n mol gas, artinya molekul gas tersebut adalah:

N= n NA
Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar diberi simbol M.
Misalkan O memiliki massa molar 16, maka 1 mol O massanya 16
gram. Bila sebuah molekul terdiri dari beberapa atom, massa molar
molekul tersebut adalah jumlahan dari seluruh massa tiap atomnya.
Massa n mol gas adalah:

m= nM

12. DAFTAR PUSTAKA


Halliday, David dan Robert Resnick. (1978). Fisika. Jakarta :Erlangga.
Haryadi, Bambang. (2009). Fisika untuk SMA/MA kelas 11. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nurachmandani, Setya. (2009). Fisika 2 untuk SMA/MA kelas 11. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Indrajit, Duidi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Fisika : untuk Kelas XI
Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Widodo, Tri. (2009). Fisika untuk SMA/MA kelas 11. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Astra, I made dan Hilman Setiawan.(2007). Fisika. Jakarta : Piranti

Anda mungkin juga menyukai