PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu berarti
semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang
dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan, atau
dengan kata lain, mereka yang luas kosa katanya, dapat dengan mudah dan lancar mengadakan
komunikasi dengan orang-orang lain. Betapa sering kita tidak memahami orang-orang lain,
hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasannya, atau karena orang yang diajak
bicara tidak cukup memiliki gagasan atau kosa kata, sehingga tidak sanggup mengungkapkan
maksudnya secara jelas kepada kita.
Aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa kata.
Sepanjang hari mahasiswa harus mengikuti perkuliahan, mengerjakan soal ujian, menulis
karya-karya tulis ataupun skripsi. Kemudian ketika waktu istirahat, ia harus bertukar pikiran
dengan kawan mahasiswa lainnya atau berkonsultasi dengan para dosen. Malam harinya, ia
harus membuka kembali bahan-bahan kuliah baik itu dari catatannya maupun buku-buku yang
dianjurkan. Dengan aktivitas itu, kata beserta gagasannya banyak yang masuk ke dalam
benaknya. Sering sekali mahasiswa dalam menghadapi soal ujian ia mengetahui gagasannya,
tetapi ia tidak mengetahui kata atau istilahnya begitupun sebaliknya. Maka dari itu, kata dan
gagasan sama pentingnya. Karena tidak dapat disangkal bahwa penguasaan kosa kata bagian
yang sangat penting dalam dunia perguruan tinggi dengan begitu seseorang dapat
menyampaikan pikiran secara sederhana dan langsung. Sehingga ketepatan pilihan kata sangat
diperlukan supaya tidak menimbulkan kesalahan respon atau tanggapan oranglain ketika kita
menyampaikan kata atau gagasan yang ada di dalam pikiran masing-masing.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari pilihan kata (diksi).
2. Untuk mengetahui fungsi dari diksi tersebut.
3. Untuk mengetahui dan memahami berbagai persyaratan untuk ketepatan diksi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari diksi tersebut.
5. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam menulis diksi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas
bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata umum (Generik) ialah kata-kata yang luas
ruang lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus ialah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya.
Makin umum, makin kabur gambarannya dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus,
mikin jelas dan tepat. Karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-
kata khusus dari pada kata-kata umum.
Contoh :
Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati, mengawasi, menonton
(wayang), memandang (gunung sawah, laut, dan lain-lain), menatap (gambar).
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
Kemarin
Kemaren
Zaman Jaman
Ijazah Ijasah
Februari Pebruari
2.5 Hal yang Perlu Diperhatikan
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah
makna dan relasi makna.
Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal
- Makna Leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat
indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit
(Tikus itu mati diterkam kucing).
- Makna Gramatikal adalah untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna
gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses
reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna
“‘ banyak buku.”
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
- Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari
kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu
oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen).
Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
c. Makna Denotatif dan Konotatif
- Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah
leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran
badannya normal.
- Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang
berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai
rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.
d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
- Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau
asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual “sejenis binatang berkaki
empat yg bisa dikendarai”.
- Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati berasosiasi
dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
e. Makna Kata dan Makna Istilah
- Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam
kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah
digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang ditahan,tapi bisa
juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur, di gelas, di bak
mandi atau air hujan.
- Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu
karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contoh: Kata
tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata tahanan itu sudah pasti
orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
- Yang dimaksud dengan idiom adalah satuan-satuan bahasa (ada berupa baik kata, frase, maupun
kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik unsur-unsurnya maupun
makna gramatikal satuan-satuan tersebut.
Contoh: Kata ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna hal yg
disebut makna dasar, Kata rumah kayu bermakna, rumah yang terbuat dari kayu.
- Makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut
dengan nama perumpamaan. Contoh: Bagai, bak, laksana dan umpama lazim digunakan dalam
peribahasa.
g. Makna Kias dan Lugas
- Makna kias adalah kata, frase dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya.
Contoh: Putri malam bermakna bulan , Raja siang bermakna matahari.
- Kata lugas lazimnya menunjuk pada kata yang bersifat langsung dalam menggambarkan
konsep kebahasaan. Kata-kata lugas itu berarti kata-kata yang bersifat tembak langsung (to the
point), tegas, lurus, apa adanya, dan merupakan kata-kata yang cenderung bersahaja. Namun,
kegunaannya sangat ditentukan oleh maksud atau tujuan dari pemanfaatan bntuk kebahasaan
trsebut. Contoh “relokasi” kata lugasnya “penggusuran” dan “pekerja seks komersial” kata
lugasnya “pelacur”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata
yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan
konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya. Diksi memiliki fungsi, jenis, dan juga persyaratan serta hal-hal yang
perlu diperhatikan sebelum menulis ketepatan pilihan kata (diksi) supaya seseorang dapat lebih
efektif mengungkapkan gagasannya kepada oranglain.
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan memahami ketepatan pilihan kata (diksi) tersebut, diharapkan
mahasiswa sebagai calon pendidik dapat mengungkapkan gagasannya secara lebih baik lagi
dan juga lebih efektif supaya peserta didiknya dapat mengetahui maksud dan tujuan dari
pembelajaran yang disampaikan oleh para pendidik tersebut. Semoga dengan materi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Artati, Y. Budi. 2010. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1. Klaten:
PT Intan Pariwara.
Artati, Y. Budi dan Ika Febrianti. 2011. PR Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX.
Klaten: PT Intan Pariwara.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Fitriani. 2015. Diksi atau Pilihan Kata.
Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan BAHASA INDONESIA untuk Karang-
Mengarang. Jakarta: Erlangga.