Anda di halaman 1dari 7

PROSES PEMILIHAN KALIMAT,KATA DAN PARAGRAF DENGAN TEPAT

EMIL SA’ADATUL DAROINI (2393044019)

WINADYA AYU SOFYANI (2393044130)

RIFKI AZHARI (2393044120)

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI

ABSTRAK: Dalam penulisan, pemilihan kalimat, kata, dan paragraf memegang peranan penting
untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan efektif. 1. Kata bersinonim adalah kata yang
bersinonim juga dapat berarti kata yang bermakna sejenis, bermakna sepadan, bermakna sejajar,
bermakna serumpun. 2.kata berantonim adalah kata-kata berantonim menunjuk pada kata-kata
yang memiliki makna yang tidak sama. 3.kata berasa adalah Bahasa pun sesungguhnya memiliki
citarasa. Citarasa bahasa yang demikian itu akan banyak ditentukan oleh tingkat keahlian dan
pengalaman dari si penutur atau si penulisnya dalam aktivitas berbahasa. 4.kata konkert adalah
kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan,
diraba, atau dicium. 5. Kata abstrak adalah kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk
kepada sifat konsep atau sifat gagasan. 6.kata umum adalah Kata umum, lazimnya dipahami
sebagai kata yang memiliki lingkup makna yang jauh lebih luas dibandingkan dengan kata
khusus. 7. Kata umum adalah kata yang menggambarkan sesuatu dengan bentuk kebahasaan
yang masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi kata-kata yang sifatnya khusus. 8. kata yang
lugas itu berarti kata-kata yang bersifat tembak langsung (to the point), tegas, lurus, apa adanya,
dan merupakan kata-kata yang cenderung bersahaja. Kalimat,1. kalimat efektif adalah Kalimat
efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran.
2.kalimat baku adalah kalimat yang susunannya sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang
berlaku. Paragraf, 1. Paragraf deskriptif, Paragraf jenis ini disebut juga paragraf lukisan, yakni
melukiskan atau menggambarkan upa saja yang dilihat di depan nuata penulisnya. 2. Paragraf
Ekspositoris Paragraf ini disebut juga paragrad paparan. Tujuannya adalah untuk menampilkan
atau memaparkan suatu objek tertentu yang hendak dituliskan. 3 Paragraf Argumentatif, Paragraf
ini sering disebut juga paragraf persuasif. Tujuannya adalah untuk membujuk dan meyakinkan
pembaca tentang arti penting dari objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf itu. 4. Paragraf
Naratif, Paragraf naratif berkaitan sangat erat dengan penceritaan atau pendongengan dari
sesuatu.

KATA KUNCI:paragraf,kalimat,kata
PENDAHULUAN

Diksi atau pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata-kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, diksi diartikan sebagai
pemilihan kata yang tepat sesuai dengan struktur kalimat.kalimat merupakan hal yang sangat
penting dalam karang-mengarang atau tulis-menulis. Ide atau gagasan penulis dalam sebuah
tulisan atau karangan harus diungkapkan secara lengkap lewat kalimat-kalimat dalam sebuah
karangan atau tulisan itu.

Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki pengertian lengkap dan dibangun oleh
konstruksi fungsional dan tidak bergantung pada konstruksi gramatikal yang lebih besar

Paragraf adalah kumpulan dari kalimat kalimat yang berisi tentang satu ide pokok atau
gagasan utama, paragraf sebagai kumpulan kalimat atau group of sentences atau satu kalimat
yang membentuk sebuah unit. Panjang dan tampilan sebuah bagian dari karya tulis ilmiah
bukanlah kriteria dari sebuah paragraf. Sebagai contoh singkat, sebuah paragraf dalam gaya
penulisan jurnalistik bisa terdiri atas satu kalimat yang cukup panjang (dari titik ke titik). Oleh
sebab itu, pengertian paragraf yaitu suatu kalimat atau grup kalimat atau kelompok kalimat atau
gabungan kalimat yang menggagas satu ide pokok.

