Disusun Oleh :
MANADO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izinya kami masih di beri
kesempatan dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Dispepsia”. Adapun
maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Obat Gangguan Saluran
Nafas dan Saluran Cerna. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusun
makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penyusun memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi
pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
b) Gastritis
Gastritis adalah peradangan atau inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri
epigastrum, nafsu makan menurun, dan kadang terjadi perdarahan
(Sutanto, 2007). Penyebabnya ialah makanan atau obat-obatan yang
mengiritasi mukosa lambung dan adanya pengeluaran asam lambung yang
berlebihan.
c) Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD)
GRD adalah kelainan yang menyebabkan cairan lambung mengalami
refluks (mengalir balik) ke kerongkongan dan menimbulkan gejala khas
berupa rasa panas terbakar di dada (heart burn), kadang disertai rasa nyeri
serta gejala lain seperti rasa panas dan pahit di lidah, serta kesulitan
menelan. Belum adates standart mendiagnosa GERD, kejadiannya
diperkirakan dari gejala-gejala penyakit lain atau ditemukannya radang
pada esofagus seperti esofagitis (Berdanier, 2008).
Przybys (2011) menambahkan bahwa GERD dapat dikurangi dengan
mengkonsumsi air putih dan mengkonsumsi obat antasida sebelum makan.
Pasien dengan GERD yang muncul pada malam hari dapat dianjurkan
untuk tidur dengan posisi kepala lebih tinggi 6 – 8 inchi dari alas dengan
menggunakan balok kayu karena menggunakan bantal tambahan tidak
cukup membantu untuk mengganjal kepala. Posisi ini membantu
mencegah munculnya refluks daripada posisi berbaring tanpa alas (Gerson,
2009).
GERD disebabkan karena beberapa faktor salah satunya adalah
obesitas. Penelitian menyebutkan bahwa kenaikan berat badan sedikit saja
walaupun masih dalam berat badan normal seseorang dapat meningkatkan
resiko terkena GERD (Gerson, 2009). Bahkan seseorang yang memiliki
indeks massa tubuh antara 21 – 25 juga beresiko terserang GERD.
Menghilangkan berat badan terutama lemak pada perut efektif mengurangi
timbulnya GERD. Adanya jaringan lemak pada perut dapat menekan perut
dan memunculkan refluks asam lambung.
3
d) Karsinoma
Karsinoma pada saluran pencernaan (esofagus, lambung, pankreas,
kolon) sering menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri di
perut, bertambah dengan nafsu makan turun, timbul anoreksia yang
menyebabkan berat badan turun (Hadi, 2002).
e) Pankreatitis
Gejala khas dari pankreatitis ialah rasa nyeri hebat di epigastrum yang
timbul mendadak dan terus menerus, seperti ditusuk-tusuk dan terbakar.
Rasa nyeri dimulai dari epigastrum kemudian menjalar ke punggung.
Perasaan nyeri menjalar ke seluruh perut dan terasa tegang beberapa jam
kemudian. Perut yang tegang menyebabkan mual dan kadang-kadang
muntah (Hadi, 2002).
f) Dispepsia pada Sindrom Malabsorbsi
Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan proses
absorbsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi. Penderita
ini mengalami keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus,
kembung dan timbulnya diare berlendir (Sudoyo, 2009).
g) Gangguan Metabolisme
Diabetes Mellitus (DM) dapat menyebabkan gastroparesis yang hebat
sehingga muncul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual
dan muntah. Definisi gastroparesis yaitu ketidakmampuan lambung untuk
mengosongkan ruangan. Ini terjadi bila makanan berbentuk padat tertahan
di lambung. Gangguan metabolik lain seperti hipertiroid yang
menimbulkan nyeri perut dan vomitus (Hadi, 2005).
h) Dispepsia akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori
Infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada lambung dapat
menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut gastritis. Proses
ini berlanjut sampai terjadi ulkus atau tukak bahkan dapat menjadi kanker
(Rani, 2007).
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya.
4
Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi
(Mansjoer, 2000).
Menurut Friedman (2010) Beberapa hal yang dianggap menyebabkan
dispepsia fungsional antara lain:
a) Sekresi Asam Lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat
sekresi asam lambung baik sekresi basal maupun dengan stimulasi
pentagastrin dapat dijumpai kadarnya meninggi, normal atau hiposekresi.
b) Dismotilitas Gastrointestinal
Dismotilitas Gastrointestinal yaitu perlambatan dari masa pengosongan
lambung dan gangguan motilitas lain. Pada berbagai studi dilaporkan
dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan
hipomotilitas antrum hingga 50% kasus.
c) Diet dan Faktor Lingkungan
Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus
dispepsia fungsional. Dengan melihat, mencium bau atau membayangkan
sesuatu makanan saja sudah terbentuk asam lambung yang banyak
mengandung HCL dan pepsin. Hal ini terjadi karena faktor nervus vagus,
dimana ada hubungannya dengan faal saluran cerna pada proses
pencernaan. Nervus vagus tidak hanya merangsang sel parietal secara
langsung tetapi efek dari antral gastrin dan rangsangan lain sel parietal.
d) Psikologik
Stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan
kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus
stress sentral.
2.3 Faktor-faktor yang menyebabkan Dispepsia
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain karena
terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna, seperti
pankreas, kandung empedu dan lain-lain.
5
Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena
faktor psikologis dan faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan
tertentu (Abdullah dan Gunawan, 2012). Faktor-faktor yang menyebabkan
dispepsia adalah:
6
14. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya
dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi.
Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan
lambung. 5.
15. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory
Drugs(NSAID) misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven (Rani,
2011).
16. Pola makan
2.4 Patofisiologi Dispepsia
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas,
zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan
antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam
pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls
muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
2.5 Penatalaksanaan Dispepsia
7
Obat-obatan over-the-counter (OTC) ini tidak memerlukan resep
dokter. Seorang dokter biasanya akan merekomendasikan pengobatan
antasid sebagai salah satu perawatan pertama untuk dispepsia.
2. Antagonis reseptor H-2
Obat ini mengurangi kadar asam lambung dan bertahan lebih lama dari
antasida. Namun, antasida bertindak lebih cepat. Contoh obat antagonis
reseptor H-2 termasuk Zantac, Tagamet, Pepcid, dan Axid. Beberapa di
antaranya adalah OTC, sementara yang lain hanya tersedia dengan resep
dokter. Beberapa orang mungkin mengalami mual, muntah, konstipasi,
diare, dan sakit kepala setelah meminumnya. Efek samping lainnya
meliputi memar atau pendarahan.
3. Roton Pump Inhibitor (PPI)
Contoh obat PPI termasuk Aciphex, Nexium, Prevacid, Prilosec,
Protonix, dan Zegerid. PPI sangat efektif untuk orang yang juga menderita
penyakit gastroesophageal reflux. Obat ini mengurangi asam lambung dan
lebih kuat dari antagonis reseptor H-2. Berbicaralah kepada dokter tentang
kemungkinan efek samping.
4. Prokinetics
Salah satu contoh obat prokinetik adalah Reglan. Efek sampingnya
meliputi kelelahan, depresi, mengantuk, cemas, dan kejang otot.
5. Antibiotik
Jika H. pylori menyebabkan ulkus peptik yang menyebabkan gangguan
pencernaan, antibiotik akan diresepkan. Efek sampingnya bisa termasuk
sakit perut, diare, dan infeksi jamur.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada,
yang sering dirasakan adanya gas, perasaan penuh atau rasa terbakar di perut.
2. Dispepsia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, Dispepsia organik : bila telah
diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya dan Dispepsia non
organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya.
3. Ada beberapa hal yang menyebabkan dispepsia antara lain, yaitu iritasi lambung
(gastritis), peradangan kandung kemih (kolesistitis), kecemasan atau depresi,
infeksi bacteri Helibacter Pylori, kelainan gerak pencernaan misalnya usus, dan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
4. Untuk pengobatan dispepsia bisa menggunakan Antasida sebagai salah satu
perawatan pertama, Antagonis reseptor H-2, Roton Pump Inhibitor (PPI),
Prokinetics, dan Antibiotik.
5. Penatalaksanaan dan Pengobatan dispepsia dilihat berdasarkan tingkat
keparahannya maupun rasa nyeri yang dialami penderita,
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami dan apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami juga masih dalam proses pembelajaran.
9
DAFTAR PUSTAKA