Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BAHASA INDONESIA

NAMA : Enggal Swardhana

KELAS : VIII E

NOMOR ABSEN : 10
JENIS - JENIS KATA
1. Kata Benda (nomina)
Nomina adalah nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan, dan menurut wujudnya
dapat dibedakan menjadi kata benda kongkret ( (benda dapat ditangkap pancaindera)dan kata benda
abstrak (benda yang tidak dapat ditangkap pancaindera). Contoh: rumah, sekolah, tanah, air, dll.

2. Kata Kerja Kerja (verba)


Kata kerja ini merupakan kata-kata yang menyatakan suatu perbuatan atau tindakan, proses, gerak,
keadaan atau terjadinya sesuatu. Kata verba menduduki fungsi predikat dalam kalimat. Contoh:
membeli, memanah

3. Kata Kerja Sifat (adjektiva)


Kata-kata yang dapat diikuti dengan kata keterangan sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang
berimbuhan gabung se-nya disebut kata sifat. Contoh : indah (indah sekali)

4. Kata Ganti (pronomina)


Kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain dalam struktur kalimat. Contoh: kamu,
sekalian, ia, beliau.

5. Kata Bilangan (numeralia)


Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya sesuatu hal yang kongkret
(orang, binatang, atau barang). Contoh: sebatang, selembar, sehelai.

6. Kata Keterangan ( adverbia)


Kata keterangan adalah kata yang menerangkan predikat (verba) suatu kalimat. Contoh: sekedar,
senantiasa.

7. Kata Penghubung (konjungsi)


Sebuah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat yakni kata dengan kata,
frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Contoh: apabila, ketika, bila.

8. Kata depan (preposisi)


Kata depan adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja. Contoh: di
luar, disimpan.

9. Kata Sandang ( artikula)


Kata yang bersifat gelar atau berkaitan dengan orang atau hal yang dianggap bermartabat. Contoh:
Sang, Hang, Sri.

10. Kata Seru ( interjeksi)


Kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara dan untuk memperkuat ungkapan rasa hati.
Contoh: astaga, syukur, amboi, asyik.

JENIS – JENIS MAKNA

1. Makna Leksikal
Istilah leksikal berasal dari kata leksikon yang artinya kamus. Makna leksikal diartikan sebagai makna
yang terdapat di dalam kamus atau mengikuti tulisan kamus. Contohnya:

a. Doa artinya permohonan (harapan, permintaan, pujian).

b. Kursi artinya tempat duduk berkaki empat dan bersandaran.

2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan makna kata yang timbul karena proses tata Bahasa Indonesia atau
gramatika. Misalnya, proses afiksasi, reduplikasi, atau komposisi. Contohnya:

a. Kata lapang artinya luas atau lebar. Saat kata lapang diletakkan pada kalimat "Saya harus
berlapang dada dalam menghadapi masalah", makna gramatikal kata lapang berubah menjadi
bersabar.

3. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosi tertentu. Sehingga, makna tersebut
menjadi kiasan yang bisa berisi nilai, sikap sosial, atau perspektif tertentu. Contohnya:

a. Mereka berusaha berebut kursi pemilu. Kata kursi bukan berarti alas duduk berkaki empat,
namun kursi adalah kiasan dari jabatan.

4. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang mengandung arti atau pengertian yang sebenarnya. Makna ini
mengacu pada kamus atau literatur lain. Biasanya, makna denotatif diterapkan dalam bahasa ilmiah.
Contohnya:

a. Bunga itu sudah tumbuh di taman. Kata bunga mengandung arti sebenarnya, yakni bagian
tumbuhan yang akan menjadi buah dan memiliki kelopak.

5. Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan
dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai
masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif
dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna
afektif, dan makna interpretatif. Berikut ini penjelasannya:

a. Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa.
Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata
yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki
makna yang sebenarnya.

b. Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual
yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci atau tabu terlarang, kurang
sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

c. Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan
lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah
satu ciri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung
akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada
waktu komunikasi itu.

d. Makna Afektif
Makna kata ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam
berbahasa.

e. Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari
pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan.
6. Makna Referensial
Seperti yang kita tahu, kata referensi merujuk pada suatu hal yang menjadi acuan. Karenanya, makna
kata referensial berarti makna kata yang menunjukkan referensi atau acuan suatu kata pada kondisi di
kenyataan. Sebagai contoh kalimat kalimat langsung:

a. "Tadi saya bertemu dengan Rifa," kata Budi pada Joni.

Pada kalimat tersebut, kata "saya" mengacu pada Budi. Bandingkan dengan kalimat langsung
berikut:

b. "Saya ingin sekali bisa berjumpa dan ngobrol dengan Budi," kata Joni.

Pada kalimat tersebut, kata "saya" mengacu pada Joni.

7. Makna Non-referensial
Berkebalikan dengan makna referensial, makna kata non-referensial merupakan kata yang tak
mempunyai referensi atau acuan di kondisi nyata. Biasanya, kata-kata ini bisa berupa artikel, partikel,
dan kata hubung. Contoh kata-kata dengan makna non-referensial yaitu 'dan', 'atau', 'serta', 'karena',
'maka', 'sebab', 'jika', 'sehingga', dan sebagainya.

8. Makna Kontekstual
Makna kata kontekstual merupakan makna dari sebuah kata yang muncul berdasarkan suatu konteks
penggunaannya dalam suatu frasa atau kalimat. Sebagai contoh kata "kepala" pada frasa "kepala
desa". Makna kata kepala dalam frasa tersebut akan berbeda dengan makna kata "kepala" secara
leksikal. Berbeda juga dengan makna kata "kepala" dalam frasa lain seperti "kepala kereta", "kepala
besar", dan sebagainya.

9. Makna Emotif
Selanjutnya, ada pula yang disebut dengan makna kata secara emotif. Secara umum, makna emotif
adalah makna dalam kata atau frasa yang berkaitan dengan perasaan. Artinya, pemaknaan dari kata
tersebut tergantung dengan emosi atau perasaan yang dirasakan seseorang saat mengucapkan atau
menuliskan kata tersebut. Makna emotif biasa ditemukan dalam kata-kata sifat yang mewakili
perasaan, seperti senang, sedih, susah, dan sebagainya. Atau bisa juga melalui kata kerja yang juga
dapat menggambarkan emosi seseorang, seperti menangis, tertawa, menyesal, dan sebagainya.

JENIS – JENIS KALIMAT


1. Kalimat berdasarkan tujuan
Macam-macam kalimat berdasarkan tujuannya terbagi menjadi:

2. Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu. Kalimat ini akan diakhiri tanda seru (!) yang pelafalannya dengan intonasi tinggi.

Contoh: Tolong buka pintu stoples itu!

3. Kalimat berita
Kalimat berita merupakan kalimat yang bertujuan untuk memberitahukan atau menginformasikan
suatu hal. Kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.) yang dalam pelafalannya diakhiri dengan
intonasi menurun.

Contoh: Kita akan berangkat menonton pertandingan sepak bola sore nanti.

4. Kalimat seruan Kalimat seruan yaitu kalimat yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan.
Kalimat ini diakhiri tanda seru (!) atau tanda titik (.) yang pelafalannya dengan intonasi tinggi.
Contoh: Wah, hebat sekali kamu! Kalimat tanya
5. Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mengungkapkan pertanyaan terhadap
suatu hal.
Kalimat ini berakhir dengan tanda tanya (?) dengan di dalamnya terdapat kata tanya seperti
bagaimana, di mana, kemana, kapan, siapa, mengapa, dan berapa. Contoh: Berapa berat mobil itu?

6. Kalimat berdasarkan pengucapan


Macam-macam kalimat berdasarkan pengucapan, yaitu:

a. Kalimat langsung Kalimat langsung adalah kalimat yang penulisannya menirukan omongan
atau suara orang lain. Ciri dari kalimat ini adalah terdapat dua tanda petik di awalan dan
akhiran kalimat (“…”). Contoh: Budi berkata, “Kamu sungguh cantik.”

b. Kalimat tidak langsung Kalimat tidak langsung merupakan kalimat yang mengalami
perubahan dari kalimat langsung yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak
menggunakan tanda petik. Contoh: Rahman mengatakan bahwa ia menginginkan Rahma
menjadi pasangannya.

c. Kalimat melepas Kalimat melepas adalah kalimat yang berbentuk kalimat majemuk yang
diawali dengan induk kalimat dan diikuti oleh anak kalimat. Contoh: Adit diperbolehkan
pulang dari kantor bila sudah menyelesaikan tugas kantornya.

d. Kalimat klimaks Kalimat klimaks merupakan kalimat yang berbentuk kalimat majemuk
dengan diawali anak kalimat lalu diikuti oleh kalimat utama. Contoh: Karena tugas kantornya
belum selesai, Adit tidak diperbolehkan untuk pulang.

e. Kalimat berimbang Kalimat berimbang adalah kalimat yang berbentuk kalimat majemuk
setara atau campuran. Contoh: Harga PPN naik, pedagang dan konsumen mempermasalahkan
harga yang semakin naik.

7. Kalimat berdasarkan pola subyek dan predikat


Macam-macam kalimat berdasarkan pola subyek dan predikat, sebagai berikut:

a. Kalimat versi Kalimat versi adalah kalimat yang sesuai dengan susunan dasar pola kalimat S-
P-O-K (subyek-predikat-obyek-keterangan). Contoh: Andi membeli makanan ringan di toko
klontong. Keterangan: Andi: subyek Membeli: predikat Makanan ringan: obyek Di toko
klontong: keterangan Kalimat inversi Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya
sebelum subyek. Biasanya kalimat ini dipakai untuk penegasan atau penekanan. Contoh:
Tutup pintu itu! Keterangan: Tutup: predikat Pintu itu:

b. Kalimat lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya mempunyai subyek dan
predikat. Contoh: Andi menutup pintu.

c. Kalimat tidak lengkap Kalimat tidak lengkap yaitu kalimat yang tidak sempuran. Kalimat
tidak lengkap berupa kalimat yang hanya mempunyai subyek atau hanya predikat. Contoh:
Pulang, Yuk!

d. Kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya memiliki satu pola saja. Kalimat
tunggal terdiri dari dua macam, yaitu kalimat nominal dan kalimat verbal. Penjelasannya:
Kalimat nominal Adalah kalimat yang menggunakan kata benda sebagai predikatnya. Contoh:
Ibu saya adalah guru. Kalimat verbal Adalah kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikatnya. Contoh: Afifah mengepel.

e. Kalimat majemuk Kalimat majemuk yakni kalimat yang mempunyai dua pola (klausa)
kalimat atau lebih. Kalimat majemuk terdiri dari induk dan anak kalimat. Cara membedakan
induk dan anak kalimat yaitu ditandai dengan konjungsi atau kata penghubung. Terdapat
empat macam kalimat majemuk, yaitu majemuk setara, bertingkat, campuran, dan rapatan.
Berikut ulasannya: Kalimat majemuk setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat
gabungan antara dua kalimat tunggal atau lebih yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Contoh: Rina menulis surat dan Rani yang mengirimnya.

f. Kalimat majemuk bertingkata Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat gabungan antara
dua kalimat tunggal atau lebih yang kedudukannya berbeda. Contoh: Adit pergi dari rumah
karena bertengkar dengan adiknya.

g. Kalimat majemuk campuran Kalimat majemuk campuran adalah kalimat gabungan antara
majemuk setara dengan majemuk bertingkat. Contoh: Dani bermain game dengan Abid dan
Ramdan mengerjakan tugas, ketika Adit datang ke rumah Dani.

h. Kalimat majemuk rapatan Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat
tunggal yang karena subyek, predikat, atau obyek yang sama. Bagian yang sama hanya
disebutkan sekali. Contoh: Afifah pandai berbahasa Indonesia, Spanyol, dan Korea.

8. Macam kalimat berdasarkan subyek Macam-macam kalimat berdasarkan subyek, yaitu:

a. Kalimat aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subyeknya melakukan suatu tindakan
atau pekerjaan.
Terdapat dua macam kalimat aktif, yakni: Kalimat aktif transitif Kalimat aktif transitif adalah
kalimat yang predikatnya berawalan ‘me-‘ dan selalu dapat diubah ke dalam bentuk kalimat
pasif yang predikatnya berawalan ‘di-‘. Contoh: Rama menyapu halaman rumah (kalimat
aktif). Dapat diubah menjadi halaman rumah disapu oleh Rama
(kalimat pasif).

b. Kalimat aktif intransitif Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang predikatnya berawalan
‘ber-‘ dan tidak dapat diubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Kami berjaga di luar rumah.

c. Kalimat pasif Kalimat pasif merupaka kalimat yang subyeknya melakukan suatu tindakan.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kalimat pasif biasa dan zero.
Kalimat pasif biasa Kalimat pasif biasa adalah kalimat pasif yang predikatnya selalu
berawalan dengan imbuhan ‘di-‘, ‘ter-‘, dan ‘ke-an’. Contoh: Halaman rumah disapu Budi.

d. Kalimat pasif zero yaitu kalimat pasif yang predikatnya berakhiran ‘-kan’ sehingga membuat
awalan ‘di-‘ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang
bersifat kata kerja, kecuali kata kerja ‘aus’ yang tidak bisa menggunakan awalan ‘me-‘ dan
‘ber-‘.

