Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :
• Hafidz Ibnu Fahrezy
•Mohammad Satria Fadilah Hanny Putra
•Daniela Amira Santana Puteri
•Muhammad Lutfi Rizki
•Sukma
•Rina Yulia
•Nor Aulia
•Ilyas
•Robby Pranata
•Ahmad Muzakir
•Rizky syawaldi maris

Dosen Pengampu :
DR. Noor Cahaya, M.pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2022
DIKSI

1. Apa yang dimaksud dengan diksi? Berikan contoh


dan penjelasannya!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi merupakan pilihan kata yang tepat
dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu seperti yang diharapkan.
Contoh kalimat:
a. Ayam peliharaanku meninggal kemarin sore. Diksi “meninggal” pada kalimat di atas tidak
tepat karena tidak cocok digunakan pada subjek “ayam”. Adapun diksi “meninggal” lebih
tepat digunakan pada subjek yang menunjukkan persona.
b. Ayam peliharaanku mati kemarin sore. Pemilihan diksi pada kalimat (b) sudah tepat karena
diksi “mati” pada kalimat (b) lebih tepat digunakan pada subjek nonpersona.

2. Penjelasan makna diksi dalam berbagai aspek beserta contohnya!


a. Makna Denotatif
Jenis diksi berdasarkan makna denotatif adalah diksi dengan makna yang sebenarnya dari
suatu kata atau kalimat. Dalam kata lain, makna denotatif adalah makna objektif tanpa
membawa perasaan tertentu atau murni.
Diksi dengan makna denotatif memiliki ciri-ciri, antara lain memiliki makna yang lugas
karena sifatnya yang literal dan biasanya hasil dari observasi dari panca indra, yakni
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau Pengalaman fisik lainnya.
Berikut ini, beberapa contoh diksi dengan makna denotatif, meliputi:
- Jerawat disebabkan oleh sebum pada wajah.
- Jerapah memiliki leher yang lebih panjang dibandingkan hewan-hewan lainnya.
- Budi sangat bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.

b. Makna Konotatif
Jenis diksi berdasarkan makna konotatif adalah diksi, kata atau kalimat yang memiliki arti
bukan sebenarnya. Makna konotatif juga bisa diartikan sebagai makna kias yang berkaitan
dengan nilai rasa.
Diksi dengan makna konotatif ini dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipegang oleh
masyarakat tertentu. Meski begitu, makna dari diksi ini juga akan berubah seiring dengan
perubahan nilai dan norma di masyarakat.
Berikut ini, beberapa contoh diksi dengan makna konotatif, antara lain:
- Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang. (gugur memiliki makna
meninggal dunia).
- Tasya adalah anak emas di kelas karena perilakunya yang sangat rajin. (anak emas
memiliki makna anak yang paling disayang).
- Selepas lulus kuliah, Rifky memilih berprofesi sebagai kuli tinta. (kuli tinta memiliki
makna sebagai wartawan).

c. Makna Leksikal
Makna leksikal merupakan makna jenis-jenis kata yang bersifat konkret dan denotatif
serta belum mengalami perubahan bentuk.
Jenis-jenis diksi berdasarkan leksikal juga terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:
1. a. Sinonim
Sinonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki persamaan makna. Penggunaan
diksi sinonim bertujuan untuk membuat apa yang dituliskan menjadi lebih sesuai dengan
ekspresi yang ingin diungkapkan.
Adapun contoh penggunaan diksi berdasarkan leksikal sinonim, seperti mampus yang
mengekspresikan hal-hal kasar dan wafat yang mengekspresikan hal-hal yang lebih halus
2. b. Antonim
Antonim adalah pemilihan diksi atau kata yang memiliki makna berlawanan atau berbeda.
Adapun contoh pemilihan diksi berdasarkan leksikal antonim, seperti naik x turun, besar x
kecil, tinggi x rendah, dan hemat x boros.
3. c. Homonim
Homonim merupakan pemilihan diksi yang memiliki pelafalan dan ejaan sama, tetapi
artinya berbeda satu sama lain. Adapun contoh pemilihan diksi berdasarkan leksikal
homonim, seperti kata “bulan” yang bisa memiliki makna sebagai satelit alami di bumi
sekaligus arti waktu.
4. d. Homofon
Homofon adalah pemilihan diksi yang memiliki ejaan dan makna berbeda, tetapi
pelafalannya sama. Adapun contoh diksi berdasarkan leksikal homofon, seperti “bank” dan
“bang”. Kedua kata itu memiliki arti dan ejaan yang berbeda, tetapi pelafalannya terdengar
mirip.
5. e. Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti berbeda, tetapi ejaannya sama.
Adapun contoh pemilihan diksi berdasarkan leksikal homograf, seperti makanan kesukaan
karin adalah “tahu” goreng dan karin tidak “tahu” kalau hari ini dia libur. Dalam hal ini, tahu
memiliki ejaan yang sama, tetapi bunyi dan maknanya berbeda.
6. f. Polisemi
Polisemi adalah diksi atau frasa kata yang memiliki lebih dari satu arti, seperti bunga dan
kepala. Contohnya, orang yang menabung di Bank akan mendapatkan “bunga” setiap
bulannya dan Karin adalah bunga desa yang jadi incaran pada pria. Dalam hal ini, kata bunga
memiliki banyak makna, baik sebagai keuntungan, kecantikan atau sebuah tanaman.
7. g. Hipernim
Hipernim merupakan diksi yang mewakili banyak kata lainnya atau mencakup makna
kata lainnya. Contoh pemilihan diksi berdasarkan leksikal Hipernim, seperti kata sempurna
yang bisa memiliki arti sebagai nilai yang baik, bagus, luar biasa dan lainnya.
8. h. Hiponim
Hiponim merupakan diksi yang bisa terwakili oleh kata hipernim. Contoh, pemilihan
diksi berdasarkan leksikal hiponim, seperti ada binatang liar di kebun binatang, yang meliputi
gajah, singa, buaya, rusa, kuda dan lainnya. Pada kalimat itu, kata binatang liar termasuk
hipernim. Sedangkan, gajah, singa, buaya dan lainnya termasuk hiponim.
d. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang timbul karena proses gramatikal atau tata bahasa,
makna ini sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Proses gramatikal
seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat batu seberat itu terangkat juga
oleh adik melahirkan makna “dapat”.
Kalimat berikut ini juga menunjukkan contoh makna gramatikal :
- Ketika balok itu ditarik
- papan itu terangkat ke atas, melahirkan makna gramatikal ”tidak sengaja”.

e. Makna Referensial
Referensial berarti berkenaan dengan referensi. Sedangkan kata referensi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sumber acuan atau rujukan. Makna referensi adalah
makna yang berkaitan langsung dengan referensi atau acuan yang digunakan. Makna
referensi ini mempunyai hubungan dengan arti yang telah disepakati secara bersama,
misalnya berdasarkan pengertiannya menurut kamus.
Dalam sebuah kalimat, bisa saja mengandung hubungan referensial ataupun hubungan non
referensial. Hubungan referensial merupakan hubungan yang terdapat antara sebuah kata
dengan dunia luar yang di acu oleh penulis atau pembicara.
Berikut contoh dari makna referensial :
- Di zaman modern ini, hampir semua pekerjaan dapat dipersingkat
menggunakan robot berbasis komputer. Kata “komputer” termasuk ke dalam
kata bermakna
referensial. Arti dari kata “komputer” adalah alat elektronik otomatis yang dapat
digunakan untuk menghitung atau mengolah data secara cermat sesuai dengan yang
diinstruksikan, kemudian dapat memberikan hasil pengolahan, serta dapat
menjalankan sistem multimedia.
- Tubuh anak itu tidak tahan terhadap serangan virus dan bakteri karena tidak
mempunyai antibodi. Kata “antibodi” termasuk ke dalam kata bermakna referensial.
Arti dari kata “antibodi” adalah zat yang dibentuk dalam darah dan berfungsi untuk
memusnahkan bakteri atau virus.

f. Makna Non-Referensial
Kata-kata yang juga memiliki acuan namun tidak menetap pada satu maujud atau dapat
berpindah dari satu maujud ke maujud yang lain juga termasuk ke dalam makna non
referensial. Kata-kata seperti ini disebut sebagai kata deiktis. Contoh dari kata deiksis adalah
dia, kamu, di sana, di sini, di situ, sekarang, besok, ini, itu.
Berikut contoh dari makna non-referensial :
- Di sini, di Pulau Jawa, tempat ribuan orang mengadu nasib untuk memperbaiki
kehidupannya. Kata “di sini” termasuk ke dalam kata bermakna non referensial. Kata
tersebut secara khusus mengarah ke “Pulau jawa”, akan tetapi artinya akan berbeda
jika terletak pada kalimat yang berbeda pula.
- “Aku mengambil keputusan menikah untuk menyenangkan hati mereka, kedua
orang tuaku”, ucap Santi lirih. Kata “aku” mengacu pada Santi, sedangkan kata
“mereka”
mengacu pada orang tua Santi. Kata “aku” dan “mereka” termasuk ke dalam kata
bermakna non-referensial.

KALIMAT
1. Jelaskan hal hal yang terkait dengan kalimat, berikan contohnya!
Kalimat ialah sebuah susunan beberapa kata ataupun klausa yang dapat diperlukan
dengan dilengkapi dengan sebuah kata penghubung atau konjungsi.
Contoh dari kalimat yaitu adalah sebagai berikut:
- Pak Didit membaca buku.
- Suha membeli sepeda baru.
Pembahasan
Kalimat mempunyai peran yang cukup penting dalam hal komunikasi dikarenakan kalimat
tersebut telah berfungsi untuk dapat menyampaikan sebuah informasi dan juga untuk dapat
menggambarkan perasaan dari seseorang.

Terdapat pula unsur-unsur dari kalimat yaitu ialah sebagai berikut:


- Subjek.
- Predikat.
- Objek.
- Pelengkap.
- Keterangan.

Selain itu, juga terdapat beberapa ciri-ciri dari kalimat yaitu ialah sebagai berikut:
Suatu kalimat yang telah mempunyai lebih dari satu klausa telah menggunakan sebuah kata
hubung.
Kalimat telah mempunyai satuan makna dan juga ide yang utuh. Secara tertulis, sebuah
kalimat telah diawali dengan huruf besar dan juga telah diakhiri dengan menggunakan tanda
baca yaitu seperti sebuah titik atau (.), tanda seru atau (!), dan juga tanda tanya atau (?).
Kalimat telah terdiri setidaknya atas sebuah predikat dan subjek.
Untuk membuat sebuah kalimat, perlulah bagi kita untuk mengikuti kaidah kebahasaan dari
kalimat yaitu ialah mempunyai predikat dan subjek dari kalimat serta kalimat akan menjadi
lebih efektif apabila kalimatnya tidak mempunyai sebuah makna yang rancu atau ambigu.

2. Penjelasan beberapa bentuk kalimat beserta contohnya!


a. Kalimat Tunggal - Kalimat Majemuk
Sebuah kalimat dikatakan k alimat tunggal jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat
sebuah klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri
atas lebih dari satu klausa.
Contoh kalimat tunggal
• Ibu memasak nasi
• Kami menonton film horor
Kalimat majemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk
setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk
kompleks.
1. A. Kalimat Majemuk Koordinatif (kalimat majemuk setara)
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki
status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Sebagai penghubung antar klausa dalam
kalimat majemuk koordinatif digunakan konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan
lalu. Namun demikian tidak menutup kemungkinan konjungsi dalam kalimat jenis ini tidak
digunakan.
Contoh :
- Dia datang dan duduk di sebelah saya.
- Saya sudah makan banyak, tetapi masih saja lapar.
- Saya duduk, ayah berdiri, dan adik berlari-lari.
- Dia datang, lalu menyuruh kami makan.

Ada tiga macam hubungan semantis dalam kalimat majemuk setara.


1. Hubungan 'penjumlahan'
Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau
proses. Hubungan penjumlahan ini ditandai dengan kata penghubung dan, serta, baik. . .
maupun.
Contoh:
- Ia baik hati dan suka menolong teman yang mengalami kesusahan.
2. Hubungan 'perlawanan'
Hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan
dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Klausa pertama berlawanan atau tidak sama
dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan perlawanan ini ditandai kata
penghubung tetapi, melainkan.
- Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah pandai membaca.
3. Hubungan 'pemilihan'
Hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan
oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Hubungan pemilihan ini ditandai kata penghubung
atau.
- Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?

2. B. Kalimat Majemuk Subordinatif (kalimat majemuk bertingkat)


Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara
klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan ini yaitu
klausa-klausa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang
bertindak sebagai klausa atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau
konjungsi yang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika,
meskipun, dan karena. Seperti dalam jenis koordinatif, dalam jenis ini pun terkadang
konjungsi tidak selalu digunakan.
Contoh :
- Kalau ayah pergi, ibu juga akan pergi.
- Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
- Karena banyak yang tidak berangkat, kuliah diliburkan.
- Meskipun ada larangan merokok, kakek tetap merokok.

Pembentukan kalimat majemuk subordinatif memiliki dua sudut yang bertentangan.


Pertama dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, di mana
klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa utama (kadang disebut induk
kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa bawahan (anak kalimat).
Contoh :
- Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
Dari kalimat tersebut, klausa “ Nenek membaca majalah ” berstatus sebagai klausa atasan,
sedangkan klausa “ Kakek pergi ke pasar “ berkedudukan sebagai klausa bawahan.
Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil proses
perluasan terhadap salah satu unsur klausanya.
Contoh :
- Nenek membaca majalah tadi siang.
Kalimat tunggal tersebut kemudian diubah menjadi kalimat majemuk
Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
Dari contoh tersebut terlihat frasa tadi siang yang merupakan bagian dari klausa “Nenek
membaca majalah tadi siang” diluaskan (dideskripsikan) menjadi “ ketika kakek pergi ke
pasar”. Dalam pandangan yang kedua ini dinyatakan bahwa setiap unsur kalimat dapat
diperluas untuk dijadikan anak kalimat. Dari pandangan ini muncullah istilah anak kalimat
pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, anak kalimat pengganti objek, dan anak
kalimat pengganti keterangan.

● Penghubung kalimat majemuk bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara
klausa yang membentuknya. Untuk memperlihatkan hubungan antar klausa yang terdapat
dalam kalimat majemuk bertingkat dibutuhkan kata penghubung atau konjungsi.
Berikut ini beberapa konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat besrta hubungan antar
klausa yang diciptakan.
1. Hubungan 'waktu'
Kata penghubung yang digunakan adalah sejak, semenjak, sedari, ketika, sebelum, sesudah,
hingga, sementara, seraya, tatkala, selama, selagi, serta, sambil, seusai, sesudah, setelah,
sehabis, sampai, hingga.
• Sejak anak-anak, saya sudah terbiasa hidup sederhana.
2. Hubungan 'syarat'
Kata penghubung yang digunakan adalah seandainya, andaikata, bilamana, jika.
• Jika Anda mau mendengarkannya, saya akan bercerita.
• Pembangunan balai desa ini akan berjalan lancar andaikata seluruh warga mau
berpartisipasi.
3. Hubungan 'tujuan'
Kata penghubung yang digunakan adalah agar, agar supaya, supaya, dan biar.
• Saya mengerjakan tugas itu sampai malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
4. Hubungan 'konsesif'
Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, kendatipun, sungguhpun.
• Walaupun hatinya sedih, ibu itu tidak mau menangis di hadapan anakanaknya.
5. Hubungan 'perbandingan'
Kata penghubung yang digunakan adalah seperti, ibarat, bagaikan, laksana, alih-alih.
• Bu Tati menyayangi kemenakannya seperti beliau menyayangi anakanaknya.
6. Hubungan 'penyebaban'
Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena.
• Rencana penyelenggaraan pentas seni di sekolah saya ditunda karena para pengisi acara
belum siap.
7. Hubungan 'akibat
Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, sampai, maka.
• Pada saat ini harga buku memang sangat mahal sehingga kami tidak sanggup membelinya.
8. Hubungan 'cara'
Kata penghubung yang digunakan adalah dengan.
• Ia merangkai bunga-bunga itu dengan penuh konsentrasi.
9. Hubungan 'sangkalan'
Kata penghubung yang digunakan adalah seolah-olah, seakan-akan.
• Anak itu diam saja seolah-olah dia tidak melakukannya.
10. Hubungan 'kenyataan'
Kata penghubung yang digunakan adalah padahal, sedangkan.
• Dia pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal.
11. Hubungan 'hasil'
Kata penghubung yang digunakan adalah makanya.
• Wajah Tono cemberut, makanya saya takut untuk mendekatinya.
12. Hubungan 'penjelasan'
Kata penghubung yang digunakan adalah bahwa.
• Ia tidak tahu bahwa ayahnya seorang karyawan teladan.

3. C. Kalimat Majemuk Kompleks (kalimat majemuk campuran)


Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau
lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang
dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat ini merupakan percampuran
antara kalimat majemuk koordinatif dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga
disebut dengan istilah kalimat majemuk campuran.
Contoh :
● Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar dan tidak ada pekerjaan lain
yang harus diselesaikan.
● Karena ayah sedang kesulitan, kakek mengambil uang di tabungan dan
memberikannya kepada ayah.
b. Kalimat Bebas - Kalimat Terikat
Kalimat bebas disebut juga dengan klausa independen yaitu klausa yang dapat berdiri
sendiri dan memiliki unsur-unsur yang lengkap yaitu subjek dan predikat, sehingga klausa ini
memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat. Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa
bebas dibagi menjadi dua jenis yaitu klausa verbal dan klausa nonverbal. Adapun yang
dimaksud dengan klausa verbal adalah klausa yang kategori predikatnya merupakan verba
(kata kerja). Sedangkan klausa nonverbal adalah klausa dalam pengkategorian predikatnya
bukan verba.
a. Klausa Verbal
Contoh:
- Ia menyanyi
- Mereka jalan-jalan sore

b. Klausa Nonverbal
Contoh:
- Ayahku tentara
- Pacarku cantik

Kalimat terikat atau juga sering disebut dengan anak kalimat atau klausa turunan ini
merupakan klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, sehingga klausa terikat tidak bisa
berpotensi menjadi kalimat mayor. Hal ini disebabkan karena klausa terikat memiliki struktur
yang tidak lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin
hanya objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja. Klausa juga bisa
dikelompokkan atas hubungan yang terjadi di dalamnya. Biasanya hubungan yang terjadi
tersebut terdapat pada kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun bertingkat.
Contoh :
- Sering dibully di sekolah dan oleh karena itu dia jadi pendiam di sekolah.
- Sejak orang keluargaku pindah rumah, aku jadi tidak punya teman dekat.

c. Kalimat Deklaratif, Tanya, Perintah, dan Seruan


Kalimat imperatif berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang untuk melakukan
sesuatu. Secara umum, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, imperatif
bersifat memerintah atau memberi komando; mempunyai hak memberi komando; bersifat
mengharuskan.
Terdapat tiga cara dalam mewujudkan kalimat imperatif, yaitu:
- Kalimat terdiri atas predikat verbal dasar, atau adjektiva, atau pun frasa preposisional
saja yang sifatnya taktransitif.
- Kalimat lengkap yang berpredikat verbal taktransitif dan transitif.
- Kalimat yang dimarahi oleh berbagai kata tugas modalitas kalimat.
Contoh :
- Kenali si petugas!
- Pahami kesalahan Anda!
- Pastikan tuduhan pelanggaran!
- Jangan serahkan kendaraan atau STNK begitu saja!
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang berisi pernyataan. Selain itu, kalimat
deklaratif berfungsi untuk memberikan informasi atau berita tentang sesuatu.
Contoh :
- Pengendara yang ditilang mengenali petugas yang menilang.
- Pengendara memahami kesalahannya.
- Pengendara memastikan tuduhan pelanggaran.
- Pengendara tidak menyerahkan kendaraan atau STNK begitu saja kepada petugas.
- Pengendara menerima atau menolak tuduhan.

Kalimat interogatif adalah kalimat yang berisi pertanyaan. Kalimat interogatif


berfungsi untuk meminta informasi tentang sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) daring, interogatif berarti menunjukkan atau mengandung pertanyaan. Berdasarkan
artinya, dapat disimpulkan kalimat interogatif merupakan bentuk kalimat yang mengandung
dan menunjukkan sebuah pertanyaan.
Contoh :
- Apakah Anda mengenali petugas?
- Apakah Anda memahami kesalahan Anda?
- Dapatkah Anda memastikan tuduhan pelanggaran?
- Mengapa Anda menyerahkan kendaraan atau STNK begitu saja kepada petugas?
- Siapakah yang menerima atau menolak tuduhan?

d. Kalimat Langsung - Kalimat Tidak Langsung


Menurut Aliyatur Rosidah dan Badriyah Wulandari dalam buku Belajar Kepenyiaran
Daring: Teori dan Praktik (2019), kalimat langsung adalah kalimat yang merupakan hasil
kutipan langsung dari pembicaraan seseorang.
Kalimat langsung adalah kalimat yang memberitahukan apa yang disampaikan orang lain
secara tepat dan sama persis.
Contoh :
- "Aku sudah sampai di depan rumah," kata Tini kepadaku.
- Dokter berkata, "Kamu harus menjaga kesehatan dengan rutin minum vitamin."
- Ayah bertanya, "Kapan kamu berangkat kerja?"

Dikutip dari buku Kitab Bahasa Indonesia (2012) oleh Asul Wiyanto, kalimat tidak
langsung adalah kalimat berisi ungkapan yang disampaikan orang lain. Jenis kalimat ini
tidak meniru langsung apa yang dibicarakan orang lain. Biasanya disampaikan dalam bentuk
kalimat berita.
Contoh :
- Tini berkata kepadaku bahwa ia telah sampai di depan rumah.
- Dokter mengatakan bahwa aku harus menjaga kesehatan dengan rutin minum vitamin.
- Ayah bertanya kapan aku akan berangkat kerja.
e. Kalimat Mayor - Kalimat Minor
Kalimat mayor adalah jenis kalimat yang sekurang kurangnya mengandung dua susunan
kalimat yaitu Subjek maupun Predikat. Dengan kata lain Objek serta Keterangannya dapat
ditambahkan ataupun tidak (sifatnya opsional). Jenis kalimat ini lebih mengutamakan makna.
Berikut beberapa contoh kalimat mayor:
- Dina akan pergi ke Bandung besok.
- Kapan kita rekreasi ke Jogja?
- Besok pagi kita akan mensurvei tempat tempat OJT.

Kata minor artinya kecil. Pengertian kalimat minor ialah jenis kalimat yang hanya
mengandung satu unsur kalimat saja. Unsur kalimat tersebut berupa predikat. Dengan kata
lain kalimat minor hanya mengandung unsur predikat saja. Biasanya kalimat minor
digunakan untuk ajakan, seruan, jawaban pertanyaan, perintah, larangan dan sebagainya.
Berikut beberapa contoh kalimat minor:
- Selamat malam!
- Ohayou Gozaimasu!
- Sekarang.

3. Penjelasan terkait kalimat efektif!


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang
diharapkan oleh penulis atau pembicara. Suatu kalimat dapat dikatakan efektif jika si
penerima pesan dapat menyampaikan kembali gagasan, pesan, perasaan, ataupun
pemberitahuan sebagaimana yang dimaksud oleh pemberi pesan.
Jenis kalimat ini terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan (SPOK). Biasanya,
kalimat efektif digunakan dalam sebuah teks ilmiah seperti makalah, laporan penelitian,
skripsi, tesis, disertasi, dan sejenisnya.
Meskipun kalimat efektif terdiri dari SPOK, tidak berarti bahwa wujud kalimatnya harus
pendek-pendek. Bisa jadi kalimatnya singkat, tetapi membingungkan dan bisa jadi
kalimatnya panjang, tetapi informasinya mudah dipahami. Berikut ciri ciri dari kalimat
efektif :
- Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur Subjek (S) dan Predikat (P).
- Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
- Menggunakan diksi yang tepat.
- Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.
- Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
- Melakukan penekanan ide pokok.
- Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
- Menggunakan variasi struktur kalimat.

4. Jelaskan syarat syarat kalimat efektif beserta contohnya!


Ada beberapa syarat atau prinsip agar suatu kalimat dapat disebut sebagai kalimat efektif :
● Kelogisan
Suatu ide kalimat dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan
yang berlaku. Selain itu, unsur-unsur dalam kalimat juga harus memiliki hubungan yang logis
dan masuk akal.
Berikut contoh kalimatnya:
- Kalimat tidak efektif: “Untuk mempersingkat waktu, saya akan mengambil rute
tercepat.”
- Kalimat efektif: “Untuk menghemat waktu, saya akan mengambil rute tercepat.”

● Ketegasan
Melakukan penunjukan terhadap ide pokok dari suatu kalimat. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, yaitu:
- Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat, contohnya:
“Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa & negara dengan kemampuan
yang ada pada masing-masing individu.”
Penekanan: Presiden mengharapkan
- Membuat urutan kata yang logis, contohnya:
Kalimat tidak efektif: “Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah”
Kalimat efektif: “Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah.”

● Melakukan repetisi (pengulangan kata), seperti:


“Saya suka akan wanginya, saya suka akan keindahannya.”

● Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan, contohnya:


“Bruno bukan anak yang nakal dan pemarah, tetapi baik dan penyabar.”

● Menggunakan partikel penekan/penegas, seperti:


“Jihanlah yang bertanggung jawab atas kejadian ini.”

Anda mungkin juga menyukai