ih. Zat pelarut (solven) adalah zat yang paling banyak massanya atau volumenya. Zat terlarut (solut) adalah zat yang sedikit massanya atau volumenya Sifat larutan Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan terbagi dua yaitu: B. Sifat koligatif non elektrolit Sifat koligatif elektrolit Penurunan tekanan uap jenuh (P) Kenaikan titik didih (Tb) Penurunan titik beku (Tf) Tekanan osmotik Konsentrasi larutan adalah satuan yang menyatakan zat terlarut dalam suatu larutan. Jumlah zat terlarut dihitung menurut konsentrasinya. Salah satu cara mengukur konsentrasi adalah dengan mengukur berat atom relatif unsur-unsurnya, yang biasanya ditulis dengan persen berat. Untuk memeriksa konsentrasi larutan yang menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut (larutan). Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus menyatakan sbb: Satuan yang digunakan larutan Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua
Konsentrasi
Satuan-satuan konsentrasi:
Jumlah mol adalah jumlah suatu zat yang sama dalam gram terhadap jumlah berat atom.
Persentase (%) Persentase (%) adalah jumlah massa (gram) zat terlarut dalam tiap 100 gram
Misal dalam suatu zat terdapat 20 % NaOH = 20 gram NaOH dan 80 gram air.
Fraksi mol (X) Fraksi mol menyatakan perbadingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah
mol larutan. Jumlah mol zat terlarut nt, jumlah mol pelarut np dan fraksi mol terlarut Xt, fraksi mol pelarut Xp, maka diperoleh rumus sebagai berikut:
Xt = nt nt + n p
np nt + n p
dan X p =
Keterangan: Xt = fraksi mol zat terlarut Xp = fraksi mol zat pelarut nt = mol zat terlarut np = mol zat pelarut Jika Xt dan Xp dijumlahkan maka:
Xt + X p = np nt + nt + n p nt + n p
= Jadi :
nt + n p nt + n p
=1
Xt + Xp = 1
Soal:
1. Tentukan fraksi mol zat terlarut dan zat pelarut, jika ke dalam 90 gram air Mr= 18 g/mol di larutkan 15 gram asam cuka (CH3COOH) Mr= 60 g/mol Jawab: n CH3COOH = mol = 60 g / mol = 0,25mol = nt n H2O Xt = Xp = = mol = 18 g / mol = 5mol = n p
gram 90 g gram 15 g
Atau : XH 2 0 = 1 0.005 = 0,95 2. Larutan Jawab: Setiap 1000 gram air terdapat 0,5 mol NaOH (rumus kemolalan), jadi: n NaOH = 0,5 mol n H2O = Mr = 18 g / mol = 55,56mol X NaOH = 0,5mol + 55,56mol = 0,09 X H2O = 1- 0,09 = 0,91 3. Larutan asam klorida 18,25 % massa Mr = 36.5 g/mol, mempunyai massa jenis 1,1 g/mL. Tentukan fraksi mol masing-masing zat dalam larutan tersebut? Jawab: Massa larutan = 1000 mL x 1,1 g/mL = 1100 gram Massa HCl = % massa x massa larutan =
18,25 x1100 g = 200,75 g 100
0,5mol gram 1000 g
899,25 g
Kemolaran (M) Jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1 liter (dm 3) larutan. Satuan adalah M atau
molaritas. M=
Kemolalan (m) Jumlah mol zat yang terlarut dalam 1000 gram atau 1 Kg zat pelarut. Satuan
Keterangan: P = massa zat pelarut dalam gram. Jadi, beda Molaritas (M) dan molalitas (m) masing-masing berlawanan, hal ini disebabkan molal (m) menunjukkan jumlah relatif zat terlarut terhadap massa zat pelarut, bukan volume larutan. Soal: 1. Tentukan kemolalan larutan yang dibuat dengan melarutkan 4,5 gram glukosa (C6H12O12, Mr= 180 g/mol) dalam 100 gram air! Jawab: m = Mr x P
g 1000 = 4,5 g 1000 x = 0,25m 180 g / mol 100 g
2. Berapa gram urea (CO(NH2)2, Mr = 60 g/mol) hyarus dilarutkan dalam 50 mL air (massa jenis air 1 g/mL) agar kemolaran larutan sama dengan 0,1 m! Jawab: Massa air = v x = 50 mL x 1 g/mL = 50 g m =
g 1000 x Mr P
1000
