Definisi Paragraf
Terdapat beberapa definisi paragraf yang dikemukakan para ahli bahasa atau pakar
bahasa. Menurut Gorys Keraf (2004) alinea atau paragraf adalah suatu kesatuan pikiran,
suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan
dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang
maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas. Menurut
Tarigan (2008) paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok
yang tersirat dalam keseluruhan karangan.
Paragraf atau alinea lazimnya terdiri dari sekelompok kalimat yang mengungkapkan satu
gagasan. Gagasan itu merupakan satu gagasan bawahan dari sebuah karangan atau
wacana (Soewandi, 2000: 49). Menurut Nuristo (1999: 16) Paragraf adalah kalimat yang
berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimat itu disusun menurut
aturan tertentu dengan makna yang diidukungnya, dapat dibatasi, dikembangkan, dan
diperjelas (Nuristo, 1999: 16). Menurut Wiyanto (2004: 15) paragraf adalah sekelompok
kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran
untuk mendukung buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan.
Menurut Ramlan (1993: 1) paragraf adalah bagian dari suatu karangan atau tuturan yang
terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok
sebagai pengendalinya. Widyamartaya (1993: 31) mendefinisikan paragraf adalah
sekelompok kalimat utuh, lengkap yang memerlukan tambahan kalimat-kalimat lain
yang meluaskan, menguraikan, dan menjelaskan gagasan tersebut.
2) satu paragraf, lebih-lebih paragraf karangan ilmiah (wacana teknis), terdiri atas
beberapa kalimat. Jumlah kalimat dalam paragraf harus memadai.
3) salah satu kalimat merupakan kalimat topiknya, yaitu kalimat yang berisi gagasan
pokok, sedangkan kalimat-kalimat yang lain merupakan penjelasannya atau merupakan
pengantar jika kalimat topik berada pada akhir paragraf.
4) pada paragraf dalam karangan teknis atau karangan ilmiah, isi pernyataan yang
terungkap dalam kalimat-kalimat sesuai kenyataan, bahkan harus sesuai pula dengan
pernyataan atau teori yang digunakan.
6) bahasa yang digunakan adalah bahasa ragam baku. Ciri-cirinya adalah pemakaian
kata tidak menimbulkan salah tafsir, urutan katanya sesuai dengan kaidah yang berlaku,
kecukupan fungsi kalimat terpenuhi, dan penulisan karangan serta kalimatnya baik
penggunaan huruf maupun tanda baca sesuai dengan ejaan yang berlaku.
A. Kesatuan
Dalam setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan utama. Paragraf berfungsi
mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh
terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan gagasan pokok
tersebut. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, apabila kalimat dalam paragraf tidak
terlepas dari topiknya. Setiap kalimat terfokus pada topik, sehingga dapat relevan
dengan topik.
B. Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah koherensi atau
kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang masing-masing
berdiri sendiri, tetapi harus dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan
timbal balik. Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi,
kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat.
C. Kelengkapan
Paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf
dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan
pengulangan-pengulangan. Perhatikanlah contoh berikut.
(1) Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak
suka berselisih atau bersengketa.
Pendapat Akhadiah dkk (1991: 148) selaras dengan teori yang dikemukakan oleh Gorys
Keraf (1980) bahwa paragraf yang efektif harus memenuhi tiga syarat yaitu (1) kesatuan
yang merupakan semua kalimat membina paragraf untuk membentuk tema, (2)
koherensi yang merupakan kekompakan kalimat yang satu dengan yang lain, dan (3)
perkembangan alinea yang merupakan penyusunan gagasan yang membina paragraf.
A. Transisi
Terdapat sepuluh transisi berupa kata yaitu penanda hubungan kelanjutan, penanda
waktu, penanda klimaks, penanda perbandingan, penanda kontras, penanda hubungan
jarak, penanda ilustrasi, penanda sebab-akibat, penanda syarat/pengandaian, dan
penanda simpulan.
1) penanda hubungan kelanjutan: dan, serta, lagi, lagi pula, tambahan lagi, bahkan,
kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya, dan terakhir.
2) penanda waktu: dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah, sesudah, sementara
itu, sehari kemudian, dan tahun depan.
6) penanda urutan jarak: di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, dan jauh.
rangkuman.
Transisi yang berupa kalimat dikenal pula sebagai kalimat penuntun. Kalimat penuntun
ini mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai transisi dan pengantar topik yang akan
dijelaskan atau diperbincangkan. Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti
kalimat topik, letaknya selalu mendahului kalimat topik.
Transisi yang berupa paragraf digunakan untuk ‘’membelokkan’’ antara satu pokok
pikiran ke pokok pikiran yang lain. Transisi menunjang kepaduan dan kekohesian
antarparagraf, sehingga setiap muncul ide baru tetap bergerak pada topik yang sama.
Kalimat utama (topik) mengandung ide pokok yang mendasari suatu paragraf. Kalimat
utama ini bisa berada di awal, tengah, dan akhir paragraf. Kalimat utama pada awalnya
berupa ide sentral pengarang yang belum diperinci yang selanjutnya dijelaskan dengan
kalimat penjelas atau kalimat pendukung. Kalimat utama belum memberi informasi yang
lengkap.
C. Kalimat Penjelas (Pengembang)
Kalimat penjelas (pengembang) adalah pendukung kalimat pokok. Kalimat penjelas
menempati lebih dari setengah porsi suatu paragraf, karena kalimat penjelas berisi
menjelaskan, merinci, membandingkan atau memberi contoh ide sentral dalam kalimat
utama. Penyusunan kalimat penjelas tidak sembarangan. Kalimat penjelas harus
berkaitan erat dengan kalimat utama dan disusun berdasarkan hal-hal yang sangat dekat
dengan ide sentral dilanjutkan hal-hal pendukung lainnya. Dengan kata lain, kalimat
penjelas merupakan kalimat yang menjelaskan kalimat utama (topik), sehingga menjadi
paragraf yang padu.
D. Kalimat Penegas
Kalimat penegas mempunyai dua fungsi. Pertama, sebagai penegas atau penjelas
kembali pernyataan atau ide yang diungkapkan dalam kalimat- kalimat sebelumnya.
Kedua, sebagai daya tarik bagi pembaca atau sebagai selingan. Kalimat penegas,
biasanya berada di akhir paragraf. Terkadang kalimat penegas ditulis bukan untuk
memperjelas informasi atau menyimpulkan, melainkan hanya untuk variasi paragraf.
(1) Lagi pula, di asrama ini kita harus menjaga kebersihan. Kamar mandi kita bersihkan
sedikitnya dua hari sekali. Halaman kita sapu bergiliran setiap pagi dan sore. Saluran air
pembuangan kita kontrol setiap minggu. Demikian pula sampah harus kita perhatikan.
Jangan sampai kita membuang sampah sembarangan. Semua sampah, baik sampah
besar maupun kecil, kita buang di tempat sampah. Bila sudah terkumpul, kita bakar di
tempat pembakaran sampah atau kita buang ke tempat pembuangan akhir. Bila perilaku
hidup bersih itu kita lakukan, hidup kita di asrama nyaman dan sehat.
i) Susunan paragraf terdiri atas transisi, kalimat utama, dan kalimat penegas.
ii) Susunan paragraf terdiri atas kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas.
Paragraf berikut ini adalah contoh paragraf dengan tiga unsur.
(3) Pak Wira makin sibuk. Kambing-kambingnya yang harus dicarikan rumput kini
bertambah menjadi sepuluh ekor. Ayam dan itiknya tetap minta jatah makanan dan
minuman. Sementara itu, tanaman palawija di sawahnya tak mau ditelantarkannya.
Apalagi dalam musim kemarau seperti sekarang ini, Pak Wira harus sering ke sawah.
Pekerjaan Pak Wira memang semakin berat.
Susunan paragraf yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat penjelas. Paragraf berikut
ini adalah contoh paragraf dengan dua unsur.
(4) Dia cukup pandai di sekolahnya. Dalam ulangan umum akhir semester ini, dia
dapat menjawab betul empat puluh soal dari lima puluh soal Matematika yang diujikan.
Hasil ulangan Kimia tidak mengecawakan karena dia menempati urutan ketiga terbaik di
kelasnya. Yang agak mengecewakan adalah hasil ulangan Geografi. Dia hanya
memperoleh nilai enam. Tetapi, rasa kecewa itu segera terobati karena dalam ulangan
mata pelajaran Fisika dia mendapat nilai sembilan.
(5) Mendung bergayut, makin lama makin tebal. Warna kulitnya hitam pekat. Angin
berembus kencang menggoyang pepohonan dan merontokkan dedaunan. Sementara
itu, petir menyambar memenuhi angkasa. Geledek pun bergemuruh memekakkan
telinga. Tak lama kemudian, hujan turun bagai dicurahkan dari langit bersamaan dengan
tiupan angin kencang.
a. Narasi
Narasi, menurut Keraf (2004) merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah- olah pembaca
melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sementara itu, Gie (1995) berpendapat
bahwa karangan narasi menyampaikan suatu peristiwa atau pengalaman dalam kerangka
urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang
perubahan gerak sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir.
Wiyanto (2011) juga berpendapat bahwa narasi (naration) secara harfiah bermakna kisah
atau cerita. Paragraf narasi bertujuan mengisahkan
atau menceritakan. Narasi mementingkan urutan dan biasanya tokoh yang diceritakan.
Narasi tidak hanya terdapat pada karya fiksi, tetapi juga pada karya nonfiksi.
Secara garis besar, karangan narasi memiliki maksud untuk mengisahkan sebuah
peristiwa. Karakteristisk-karakteristik lain dapat digambarkan sebagai berikut.
b. Disajikan dalam bentuk urutan waktu serta kejadian yang menunjukan peristiwa
awal sampai akhir.
(1) S menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985 ia sedang bersembyang di dalam
bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh. Puluhan orang berhamburan keluar lewat
pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang belum menerima vonis itu langsung ikut
kabur (Nasucha, 2009).
b. Deskripsi
Menurut Gorys Keraf (1982) dekripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan
yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari
obyek yang sedang dibicarakan. Dalam deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesannya,
memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya kepada para pembaca; ia
menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada obyek
tersebut.
Secara garis besar, karangan deskripsi melibatkan panca indera dalam karangannya.
Karakteristik-karakteristik lain dapat digambarkan sebagai berikut.
(2) Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih
tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidung
bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang India. Tahi lalat di atas bibirnya
dan rambutnya yang ikal berlomba-lomba menyempurnakan kecantikannya (Nasucha,
2009).
c. Eksposisi
Menurut Gorys Keraf (1982) eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan
atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran,
yang dapat memperluas pandangan atau pengentahuan seseorang yang membaca
uraian tersebut. Tujuan yang paling menonjol pada sebuah tulisan eksposisi adalah
memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang serta menjelaskan atau
menerangkan suatu persoalan. Dalam karangan eksposisi, penulis menyerahkan
keputusannya kepada pembaca.
Secara garis besar, karangan eksposisi memiliki maksud untuk memperluas wawasan
dengan definisi, contoh, dll. Karakteristik-karakteristik lain dapat digambarkan sebagai
berikut.
e. Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu
(3) Dalam tubuh manusia terdapat aktivitas seperti mesin mobil. Tubuh manusia
dapat mengubah energi kimiawi yang terkandung dalam bahan-bahan bakarnya, yakni
makanan yang ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang Anda makan
pada waktu sarapan akan dibakar dalam tubuh persis sebagaimana bensin dibakar
dalam silinder mesin mobil (Nasucha, 2009).
d. Persuasi
Menurut Gorys Keraf (2007) persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk
menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada
waktu ini atau pada waktu yang akan datang. Mereka yang menerima persuasi harus
mendapat keyakinan, bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang
benar, bijaksana dan dilakukan tanpa paksaan. Upaya yang dilakukan dalam persuasi
yaitu menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas seperti pada karangan
argumentasi. Persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain; ia berusaha
agar
orang lain dapat menerima dan melakukan sesuatu yang kita inginkan. Paragraf berikut
ini adalah contoh dari paragraf persuasi.
(4) Praktik pidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman setiap kali praktik
merupakan pengalaman batin yang sangat berharga. Semakin sering praktik, baik dalam
berlatih maupun berpidato yang sesungguhnya, pengalaman batin itu semakin banyak.
Dari pengelaman itu, pembicara dapat menemukan cara-cara berpidato yang efektif dan
memikat. Semakin banyak daya pikat ditemukan dan sering diterapkan dalam praktik,
semakin meningkat pula ketrampilan pembicara.
Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam obat kuat untuk
membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu susah semakin besar, pembicara
dapat tampil tanpa digoda rasa malu, takut, dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi
modal utama untuk meraih keberhasilan pidato. Oleh karena itu, untuk memperoleh
keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato, Anda harus melaksanakan praktik
berpidato MP (Nasucha, 2009).
e. Argumentasi
Menurut Gorys Keraf (2007: 3) argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha
untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa,
sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu
benar atau tidak.
Secara garis besar, karangan argumentasi memiliki maksud untuk memberi pendapat.
Karakteristik-karakteristik lain dapat digambarkan sebagai berikut.
B. Sudut Pandangan
Sudut pandang adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat sesuatu. Sudut
pandangan tidak diartikan sebagai penglihatan akan sesuatu barang dari atas atau dari
bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil sautu posisi
tertentu.
D. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah perbedaan, maka analogi
merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan
memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.
E. Contoh
Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi memerlukan ilustrasi-
ilustrasi yang konkret sehingga dapat dengan mudah dipahami pembaca.
F. Proses
G. Sebab-akibat
Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum dalam mengembangkan paragraf.
Dalam hal pertama, gagasan ditempatkan pada awal paragraf, sedangkan perinciannya
terdapat pada kalimat selanjutnya. Demikian pula sebaliknya, variasi dalam kedua jenis
paragraf tersebut adalah pengggabungan, yaitu gagasan utama terdapat pada awal
paragraf dan diakhir diulang lagi.
I. Klasifikasi
J. Definisi Luas
Definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk memberikan
keterangan atau arti terhadap sesuah istilah atau hal. Sementara itu, Suyitno (2012)
mempunyai pendapat yang sama mengenai pengembangan paragraf berikut ini.
A. Secara alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu.
Susunan logis ini terdapat dua macam urutan, yaitu urutan ruang (spasial) yang
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah
ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke
bawah, dari kanan ke kiri, dan sebagainya. Urutan selanjutnya adalah urutan waktu
(kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
Pikiran utama dimulai dari sebuah gagasan yang dianggap paling rendah kedudukannya
lalu berangsur-angsur menuju gagasan lain yang semakin tinggi kedudukannya. Paragraf
berikut ini adalah contoh dari paragraf yang mengandung pola klimaks dan antiklimaks.
C. Umum-Khusus
Pengembangan ini paling banyak dilakukan dalam sebuah paragraf. Jenis paragraf ini
memaparkan gagasan utama yang bersifat umum atau luas ke bagian-bagian yang lebih
khusus atau sempit. Gagasan utama biasanya diletakkan di awal paragraf lalu diikuti oleh
perincian-perinciannya. Bentuk paragraf ini disebut paragraf deduktif. Paragraf berikut
ini adalah contoh dari paragraf yang mengandung pola umum-khusus.
D. Khusus-Umum
Jenis paragraf ini memaparkan gagasan utama yang bersifat khusus atau sempit ke
bagian-bagian yang lebih umum atau luas. Pola ini dikembangkan dengan memaparkan
hal-hal khusus dan ditutup dengan hal yang bersifat umum. Gagasan utama biasanya
terletak di akhir paragraf dan didahului oleh perincian-perinciannya. Bentuk paragraf ini
disebut paragraf induktif.
Paragraf berikut ini adalah contoh dari paragraf yang mengandung pola khusus-umum.
(3) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat- menyurat yang
dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam
bahasa Indonesia. Hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi
antarbangsa kadang-kadang pidato resmi dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama
bahasa Inggris. Demikian juga, pemakaian bahasa Indonesia oleh masyarakat dalam
upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal
balik antarpemerintah dan masyarakat berlangsung dengan menggunakan bahasa
Indonesia.
Salah satu cara untuk mengembangkan paragraf adalah dengan membandingkan atau
mempertentangkan hal-hal yang dibicarakan. Dalam hal ini, persamaan atau perbedaan
menjadi fokus tulisan. Hal yang dibandingkan atau dipertentangkan adalah dua hal yang
tingkatnya sama dan kedua hal itu memiliki perbedaan dan persamaan. Paragraf berikut
ini adalah contoh dari paragraf yang mengandung pola perbandingan dan pertentangan.
F. Analogi
G. Contoh-contoh
Pengembangan paragraf dengan pola contoh digunakan untuk memberikan bukti atau
penjelasan kepada pembaca dalam menjelaskan sebuah generalisasi yang terlalu umum,
agar pembaca dapat dengan mudah menerimanya. Paragraf berikut ini adalah contoh
dari paragraf yang mengandung pola contoh.
H. Sebab-Akibat
Dalam pola ini sebab berfungsi sebagai gagasan utama/pikiran utama, sedangkan
akibat sebagai rincian pengembangannya. Namun, susunan tersebut bisa juga terbalik.
Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian
pengembangannya. Paragraf berikut ini adalah contoh dari paragraf yang mengandung
pola sebab-akibat.
(7) Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. Lebih dari separuh
jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan kaki lima. Untuk
mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan
dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang
kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan
mengingat pelanggaran pedagang kaki lima dilokasi itu sudah sangat keterlaluan,
sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas.
J. Klasifikasi
Quis:
Apa yang Anda ketahui tentang paragraf, coba Anda uraikan dengan kata kata Anda
sendiri?
Jawab:
paragraf atau di sebut juga dengan alinea yaitu bagian bab dalam suatu karangan yang
terdiri atas beberapa kalimat dan biasanya mengandung suatu ide pokok.