PEMBAHASAN

A. Kata
1. Kata bersinonim
Bentuk yang kata sinonim itu sebenarnya dapat menunjuk pada kata-kata yang
mungkin sekali berbeda bentuknya, berbeda ejaannya, berbeda pengucapannya,
berbeda bentuk ortografisnya, tetapi memiliki makna yang sejajar, memiliki makna
yang sepadan, atau memiliki makna yang serupa. Maka, kata yang bersinonim juga
dapat berarti kata yang bermakna sejenis, bermakna sepadan, bermakna sejajar,
bermakna serumpun. akan dikatakan bersinonim apabila memiliki makna yang
sepadan, sejajar, sejenis, jadi makna itu tidak harus selalu persis sama. Berkenaan
dengan ini, kita ambil saja contoh, kata 'melihat = menatap'.
2. Kata berantonim
Kata-kata berantonim menunjuk pada kata-kata yang memiliki makna yang tidak
sama. Para penyunting naskah, penyunting bahasa, demikian pula para peneliti dan
para penulis, harus benar-benar memahami kata-kata yang berantonim atau
berlawanan maknanya, agar mampu menulis, mengarang, dan menangani naskah
dengan benar-benar baik. Adapun Contoh dari antonim atau lawan kata yaitu seperti
tinggi >< pendek, kaya >< miskin, gelap >< terang.
3. Kata berasa
Bahasa pun sesungguhnya memiliki citarasa. Citarasa bahasa yang demikian itu
akan banyak ditentukan oleh tingkat keahlian dan pengalaman dari si penutur atau si
penulisnya dalam aktivitas berbahasa. Setiap bentuk kebahasaan yang ditunjukkan
semuanya akan mengemban “nilai rasa”, dan seorang penulis yang baik harus benar-
benar paham dengan nilai-nilai rasa yang tidak sama demikian ini. Adapun
contohnya. mendapat rasa (yang dialami oleh badan) contoh: 'seluruh badannya
berasa sakit', mempunyai rasa (pahit, manis, dan sebagainya) contoh: 'gulai itu berasa
masin, cukup banyak garamnya'
4. Kata konkert
Dalam beberapa literatur kebahasaan telah dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat
dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Dengan perkataan lain, kata konkret
itu sesungguhnya adalah kata yang dapat diindra dengan alat-alat indra manusia. Kata
konkrit juga harus dipahami oleh para penulis, para peneliti, dan para penyunting
bahasa. Itu adalah ihwal kata-kata konkrit. Adapun contohnya, Dengan perkataan
lain, kata konkret itu sesungguhnya adalah kata yang dapat diindra dengan alat-alat
indra manusia. Bentuk- bentuk kebahasaan seperti 'komputer', 'printer', 'pemindai',
'buku', 'kamus', adalah contoh-contoh dari benda-benda yang sifatnya konkret
5. kata abstrak
kata-kata abstrak ialah kata-kata yang menunjuk kepada sifat konsep atau sifat
gagasan. Kalau kata-kata konkret itu banyak digunakan untuk membuat semacam
deskripsi atau penggambaran dalam karang-mengarang, kata-kata abstrak sering
dipakai untuk mengungkapkan gagasan atau ide-ide yang cenderung lebih kompleks
dan rumit.. Kata-kata abstrak lazimnya juga cenderung lebih sukar untuk dipahami
maksudnya atau maknanya. Adapun contoh dari kata abstrak itu adalah kata
'pendidikan' atau kata 'pembodohan'. Tentu saja, orang tidak akan dapat menggunakan
indra untuk bisa menyentuh entitas 'pendidikan' atau 'pembodohan' atau 'kemiskinan'
atau 'kekayaan'. Lazimnya, kata-kata yang bersifat abstrak itu wujudnya adalah kata-
kata yang berimbuhan atau berafiks.
6. Kata umum
Kata umum, lazimnya dipahami sebagai kata yang memiliki lingkup makna yang
jauh lebih luas dibandingkan dengan kata khusus. Semakin umum sebuah kata, maka
akan semakin tidak akuratlah kata itu jika digunakan untuk menggambarkan sebuah
konsep. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kata umum sesungguhnya masih
harus dijabarkan lebih lanjut agar menjadi kata-kata yang sifatnya lebih khusus agar
dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah konsep. Adapun juga contoh kata
umum 'melihat' yang jelas sekali masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi kata
'menonton', 'melirik', 'memandang', 'mengamati', dan seterusnya. Demikian pula kata
'jatuh' yang juga masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi tersungkur, terpeleset
7. kata khusus
Kata-kata khusus itu sesungguhnya adalah kata-kata yang merupakan jabaran dari
kata-kata umum. Dengan perkataan lain pula, sesungguhnya kata-kata khusus itu
merupakan jabaran atau perincian dari kata-kata yang sifatnya umum itu. Kata
'bunga', misalnya saja, masih dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi nama-nama bunga
yang lebih spesifik, yang jumlahnya mungkin ribuan itu. Nah, nama-nama bunga
itulah yang disebut sebagai nama-nama khusus.
8. kata lugas
Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, lazimnya kata-kata yang sifatnya
lugas itu menunjuk pada kata yang bersifat langsung dalam menggambarkan konsep
kebahasaan. Kata-kata yang lugas itu berarti kata-kata yang bersifat tembak langsung
(to the point), tegas, lurus, apa adanya, dan merupakan kata-kata yang cenderung
bersahaja. Kata-kata yang lugas juga merupakan kata-kata yang ringkas, tidak
merupakan frasa panjang, dan tidak mendayu-dayu sifatnya dalam menggambarkan
sebuah konsep. Adapun contohnya, Kita ambil saja contoh kata 'relokasi' yang
mungkin sekali banyak dianggap sebagai kata yang tidak lugas karena fakta lugasnya
adalah 'penggusuran'. Pertanyaannya, apakah selalu kata 'penggusuran' yang
berdimensi lugas itu digunakan dalam setiap kesempatan? Tentu saja tidak!.
B. KALIMAT
1. kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali
gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam
pikiran dan benak pembicara atau penulisnya. Jadi dengan kalimat efektif, ide atau
gagasan penulis atau pembicara itu akan dapat diterima secara utuh. Adapun contoh
kalimat efektif: Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia, Demi anak-
anaknya, Bu Ika ikhlas bekerja siang dan malam.

2. kalimat baku
Kalimat baku hakikatnya adalah kalimat yang benar. Kalimat yang benar adalah
kalimat yang susunannya sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Kalimat
yang benar sedikit dibedakan dengan kalimat yang baik karena keduanya tidak sama
dalam hal kaidah penentunya. Kaidah penentu untuk kalimat yang benar adalah kaidah-
kaidah kebahasaan, sedangkan kaidah penentu untuk kalimat yang baik adalah kaidah-
kaidah kemasyarakatan yang berlaku. Saya menyantap roti lapis untuk makan siang”
adalah contoh kalimat baku. Kalimat baku terdiri dari subjek, kata kerja, dan objek dalam
urutan tata bahasa yang benar.

C. PARAGRAF
1. Paragraf Deskriptif
Paragraf jenis ini disebut juga paragraf lukisan, yakni melukiskan atau
menggambarkan upa saja yang dilihat di depan nuata penulisnya. Jadi, paragraf
deskriptif ini bersifat loyal terhadap tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan
itu. Penyajiannya dapat berurutan dari atas ke hawah atau sebaliknya, dari depan ke
belakang atau sebaliknya, dari pagi ke petang atau sebaliknya, dan sang ke malam
atau sebaliknya. Jadi, pelukisan untuk paragraf deskriptif ini berkaitan dengan segala
sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera. Contoh pragraf deskriptif,
“Dengan begitu, rumusan masalah penelitian kompetensi korespondensi bahasa
Inggris bagi para mahasiswa perguruan tinggi jalur profesional ini dapat dirumuskan
sebagai berikut. (1) Tipe-tipe kesalahan kebahasaan dalam bahasa Inggris apa sajakah
yang terbukti berpengaruh besar terhadap kompetensi korespondensi bahasa Inggris
bisnis, korespondensi bahasa Inggris sosial, dan korespondensi bahasa Inggris
legal/hukum mahasiswa pada perguruan tinggi jalur profesional? (2) Kendala-kendala
di luar kebahasaan apa sajakah yang terbukti berpengaruh besar terhadap pencapaian
kompetensi korespondensi bahasa Inggris bisnis, korespondensi bahasa Inggris sosial,
dan korespondensi bahasa Inggris legal/hukum mahasiswa pada perguruan tinggi
jalur profesional? (3) Bagaimanakah tipe- tipe kesalahan kebahasaan dan kendala-
kendala luar kebahasaan yang ditemukan lewat penelitian kompetensi itu harus
disikapi dan harus diatasi?”.
2. Paragraf Ekspositoris
Paragraf ini disebut juga paragraf paparan. Tujuannya adalah untuk menampilkan
atau memaparkan suatu objek tertentu yang hendak dituliskan. Penyajiannya tertuju
pada satu unsur dari objek itu saja. Contoh paragraf ekspositoris, “Komunikasi dalam
sebuah organisasi mutlak harus dilakukan dengan peranti korespondensi karena tidak
selalu komunikasi biasa yang tidak memerantikan korespondensi dapat langsung
dilakukan. Selain disebabkan oleh kendala yang disampaikan di atas, komunikasi
dalam organisasi melalui peranti-peranti korespondensi juga harus dilakukan karena
cara ini jauh lebih efektif, lebih efisien, lebih praktis, dan lebih ekonomis. Beberapa
alasan mendasar lain yang juga menjadikan korespondensi dalam organisasi sangat
penting untuk dilakukan dan harus terus dikembangkan adalah karena korespondensi
memiliki peran serta fungsi sebagai alat bukti tertulis, sebagai aparatus bukti historis,
sebagai aparatus representasi organisasi, dan sebagai pedoman kerja organisasi (bdk.
Rahardi, 2004; Sotyaningrum, 2008). Demikian pentingnya peran dan fungsi serta
keberadaan korespondensi dalam organisasi, maka wujud komunikasi organisasi ini
mustahil dapat digantikan dengan peranti-peranti komunikasi lain.”
3. Paragraf persuasif
paragraf ini sering disebut juga paragraf persuasif. Tujuannya adalah untuk membujuk
dan meyakinkan pembaca tentang arti penting dari objek tertentu yang dijelaskan dalam
paragraf itu. Untuk kepentingan propaganda, demonstrasi, promosi, negosiasi, dan lain
sebagainya, paragraf argumentatif ini banyak digunakan. Misalnya, anjuran memakai
jamu tertentu, alat tertentu, pesawat tertentu, dan lain sebagainya. Contoh paragraf
persuasif, “Penggunaan pupuk kimia memang dapat mempercepat pertumbuhan
tanaman. Penggunaan pupuk kimia juga dapat memberikan keuntungan yang melimpah
bagi petani dari hasil panen. Tapi, dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk kimia
sangat berbahaya karena dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan.
Selain itu penggunaan pupuk kimia dapat membuat buah yang dihasilkan terkontaminasi
dengan pupuk kimia ini sehingga kualitasnya berkurang. Oleh sebab itu, beralihlah ke
pupuk kompos yang murah dan terjangkau juga aman bagi hasil panen.”
4. Paragraf Naratif
Paragraf naratif berkaitan sangat erat dengan penceritaan atau pendongengan dari
sesuatu. Paragraf naratif banyak ditemukan di dalam centa-cerita pendek, novel,
hikayat, dan lain-lain. Tujuannya yang lebih utama adalah untuk menghibur para
pembaca, kadangkala bahkan untuk membawa para pembaca berpetualang bersama,
membawa mereka terbang ke awang-awang, karena demikian terpesona dengan apa
yang dinarasikan itu. Contoh Paragraf narativ, “Dalam runutan diakronisnya, terbukti
bahwa hingga kini belum pernah ada ilmuwan yang dapat memastikan kapan
sesungguhnya korespondensi itu muncul pertama kali. Oleh karena itu,
berkembanglah beberapa spekulasi historis ihwal korespondensi seperti yang
diuraikan berikut ini. Pertama, korespondensi diasumsikan muncul bersamaan dengan
momentum penemuan huruf-huruf. Penemuan huruf-huruf kemudian menjadi titik
awal dan sebagai dasar pijakan bagi berkembangnya budaya tulis dalam komunikasi,
termasuk di dalamnya ihwal korespondensi. Kedua, aktivitas korespondensi itu konon
juga baru dikatakan berkembang setelah penemuan peranti mesin ketik di Cina.
Penemuan ini pada gilirannya mendorong pesatnya perkembangan sejumlah bahasa di
belahan Eropa dan di Cina sendiri melalui wahana media cetak. Jadi, bahasa-bahasa
di Eropa pada saat itu kemudian mencuat dengan hebat ke permukaan bumi, dan
kemudian bahasa-bahasa itu saling memberikan pengaruh lewat penyerapan kata atau
pola-pola gramatika bahasa yang ada. Bahasa Inggris, secara diakronis maupun
sinkronis, merupakan salah satu bahasa di belahan Eropa yang kemudian melaju
menjadi bahasa dunia karena media cetak yang berkembang itu ternyata mampu
menyerap begitu banyak hal dari bahasa-bahasa lain. Bahkan dikatakan bahwa
hampir 80% kosa kata asli dalam bahasa Inggris ini pada akhirnya punah dan
kemudian harus digantikan dengan kata-kata serapan dari bahasa-bahasa lain
terutama bahasa Perancis, bahasa Jerman, dan bahasa Latin. Jadi, ledakan industri
media cetak pada saat itu benar-benar memberikan energi yang sangat besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan korespondensi hingga saat ini.”

KESIMPULAN

Diksi atau pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata-kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat. Beberapa pembagian kata: kata berantonim,kata
bersinonim,kata berasa,kata konkert,kata abstrak,kata umum,kata khusus,kata lugas.
Kalimat adalah kumpulan kata yang memiliki pengertian lengkap dan dibangun oleh konstruksi
fungsional dan tidak bergantung pada konstruksi gramatikal yang lebih besar. Pembagian
kalimat: kalimat efektif,kalimat baku.

Paragraf adalah kumpulan dari kalimat kalimat yang berisi tentang satu ide pokok atau gagasan
utama. Beberapa pembagian paragraf:paragraf deskriptif,paragraf ekspositorif,paragraf
argumentatif,paragraf naratif.

DAFTAR PUSTAKA

Kunjana Rahardi, M.Hum, Penyuntingan Bahasa Indonesia, Penerbit Erlangga, 2009

Anda mungkin juga menyukai