Hubungan kemolalan (m) dan Fraksi mol terhadap sifat koligatif Pada sifat koligatif larutan, kemolalan (m) digunakan untuk menentukan kenaikan titik didih (Tb) dan penurunan titik beku (Tf). Sedangkan fraksi mol digunakan untuk menentukan tekanan uap jenuh (P). A. Penurunan tekanan uap jenuh (P) Apabila suatu zat cair (bisa juga untuk zat padat) dimasukkan kedalam suatu ruangan tertutup, maka zat cair tersebut akan menguap sampai ruangan itu jenuh. Pada keadaan jenuh itu terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair (padat) dengan uap jenuhnya. Tekanan ini yang ditimbulkan oleh uap jenuh itu disebut tekanan uap jenuh(P). besarnya tekanan uap jenuh bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki gaya terik-menarik antar partikel relatif besar berarti sukar menguap, sehingga mempunyai tekanan uap jenuh yang relatif kecil. Misal garam, gula, glikol dan gliserol. Dan sebaliknya, zat yang memiliki gaya tarik-menarik antar partikelnya relatif lemah berarti mudah menguap, sehingga mempunyai tekanan uap jenuh yang relatif besar. Zat seperti ini dikatakan mudah menguap atau atsiri (volatile), contohnya etanol dan eter. Tekanan uap jenuh suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan. Jika sutu pelarut dilarutkan zat yang tidak menguap, ternyata tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah dari pada tekanan uap jenuh pelrut murni. Jadi selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh disebut penurunan tekanan uap jenuh (P). Jika tekanan uap jenuh pelarut murni dinyatakan dengan P0 dan tekanan uap jenuh larutan dengan P, maka (P) = P0- P Tabel : Tekanan uap jenuh air pada berbagai temperatur (mmHg) T(0C) P
4.58 6.54 9.21 11.99 15.48 17.54 18.65 21.07 23.76 26.74 30.04 31.82 42.20 55.30 71.90 92.50 118.00 149.40 233.7 355.1 525.8 610.9 657.6 760.0 815.9 875.1 937.9
Misalnya, tekanan uap jenuh air pada temperatur 300C adalah 31,82 mmHg. Ketika kedalam air dimasukkan sejumlah gula, tekan uapnya menjadi 31,10 mmHg. Dengan demikian penurunan tekanan uap jenuh = (31,82-31,10) mmHg = 0,72 mmHg.
Tekanan Uap P1
P
P2 Cair
Padat Gas
Pada tahun 1887, Raoult menemukan bahwa semakin besar fraksi mol zat terlarut dalam larutan, semakin besar penurunan tekanan uap. P = P0. Xt atau
o P = P .
nt nt + n p
Untuk menghitung tekanan uap larutan berdasarkan persamaan diatas dapat diturunkan sebagai berikut: Diketahui : P = P0- P Xt + Xp = 1 Xt = 1 - X p P = P0. Xt Diperoleh Maka: Atau : : P0 P = P0 (1-Xp) P0 P = P0 - P0Xp P = P0.Xp
P = Po .
np nt + n p
Keterangan: P = penurunan tekanan uap jenuh P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni P = tekanan uap jenuh larutan Xt = fraksi mol zat terlarut Xp = fraksi mol zat pelarut nt = mol zat terlarut np = mol zat pelarut Soal: 1. Tekanan uap jenuh air pada suhu 250C adalah 23,76 mmHg. Tentukan penurunan tekanan uap jenuh air, jika ke dalam 90 g air dilarutkan dalam 18 g glukosa (C6H12O6, Mr = 180 g/mol)! Jawab: P0 = 23,76 mmHg mol glukosa = 180 g / mol = 0,1mol = Xt mol H2O Xt = 18 g / mol = 5mol = 0,1mol + 5mol = 0,02
0,1mol 90 g 18 g
P = P0 . Xt = 23,76 mmHg x 0,02 = 0,48 mmHg 2. Tentukan tekanan uap jenuh air pada larutan yang mengandung 12% massa uerea CO(NH2)2 Mr= 60 g/mol, jika tekanan uap jenuh air pada temperatur 30 0C adalah 31,82 mmHg! Jawab: Massa urea = 12% =
12 x100 g = 12 g 100
Mol urea = 60 g / mol = 0,2mol Mol H2O = 18 g / mol = 4,89mol = Xp Xp = 0,2mol + 4,89mol = 0,96 P = P0 . Xp = 31,82 mmHg x 0,96 = 30,55 mmHg B. Kenaikan titik didih (Tb) Titik titih adalah temperatur dimana zat cair berubah menjadi gas. Suatu zat cair yang mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair sama dengan tekanan udara sekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg) maka air akan mendiddih pada temperatur 1000C, karena pada temperatur itu tekanan uap air sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Temperatur pada tekanan uap jenuh zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal zat cair. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih (Tb). Tb = titik didih larutan titik didih pelarut Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat yang dilarutkan dalam 1000 g zat pelarut mempunyai harga yang tetap dan disebut kenaikan titik didih (Kb). Setiap zat mempunyai masing-masing harga Kb, sbb: Pelarut Air Alkohol Eter Kloroform Benzena Aseton Asam asetat
Tb = m.K b
4,89 mol 88 g
12 g
Titik didih (0C) 100.0 78.5 34.5 61.2 80.1 56.5 11.8
Tb = g 1000 x xK b Mr P
Keterangan : Tb = kenaikan titik didih larutan Kb m g p Soal : 1. Tentukan kenaikan titik didih larutan 0,2 molal gula dimana Kb air = 0,520C! Jawab:
Tb = m.K b
= tetapan kenaikan titik didih larutan = kemolalan = massa zat terlarut dalam gram = massa pelarut dalam gram
= 0,2 m x 0,520C = 0,14040C 2. Berapa titik titih 3,6 gram C6H12O6 (Mr= 180 g/mol) dalam 250 gram benzen, jika diketahui titik didih benzen 80,10C dan Kb benzen adalah 2,520C! Jawab:
Tb =
=
g 1000 x xK b Mr P
3,6 g 1000 x x 2,52 0 C = 0,2 180 250 g
Titik didih glukosa = titik didih benzen + kenaikan titik didih = (80,1 + 0,2)0C = 80,30C C. Penurunan titik beku (Tf) Titik beku adalah tempertur dimana zat cair berubah menjadi padat. Air murni membeku pada temperatur 00C dan tekanan 1 atm. Temperatur tersebut dinamakan titik beku normal air. Dengan adanya zat terlarut, ternyata pada temperatur 00C air belum membeku. Pada temperatur itu tekanan uap jenuh larutan
lebih kecil dari 1 atm. Agar larutan membeku tempertur larutan harus diturunkan sampai tekan uap jenuh larutan mencapai 1 atam. Selisih antara titik beku zat denagn titik beku larutan disebut dengan penurunan titik beku (Tf).
Penurunan titik beku disebabkan oleh 1 mol zat terlarut dalam 1000 gram zat pelarut dinamakan penurunan titik beku molal (Kf).
T f = m.K f
T f =
g 1000 x xK f Mr P
Keterangan : Tf = penurunan titik beku larutan Kf m g p = tetapan penurunan titik beku molal = kemolalan = massa zat terlarut dalam gram = massa pelarut dalam gram
Mr = massa molekul relatif zat terlarut Soal: 1. Tentukan penurunan titik beku jika 0,05 mol naftalen dilarutkan kedalam 400 g air Kf air =1,860C! Jawab :
T f = g 1000 x xK f Mr P = 0,05molx 1000 x1,86 0 C = 0,230C 400
2. Larutan urea dalam air yang volumenya 100 mL mengandung 10% massa CO(NH2)2. Hitunglah titik beku larutan urea tersebut jika massa jenis larutan 1,04 g/mL Kf air =1,860C! Jawab: Massa larutan = 100 mL x 1,04 g/mL = 104 g
g 1000 x xK f Mr P
10,4 1000 x x1,86 0 C = 3,440C 60 93,6
Osmosis adalah proses merembesnya pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat atau dari pelarut murni ke suatu larutan. Tekanan osmotik adalah tekanan hidrostatis yang dihasilkan dari proses osmosis yang menahan merembesnya moleku-molekul pelarut. Tekanan osmotis bergantung pada banyaknya volume, petakan dan suhu tertentu. pV = nRT p =
n .R.T V
= M .R.T
Keterangan : R T M g V
= tekanan osmotik = tetapan gas (0,082 atm L/mol K) = suhu (Kelautan) = molaritas = massa zat terlarut dalam gram = Volume larutan (mL)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sifat koligatif suatu larutan adalah: Keempat rumus diatas disebut hukum Raoult dan hanya cocok untuk larutan non elektrolit. Untuk larutan elektrolit (asam, basa, garam), kempat hukum diatas harus dikalikan dengan faktor vantangkap Hoff (i)
p = X . p o .i T f = K f .m.i Tb = K b .m.i
= MRT .i
dimana :
i = 1 = ( n 1)
C.
