Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA
AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI – HARI

Dosen Pengampu:
Fatimah, S.AG.MA.
Disusun oleh:
Alvin Adam Saputra (211010504508)
Maharani Anggita Utami (211010500764)
Muhammad Adha Ubaidillah (211010500771)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1

UNIVERSITAS PAMULANG
2022
JL. Surya Kencana No.1 Pamulang, Kota Tanggeran Selatan, Banten.
Website : www.unpam.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Rahmat dan Ridho Allah SWT, karena tanpa

Rahmat dan Ridho-Nya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik

dan rampung tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini disusun agar pembaca

dapat memperluas ilmu tentang agama bertema “AGAMA DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARI”, dimana ilmu agama ini menjadi tuntunan bagi pemeluk-

pemeluknya yang kami sajikan bedasarkan pengamatan serta penjelasan dari

berbagai sumber. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari

Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini

berisi tentang definisi agama, tujuan dan manfaat agama dalam kehidupan sehari-

hari. Mungkin kurang sempurna tapi makalah ini memiliki detail yang cukup jelas

bagi pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah

Pendidikan Agama. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan

yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun masih ada beberapa kekurangan

penyusun. Mohon untuk saran kritiknya.

Depok, 11 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama .......................................................................... 3

2.2 Penggolongan Agama dalam kehidupan sehari-hari...................... 6

2.3 Fungsi Agama dalam Kehidupan sehari-hari ................................. 15

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 18

3.2 Saran .............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agama adalah persoalan keyakinan yang dipercaya mampu membawa


kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Masalah yang
berhubungan dengan agama terkadang menimbulkan konflik antar pemeluk
agama. Apalagi jika agamanya dibandingkan dengan agama lainnya dan jika
berkaitan dengan masalah keyakinan. Karena, beragama sudah menjadi darah
dan daging di dalam jiwa dan raga yang melekat erat dalam kehidupannya.
Di abad ketujuh, Islam membawa sebuah agama yang mana gereja
dan negara, atau agama dan politik tidak hanya sederhananya bekerja sama
tapi menjadi sama, dengan Khalifah berfungsi baik sebagai kepala agama
maupun sekuler dari kerajaan. Keadaan tidak terpisahkan antara agama dan
politik berlanjut di sebagian besar negara-negara Islam saat ini, Termasuk Pakistan,
yang mana telah melangkah sedemikian jauh baru-baru ini untuk mengumumkan
al-Qur’an sebagai hukum tertinggi di wilayahnya, meskipun
itu bukanlah buku hukum sekuler atau buku hukum jenis apapun (David
Frawley, 1999: Volume 3 no 2).
Allah s.w.t berfirman dalam Qur’an Surat al-Maidah ayat 3:

“Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (QS. Al-Maidah, 5: 3)
Sungguh suatu anugerah yang tak terhingga, ketika Allah s.w.t
memberikan nikmat terbesar dalam kehidupan manusia, yaitu nikmat iman dan
Islam. Nikmat yang menjadikan ada sebuah pembeda (furqan) antara
seorang muslim dengan musyrikin.
Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, dalam memeluk agama

1
memiliki tujuan, yakni untuk mendapatkan kebahagiaan, ketentraman, dan
kedamaian. Setiap agama menjanjikan suatu kebaikan dan kedamainya.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa itu pengertian agama ?


B. Apa saja penggolongan agama yang dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Bagaimana fungsi agama dalam kehidupan sehari-hari ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan ini yaitu:
A. Untuk mengetahui apa pengertian suatu agama lebih jelas
B. Mengetahui penggolongan agama yang dalam kehidupan sehari-hari
C. Memberikan penjabaran tentang fungsi agama dalam kehidupan sehari –
hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama


Banyak pengertian dan makna dari agama, dari berbagai tokoh dan pengamat
agama keagamaan. Maka dapat diuraikan terlebih dahulu agama menurut bahasa
dan istilah. secara bahasa agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang diartikan
dengan Haluan, peraturan, jalan, atau kebaktian kepada tuhan. Agama juga terdiri
dari perkataan, yaitu “A” berarti tidak, “GAMA” berarti kacau balau, tidak teratur.
Adapun menurut istilah, agama adalah ajaran atau sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta tata kaidah–kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dengan manusia serta lingkungannya. Agama sebagai sistem–
sistem simbol, keyakinan, nilai, perilaku yang terlambangkan, yang
semuanya itu berpusat pada persoalan–persoalan paling maknawi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan Dewa atau
nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban–kewajiban yang bertalian
dengan kepercayaan tersebut. Secara terminologi, agama juga
didefinisikan sebagai Ad-Din dalam bahasa Semit berarti undang–undang
atau hukum. Menurut para tokoh, agama dapat didefinisikan sebagai berikut:
Menurut Daradjat (2005) agama adalah proses hubungan manusia
yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih
tinggi dari pada manusia. Cliffort Geertz mengistilahkan agama sebagai (1) sebuah
system simbol-simbol yang berlaku untuk (2) menetapkan suasana hatidan
motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi dan yang tahan lama dalam diri
manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep mengenai suatu tatanan
umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini dengan semacam
pancaran faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-motivasi itu
tampak realistis.

3
Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran
yang diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani
kehidupannya. Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri
kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua
masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang
memenuhi untuk disebut “agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra,
kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka yang di dalamnya juga mengandung
komponen ritual.
Sedangkan Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem
yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan
hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk
terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani
yang sempurna kesuciannya.
Setelah agama Nasrani masuk ke Indonesia, muncul istilah baru yang
diidentikkan dengam istilah agama, yaitu “religion” (bhs Inggris) yang berasal dari
bahasa Latin yaitu dari kata “relegere” yang artinya berpegang kepada norma-
norma. Dalam bahasa Indonesia kata religion dikenal dengan sebutan “religi”
dibaca reliji. Istilah ini erat kaitannya dengan sistem dan ruang lingkup agama
Nasrani yang menunjukkan hubungan tetap antara manusia dengan Tuhan saja.
Dalam Islam kata agama merupakan arti dari kata “ad- diin” yang berarti
pengaturan hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia
dengan manusia, termasuk dengan dirinya sendiri dan alam lingkungan hidupnya
(horisontal).
Dalam Bahasa Arab, agama di kenal dengan kata al-din dan al-
milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia bisa berarti al-mulk
(kerajaan), al-khidmat (pelayanan), al-izz (kejayaan), al-dzull (kehinaan), al-
ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat
(pengabdian), al-qahr wa al-sulthan (kekuasaan dan pemerintahan), al-
tadzallulwa al-khudu (tunduk dan patuh), al-tha‟at (taat), al-Islam al-tauhid
(penyerahan dan mengesakan Tuhan).

4
Menurut A.M. saefuddin (1987), menyatakan bahwa agama merupakan
kebutuhan manusia yang paling esensial yang besifat universal. Karena itu, agama
merupakan kesadaran spiritual yang di dalamnya ada satu kenyataan di luar
kenyataan yang namfak ini, yaitu bahwa manusia selalu mengharap belas kasihan-
Nya, bimbingan-Nya, serta belaian-Nya, yang secara ontologis tidak bisa diingkari,
walaupun oleh manusia yang mengingkari agama (komunis) sekalipun.
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana (1992), agama adalah suatu system
kelakuan dan perhubungan manusia yang pokok pada perhubungan manusia
dengan rahasia kekuasaan dan kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan
demikian member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang
mengelilinginya.
Menurut Sidi Gazalba (1975), menyatakan bahwa religi (agama) adalah
kecendrungan rohani manusia, yang berhubungan dengan alam semesta, nilai yang
meliputi segalanya, makna yang terakhir, hakekat dari semuanya itu.
Dari ketiga pendapat tersebut, kalau diteliti lebih mendalam, memiliki titik
persamaan. Semua menyakini bahwa agama merupakan:

1. Kebutuhan manusia yang paling esensial.


2. Adanya kesadaran di luar diri manusia yang tidak dapat dijangkau olehnya.
3. Adanya kesabaran dalam diri manusia, bahwa ada sesuatu yang dapat
membimbing, mengarahkan, dan mengasihi di luar jangkauannya.