Contoh: Akan saya tunjukkan kepadamu…

JENIS – JENIS PARAGRAF


1. Paragraf Deduktif, Paragraf deduktif yaitu jenis paragraf yang gagasan utamanya berada di
awal. Jenis paragraf ini bersifat deduksi yang gagasannya berkembang dari umum ke khusus.
Kalimat utama paragraf deduktif berada di awal paragraf, sedangkan kalimat penjelas berada
tepat setelah kalimat utamanya. Jenis paragraf deduktif memiliki ciri yang ditemukan yakni
gagasan utama atau ide pokok berupa pernyataan umum.

2. Paragraf Induktif Merupakan jenis paragraf yang berkebalikan dari paragraf deduktif, gagasan
utama paragraf induktif berada di akhir kalimat. Jenis paragraf induktif selalu akan diawali
dengan penyebutan peristiwa khusus atau penjelasan yang berfungsi untuk mendukung
gagasan utama.
3. Paragraf Campuran Paragraf campuran atau deduktif-induktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terdapat pada bagian awal dan akhir paragraf. Paragraf campuran diawali dengan
pernyataan umum lalu diikuti kalimat khusus sebagai penjelas. Kemudian di akhir paragraf
terdapat pernyataan umum lagi sebagai pengulangan dari gagasan utama.

4. Paragraf Ineratif, Paragraf ineratif dalah jenis paragraf yang menampilkan gagasan utamanya
di tengah paragraf. Jenis paragraf ini memiliki pola khusus-umum-khusus atau kalimat
penjelas-kalimat utama-kalimat penjelas. Kalimat penjelas di awal paragraf ini memiliki
fungsi sebagai pengantar atau pembuka. Lalu, kalimat utama berada di tengah sebagai
gagasan utama dalam paragraf ini. Selanjutnya masih ada kalimat penjelas di akhir paragraf
yang berfungsi sebagai penegasan atau kesimpulan.

JENIS - JENIS KARANGAN


1. Karangan Deskripsi

Jenis-jenis karangan yang pertama yaitu karangan deskripsi. Kata deskripsi berasal dari bahasa latin,
yaitu describere yang berarti menulis tentang, membeberkan (memerikan), melukiskan sesuatu hal.

Dalam bahasa Inggris adalah description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe
(melukiskan dengan bahasa) (Lamuddin Finozza,2009: 239-240). Seorang penulis bisa
menggambarkan seseorang, lokasi, item, atau bahkan kenangan yang tak terlupakan.

Melalui penggunaan kata-kata yang jelas dan detail sensorik, penulis harus menunjukkan, bukan
menceritakan, dalam karangan deskriptif. Karangan deskripsi terbaik menarik emosi pembaca,
menghasilkan efek yang jelas.

Contoh karangan deskripsi:

“Kehidupan di kota penuh dengan kebisingan dan ketegangan. Kamu harus bangun untuk bekerja, dan
kebisingan lalu lintas tidak akan pernah membiarkanmu bersantai dan menikmati alam. Hanya jika
kamu beruntung memilikinya. Hal-hal di puncak berbeda, kamu dapat menikmati sinar matahari dan
tanaman hijau, dan tidak ada hiruk pikuk.

Udaranya segar, sehat, dan bersih. Malam-malam sepi, dan kamu dapat mendengar binatang-binatang
keluar untuk berburu makanan. Kota-kota dipenuhi dengan udara yang tercemar. Banyaknya udara
yang tercemar ini terutama disebabkan oleh lalu lintas yang padat dan pabrik-pabrik.

2. Karangan Narasi

Jenis-jenis karangan berikutnya yaitu karangan narasi. Karangan narasi berasal dari Bahasa Inggris
narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan narasi adalah karangan yang
menyajikan serangkaian peristiwa menurut urutan kejadian atau kronologisnya.

Penyajian karangan narasi ini bermaksud untuk memberi arti kepada serentetan kejadian yang ada
sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Semua esai naratif memiliki karakter,
setting, klimaks, dan yang paling penting, plot. Plot adalah fokus cerita dan biasanya terungkap secara
kronologis, tetapi terkadang ada flash-forward dan flashback.