Sifat koligatif elektrolit Elektrolit adalah suatu zat yang membentuk ion ketika dilarutkan dalam air.
Dalam bentuk larutan zat ini bisa menghantarkan arus listrik, jika dalam percobaan di laboratorium larutan tersebut bisa menimbulkan nyala lampu dan ada gelembung gas. Contoh dari elektrolit ini adalah senyawa asam, basa dan garam. Zat elektrolit dalam air akan mengurai ikatan antara ion positif dan ion negatif, dimana ikatan tersebut terputus dan ion-ion tersebut berinteraksi dengan molekul air. Penguraian senyawa elektrolit dalam air dinyatakan dengan persamaan reaksi yang disebut reaksi ionisasi. Contoh: NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl-(aq) Penguraian zat elektrolit menyebabkan penambahan banyaknya partikel, sedangkan sifat koligatif bergantung pada banyaknya partikel dalam larutan. Oleh
karena itu, sifat koligatif larutan elektrolit lebih besar dari pada sifat koligatif larutan non elektrolit untuk larutan-larutan yang konsentrasinya sama. Ciri-ciri zat elektrolit: 1. Dapat terionisasi (terurai menjadi ion-ion) 2. Larutannya dapat menghantarkan listrik 3. Meliputi asam, basa, garam Untuk menyatakan banyaknya atau sedikitnya zat elektrolit yang trionisasi digunakan istilah derajat ionisasi atau derajat disosiasi ()
=
jumlah mol zat yang terionisasi jumlah mol zat yang di larutkan
Untuk elektrolit kuat karena zatnya mudah terionisasi, mempunyai gharga derajat ionisasi mendekati satu (1). Untuk larutan yang encer atau konsentrasinya kecil, jarak antar ion-ion cukup jauh, sehingga gaya tarik-menarik ion-ionny dianggap sama dengan satu. Sedangkan elektrolit lemah mempunyai harga derajat ionisasi sangat kecil sehingga sukar terionisasi. Untuk membedakan sifat koligatif non elektrolit sebagai faktor vantangkap Hoff.
p = X . p o .i T f = K f .m.i Tb = K b .m.i
yang mempunyai
konsentrasi yang sama, dapat dibedakan dengan menggunakan faktor i yang dikenal
= MRT .i
dimana :
i = 1 + (n 1)
n = jumlah koefisien ion = derajat ionisasi Khusus untuk elektrolit kuat ( = 1) i = n, sehingga akan diperoleh sebagai berikut:
Tb = m.K b [1 + (n 1) ]
T f = m.K f [1 + ( n 1)]
Tekanan osmotik ()
= M .R.T [1 + (n 1)]
Soal: 1. Hitung titik didh 6,84 gram aluminum sulfat (Al2(SO4)3) dalam 250 gran air, jka derajat ionisasi Al2(SO4)3 pada konsentrasi tersebut 0,9, Kb air = 0,520C. Jawab: Reaksi ionisasi untuk menentukan harga n: Al2(SO4)3(zq) 2Al+3(aq) + 3SO42-(aq) n = 3+2 = 5 (jumlah ion positif + ion negatif (abaikan tanda + dan -)
Tb = m.K b [1 + (n 1) ]
= =
Titik didih = 1000C + 0,1910C = 100,1910C 2. berapa gram garam dapur NaCl harus dilarutkan dalam 100 gram air agar larutannya membeku pada 20C (Kf air = 1,860C)! Jawab: NaCl(aq) n=2 Jika derajat ionisasi tidak diketahui maka dianggap = 1
T f = m.K f [1 + ( n 1)]
Na+(aq) + Cl-(aq)
20C =
g 1000 x xK b [1 + ( n 1)] Mr P
g 1000
g D.
= 10 x1,86 x 2 = 3,145 gram Sifat koligatif non elektrolit Non elektrolit adalah suatu zat yang tidak dapat membentuk ion ketika
2 x58,5
dilarutkan dalam air. Dalam bentuk larutan zat tersebut tidak bisa menghantarkan arus listrik, tidak menimbulkan gelembung gas. Larutan no elektrolit ini tidak bisa terionisasi. Untuk sifat koligatif larutan non elektrolit berlaku rumus sebelunya yaitu Hukum Raoult.