5
2.2 Penggolongan Agama Dalam kehidupan sehari-hari
Para ahli memberikan beberapa pengertian agama samawi dan agama ardhi.
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog
Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah
adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama
Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama
pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen,
maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.

Adapun pengertian dari Agama Samawi dan Agama Ardhi, yakni sebagai berikut:

a. Agama Samawi

Agama samawi atau disebut juga agama langit, adalah agama yang dipercaya oleh
para pengikutnya dibangun berdasarkan wahyu Allah. Beberapa pendapat
menyimpulkan bahwa suatu agama disebut agama Samawi jika:

1. Mempunyai definisi Tuhan yang jelas


2. Mempunyai penyampai risalah (Nabi/Rasul)
3. Mempunyai kumpulan wahyu dari Tuhan yang diwujudkan dalam Kitab Suci

Ciri-Ciri Agama Samawi yaitu:

1. Agamanya tumbuh secara kelahiran dapat ditentukan dari tidak ada menjadi
ada.
2. Agama ini mempunyai kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari
tuhan)
3. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya,dan bukan tumbuh dari
masyarakat,melainkan diturunkan kepada masyarakat.
4. Disampaikan oleh manusia yang dipilih allah sebagai utusan-nya.
5. jarannya serba tetap,walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengan
kecerdasan dan kepekaan manusia.
6. Konsep ketuhanannya monotheisme mutlak (tauhid).

6
7. Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa dan
keadaan.

Ada Tiga Agama Samawi Dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Islam
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya.
Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya. Dengan agama
Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi
Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu
agama pun yang diterima selain islam.

Allah ta’ala berfirman,

‫َّللا َو َخاتَ َم‬


ِّ َّ ‫سو َل‬ُ ‫َّما َكانَ ُم َح َّمدٌ أَبَا أَ َح ٍد ِّمن ِّر َجا ِّل ُك ْم َولَ ِّكن َّر‬
‫ع ِّليما‬
َ ٍ‫ش ْيء‬َ ‫َّللاُ ِّب ُك ِّل‬
َّ َ‫النَّ ِّب ِّيينَ َو َكان‬

“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara
kalian, akan tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al
Ahzab: 40)

Allah ta’ala juga berfirman,

‫ضيتُ لَ ُك ُم‬ َ ُ‫ْاليَ ْو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِّينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت‬


ِّ ‫علَ ْي ُك ْم نِّ ْع َمتِّي َو َر‬
‫اإل ْسالَ َم دِّينا‬
ِّ
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah
cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama
bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)

7
Allah ta’ala juga berfirman,

‫اإل ْسالَ ُم‬ ِّ َ‫ِّإ َّن الدِّينَ ِّعند‬


ِّ ‫َّللا‬
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran:
19)

Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang
beliau bawa dengan disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran
saja. Oleh sebab itulah maka Abu Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang
beriman terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun dia membenarkan
ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya Islam adalah
agama yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan
oleh agama-agama sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa
dibandingkan agama-agama terdahulu karena Islam adalah ajaran yang bisa
diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat manapun. Allah ta’ala
berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan
syariat/hukum. Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah
maupun syariat-syariat yang diajarkannya:
1. Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang
kesyirikan.
2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang
perbuatan durhaka kepada mereka.

8
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang
terputus) dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan
silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang
bersikap buruk kepada mereka.

B. Nasrani

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri diartikan bahwa Nasrani adalah
"Kristen". Sedangkan dari sudut pandang Umat Kristen sendiri, mereka tidak setuju
disebut sebagai Kaum Nasrani. hal ini dikarenakan kaum Nasrani merupakan Bidat
dari Ke-Kristenan, yaitu merupakan kumpulan orang-orang yang berasal dari kota
Nazareth yang percaya kepada Yesus orang Nazaret, namun di Indonesia, kata
"Nasrani" mengacu kepada semua pengikut Yesus Kristus. Sedangkan, orang yang
percaya kepada Yesus sebagai Kristus disebut Kristen (Kisah Para Rasul 11:26),
belum lagi kelompok yang disebut Nasrani ini merupakan percaya kepada Yesus
Putra Maria dan menyekutukan Yesus, Maria dan Allah sebagai sesuatu sekutu
yang sama.
Hal inilah yang membuat umat Kristen di Indonesia tidak ingin disebutkan
sebagai "orang Nasrani". Bagi mereka yang menolak disebut Nasrani, salah satu
alasan kuatnya adalah masuknya Sekte Nasrani ini ke dalam tulisan Bapa Gereja
Epifanius dari Salamis (315-403). Beliau menyalin banyak sekte Kristen dengan
ajaran menyimpang ke dalam bukunya, Panarion (Melawan Ajaran-ajaran
Menyimpang) bagian 29. Karena mereka ini berdarah Yahudi dan masih
melestarikan sebagian ajaran Musa seperti disunat, mungkin inilah yang menjadi
penyebab Bapa Epifanius memasukkannya ke dalam kategori menyimpang.
Di Indonesia telah berdiri banyak aliran gereja dengan beragam nama. Namun
hanya ada 1 nama gereja yang menyematkan nama "nasrani" ini, yaitu Gereja
Nasrani Indonesia. Biasanya komunitas-komunitas Mesianik Kristen juga
menyebut jemaatnya adalah Nasrani.

9
C. Yahudi
Agama Yahudi merupakan agama yang dikenal sebagai salah satu agama
monoteisme mutlak (tauhid). Ajaran tauhid meletakkan dasar kepercayaan Tuhan
Esa pada tempat pertama. Jika diruntut dari sejarahnya, agama ini merupakan
kelanjutan dari agama tauhid yang telah dirintis oleh Ibrahim/Abraham.
Terdapat tiga istilah yang sering digunakan dalam menamakan umat Yahudi,
yaitu: Yahudi, Ibrani, dan Israel. Istilah Yahudi berasal dari bahasa Arab hãda yang
ditasrif: hada-yahudu-haudan yang memiliki persamaan arti dengan taba-yatubu-
tauban-taubata, artinya bertaubat atau orang yang bertaubat. Kata Yahudi juga
dikaitkan dengan nama putera nabi Ya’qub yang berjumlah 12, yakni putra keempat
yang bernama Yahuda.
Sementara istilah Ibrani berasal dari kata abara yang berarti menyeberang.
Penamaan ini dilatarbelakangi kedatangan mereka dengan menyeberangi sungai
Eufrat di bawah pimpinan nabi Ibrahim. Untuk sebutan Israel, digunakan karena
dinisbahkan kepada nabi Ya’qub yang mempunyai nama lain Israel. Oleh karena
itu mereka dikenal sebagai Bani Israel, yang berarti anak keturunan Israel.
Dari ketiga istilah di atas,Yahudi atau Yudaisme menjadi yang paling populer
di dalam literatur-literatur Barat. Meskipun demikian, orang Yahudi lebih senang
jika dipanggil dengan sebutan Israel. Umat Yahudi membagi kitab mereka menjadi
3 golongan, yakni:
1. Kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bialangan, dan Ulangan).
2. Kitab Nabi-Nabi yang melibuti: Nabi-nabi yang terdahulu (Kitab Ysak, Qadi,
Samuel, dan Raja-Raja), dan nabi-nabi selanjutna (Ysaya, Yeremia, Yezekil,
dan 12 nabi kecil mulai dari Hosea sampai Melekhi).
3. Surat-surat yang terdiri dari Mazmur, Ayub, Amsal, Rut, Nudub, al-Khatib,
Ester, Daniel, Ezra, Nehemia, dan Tawarikh.

10
Inti ajaran agama Yahudi dikenal dengan sebutan Sepuluh Firman Tuhan atau
Ten Commandments atau Decalogue. Kesepuluh perintah Tuhan tersebut diterima
langsung oleh Musa di bukit Sinai (Tur Sinai), ketika terjadi dialog langsung antara
Tuhan dengan Musa. Wahyu itu kemudian ditulis di atas sobekan kulit-kulit
binatang atau batu. Sepuluh Firman Tuhan tersebut adalah :
1. Dilarang menyembah selain Tuhan (YeHoVah).
2. Dilarang menyembah berhala.
3. Dilarang menyebut nama YeHoVah dengan main-main.
4. Wajib memuliakan hari sabtu.
5. Wajib memuliakan ayah dan ibu.
6. Dilarang membunuh sesama manusia.
7. Dilarang berzina.
8. Dilarang mencuri.
9. Dilarang bersaksi palsu.
10. Dilarang mengingini istri dan hak milik orang lain.

b. Agama Ardhi
Agama Ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah,
pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki
kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu.

