Anda di halaman 1dari 19

Pertemuan IV

Diksi
A.Tujuan pembelajaran:
1. Mahasiswa memahami jenis makna kata.
2. Mahasiswa memahami hubungan makna.
3. Mahasiswa memahami perubahan makna.
4. Mahasiswa memahami pertimbangan memilih kata.
B. Materi pembelajaran:
5. Jenis makna kata
6. Hubungan makna
7. Perubahan makna
8. Pertimbangan memilih kata
DIKSI (PILIHAN KATA)
• Pengantar
Manusia adalah makhluk berpikir dan berasa. Apa yang
dipikirkan atau dirasakan disampaikan dengan kata-kata. Jadi,
kata-kata itu dijadikan sebagai media untuk menyampaikan
perasaan atau hasil berpikir. Karena itu, kata-kata
mengandung pengertian, perasaan, atau maksud.
Agar pembicara/penulis dapat menyampaikan perasaan,
pikiran, dan maksudnya kepada orang lain, maka harus
menguasai banyak kosakata dan dapat mengguna-kannya
sesuai dengan maksud, gagasan (ide), dan dampak yang
diinginkan oleh pembicara atau penulis. Karena itu penulis
harus mengetahui perbedaan makna kata yang satu dengan
kata yang lain.
Jenis Makna
• Kata Bermakna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dasar, makna
sebenarnya, makna yang pertama sekali
tergambar ketika kata itu diucapkan secara
berdiri sendiri sebelum dimasukkan dalam
kalimat. Misalnya, kata mata makna deno-
tatifnya adalah indra yang digunakan untuk
melihat. Ketika kata mata mengacu kepada
makna itu, maka kata mata bermakna denotatif.
o Kata Bermakna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang menyimpang dari makna
dasarnya atau makna sebenarnya. Misalnya kata mata tadi
digunakan dalam kalimat Mata pencahariannya bertani maka
kata mata sudah bermakna konotatif.
Ada sinonim-sinonim yang hanya mempunyai makna denotatif,
tetapi ada juga sinonim yang mempunyai makna konotatif.
Misalnya, kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, dan
berpulang memiliki denotasi yang sama yaitu “peristiwa di
mana jiwa seseorang telah meninggalkan badannya.” Namun,
kata meninggal, wafat, dan berpulang, mempunyai konotasi
tertentu, yaitu mengandung nilai kesopanan; kata mangkat
memiliki makna kebesaran; dan kata gugur mengandung
makna keagungan.
Kata Bermakna Umum dan Makna Khusus
Makna umum adalah makna yang membawahi makna-
makna lain, makna yang bermakna luas. Kata warna
termasuk kata yang mempunyai makna umum. Kata khusus
merupakan makna yang merupakan bagian dari makna yang
lain. Misalnya, kata khusus kata warna adalah merah, biru,
hijau, kuning. Kata merah juga dapat menjadi kata umum
jika ada merah maron, merah jambu, merah muda. Jadi,
ketika kata itu masih dapat dibagi-bagi lagi menjadi makna
yang sempit, maka kata itu disebut makna umum. Kalau kita
menginginkan pengertian yang abstrak, maka dapat kita
gunakan kata umum, sedangkan kalau kita menginginkan
pengertian khusus, maka kita menggunakan kata khusus.
Kata Bermakna Abstrak dan Makna Konkrit
a. Kata bermakna abstrak adalah kata yang
mempunyai referen berupa konsep. Misal-nya,
penyesalan, demokrasi, kesehatan, na-sionalisme,
dsb.
b. Kata bermakna konkrit adalah kata yang
mempunyai referen berupa objek yang dapat
dilihat, didengar, diraba, atau dirasakan. Con-toh:
kursi, lingkaran, segitiga, rumah, sepe-da, sawah,
dan sebagainya.
Supaya tulisan menjadi lebih jelas, gunakanlah
sebanyak mungkin kata-kata konkrit.
Kata Populer dan Kata Kajian
a. Kata populer adalah yang sering digunakan
dalam berbagai kesempatan atau dalam
komunikasi sehari-hari. Kata populer, misalnya
kata pengangkutan, penginapan, sesuai, sama,
berbeda, lebih, sisa.
b. Kata kajian adalah kata yang digunakan secara
terbatas dalam bidang ilmiah, seminar ilmiah,
atau tulisan ilmiah. Kata kajian ini termasuk kata
serapan. Misalnya, transportasi, akomodasi,
relevan, homogen, heterogen, surplus, saldo.
Kata Bermakna Stilistik dan Afektif
a. Kata bermakna stilistik adalah makna yang berhubungan
dengan dialek, situasi, dan ragam bahasa. Misalnya:
• Profesi: bahasa bidang hukum, bahasa untuk
iklan, bahasa untuk jurnalistik.
• Status: bahasa untuk atasan, bahasa untuk orang
sederajat.
b. Kata bermakna afektif adalah makna yang me-ngandung
konsep konotatif dari kata-kata yang dipergunakan atau
menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Misalnya,
buta diganti dengan kata tunanetra; gila diganti dengan
kurang ingatan.
Kata Bermakna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang cenderung
menghindarkan kata yang bermakna tabu. Contoh: Ada
orang tua yang bernama “toga”. Demi sopan santun,
ketika anaknya mau menggunakan kata itu maka diganti
dengan “baju kebesaran”; harimau dinganti dengan raja
hutan.