Contoh karangan narasi:

"Melihat kembali masa kanak-kanak yang penuh dengan peristiwa dan kenangan, saya merasa agak
sulit untuk memilih salah satu yang meninggalkan saya dengan dongeng "perasaan hangat dan kabur."
Sebagai putri seorang mayor Angkatan Udara, saya merasa senang bepergian di seluruh Amerika
dalam banyak perjalanan yang berpindah-pindah. Saya telah mengunjungi pohon-pohon mengerikan
di Hutan Nasional Sequoia, berdiri di tepi Grand Canyon dan melompat ke ranjang Caesar's Palace di
Lake Tahoe."

3. Karangan Ekposisi

Jenis-jenis karangan selanjutnya yaitu karangan eksposisi. Atmazaki (2006: 92) mengemukakan
bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan sesuatu atau memberitahukan sesuatu
sehingga pembaca mengerti dan memahami apa yang tulis.

Eksposisi bertujuan memberikan suatu informasi kepada pembaca bukan mengajak atau
memengaruhi. Karangan eksposisi ini murni memaparkan, menjelaskan, dan menguraikan informasi
tentang sesuatu hal dan dapat menambah wawasan lebih mendalam bagi pembaca. Saat menulis
karangan eksposisi, perlu diperhatikan:

Jadilah ringkas dan mudah dimengerti. Menawarkan pandangan yang berbeda tentang suatu subjek.
Melaporkan suatu situasi atau peristiwa. Jelaskan sesuatu yang mungkin sulit dipahami.

Contoh karangan ekposisi:

"Tahukah Anda bahwa 7 dari 10 siswa telah menyontek setidaknya sekali dalam setahun terakhir?
Tahukah Anda bahwa 50 persen dari siswa tersebut telah menyontek lebih dari dua kali? Statistik
yang mengejutkan ini berasal dari survei terhadap 9.000 siswa sekolah menengah AS. Luar biasa, para
guru bahkan mungkin mendorong siswa mereka untuk menyontek! Tahun lalu di sebuah sekolah di
Detroit, para guru diduga memberi siswa mereka jawaban untuk tes standar di seluruh negara bagian."

4. Karangan Argumentasi

Jenis-jenis karangan selanjutnya yaitu karangan argumentasi. Karangan argumentasi merupakan jenis
karangan yang dapat membuat si pembaca merasa percaya dengan pendapat/argumen si penulisnya.
Karangan ini bersifat meyakinkan si pembaca agar apa yang ditulis itu benar adanya, tetapi tidak
untuk memengaruhi si pembaca.

Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar
dan menyusun ide yang logis.

Tujuan utama dalam penulisan karangan argumentasi menurut Finoza (1993:249) adalah untuk
menyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu.

Contoh karangan argumentasi:

"Pengendalian senjata telah menjadi masalah kontroversial selama bertahun-tahun. Sebagian besar
warga percaya bahwa jika kontrol senjata ditegakkan secara ketat, itu akan dengan cepat mengurangi
ancaman kejahatan. Banyak orang yang tidak bersalah merasa mereka memiliki hak untuk
memanggul senjata untuk perlindungan, atau bahkan untuk kesenangan berburu. Orang-orang ini
dihukum karena melindungi hidup mereka, atau bahkan karena menikmati olahraga umum yang tidak
bersalah. Untuk menegakkan kontrol senjata di seluruh negara berarti melanggar hak konstitusional
seseorang. Meskipun beberapa orang merasa bahwa masalah kontrol senjata akan membatasi
kejahatan, masalah itu seharusnya tidak ada karena fakta bahwa senjata diperlukan untuk pertahanan
diri terhadap kejahatan, dan menegakkan kontrol senjata melanggar amandemen kedua hak warga
negara untuk memanggul senjata."

5. Karangan Persuasi

Jenis-jenis karangan yang terakhir yaitu karangan persuasi. Karangan persuasi adalah karangan yang
bertujuan untuk mengajak penulis untuk melakukan sesuatu sesuai apa yang ditulis penulis di dalam
karangannya. Karangan tersebut berisi fakta pendapat atau perasaan penulis untuk menarik pembaca
melakukan sesuatu.

Contoh karangan persuasi:

“Meskipun industri minyak merupakan bagian penting dari ekonomi kita, hal itu berdampak negatif
terhadap lingkungan kita melalui perubahan iklim, kabut asap, dan pembangunan jalan.”

JENIS - JENIS MAJAS

A. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah jenis majas yang paling sering dijumpai dalam karya sastra. Majas
perbandingan digunakan untuk membandingkan dua hal.

Macam-macam majas perbandingan, yaitu majas metafora, simile, personifikasi, hiperbola, asosiasi,
metonimia, alegori, pars pro toto, totem pro parte, dan eufimisme.

1. Majas metafora
Majas metafora adalah majas yang menggunakan perbandingan dua objek berbeda, namun memiliki
kemiripan.

Contoh majas metafora:

Perusahaan itu bangkrut karena ulah tikus berdasi.


Jangan sembarangan, kabarnya Agung Sejati itu keturunan darah biru.

2. Majas personifikasi
Majas personifikasi sering digunakan dalam karya sastra karena memberikan efek puitis dan romantis.
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan benda hidup dengan benda mati.

Contoh majas personifikasi:

Angin malam berbisik merdu seperti ingin mengajakku bercerita.


Penaku menari-nari di selembar kertas putih.

3. Majas hiperbola
Majas hiperbola adalah sebuah majas yang mengungkapkan sesuatu atau sebuah hal secara
berlebihan, sehingga membuatnya tidak masuk akal.

Contoh majas hiperbola:

Bondan lari secepat kilat setelah mendengar kabar buruk itu.


Belajarlah dengan giat agar cita-cita setinggi langitmu itu bisa tercapai.

4. Majas asosiasi
Majas asosiasi adalah majas yang membandingkan dua objek berbeda, tetapi dianggap memiliki
kesamaan dengan menggunakan kata sambung "bak", "seperti", "bagaikan", dan "selayaknya".

Contoh majas asosiasi:

Wajah Yola dan Yoli sangat mirip bak pinang dibelah dua.
Meski saudara kandung, namun Ari dan Eka bagaikan minyak dan air.

5. Majas metonimia
Majas metonimia bisa diketahui dengan mudah karena menggunakan merek dari sesuatu yang sudah
dikenal umum.
Contoh majas metonimia:

Perjalanan dari Jakarta ke Surabaya lebih cepat jika naik Garuda.


Ayah pergi ke rumah nenek dengan Kijang yang baru dibelinya beberapa waktu lalu.

6. Majas alegori
Majas alegori merupakan sebuah majas yang membandingkan dua objek dengan penggambaran atau
cara lain.

Contoh majas alegori:

Jangan sombong, karena hidup ibarat roda yang selalu berputar, kadang di atas, kadang di bawah.
Anak yang baru lahir itu ibarat kertas putih. Orang tualah yang akan menuliskan sesuatu di atasnya.

7. Majas pars pro toto


Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian dari objek untuk menunjukkan
keseluruhan dari objek tersebut.

Contoh majas pars pro toto:

Karena tak mampu bayar sewa, Ani terpaksa angkat kaki dari kontrakan itu.
Meski jam pelajaran sudah dimulai satu jam yang lalu, namun Bu Sinta tak kunjung menampakkan
batang hidungnya.

8. Majas totem pro parte


Majas ini merupakan kebalikan dari majas pars pro toto. Majas totem pro parte menggunakan
keseluruhan objek untuk merujuk sebagian dari objek tersebut.

Contoh majas totem pro parte:

Indonesia berhasil menang atas Vietnam pada pertandingan sepakbola di final Piala AFF.
Hujan deras yang mengguyur semalam membuat Jakarta terendam banjir.

9. Majas eufimisme
Majas eufimisme digunakan untuk menggantikan istilah dengan istilah lain yang lebih sopan.

Contoh majas eufimisme:

Bu Winda tak sungkan menjadi asisten rumah tangga demi menghidupi keluarganya. (asisten rumah
tangga = pembantu)
Joni menjadi salah satu anggota TNI yang gugur dalam peristiwa penyerangan tadi malam. (gugur =
meninggal dunia)

B. Majas Pertentangan
Majas pertentangan bertujuan untuk menggambarkan dua hal yang bertentangan atau berkebalikan.
Jenis majas ini sering digunakan tak hanya pada karya sastra, tetapi juga dalam percakapan sehari-
hari.

Macam-macam majas pertentangan, yaitu majas litotes, paradoks, oksimoron, kontradiksi interminus,
anakronisme, dan antitesis.

1. Majas litotes
Majas litotes digunakan untuk mengecilkan kenyataan dengan maksud untuk merendahkan diri. Majas
ini merupakan kebalikan dari majas hiperbola.
Contoh majas litotes:

Maaf, hanya makanan sederhana ini yang bisa aku hidangkan.


Jika ada waktu, silakan mampir ke gubuk tempat tinggalku.

2. Majas paradoks
Majas paradoks menggunakan bahasa kiasan untuk membandingkan sesuatu yang berkebalikan.

Contoh majas paradoks:

Sawah itu tetap subur meski kemarau sedang melanda daerah tersebut.
Dina selalu merasa kesepian meskipun tinggal di tengah keramaian kota.

