Anda di halaman 1dari 26

3.

Larutan dan Kelarutan


Jainer P. Siampa, M.Si., Apt.
Distribusi Solute di antara
Solvent yang tidak bercampur
O Jika suatu cairan atau padatan berlebih
ditambahkan pada campuran dua cairan tidak
bercampur, zat itu akan mendistribusikan diri
diantara kedua fase, sehingga masing-masing
fase akan menjadi jenuh
O Jika jumlah zat yang ditambahkan pada pelarut
tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, zat
tersebut tetap akan terdistribusi di antara kedua
lapisan dengan perbandingan konsentrasi
tertentu
O Jika C1 dan C2 masing-masing adalah
konsentrasi kesetimbangan zat dalam
pelarut 1 dan pelarut 2, persamaannya
menjadi::
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF adalah sifat-sifat larutan yang
tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi
hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya

 Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan


oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri.

 Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit


tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi
keduanya sama.
(Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai
menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non
elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion).
KONSENTRASI LARUTAN

PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH

KENAIKAN TITIK DIDIH

PENURUNAN TITIK BEKU

TEKANAN OSMOTIK

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT


Ada 3 cara untuk menyatakan konsentrasi larutan, yaitu
melalui Konsentrasi Molar, Konsentrasi Molal dan Fraksi Mol.

Konsentrasi MOLAR

Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut


dalam satu liter larutan. Satuan kemolaran
adalah mol L-1
n
M 
V Keterangan :
M = Kemolaran
gr 1000
n = Jumlah mol zat terlarut
M  x V = Volum larutan (dalam liter)
Mr mL
CONTOH
Jika dalam 500 mL larutan terdapat 6 gram urea (Mr
=60), maka molaritas larutan adalah :

Jawab :

6 1000
M x
gr 1000 60 500
M x 6000
Mr mL   0,2 mol L-1

30000
Konsentrasi MOLAL
Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n)
zat terlarut dalam 1 kg (=1000 g) pelarut. Oleh karena
itu, kemolalan dinyatakan dalam mol kg-1

n Keterangan :
m m = Kemolalan larutan
p n = Jumlah mol zat terlarut
p = masa pelarut (dalam kg)

gr 1000
m x
Mr masa pelarut (gr)
CONTOH
Berapakah kemolalan larutan glukosa yang
mengandung 12% masa glukosa (Mr = 180)?
Jawab :
Glukosa 12% =
12/100 x 100 gram = 12 gram. gr 1000
m x
Dan air (pelarut) = Mr masa pelarut (gr)
(100 – 12) = 88 gram.
PENTING :
12 1000
m x “Untuk mendapatkan masa
pelarut air yg tdk diketahui, kita
180 88 harus selalu memasukkan 100
dikurang gr larutan”.
12000
  0,79 mol kg -1

15840
Fraksi Mol
Fraksi mol (X) zat terlarut atau zat pelarut
menyatakan perbandingan mol (n) zat terlarut
atau n pelarut dengan n total larutan (terlarut +
pelarut)

n terlarut
X terlarut =
n terlarut + n pelarut
n pelarut X terlarut + X pelarut = 1
X pelarut =
n terlarut + n pelarut
contoh
Hitunglah fraksi mol urea dalam larutan
urea 20% (Mr = 60).
Jawab :
•Urea 20% = 20/100 x 100 gram = 20 gram.
•Air (pelarut) = (100 – 20) = 80 gram.
20
Jumlah mol urea   0,33 mol
60
80
Jumlah mol air   4,44 mol
18
Ditanya fraksi mol UREA
0,33
X urea   0,069
(4,44  0,33) “Angka 18 didapat
dari Mr nya AIR”
PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai


tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu.
Penambahan suatu zat ke dalam zat cair
menyebabkan penurunan tekanan uapnya.
Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu
mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut,
sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Menurut Francois Marie Raoult mengemukakan bahwa
tekanan uap suatu komponen bergantung pada fraksi mol
komponen itu dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut .
PA = tekanan uap komponen A
PA = XA x PoA XA = fraksi mol komponen
P0A = tekanan uap A murni

Untuk menentukan tekanan uap larutan dapat menggunakan rumus


berikut :

Plarutan = Xpelarut x Popelarut


Selisih antara tekanan uap pelarut dengan tekanan uap larutan
disebut penurunan tekanan uap (∆P). Dapat digunakan rumus
sebagai berikut :

∆P = Xter x Po
Tekanan uap air pada 100oC adalah 760 mmHg. Berapakah
tekanan uap larutan glukosa 18% pada 100 oC? (Ar H= 1 ; C=12 ;
O=16)

Jawab: Plarutan = Xpelarut x Popelarut


Jadi mari kita hitung dulu Xpel (fraksi mol) nya !!!
•Glukosa 18% = 18/100 x 100 gram = 18 gram.
•Air (pelarut) = (100 – 18) = 82 gram.
18
Jumlah mol glukosa   0,1 mol
180
82
Jumlah mol air   4,55 mol
18

4,55 Plarutan = Xpelarut x Popelarut


X pel   0,978
(4,55  0,1) Plarutan = 0,978 x 760
= 743,28 mmHg
KENAIKAN TITIK DIDIH (∆Tb)
Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan di permukaan. Oleh karena itu, titik didih bergantung pada
tekanan di permukaan.

 Suatu pelarut jika di + zat terlarut  titik didih akan naik


 Besarnya kenaikan titik didih ~ konsentrasi molal ( m )
 Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut murni
 Kb = tetapan kenaikan titik didih

gr 1000
Tb = m x Kb ATAU ΔTb    Kb
Mr p
m = gr/mr x 1000/p
CONTOH
Tentukan titik didih larutan yang mengandung 18 gram
glukosa (Mr = 180) dalam 500 gram air.
(Dik :Kb air = 0,52oC)
Jawab:
Jadi kita hitung dulu Tb = m x Kb
gr 1000
Tb    Kb
mr p
18 1000
Tb    0,52 o C
180 500
 0,104 o C
Terus kita hitung Tb larutan Tb larutan = 0,104 + 100
Tb larutan = Tb + Tb pelarut = 100,104oC
PENURUNAN TITIK BEKU (∆Tf)

Titik beku adalah suhu pada saat tekanan uap


cairan sama dengan tekanan uap padatnya.

 Suatu pelarut jk di + zat terlarut  titik bekunya akan turun


 Besarnya penurunan titik beku ~ konsentrasi molal ( m )
 Tf = titik beku pelarut murni – titik beku larutan
 Kf = tetapan penurunan titik beku

gr 1000
Tf = m x Kf Atau ΔTf    K f
Mr p
Tentukan titik beku larutan yang mengandung 18
gram glukosa (Mr = 180) dalam 500 gram air.
(Dik :Kf air = 1,86oC)
Jawab:
Tf = Tf pelarut – Tf larutan atau Tf larutan = Tf pelarut - Tf
Jadi kita hitung dulu
Tf = m x Kf Terus kita hitung Tf larutan
gr 1000 Tf larutan = Tf pelarut - Tf
Tf   Kf
mr p
Tf larutan = 0 – 0,372
Tf 
18 1000
  1,86 o C = – 0,372oC
180 500
 0,372 o C
Tabel :
Ketetapan kenaikan titik didih molal (Kb) dan tetapan
penurunan titik beku molal (Kf) dari beberapa pelarut.

Pelarut Tb (oC) Kb (oC.m-1) Tf (oC) Kf (oC.m-1)

Air 100 0,52 0 1,86

Benzena 80,10 2,53 5,53 5,12

Kamper 207,42 5,61 179,8 39,7

Fenol 181,75 3,56 40,90 7,40


Nitro
210,80 5,24 5,7 7,00
Benzena
TEKANAN OSMOTIK

Osmosis adalah proses berpindahnya pelarut dari


larutan yg lebih encer ke larutan pekat melalui
membran semipermeabel ( hanya dpt dilalui oleh
pelarut.

Tekanan osmotik adalah tekanan yg diperlukan utk


menghentikan aliran dari pelarut murni ke dlm
larutan

Alat yg digunakan utk mengukur besarnya tekanan


osmotik adalah osmometer
Menurut Van’t Hoff , tekanan osmotik larutan-
larutan encer dapat dihitung dengan rumus yang
serupa dengan persamaan gas ideal, yaitu :

πV = nRT π = MRT

Atau π = tekanan osmotik


n V = volum larutan (dalam liter)
  RT n = jumlah mol zat terlarut
V T = suhu absolut larutan (suhu kelvin)
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1 K-1)
Hitunglah tekanan osmotik dari 500 mL larutan yang
mengandung 9 gram glukosa (Mr = 180) pada suhu
27oC .
Jawab:
Dik : R = 0,08
T = 27oC = 300oK
gr 1000
π = MRT    R T
mr p
9 1000
   0,08  300
180 500
 2,4 atm
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Dari teori ion Svante August Arrhenius dikemukakan bahwa


larutan asam, basa ataupun garam termasuk larutan elektrolit.
Larutan elektrolit yaitu larutan yg dapat terionisasi atau
terurai menjadi ion – ion. Dan akibat peruraian itu maka dapat
mengakibatkan bertambahnya jumlah partikel

Untuk mengoreksi hukum agar sesuai utk larutan elektrolit,


Van’t Hoff menerangkan bahwa hukum Roult harus dikalikan
dengan suatu faktor sebesar ( 1 + ( n – 1 )  ) atau diberi
lambang i dan disebut faktor Van’t Hoff

n = jumlah ion Jumlah mol zat terionisasi



 = derajad ionisasi Jumlah mol zat yg dilarutkan
Hubungan harga i dengan persen ionisasi (derajat ionisasi) adalah
sebagai berikut :
i = 1 + (n – 1) α
n = jumlah ion
Misal : CaCl2(n = 3)
: KCl (n = 2)
: FeCl3 (n = 4)

Rumus Sifat Koligatif Larutan Elektrolit :


Tb = m x Kb x i
Tf = m x Kf x i
π = MRT x i
Ket : sama seperti rumus-rumus sebelumnya tadi, hanya saja tinggal dikali i

Anda mungkin juga menyukai