Kata Bermakna Kolokatif


Kata bermakna kolokatif adalah kata yang cocok
dipasangkan pada kata tertentu. Misalnya, kata cantik
dipasangkan pada kata wanita. Kata tampan dipasangkan
dengan kata pria.
Kata Bermakna Interpretasi
Makna interpretasi adalah makna hasil penaf-
siran pendengar atau pembaca. Misalnya,
• Dia termasuk petani berdasi.
• Menasihati dia seperti menulis di atas air.
• Banyak tikus menggerogoti uang negara.
• Dia sekarang sudah menjadi kuli tinta.
• Permasalahan kita sekarang sudah menjadi
gunung es.
Relasi makna
• Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai makna
yang sama. Misalnya:
Saya mampu melakukannya.
Saya dapat melakukannya.
Saya sanggup melakukannya.
Saya bisa melakukannya.
Sebenarnya, dalam hal tertentu tidak ada dua kata atau lebih
yang maknanya sama. Kalimat Saya adalah orang tidak mampu,
tidak dapat dikatakan Saya adalah orang tidak sanggup (bisa,
dapat). Karena itu, kita tidak boleh menyamakan
penggunaannya dalam hal tertentu.
• Polisemi dan Homonimi

a. Polisemi adalah sebuah kata yang memiliki lebih dari satu


makna. Contoh: kata korban dapat bermakna (1)
pemberian untuk menyatakan kebaktian, (2) orang yang
menderita kecelakaan karena suatu perbuatan, dan (3)
orang yang meninggal karena bencana. Ketiga makna itu
berhubungan.
b. Homonimi adalah dua kata atau lebih yang bentuknya
sama, namun maknanya berbeda. Contoh: bisa I
bermakna racun; bisa II bermakna dapat. Kedua makna itu
berbeda sehingga kedua kata itu dianggap berbeda. Jadi
untuk menyatakan makna racun dan dapat, boleh
digunakan kata bisa.
• Antonimi
Antonim adalah dua kata yang maknanya berlawanan atau
bertentangan. Ada beberapa jenis antonim:
1. Antonim beroposisi kembar: pria-wanita, jantan -betina,
hidup-mati, dsb.
2. Antonim beroposisi majemuk: antonim kata hijau adalah
yang bukan hijau (biru, kuning, dsb.)
3. Antonim beroposisi gradual: panjang-pendek, gemuk-
kurus, dsb.
4. Antonim beroposisi relasional: suami-isteri, memberi-
menerima, dsb.
5. Antonim hierarkhis: SD-SMP, SMA, PT; jenderal- letjen,
mayjen, ..., kopral.
Perubahan Makna
Makna kata dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung dari
perubahan sosial budaya dan teknologi. Ada beberapa perubahan
makna:
a. Perubahan makna meluas: saudara, putra.
b. Perubahan makna menyempit: sarjana, pendeta.
c. Ameliorasi: kata bernilai rasa lebih sopan atau tinggi. Misalnya,
isteri, wanita, suami.
d. Peyorasi: kata bernilai rasa kurang sopan atau bernilai rendah.
Misalnya, bini, perempuan, laki.
e. Sinestesia: perubahan makna karena perbedaan alat indera.
Misalnya: Pidatonya pedas.
f. Asosiasi: perubahan makna karena ada persamaan sifat atau
hubungan makna secara tidak langsung. Contoh: Banyak tikus
menggerogoti uang negara.
Pertimbangan memilih kata
Penggunaan bahasa tidak terlepas dari konteks: di mana, kapan, untuk siapa,
untuk apa bahasa digunakan. Karena itu, penggunaan kata harus disesuaikan
dengan konteks. Konteks itu ada dua:
1. Konteks nonlinguistik: konteks nonlinguistik termasuk konteks sosial,
termasuk:
a. Jenis kelamin: cantik untuk wanita, tampan untuk pria
b. Umur: anak, remaja, dewasa
c. Pendidikan: relevan /sesuai
d. Agama: berkat biasanya digunakan Kristen, rakhmat digunakan Islam.
e. Status sosial: ibu digunakan kelompok terpelajar, bini digunakan kelompok
bukan terpelajar.
f. Etnis: butuh digunakan kelompok di luar etnis Riau, perlu digunakan etnis
Riau
g. Efek/tujuan: kurang ajar/tidak sopan
h. Sikap/nada pembicara: bini/ isteri
• Konteks linguistik
2. Konteks linguistik adalah kata mana yang tepat digunakan
dalam hubungannya dengan satuan bahasa lain. Contoh:
a. Kata seseorang digunakan untuk manusia.
b. Kata sebuah digunakan diikuti kata benda.
c. Kata tidak digunakan di depan kata kerja.
d. Kata antara diikuti dua objek.
e. Kata antar diikuti satu objek.
f. Kata jangan diikuti oleh kata kerja.
g. Klitika –ku diawali oleh kata benda.
h. Kata oleh digunakan di depan kata ganti orang.
i. Kata pada digunakan di depan kata ganti orang dan
keterangan waktu.
Pilihan kata bukan hanya berkaitan dengan kata, tetapi
juga frase, ungkapan, kalimat, atau gaya bahasa. Contoh:
a. frase: tidak baik, tidak sopan, tidak etis
b. ungkapan: tergantung dari, bergantung pada
c. kalimat:
Buka pintu itu!
Tolong buka pintu itu!
Ruangan ini panas sekali!
Capek dulu kamu, buka pintu itu!
Pintu itu boleh dibuka?
Ada yang bisa membuka pintu itu?
Beberapa kesalahan penggunaan kata:
a. Uang itu ada pada tas.
b. Tas itu sudah saya tempatkan ke tas.
c. Saya dan dia berkelahi kemarin.
d. Pertandingan itu adalah pertandangan antara dosen.
e. Dia memberikan kepada saya sesuatu buku.
f. Semua itu tergantung pada kita.
g. Ibu itu sangat sayang terhadap saya.
h. Saya lebih pintar dari dia.
i. Jam berapa sekarang?
j. Ibunya sudah kritis sejak kemarin.
k. Kakaknya sudah bunting tiga bulan yang lalu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai