Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL

BELAJAR, MENGENAI
MATERI:
“DIKSI DAN GAYA
BAHASA”

NAMA : Gideon River Mokuna

NIM : D10121267
DOSEN : Sri Hastuti,S.Pd, M.Pd

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
DIKSI

A. Pengertian Diksi
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-
hari dapatt membuat seseorang tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan
maksudnya kepada orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam
menggunakan kosakata, dapat mempersulit diterima dan dipahaminy maksud dari
isi pesan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal
demikian, seseorang harus mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata
dalam komunikasi. Salah satu yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata.

Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa


Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh
efek tertentu (seperti yang diharapkan). Maka penguasaan kata seseorang
akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk seperti seseorang dalam
membuat sebuah karangan.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan


kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah
kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga
mampu mengerti. Diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara
tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dengan
pola suatu kalimat1. Penertian diksi menurut para ahli diungkapkan oleh salah
satu ahli bahasa dan sastra terkenal dunia, Gorys Keraf. Menurutnya, diksi dan
gaya bahasa dituliskan dalam beberapa poin yang penting, yakni :

i
a) Pemilihan kata atau diksi mencangkup pengertian kata-kata mana yang
akandipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana
membentukpengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapanyang tepat, dan gaya mana yang paling baik
digunakan dalam situasi.
b) Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuasa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan untukmenemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan
situasi dan nilai rasa yangdimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c) Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
pengasaansejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa
itu. Sedangkan yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau
kosa kata suatu bahasaadalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.

Didalam pengertian diksi menurut para ahli yang diungkapkan oleh Gorys
Keraf diatas, ada salah satu komponen dalam penggunaan diksi yang penting,
yakni kesesuian diksi. Yang dimaksud dengan kesesuian diksi adalah cara penulis
atau pembicara memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
dimana dia berbica, dengan siapa dan pada saat apa dia berbicara. Kesesuian diksi
membuat akan membuat penulis atau pembicara bisa mengungkapkan ide atau
gagasan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan lingkungan tempat
menyampaikannya.

B. Syarat-syarat Ketepatan Pemilihan Kata

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan


yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus

2
berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud
tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk
menimbukan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar,
seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Sebab itu,
persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan
kosa kata seseorang.
Kosa kata yang kaya raya akan memungkinkan penulis atau pembicara
lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili
pikirannya. Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran para penulis atau
pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa atau
kata denga referensinya. Apakah bentuk yang dipilih sudah cukup lengkap untuk
mendukung maksud penulis, atau apakah masih diperlukan penjelasan-penjelasan
tambahan ? demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula
perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna
tiap kata dari waktu ke waktu., karena makna tiap kata dapat mengalami pula
perkembangan, sejalan dengan perkembangan waktu 2.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan
memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.

Adapun syarat-syarat penetapan pemilihan kata yaitu :


1. Membedakan secara cermat makna denotatif dan makna konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.
Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah
suatu pengertian yang terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna
denotatif disebut makna konseptual. Kata makan misalnya, bermakna
memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan
seperti ini adalah makna denotatif.

2 Keraf (2004:87-88)

3
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai
akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti
untung atau pukul.
Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata
kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil
berarti juga jamban (konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah
suatu makna kata adalah makna denotatif atau konotatif.
Contoh :
- Bunga Edelwis hanya tumbuh di tempat yang tinggi ( Denotatif )
- Sinta adalah Bunga desa di kampungnya ( Konotatif )

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.


Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai
makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak,
hanya ada kesamaan atau kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua
kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Contoh :
- Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha ?
- Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu
adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.

3. Membedakan kata-kata yang mirip dengan ejaan


Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip
ejaan, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.
Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya :
Bahwa-Bawah
Interferensi-Inferensi
Karton-Kartun
Preposisi-Proposisi

4
Korporasi-Koperasi
Insentif-Intensif

4. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
- Kata Umum : Melihat
- Kata Khusus : Melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, manatap.
5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan
berhomografi.
- Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
- Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi,
berbeda tulisan, dan berbeda makna.
- Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda
bunyi, dan berbeda makna.

Contoh :
- Sinonim : Hamil (manusia) : Bunting (hewan)
- Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) : Bang (panggilan
kakak laki-laki)
- Homografi : Apel (buah) : Apel (upacara)

6. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.

Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata


konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan
sebuah kata tidak mudah diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak,
seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan

5
gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat
teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-
hamburkan dalam suatu karangan. Karangan tersebut dapat menjadi samar dan
tidak cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata
konkret mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
- Kata abstrak : Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan
sifat terpuji.
- Kata konkret : APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

7. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang


sudah dikenal.
Contoh :
- Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
- Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-
usulnya, kabar angin, desas-desus.

C. Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan
pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak
merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar
terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk
mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas
mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

6
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Diksi
Dalam membuat kalimat ada beberapa factor yang berpengaruh yaitu
penggunaan kata bahasa asing, penggunaan kata bahasa daerah, kebahasaan,
kesejarahan, kesosialan, kejiwaan dan kata baru yang sebaiknya dihindari. Berikut
dijelaskan secara rinci factor-faktor yang mempengaruhi diksi.
a. Pengaruh Bahasa Asing
Dalam perkembangan Bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
bahasa lain, bahasa daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu disatu sisi dapat
memperkaya khasanah Bahasa Indonesia, tetapi disisi lain dapat juga membantu
kaidah tata Bahasa Indonesia sehingga menimbulkan ketidakefektifan kalimat.
Salah satu contoh yang dapat memperkaya khasanah Indonesia adalah
masuknya kata-kata tertentu yang tidak terdapat dalam Bahasa Indonesia. Kata
piker, saleh, dongkrak, kursi dan fakultas misalnya merupakan kata-kata yang
berasal dari bahasa asing yang sekarang tidak terasa sebagai kata-kata yang berasal
dari bahasa asing.3
b. Pengaruh Bahasa Daerah
Banyak kata dari bahasa daerah masuk kedalam Bahasa Indonesia,
memperkaya perbendaharaan kata-katanya. Kata-kata seperti heboh, becus,
lumayan, mendingan, gembleng, cemooh, semarak, seret, awet, dan melempem
semuanya berasal dari bahasa daerah.
Kata-kata bahasa daerah yang susah diserap kedalam Bahasa Indonesia
tampaknya tidak menjadi masalah jika digunakan dalam pemakaian dalam bahasa
sehari-hari. Akan tetapi, bahasa daerah yang belum diterima dalam Bahasa
Indonesia inilah yang perlu dihindari penggunaannya agar tidak menimbulkan
kemacetan dalam komunikasi sehingga informasi yang disampaikan menjadi tidak
efektif.

7
c. Kebahasaan
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat, yakni :
1. Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh
perubahan nada, irama, dan tekanan.

Contoh dalam kalimat;


• Paman teman saya belum nikah
• Paman, teman saya belum nikah
• Paman, teman, saya belum nikah
• Paman, teman, saya, belum nikah

2. Perubahan struktur frasa

kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu kaleng (susu yang
dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis anak), anak dokter (anak
yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi dokter).

3. Perubahan bentuk kata

Peubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh


perubahan bentuk. Contoh: tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke- maka
menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.
4. Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah.
Perhatikan kalimat berikut:
• Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat
meringkus penjahat itu.

Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui


seharusnya mengetahui.

• Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat


meringkus penjahat itu.
• Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah
diketahui sebelumnya.

d. Kesejarahan

8
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk
untuk menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita.
Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali,
dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.

e. Kesosialan

Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna. Contoh;


petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau.

f. Kejiwaan

Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh


pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan contoh
berikut ini:

- Tabu:
Pelacur disebut tunasusila
Germo disebut hidung belang
- Kehalusan:
Bodoh disebut kurang pandai
Malas disebut kurang pandai
- Kesopanan:
Ke kamar mandi disebut kebelakang
Gagal disebut kurang berhasil

g. Kata baru

9
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan
kebutuhannya. Kebutuhan tersebut, memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan
komunikasi. Pethatikan penggunaan kata: jaringan, kinerja,dan justifikasi.

- Jaringan kerja untuk menggantikan network


- Justifikasi untuk menggantikan pembenaran
- Kinerja untuk menggantikan performance

10
GAYA BAHASA

A. PENGERTIAN GAYA BAHASA

Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas baik itu untuk
tulisan maupun pembicaraan. Secara umum, pengertian gaya bahasa adalah
pengaturan kata-kata dan kalimat-kalimat oleh penulis atau pembicara
dalam mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalamannya untuk
meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar.

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam


berbicara maupun menulis untuk mempengaruhi pembaca atau
pendengar. Selain itu, gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan
suasana dimana gaya bahasa dapat menciptakan keadaan perasaan hati
tertentu, misalnya kesan baik atau buruk, senang, tidak enak dan
sebagainya yang diterima pikiran dan perasaan melalui gambaran tempat,
benda-benda, suatu keadaan atau kondisi tertentu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fungsi gaya bahasa adalah sebagai alat untuk
meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau pendengar.

B. PENGGUNAAN GAYA BAHASA

Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian pilihan kata


(diksi). Kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika diekspresikan dengan
gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuknya suasana,
kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita. Gaya resmi,
misalnya, dapat membawa pembaca atau pendengar ke dalam suasana serius dan
penuh perhatian. Suasana tidak resmi mengarahkan pembaca/pendengar ke
dalam situasi rileks tetapi efektif. Gaya percakapan membawa suasana ke dalam
situasi realistis.

11
Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang
menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila
penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka.
Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam
pembicaraan maupun tulisan, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan
yang penuh makna dengan singkat.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca yang
tepat, dapat menimbulkan nada kebahasaan, yaitu sugesti yang terekspresi melalui
rangkaian kata yang disertai penekanan mampu menghasilkan gaya persuasi yang
tinggi.

Gaya bahasa berdasarkan nada yang dihasilkan oleh pilihan kata ini ada tiga
macam, yaitu:

Gaya bahasa bernada rendah (gaya sederhana) menghasilkan ekspresi pesan yang
mudah dipahami oleh berbagai lapisan pembaca, misalnya dalam buku-buku
pelajaran, penyajian fakta, dan pembuktian.

Gaya bahasa bernada menengah, rangkaian kata yang disusun berdasarkan kaidah
sintaksis dengan menimbulkan suasana damai dan kesejukan, misalnya: dalam
seminar, kekeluargaan, dan kesopanan.

Gaya bahasa bernada tinggi mengekspresikan maksud dengan penuh tenaga,


menggunakan pilihan kata yang penuh vitalitas, energi, dan kebenaran universal.
Gaya ini menggunakan kata-kara yang penuh keagungan dan kemuliaan yang
dapat menghanyutkan emosi pembaca atau pendengarnya. Gaya ini sering
digunakan untuk menggerakkan masa dalam jumlah yang sangat banyak.

C.GAYA BAHASA MAJAS

Terkadang kata-kata atau kalimat-kalimat yang ada belum begitu jelas


untuk menyampaikan maksud dan tujuan atau menerangkan sesuatu, oleh karena
itu dipergunakan persamaan, perbandingan serta kata-kata kias lainnya yang
kemudian lebih dikenal dengan majas. Orang sering menganggap bahwa majas
adalah sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas merupakan bagian dari
gaya bahasa.

Dalam KBBI disebutkan bahwa majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan
jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan. Majas dalam tataran
bahasa merupakan tataran sematik karena majas hanyalah suatu kasus khusus dari

12
fungsi implisit (dalam metafora, metonimi, sinekdok, litotes, ironi, dan lain-lain).
Semua jenis makna yang tidak terlihat dalam konteks tertentu dapat membentuk
kehadiran majas. Secara singkat penggunaan majas tertentu dalam gaya bahasa
dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu dengan membandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.

Secara umum, gaya bahasa majas diklasifikasikan menjadi empat jenis, meliputi

Majas penegasan (gaya bahasa perulangan);


Majas perbandingan (gaya bahasa perbandingan);
Majas sindiran (gaya bahasa pertautan);
Majas pertentangan (gaya bahasa pertentangan).

13

Anda mungkin juga menyukai