Anda di halaman 1dari 10

NAMA : Annisa Anike Putri

NIM : 17031006

PRODI : Pendidikan Biologi B

DIKSI DAN KOSAKATA BAKU

A. Diksi

1. Pengertian Diksi
(1) Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk
dipakai dalam suatu tuturan bahasa. (2) diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya
memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. (4) Diksi
atau pilihan kata adalah upaya pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu makna yang
tepat.
2. Persyaratan dan Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin
memilih kata-kata untuk mencapai magsud tertentu. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah
paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketepatan
pilihan katanya itu.
1.             Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2.             Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3.             Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4.             Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5.             Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut.
6.             Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Pasangan yang tepat Pasangan yang tidak tepat


antara.....dengan..... antara....dan....
tidak.....melainkan..... tidak.....tetapi....
baik.....ataupun..... baik....maupun.....
bukan.....tetapi..... bukan....melainkan....
1.1 Contoh pasangan kata yang tepat.

7.             Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis : ingat akan
bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan;
berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu; takut
akan, menakuti sesuatu (lokatif).
8.             Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum
dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau perinciannya. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
9.             Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10.         Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

3. Fungsi Diksi
a.       Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b.      Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c.       Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d.      Mencegah perbedaan penafsiran.
e.       Mencagah salah pemahaman.
f.       Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

4. Makna kata

a.       Makna Denotatif


Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut dengan makna
denotatif. Contoh :
Ø  Tangan kanan ikhsan terkilir.
Ø  Rudi menjual kambing hitam miliknya.
Ø  Ia naik tangga untuk memperbaiki genteng rumah yang bocor.

b.         Makna Konotatif


Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-
nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan
perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang dan sebagainya pada pihak
pendengar,; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga
memendam perasaan yang sama.

Contoh:
Ø  Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
Ø  Ia tak pantang menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan, hambatan)
Ø  Mempunyai harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)
Ø  Kenaikan harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
Ø  Para TNI turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif Makna Konotatif
Makna yang sesuai dengan makna asli. Maknanya kiasan.
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi sering kali membingungkan para
pembaca. pembaca dalam menemukan makna.
seringkali dijumpai dalam penulisan sangat sering dijumpai dalam karya
karya ilmiah. sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
1.2  Table Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif

5. Kata Umum dan Kata Khusus


a.         Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum dan luas.
Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara spesifik merujuk
atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian
yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata umum kurang memberi daya imajinasi
kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/ pembaca masih samar.
b.         Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik dan
sempit dan yang merujuk kepada pengertian kongkret dan tertentu. Bidang, ruang lingkup,
dan obyek yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan dia secara spesifik merujuk atau
merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya
meliputi aspek tertentu saja.Jenis kata khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.
Sebagai akibatnya, kata khusus memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra
dalam pikiran audiens/ pembaca tidak samar.
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat relatif. Maksudnya, suatu kata
tertentu bisa merupakan kata khusus dari kata lain yang lebih umum; dan kata yang lebih
umum itu bisa menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi. Relativitas kata umum dan kata
khusus ini menciptakan gradasi kata.
Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat Khusus
Tumbuh-tumbuhan Pohon Pohon asam Pohon asam dibelakang
rumah
Penjahat Pencuri Pencopet Orang yang mencopet
dompet saya
Kendaraan Mobil Sedan Mobil sedan milik Pak Ali

Olahragawan Pemain bola Gelandang Ali


Binatang Anjing Herder Nero
Table 1.3 Contoh Kata Umum dan Kata Khusus

6. Gaya Bahasa
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis
indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
mempergunakan kata-kata secara indah.

7.       Gaya Bahasa Berrdasarkan Pilihan Kata


Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata
dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (baahasa baku) dapatlah dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

a.       Gaya Bahasa Resmi


Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan
dalm kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat kepresidenan, berita negara,
khotbah-khotbah mimbar, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius, atau esei
yang membuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.

b.      Gaya Bahasa Tak Resmi


Gaya bahasa tak resmi juga gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel
mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya.
Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum
terpelajar.
Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka
variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati
gaya resmi) hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa
percakapan kaum terpelajar.

c.       Gaya Bahasa Percakapan


Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya
bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya
masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan,
tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya
bahasa tak resmi.
B. Kosakata baku

1. Pengertian
a. Bahasa Baku
Bahasa baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar dapat berupa pedoman ejaan yang
disempurnakan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum.
Sebaliknya, bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang cara Penggunaan ragam
bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Raga bahasa
baku biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara seminar, pidato, temu karya
ilmiah, dan lain-lain. Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya digunakan dalam
komunikasi sehari-hari  yang tidak bersifat resmi

b. Pengeritan Bahasa Tidak Baku


Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa
baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada
situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam
bahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan
sehari-hari terutama dalam percakapan.

2. Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku

a. Ciri Bahasa Baku.


 tidak terpengaruh bahasa daerah.
 tidak dipengaruhi bahasa asing.
 bukan merupakan ragam bahasa percakapan sehari-hari.
 pemakaian imbuhannya secara eksplisit.
 pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat.
 tidak terkontaminasi dan tidak rancu.

b. Ciri Bahasa Tidak Baku


 walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.
 dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
 dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
 digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

3. Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku dengan Baik dan Benar

Bahasa Indonesia baku dan nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi
pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait.
Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam.
Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku
adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa
Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau
gramatikal bahasa baku.

Sebaliknya, pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian


bahasa yang tidak mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah
gramatikal nonbaku. Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian
bahasa Indonesia yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku.
Pemakaian bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak
mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.

Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun
nonbaku saling mendukung dan saling berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa
Indonesia yang baik, tetapi tidak benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar
tetapi tidak baik. Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik
harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.

4. Contoh Bahasa Indonesia Baku dan Tidak Baku


Berikut ini adalah daftar kata-kata baku bahasa Indonesia yang disusun secara
alfabetis.
No Kata Baku Kata Non Baku
1. Aktif aktip, aktive
2. Alquran Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
3. Apotek Apotik
4. Azan Adzan
5. Cabai cabe, cabay
6. Daftar Daptar
7. Doa do’a
8. efektif efektip, efektive, epektip, epektif
9. Elite Elit
10. e-mail email, imel
11. Februari Pebruari, February
12. Foto Photo
13. fotokopi foto copy, photo copy, photo kopi
14. Hakikat Hakekat
15. Ijazah ijasah, izajah
16. Izin Ijin
17. Jadwal Jadual
18. Jumat Jum’at
19. Karena Karna
20. Karismatik Kharismatik
21. Kreatif kreatip, creative
22. Lembap Lembab

5.          Contoh kalimat baku dan tidak baku


a. Kalimat Tidak Baku
o .Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
o Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
o Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
o Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
o Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.

6.    Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa


Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat disebabkan oleh
menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah bahasa. Dalam pengajaran
bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake).
Contoh 1:  Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

    Dalam Bahasa Inggris

Salah                                                               Benar

1.      I like do it.                                               I like to do it
2.      Jim doesn’t likes it.                                Jim doesn’t like it.
3.      I not craying.                                                        I am not craying.

    Adapun kesalahan pada contoh satu (1) adalah tidak adanya kata pemisah diantara dua
kata kerja, yaitu like dan do yang seharusnya dipisahkan oleh kata to. Pada contoh dua (2)
kesalahan terjadi karena kesalahan grammar atau tata bahasanya, yaitu apabila sebuah
kalimat itu negatif (ditandai oleh kata doesn’t), maka kata kerja setelahnya (like) tidak boleh
ditambahkan oleh akhiran s atau es dan pada contoh tiga (tiga) kesalahan yang terjadi adalah
tidak terteranya to be (am)atau kata bantu pada kalimat berpola present continous tense.

    Dalam Bahasa Indonesia

Salah                                                               Benar

1.      Saya suka nonton bola.                                Saya suka menonton bola.


2.      Presiden resmikan pabrik baru.                    Presiden meresmikan pabrik baru.
3.      Bapak ada rumah.                                        Bapak ada di rumah.

    Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan,
kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat
hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

               
Contoh 2: Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)

   adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang


mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses
internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa
merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen
secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut
juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa
pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2).
Contoh:

Salah                                                                     Benar

1.      Dia datang Bandung dari.                              1. Dia datang dari Bandung.

2.      Makanan itu telah dimakan oleh saya.         2. Makanan itu telah saya makan.
3.      Tak apalah, it doesn’t matter.                                    3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4.      Te‛nang, bu.                                                 4. Tenang, bu.

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar
Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam
bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi
karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya
adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa
Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada
struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya
penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “
It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia
dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak.
Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

Anda mungkin juga menyukai