Ciri-ciri Agama Ardhi, yaitu:


1. Agama diciptakan oleh tokoh agama
2. Tidak memiliki kitab suci
3. Tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi/Tidak disampaikan oleh
utusan tuhan (rasul)
4. Berasal dari daerah dan kepercayaan masyarakat
5. Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal pikiran
penganutnya.
6. Konsep ketuhanannya panthaisme, dinamisme, dan animisme.
7. Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.

11
8. Ajarannya dapat berubah-ubah ,sesuai dengan akal perubahan akal pikiran
penganutnya.
9. Kebenaran ajarannya tidak universal,yaitu tidak berlaku bagi setiap
manusia,masa dan keadaan.

Berikut ini beberapa Agama Ardhi dalam Kehidupan Sehari-hari:

A. Hindu
Agama Hindu (disebut pula Hinduisme) merupakan agama dominan di Asia
Selatan terutama di India dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi. Agama
ini meliputi berbagai aliran di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta serta suatu
pandangan luas akan hukum dan aturan tentang “moralitas sehari-hari” yang
berdasar pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Agama Hindu cenderung
seperti himpunan berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada
seperangkat keyakinan yang baku dan seragam.
Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja
[sembahyang] dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan
penziarahan. Kaum petapa yang disebut sadu (orang suci) memilih untuk
melakukan tindakan yang lebih ekstrem daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu
melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan melaksanakan tapa brata selama sisa
hidupnya demi mencapai moksa.
Susastra Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang
“terdengar”) dan Smerti (apa yang “diingat”). Susastra tersebut memuat teologi,
filsafat, mitologi, yadnya (kurban), prosesi ritual, dan bahkan kaidah arsitektur
hindu.
Kitab-kitab utama diantaranya adalah : Weda, Upanishad (keduanya tergolong
sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti, dan Agama
(semua golongan smerti). Dengan penganut satu miliar jiwa, agama hindu
merupakan agama terbesar ketiga di dunia, Kristen dan islam.

12
B. Buddha

Merupakan ajaran yang disebarkan oleh Sidharta Gautama pada abad VI SM.
Sidharta Gautama dilahirkan di sebuah wilayah bernama Lumbini yang saat ini
menempati lokasi administratif negara Nepal. Sidharta Gautama mencapai
pencerahan setelah bermeditasi di bawah pohon Bodhi pada usia 35 tahun. Setelah
itu, selama 45 tahun Sidharta Gautama menyebarkan ajarannya di sekitar lembah
Sungai Gangga di India. Sri Bhagawa (Buddha) menyampaikan khotbahnya untuk
pertama kali di taman rusa Benares. Penyebaran ajaran Buddha mengamali
perkembangan pesat setelah Maharaja Asoka dari Maurya (273-232 SM)
mengalahkan kerajaan Kalingga di India. Setelah penaklukan tersebut, Asoka
gencar menyebarkan ajaran Buddha hingga ke Laut Tengah. Ajaran Buddha masuk
ke Asia untuk pertama kali di wilayah sekitar Myanmar pada tahun 200 SM yang
di bawa oleh Maharaja Asoka.
Filosofis Buddha Mahayana terdiri dari dua aliran yang terkemuka yaitu
Madhyamika yang didiran oleh Nagarjuna sekitar abad II M dan Yogacarya
(Vijnanawada). Madhyamika tumbuh secara logis dari Agama Buddha awal dengan
tiga doktrinya, jalan tengah, tiadanya ego permanen, dan elemen-elemen (dharma-
dharma) yang bersifat sementara serta mengalami kematian, tetapi Madhyamika
mengembangkan ajaran itu sampai pada pendapat bukan hanya individu, melainkan
juga elemen-elemen dianggap tidak nyata. Nagarjuna menjelaskan realitas tertinggi
sebagai sunyata atau kosong, alirannya disebut Madhyamikia karena mengerjakan
jalan tengah dimana eksistensi dan non eksistensi hanya memiliki kebenaran relatif,
sedangkan kebijaksanaan sejati adalah pengetahuan tentang makna kekosongan
yang nyata. Mengenai kekosongan yang sejati tergantung pada pengertian dari
bentuk Agama Buddha ini, tetapi ajaran ini sering dipengerti secara salah.
Kekosongan adalah kekosongan semata-mata dalam pengertian bahwa ia bebas dari
batasan-batasan pengetahuan yang relatif pencerahan saja yang dapat menjelaskan
apakah kekosongan itu sebenarnya.
Aliran Yogacarya, yang didirikan oleh dua cendekiawan besar Mahayana dalam
banyak hal memiliki persamaan dengan aliran Madhyamika. Semua fenomena
berasal dari pikiran dan tidak ada suatu apapun yang eksis selain pikiran.