3. Majas oksimoron
Oksimoron adalah majas yang menempatkan paradoks atau dua hal berlawanan dalam sebuah kalimat
yang sama

Contoh majas oksimoron:

Hal yang tetap dalam dunia adalah perubahan.


Pria tersebut telah merasakan pahit manisnya kehidupan.

4. Majas antitesis
Majas antitesis menggunakan kata-kata yang berlawanan arti untuk mengungkapkan suatu
pertentangan.

Contoh majas antitesis:

Dia bekerja siang malam untuk membahagiakan keluarganya.


Hidup dan mati manusia hanya Tuhan yang menentukan.

C. Majas Penegasan
Majas penegasan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk mempertegas suatu hal dalam sebuah
kalimat yang disampaikan.

Macam-macam majas penegasan adalah majas retorika, pararima, apofasis, inversi, enumerasio,
elipsis, koreksio, paralelisme, aliterasi, antiklimaks, dan banyak lagi.

1. Majas retorika
Majas retorika adalah majas yang berbentuk kalimat tanya tetapi tidak memerlukan jawaban karena
hanya digunakan sebagai penegasan saja.

Contoh majas retorika:

Siapa yang tidak senang ketika tim yang dibelanya menang?


Siapa yang tidak ingin hidup bergelimang harta?

2. Majas pararima
Majas pararima menggunakan pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata yang sifatnya
berlainan.

Contoh majas pararima:

Pelaku tawuran lari kocar-kacir dikejar polisi.


Dadaku bergetar-getar mendengar suara petir.

3. Majas aliterasi
Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan di awal kata dengan
berurutan untuk memberi penegasan pada kalimat tersebut.

Contoh majas aliterasi:

Lintasi laut, lewati lembah.


Sudahi sedihmu, kembangkan senyummu.

4. Majas antiklimaks
Majas antiklimaks menyatakan lebih dari dua hal berturut-turut yang makin lama makin menurun.

Contoh majas antiklimaks:

Jangankan jutaan rupiah, ratusan ribu, atau puluhan ribu; seribu rupiah pun ia enggan memberi.
Perlombaan ini diikuti oleh peserta level profesional hingga amatir.

D. Majas Sindiran
Majas sindiran berisi ungkapan kiasan yang bertujuan untuk menyindir atau mengkritik sesuatu hal
dan biasanya diungkapkan secara halus. Selain itu, karakter dari majas sindiran adalah mengandung
makna kebalikan dari maksud sebenarnya.

Macam-macam majas sindirian, yaitu majas ironi, sinisme, satire, sarkasme, dan inuendo.

1. Majas ironi
Majas ironi adalah gaya bahasa dengan kalimat sindiran yang bertentangan dengan fakta
sesungguhnya.

Contoh majas ironi:

Istriku pandai memasak, sampai aku tidak ingin mencicipinya lagi.


Suasana di kota sangat dingin hingga membuatku berkeringat sebesar bulir jagung.

2. Majas sinisme
Majas sinisme digunakan dengan maksud menyindir atau mencemooh secara tidak langsung. Majas
sinisme menggunakan ungkapan yang lebih kasar dibandingkan majas ironi.

Contoh majas sinisme:

Bukankah kamu sudah pintar, mengapa harus terus bertanya kepadaku?


Kau harusnya sadar, orang tuamu kerja banting tulang tapi kau hanya bermalas-malasan.

3. Majas satire
Majas satire adalah gabungan dari ironi dan sarkasme yang disampaikan menggunakan parodi.
Biasanya satire dipakai untuk mengungkapkan kritik atau komentar terhadap sesuatu.

Contoh majas satire:

Tumben sekali kau berpikiran secerdas itu, apa jangan-jangan kau salah minum obat?
Lahap sekali makanmu, sudah berapa hari kau tak makan?

4. Majas sarkasme
Majas sarkasme adalah majas yang menggunakan kata-kata kasar dan bersifat negatif secara langsung
atau terang-terangan.

Contoh majas sarkasme:

Memang dasar otak udang, soal sederhana itu saja kamu tak bisa menyelesaikannya.
Tak usahlah kau terus menyanyi, suaramu itu sangat sumbang hingga telingaku sakit dibuatnya.

5. Majas inuendo
Majas inuendo berupa sindiran yang diungkapkan dengan cara mengecilkan fakta sebenarnya.

Contoh majas inuendo:

Kawanku memang cantik, hanya saja suka berbohong.


Dia berhasil naik jabatan tetapi hasil menyuap.
Demikian jenis, macam-macam majas, dan contohnya. Semoga bermanfaat.

UNSUR - UNSUR GRAMATIKA


1. S-P
Pola ini terhitung pola kalimat yang paling dasar dan sederhana. Sebab, pola ini hanya berupa subjek
(S) dan predikat (P) saja. Adapun beberapa contoh kalimat yang menggunakan pola ini adalah sebagai
berikut.
Ayah Bekerja. (S= Ayah, P= bekerja)
Petani bercocok tanam. (S= Petani, P= bercocok tanam )
Ibu Guru sedang mengajar. (S= Ibu Guru (subjek berbentuk frasa nomina), P= sedang mengajar)

2. S-P-O
Pola yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), dan objek (O) ini biasanya dipakai pada contoh kalimat
deklaratif aktif transitif dan kalimat aktif transitif. Adapun bebrapa contoh kalimat dengan pola ini
adalah sebagai berikut:
Ibu menanak nasi. (S= Ibu, P= menanak, O= nasi)
Adik sedang memainkan piano. (S= adik, P= sedang memainkan, O= piano)
Anak-anak sedang mengerjakan soal-soal ujian. (S= anak-anak, P= sedang mengerjakan, O=
soal=soal ujian)

3. S-P-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan pelengkap (Pel). Biasanya, pola ini digunakan dalam
contoh kalimat deklaratif aktif intransitif, contoh kalimat deklaratif semitransitif, kalimat aktif
intransitif, dan contoh kalimat aktif semitransitif. Contoh:

Tubuhnya berlumuran keringat. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel= keringat)


Langit malam ini bertaburan bintang-bintang. (S= langit malam ini, P= bertaburan, Pel= bintang-
bintang)
Anak-anak sedang bermain layang-layang. (S= anak-anak, P= sedang bermain, Pel= layang-layang)

4. S-P-K
Merupakan pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), dan Keterangan (K). Pola ini biasanya dapat
dijumpai pada kalimat deklaratif aktiif intransitif dan kalimat aktif intransitif. Adapun contoh pola ini
adalah sebagai berikut:
Anak-anak bermain di lapangan. (S= anak-anak, P= bermain, K= di lapangan)
Burung-burung bersahutan di pagi hari. (S= burung-burung, P= bersahutan, K= di pagi hari)
Paman sedang bercukur dengan menggunakan pisau cukur. (S= Paman, P= sedang bercukur, K=
dengan menggunakan pisau cukur)

5. S-P-O-K
Pola ini merupakan pola yang paling umum dan paling dikenal di masyarakat. Sebagaimana yang
telah diketahui, bahwa pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
Adapun contohnya adalah sebagai berikut:
Ibu membeli sayur-sayuran di pasar tradisional. (S= Ibu, P= membeli, O= sayur-sayuran, K= di pasar
tradisional)
Dimas mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh-sungguh. (S= Dimas, P= mengerjakan, O= tugas,
K= dengan sungguh-sungguh)
Para petani menanam padi di pagi hari. (S= para petani, P= menanam, O= padi, K= di pagi hari)

6. S-P-O-Pel
Pola ini terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), dan pelengkap (Pel). Adapun contohnya adalah
sebagai berikut:
Ibu membelikan adik pakaian baru. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik, Pel= pakaian baru)
Adik membelikan kucingnya makanan kucing. (S= Adik, P= membelikan, O= kucingnya, Pel=
makanan kucing)

7. S-P-Pel-K
Adalah pola yang terdiri atas subjek (S), predikat (P), pelengkap (Pel), dan keterangan (K). Contoh:
Tubuhnya berlumuran keringat karena bekerja keras seharian. (S= tubuhnya, P= berlumuran, Pel=
keringat, K= karena bekerja keras seharian)
Anak-anak bermain bola di tanah lapang. (S= anak-anak, P= bermain, Pel= bola, K= di tanah lapang)

8. S-P-O-Pel-K
Merupakan pola kalimat yang paling kompleks dan lengkap karena semua unsur kalimat terkandung
di dalamnya. Contoh:

Ibu membelikan adik sepatu baru pada hari Minggu kemarin. (S= Ibu, P= membelikan, O= adik, Pel=
sepatu baru, K= pada hari Minggu kemarin)
Adik membelikan kucingnya makanan kucing dengan uang sakunya sendiri. (S= adik, P=
membelikan, O= kucingnya, Pel= makanan kucing, K= dengan uang sakunya sendiri)

Anda mungkin juga menyukai