Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA RETORIKA
Makalah ini disusun dalam rangka untuk Memenuhi
salah satu Tugas Mandiri pada Mata Kuliah Retorika

Oleh
RIZA ZURITA NAFA
NPM. 11210285

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI S.I PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM MAARIF NU (IAIM NU)


METRO LAMPUNG
TAHUN 2016

BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retorika
Retorika adalah suatu istilah yang secara tradisional
diberikan pada suatu teknik

pemakaian bahasa sebagai seni,

yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun dengan


baik. Jadi ada dua aspek yang perlu diketahui seseorang dalam
retorika, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan
bahasa dengan baik, kedua pengetahuan mengenai obyek
tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tadi.
Oleh karena itu, retorika harus dipelajari oleh mereka yang
ingin menggunakan bahasa dengan cara yang sebaik-baiknya
untuk tujuan tertentu tadi. Timbullah pusat-pusat pendidikan
yang

berusaha

disamping

usaha

mengembangkan
untuk

prinsip-prinsip

mengajarkan

dan

retorika,

mempraktekkan

prinsip-prinsip tadi.
Studi mengenai retorika inilah yang akhirnya memengaruhi
perkembangan eropa dari zaman kuno hingga abad XVII Masehi.
Sesedag abad XVII, retorika tidak dianggap pentinga lagi. Pada
abad XX, retorika kembali mengambil tempa diantara bidangbidang lainnya, sebagai suatu cara untuk menyajikan berbagai
macam bidang pengetahuan dalam bahasa yang baik dan efektif.
Seama

25 abad perkembangan retorika, yaitu

sejak

diperkenalkan pada abad 5 sebelum Masehi sampai sekarang,


pengertian retorika itu juga mengalami perkembangan. Retorika,
dalam pengertian dewasa ini boleh dikatakan mencakup semua
pengertian yang telah ada, yaitu:
a) prinsip-prinsip mengenai komposisi pidato yang persuasif dan
efektif

maupun keterampilan yang harus dimiliki seorang

orator (ahli pidato);


1

b) Prinsip-prinsip mengenai prosa pada umumnya baik yang


dimaksudkan untuk penyajian lisan maupun tertulis, bersifat
fiktif atau yang bersifat ilmiah;
c) Kumpulan ajaran teoritis mengenai seni komposisi verbal baik
prosa maupun puisi serta upaya yang digunakan dalam kedua
jenis komposisi verbal;
Retorika berusaha mempengaruhi sehingga menggunakan
unsur-unsur dalam kaidah keefektifan dan keindahan gaya
bahasa, misalnya ketepatan pengungkapan, keefektifan struktur
kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang serasi, penampilan
yang sesuai situasi dan sebagainya.
Melihat perkembangan dan pergeseran tekanan dan makna
retorika, maka dapat dikatakan retorika adalah suatu teknik
pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang
didasarkan pada pengetahuan yang tersusun secara baik.
Retorika mempunyai tujuan menjelaskan kaidah yang menjadi
landasan dari tulisan prosa atau wacana lisan yang berbentuk
pidato atau ceramah, untuk memengaruhi sikap dan perasaan
orang.
B. Diksi
1. Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan (Zaidan,
Abdul Rozak et al, 2000:58). Sedikit sama dengan pengertian sebelumnya,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) memandang diksi
sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan hingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan) (2003:264). Kedua pengertian tersebut membimbing kita dalam
memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemilihan kata, yakni: (1) kata yang dipilih harus

tepat. Hal ini dapat diartikan bahwa kata yang dipilih harus dapat
mengungkapkan gagasan yang akan disampaikan; (2) kata yang dipilih lazim
digunakan. Kelaziman penggunaan kata dalam suatu komunitas dan keadaan
akan menghindarkan kata itu dari karancuan makna; (3) secara fisik, kata itu
benar. Poin ini lebih menyorot kepada pembentukan kata itu sendiri. Apakah
kata itu sudah sesuai dengan EYD, khususnya pada penggunaan unsur
serapan. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam
lisan maupun tulisan. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk
menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus. Kamus dapat
memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam
hal ini, ketepatan makna yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan
cepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping
itu, pemilihan kata harus sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan katakata tersebut. Diksi juga berkaitan dengan makna denotatif dan makna
konotatif. Makna denotatif adalah makna kata sebenarnya yang bersifat
langsung dan lugas, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang tidak
sebenarnya yang bersifat tidak langsung, implisit, ambigu, dan menyiratkan
nilai rasa.
Misalnya : Kata kursi, makna denotasinya tempat duduk, makna
konotasinya jabatan. Tempat basah, makna denotasinya pengairan, sungai,
atau laut, makna konotasinya jabatan yang relatif mudah mendatangkan uang.
Selain penggunaan makna denotasi dan konotasi, pilihan kata juga
perlu menggunakan kata-kata tertentu yang maknanya umum dan kata-kata
tertentu yang maknanya khusus. Kata umum adalah kata yang banyak
diterapkan untuk berbagai hal yang maknanya mencakupi keseluruhan hal
yang bersangkutan. Sedangkan kata khusus adalah kata yang diterapkan untuk
hal tertentu yang maknanya mengacu hanya pada hal yang bersangkutan.
Selain itu, diksi juga menyangkut pilihan kata yang maknanya sinonim,
homonim, ungkapan, dan idiom. Sinonim adalah dua kata atau lebih yang
tulisan dan ucapanya berbeda, tetapi maknanya sama. Homonim adalah dua

kata atau lebih yang tulisan dan ucapannya sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:

Dalam hierarki jabatan struktural di universitas kedudukan ketua jurusan

berada di bawah dekan


penonton dibuat tegang ketika dalam kedudukan 14-13.
Ungkapan adalah kata bentukan baru atau gabungan kata yang

mempunyai makna baru. Contoh:

Pejabat yang terlibat kasus korupsi itu, kini telah dirumahkan.


Idiom adalah gabungan kata yang mempunyai makna baru dan

maknanya tidak dapat ditelusuri dari makna kata asalnya. Contoh:

Taiwan kini sedang menghadapi bahaya serangan negeri tirai bambu.

2. Syarat-Syarat Pemilihan Kata


a. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif
adalah suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif.
Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan
misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan
ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna
konotatif dapat berarti untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata
kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar
kecil berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang
lupa apakah suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.
b. Makna Umum dan Khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau
tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna,
baronang, nila, ikan koki dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong

jenis ikan demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti
merupakan jenis ikan. Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata
umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut
kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
c. Kata abstrak dan kata konkret.
Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata
konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika
acuan sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk
mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara
halus gagasan yang sifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak
terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan. Karangan
tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
d. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah
mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat
dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak
persis sama benar.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna
denotatif dan makna konotatif suatu kata.
e. Kata Ilmiah dan kata popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa
digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah,
pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah
bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada
tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada penulisan
artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.

Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata


populer, berikut daftarnya:
Kata Ilmiah
Analogi
Final
Diskriminasi
Prediksi
Kontradiksi
Format
Anarki
Biodata
Bibliografi

Kata populer
Kiasan
Akhir
perbedaan perlakuan
Ramalan
Pertentangan
Ukuran
Kekacauan
biografi singkat
daftar pustaka

3. Diksi dalam retorika


Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua
persoalan

pokok,

yaitu

pertama,

ketepatan

memilih

kata

untuk

mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan
kedua, kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.
Persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah
makna kata dan kosa kata seseorang. Ketepatan makna kata menuntut pula
kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hbungan
antara bentuk bahasa(kata) dengan referensinya
Kosa kata berbeda dengan diksi. Jika kosa kata merupakan kekayaan
perbendaharaan kata yang ada dalam sistem kognitisi seseorang, maka diksi
merupakan kemampuan orang mendayagunakan kosakatanya dalam kegiatan
berkomunikasi. Diksi sangat dipengaruhi oleh kekayaan kosa kata seseorang.
Menurut Keraf (1984: 3) persoalan diksi atau pilihan kata jauh lebih luas
dibandingkan dengan persoalan menjalin atau merangkai kata-kata itu dalam
bertutur, lisan maupun tulis. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan
kesanggupan sebuah kata yang dipilihnya untuk menimbulkan gagasangagasan yagn tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang
dipikirkan oleh penulis atau pembicara.
Untuk mendayagunakan ketepatan diksi, dituntuk kesadaran penulis
atau pembicara mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa dengan
6

referensinya. Diksi hendaknya memenuhi dua syarat: pertama, kebakuan,


yaitu: (a) kebakuan penulisan, alat ukurnya adalah EYD, atau ketepatan
pengucapan, (b) kebakuan bentuk kata, alat ukurnya adalah Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) dan, (c) kebakuan gramatikal, alat ukurnya Buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (BTBBBI). Kedua, ketepatan yaitu
berkaitan dengan aspek makna, baik makna leksikal maupun makna
gramatikal. Untuk ketepatan makna leksikal alat ukurnya KBBI, sedangkan
ketepatan makna gramatikal pada tingkat frasa, klausa dan kalimat diukur
dengan BTBBBI.
C. Gaya Bahasa
1. Pengertian Gaya Bahasa
Keraf (2006, 112-113) mengatakan: Gaya atau khususnya gaya bahasa
dikenal dalam retorika dengan istilah style diturunkan dari kata latin
stilus,yaitu semacam alat untuk menulis pada lempeng lilin.keahlian
menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi.pada waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk
menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian
untuk menulis atau menggunakan kata-kata secar indah. Style atau gaya
bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulus (pemakai
bahasa)
Lain halnya dengan tarigan (1985:5) yang mengemukakan gaya bahasa
adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek pembicaraan
dengan jalan memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda
atau hal lain yang lebih umum
Atmazaki (2005:08), mengemukakan gaya bahasa naratif merupakan
bentuk-bentuk

ungkapan

yang

digunakan

oleh

pengarang

untuk

menyampaikan ceritanya.penggunaan gaya bahasa dalam mengungkapanide


atau tema yang diajukan dalam karya sastra dapat beragam dari pengarang
yang satu kepada pengarang yang lain. Hal senada diungkapkan oleh semi

(1984:38-41), gaya penceritaan adalah tingkah laku pengarang dalam


menggunakan bahasa.tingkah laku berbahasa ini merupakan suatu sarana
sastra yang amat penting. Tanpa bahasa, tanpa gaya bahasa, sastra tidak ada.
Gaya bahasa yang digunakan oleh sastrawan, meskipun tidaklah terlalu luar
biasa, adalah unik karena selain dekat dengan watak dan jiwa penyiar, juga
membuat bahasa yang digunakan berbeda dalam makna dan kemesraannya.
Jadi, gaya lebih merupakan pembawaan pribadi.
Gaya bahasa menyangkut kemahiran mengarang mempergunakan
bahasa sebagai medium fiksi. Penggunaan bahasa tulis dengan segala
kelebihan dan kekurangannya harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh
pengarang. Penggunaan bahasa harus relevan dan menunjang permasalahanpermasalahan yang hendak dikemukakan; harus serasi dengan teknik-teknik
yang digunakan; dan harus tepat menggunakan alur, penokohan, latar, tema
dan amanat. Penggunaan gaya bahasa oleh pengarang yang langsung jadi
narrator akan memberi petunjuk suasana, waktu dan tempat ( Muhardi dan
Hasanudin ws, 2006:43-45)
Berdasarkan pendapat para ahli bahasa di atas, disimpulkan bahwa gaya
bahasa ditekankan pada keahlian untuk menulis indah dan unik.gaya bahasa
yang digunakan seseorang bertujuan untuk mengungkapkan pikiran yang
dapat mencerminkan jiwa dan kepribadian pengarang. Gaya bahasa yang baik
dikategorikan pada bahasa yang relevan dan dapat menunjang permasalahan
yang hendak dikemukakan serta bahasa yang dengan tepat merumuskan alur,
penokohan, latar, tema dan amanat.
2. Jenis-jenis Gaya Bahasa
a. Segi Nonbahasa
Gaya bahasa (style) dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Berdasarkan pengarang;
Berdasarkan masa;
Berdasarkan medium;
Berdasarkan subyek;
Berdasarkan tempat;
Berdasarkan hadirin, dan

7) Berdasarkan tujuan.
b. Segi Bahasa
1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata. Meliputi gaya bahasa resmi,
gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan.
2) Gaya bahasa berdasarkan nada. Meliputi : gaya bahasa sederhana, gaya
mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.
3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat. Meliputi : klimaks,
antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi, Repetisi terbagi menjadi :
epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis,
epanalepsis, dan anadiplosis.
4) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Meliputi gaya
bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris meliputi :
aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof,
asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron
proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi,
erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau
epanortosis, hiperbol, paradoks, dan oksimoron. Gaya bahasa kiasan,
meliputi persamaan atau simile, metafora, alegori, parabel, dan fabel,
personifikasi atau prosopopoeia, alusi, eponim, epitet, sinekdoke,
metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, dan sarkasme, satire,
inuendo, antifrasis, serta pun atau paranomasia.
3. Gaya Bahasa dalam Retorika
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah
style. kata style diturunkan dari kata latin stilus yaitu semacam alat
untukmenulis pada lempengan lilin. Maka style lalu berubah menjadi
kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata kata secara
indah .
Gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian diksi atau pilihan
kayta

yang

mempersoalkan

cocok

tidaknya

pemakain

kata.

(a) Aliran Platonik : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan ;


menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style ada juga yang tidak
memiliki style.
9

(b) Aliran Aristoteles : menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas


yang inheren yang ada dalam tiap ungkapan. Bila kita melihat gaya secara
umum kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri
sendiri entah melalui bahasa ,tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara menungkapkan
pikiran melalui bahsa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis (pemakai bahasa).
Sebuah gaya bahsa yang baik harus mengandung tiga unsure berikut :
kejujuran, sopan santun dan menarik.
a. Kejujuran
Kejujuran dalam bahsa berarti : kita mengikuti aturan aturan, kaidah
kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Berbelit belit adalah jalan
untuk mengundang ketidakjujuran.
b. Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan santun adalah memberi penghargaan
atau menghormati orang yang diajak bicara. rasa hormat dalam gaya
bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan atau kesingkatan. kejelasan
dengan demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
1)
2)

kejelasan dalam struktur gramitikal kata dan kalimat ;


kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui

kata kata atau kalimat tadi;


3) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis ;
4) kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan .
5) kesingkatan sering jauh kebih efektif daripada jalinan yang berliku liku.
c. Menarik
Kejujuran ,kejelasan serta kesingkatan harus merupakan langkah
dasar dan langkah awal .Sebuah gaya yang menarik dapat di ukur melalui
beberapa komponen berikut: variasi ,humor yang sehat ,pengertian yang
baik, tenaga hidup (vitalitas) dan penuh daya khayal(imajinasi).
Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur angsur
dikembangkan melalui pendidikan , latihan , dan pengalaman.

10

BAB II
KESIMPULAN
Kreatifitas dalam memilih kata merupakan kunci utama bagi seorang
pengarang maupun untuk penulisan gagasan serta ungkapan. Penguasaan dalam
mengolah kata juga menjadi faktor penting untuk menghasilkan tulisan yang
indah dan enak di baca. sehingga makna dengan tepat pada setiap pilihan kata
yang ingin disampaikan. Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan
kata agar dalam pembacaan dan pengertiannya tepat.
Kata ilmiah adalah kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Pembentukan kata atau istilah

adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang
khas dalam bidang tertentu. Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan
pengertian suatu hal atau konsep istilah tertentu. Kata serapan adalah kata yang di
adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai dengan EYD.

11

DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra: Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muhardi dan Hasanudin WS. 2006 Prosedur
Strukturalisme. Citra Budaya Indonesia

Analisis

Fiksi:

Kajian

Semi. M. Atar. 1984. Anatomi Sastra. Padang: FBSS IKIP Padang.


Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung; Angkasa.
Fachruddin Ambo E.1988. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi
Widjono, Hs. 2005. Bahasa Indonesia. Seri Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zaenal Arifin, Amran Tasai.2000. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akapres.

12

Anda mungkin juga menyukai