13
Sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Hinayana, Vijnanamatra berlanjut dengan
pembagian analitis terhadap Pancaskandha dan elemen-elemen. Hasilnya berbeda
dengan Hinayana dalam hal menegaskan bahwa bukan hanya objek-objek yang
menglami perubahan, substansi-substansi juga tidak kekal menurut sistem
pemikiran ini, spirit dan materi adalah satu dan semua objek eksternal adalah hasil
dari satu pikiran aliran Mahayana. Tuhan dipahami dalam cara yang tidak jauh
berbeda dengan agama-agama lain.

C. Khonghucu

Agama Khonghucu yaitu istilah yang muncul sbg dampak dari kondisi politik
di Indonesia. Agama Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya dengan
Konfusianisme sbg filsafat. Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong
Fu Tze atau Konfusius) dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya yaitu Rujiao (儒教)
yang berfaedah agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi
besar. Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan dia hanya
menyempurnakan agama yang sudah telah tersedia jauh sebelum kelahirannya
seperti apa yang dia sabdakan: "Diri sendiri bukanlah pencipta melainkan Diri
sendiri suka akan ajaran-ajaran lawas tersebut". Walaupun orang kadang mengira
bahwa Khonghucu yaitu adalah suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan
moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya sekiranya orang mau memahami
secara ada dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang akan
kenal bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang mesti
diterapkan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang
bagaimana hubungan antar sesama manusia atau dinamakan "Ren Dao" dan
bagaimana kita memainkan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta lingkungan
kehidupan semesta (Tian Dao) yang dinamakan dengan istilah "Tian" atau "Shang
Di".
Hal-hal yang perlu dikenal dalam agama Khonghucu antara lain :
1. Mengangkat Konfusius sbg salah satu nabi (先知)

14
2. Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sbg tempat ibadah resmi, namun
dikarenakan tidak banyak akses ke litang, warga umumnya menganggap
klenteng sbg tempat ibadah umat Khonghucu.
3. Menetapkan Sishu Wujing (四書五經) sbg kitab suci resmi
4. Menetapkan tahun baru Imlek, sbg hari raya keagamaan resmi
5. Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari lahir Khonghucu (27-8 Imlek),
Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22
Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb-nya.[1]
6. Rohaniawan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi
(Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).
7. Kalender Imlek terbukti di buat oleh Nabi Khongcu (Konfusius). Nabi Khongcu
mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Xia (2200 SM) yang sudah di
tata kembali oleh Nabi Khongcu.

2.3 Fungsi Agama dalam Kehidupan Sehari-hari


Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat
adikodrati (supernatural) ternyata seakan menyartai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai
orang per orang atau dalam hubungannya dengan bermasyarakat. Selain itu, agama
juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, secara
psikologis agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik (dalam diri) yang berguna,
diantaranya untuk terapi mental dan motif ekstrinsik (luar diri) dalam rangka
menangkis bahaya negatif arus era global. Dan motif yang didorong keyakinan
agama dinilai memiliki kekuatan yang mengangumkan dan sulit ditandingi oleh
keyakinan non agama, baik doktrin maupun ideologi yang bersifat profan.
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai :
a. Sumber Nilai Dalam Menjaga Kesusilaan Di dalam ajaran agama terdapat nilai-
nilai bagi kehidupan manusia. Nilai-nilai inilah yang dijadikan sebagai acuan
dan sekaligus sebagai petunjuk bagi manusia.
b. Agama Sebagai Sarana Untuk Mengatasi Frustasi Menurut pengamatan
psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah laku

15
c. keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku
religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Karena seseorang gagal
mendapatkan kepuasan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia
mengarahkan pemenuhannya kepada Tuhan. Untuk itu ia melakukan
pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah, karena hal tersebut yang dapat
melahirkan tingkah laku keagamaan.
d. Agama Sebagai Sarana Untuk Memuaskan Keingintahuan Agama mampu
memberikan jawaban atas kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran itu
diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan
kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan
diri secara berarti dan bermakna ditengah-tengah alam semesta ini.

Dalam Prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain :


a. Berfungsi Edukatif
Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut
memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis
berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruh dan larangan ini
mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-
masing.
b. Berfungsi Penyelamat
Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat.
Keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh
agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu
dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para
penganutnya melalui: pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan
kepada Tuhan.
c. Berfungsi Sebagai Pendamaian
Melaui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian
batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera

16
menjadi hilang dari batinnya apabila sesoerang pelanggar telah menebus
dosanya melalui : tobat, pensucian ataupun penebusan dosa.
d. Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol
Para pengganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat
batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara
kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai pengawasan
sosial secara individu maupun kelompok.
e. Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki
kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan kepercayaan.
f. Berfungsi Transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya
itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma
kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
g. Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya produktif bukan saja
untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain.
h. Berfungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
agama ukhrawi, malinkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma- norma agama, bila dilakukan atas niat
tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang
disukai.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama Samawi
dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen
dan Yahudi. dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut sebagai
agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia
antara lain Hindu, Buddha, Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau
kepercayaan. Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara wahyu Illahi dengan
budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran, seruan-seruan pemuka agama
meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai
Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka agama itu sendiri merupakan bagian
dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri dari budaya dalam masa kehidupannya,
manusia selalu dalam jalinan lingkup budaya karena manusia berpikir dan
berperilaku.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa agama sangat
berpengaruh dalam kehidupan indiividu dan kehidupan masyarakat. Agama sebagai
pengatur dan penunjuk arah kehidupan manusia serta agama juga dapat
membangkitkan kebahagiaan batin seseorang yang paling sempurna, dan juga
perasaan takut. Pengaruh agama dalam kehidupan individu dapat memberi
kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses, dan rasa puas.

18
3.2 Saran
Menurut penulis sebaiknya Masyarakat ini hendaknya harus mempertahankan
kehidupan beragama yang seperti ini bahkan harus ditingkatkan lagi seperti
meningkatkan intensitas interaksi dengan menciptakan kegiatan-kegiatan baru
sebagai sarana untuk bisa berinteraksi maupun bergaul antar umat beragama. pada
kehidupan sehari-hari, bahwa beragama amatlah penting dijaga keharmonisannya,
dan juga bahwa perbedaan bukanlah suatu permasalahan untuk hidup bersama.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/12427/2/BAB_I.pdf

http://etheses.uin-malang.ac.id/1194/6/10410066_Bab_2.pdf

http://etheses.iainkediri.ac.id/884/3/933100410-bab2.pdf

https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-agama-menurut-para-ahli.html

https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertiani-agama-samawi-dan-agama-ardhi.html

https://muslim.or.id/626-agama-islam.html

https://wawasansejarah.com/agama-yahudi/

https://id.wikipedia.org/wiki/Nasrani_(sekte)

https://www.pinterpandai.com/agama-hindu-pengertian-sejarah-tradisi-hari-raya/

http://borobudurpedia.kemdikbud.go.id/agama-buddha

http://p2k.unhamzah.ac.id/id3/2-3073-2970/Agama-Kong-Hu-Cu_21619_p2k-
unhamzah.html

https://core.ac.uk/download/pdf/288100489.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai