Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subahanahu wata’ala,


karna berkat rahmat-Nya kami dari kelompok kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
Diksi . Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkat ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Amin.

Bandung, April 2018


1
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................... 2
Pendahuluan .............................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 3
C.Tujuan ................................................................................................................................. 3
Pembahasan................................................................................................................................ 4
A. Pengertian Diksi ................................................................................................................ 4
B. Persyaratan dan Ketepatan Diksi ....................................................................................... 4
C. Fungsi Diksi ....................................................................................................................... 5
D. Makna Denotatif dan Makna Konotatif............................................................................. 5
E. Kata Umum dan Kata Khusus ........................................................................................... 7
F. Gaya Bahasa ....................................................................................................................... 8
Penutup ...................................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial yang setiap harinya tidak lepas dari berkomunikasi
lewat lisan, surat ataupun media komunikasi yang lainnya. Komunikasi tidak lagi menjadi hal yang
diremehkan untuk dipelajari karena disebabkan karena pentingnya komunikasi tersebut.
Dibutuhkan pemilihan kata yang tepat untuk menjadikan komunikasi atau pemberian informasi
yang baik, maka dalam hal ini diksi atau pilihan kata merupakan hal yang penting untuk dipelajari.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam
berkomunikasi. Pilihan kata atau diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata, melainkan lebih
mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam
bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti
atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.
Kami akan menjelaskan mengenai diksi atau pilihan kata sebagai acuan untuk
pembelajaran agar tidak ada kesalahan atau salah penafsiran dalam penulisan atau untuk
berkomunikasi.
1.2 Rumusan masalah:
- Pengertian Diksi atau pilihan kata
- Persyaratan dan ketepatan diksi
- Fungsi Diksi atau Pilihan kata
- Makna-makna Diksi atau Pilihan kata
1.3 Tujuan:
- Mengetahui pengertian diksi
- Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diksi


Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan
kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai
untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi juga meliputi persoalan fraseologi, gaya
bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau
susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbrntuk ungkapan-ungkapan. Gaya
bahasa sebagai bagian dari diksi berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau
karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Terdapat beberapa pengertian mengenai diksi atau pilihan kata : (1) Diksi atau pilihan kata
adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa. (2) diksi
berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia,
atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama
atau bermiripan. (4) Diksi atau pilihan kata adalah upaya pemilihan kata yang benar untuk
mencapai suatu makna yang tepat.

2.2 Persyaratan dan Ketepatan Diksi


Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau
pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-
kata untuk mencapai magsud tertentu. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketepatan pilihan
katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang mempunyai makna
yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan dipergunakannya untuk
mencapai magsudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkannnya, ia harus memilih
kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata
konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata bersinonim tidak
selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis atau pembicara harus
hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada, untuk menyampaikan apa yang
diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang tidak
diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya : bahwa-
bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-koperasi, dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan
jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata

4
baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karna dipakai oleh orang-
orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu,
maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru
atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam
kelompok ini.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung
akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic, progres-progresif, kultur-
kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Pasangan yang tepat Pasangan yang tidak tepat


antara.....dengan..... antara....dan....
tidak.....melainkan..... tidak.....tetapi....
baik.....ataupun..... baik....maupun.....
bukan.....tetapi..... bukan....melainkan....
1.1 Contoh pasangan kata yang tepat.

6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis : ingat akan
bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan;
berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu;
takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).
7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan
kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau perinciannya. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

2.3 Fungsi Diksi


Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil
pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.4 Makna Denotatif dan Makna Konotatif


Di dalam sebuah tulisan biasanya kita sulit untuk menentukan atau menginterpretasi makna
sebuah kata atau frasa. Hal ini disebabkan karena adanya makna yang disampaikan secara
sebenarnya(Denotasi) dan makna yang disampaikan dalam bentuk kiasan(Konotasi).

5
2.4.1 Makna Kata
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu
aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat dicerap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar
atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam
pikiran pendengar atau pembaca karna rangsangan aspek bentuk tadi. Contoh :
Ketika ada orang berteriak “maling !” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang yang
berusaha mencuri barang orang lain”. Jadi bentuk dan ekspresinya adalah kata maling yang
diucapkan orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang timbul pada orang yang
mendengar”.
2.4.2 Macam-Macam Makna
Pada umumnya makna kata dibedakan pertama-tama atas makna kata yang bersifat denotatif dan
makna kata yang bersifat konotatif.
a. Makna Denotatif
Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut dengan makna
denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti : makna denotasional,
makna kongnitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial atau makna
proposisional. Disebut makna denotasial, referensial, konseptual dan ideasional, karna makna itu
menunjuk (danote) kepada suatu referen. Disebut makna kongnitif, karna makna itu bertalian
dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respon (dari pihak
pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia.
Dan makna ini disebut juga makna proposional karna ia bertalian dengan informasi-informasi atau
pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam
nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Contoh :
 Tangan kanan ikhsan terkilir.
 Rudi menjual kambing hitam miliknya.
 Ia naik tangga untuk memperbaiki genteng rumah yang bocor.
b. Makna Konotatif
Makna kata yang mengandung arti tambahan , perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu disamping
makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau makna
konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif
adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna
konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju,
senang atau tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar,; di pihak lain, kata yang dipilih
itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.
Contoh:
 Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
 Ia tak pantang menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan, hambatan)
 Mempunyai harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)

6
 Kenaikan harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
 Para TNI turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif Makna Konotatif
Makna yang sesuai dengan makna asli. Maknanya kiasan.
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi sering kali membingungkan para
pembaca. pembacadalam menemukan makna.
seringkali dijumpai dalam penulisan karya sangat sering dijumpai dalam karya sastra,
ilmiah. misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
1.2 Table Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif

2.5 Kata Umum dan Kata Khusus


Pada umumnya untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik memilih kata khusus
daripada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan dengan kata khusus harus dibedakan dari
kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan dari kata berdasarkan maknanya, yaitu
apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata. Kata umum dan kata
khusus dibedakan berdasarkan luas dan tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila sebuah
kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya maka kata itu
disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret
maka kata-kata itu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat titik persamaan
atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca, sebaliknya semakin umum sebuah
istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Sebuah istilah atau kata
yang umum dapat mencakup sejumlah istilah yang khusus. Dalam ilmu semantik, kata umum yang
mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal, sedangkan istilah-istilah khusus yang
dicakupnya disebut hiponim.
a. Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum dan luas.
Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara spesifik merujuk
atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian
yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata umum kurang memberi daya imajinasi
kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/ pembaca masih samar.

b. Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik dan sempit
dan yang merujuk kepada pengertian kongkret dan tertentu. Bidang, ruang lingkup, dan obyek
yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan dia secara spesifik merujuk atau
merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya
meliputi aspek tertentu saja.Jenis kata khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.
Sebagai akibatnya, kata khusus memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra
dalam pikiran audiens/ pembaca tidak samar.

7
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat relatif. Maksudnya, suatu kata tertentu
bisa merupakan kata khusus dari kata lain yang lebih umum; dan kata yang lebih umum itu bisa
menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi. Relativitas kata umum dan kata khusus ini
menciptakan gradasi kata.

Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat Khusus

Tumbuh-tumbuhan Pohon Pohon asam Pohon asam dibelakang


rumah
Penjahat Pencuri Pencopet Orang yang mencopet
dompet saya
Kendaraan Mobil Sedan Mobil sedan milik Pak Ali

Olahragawan Pemain bola Gelandang Ali


Binatang Anjing Herder Nero
Table 1.3 Contoh Kata Umum dan Kata Khusus
2.6 Gaya Bahasa
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian
dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi.
Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style
berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara
indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi
atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa tertentu.
Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan : pilihan kata secara
individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-
teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
1. Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka ada
ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak style.
2. Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada
dalam ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada
karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan
bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang
rendah, ada karya yang memiliki gaya yang kuat ada yang lemah, ada yng memiliki gaya yang
baik ada yang memiliki gaya yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara
mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya.
Dengan menerima pengertian ini maka kita dapat mengatakan “cara berpakaiannya
menarik perhatian banyak orang”, “Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang”, “Cara

8
jalannya lain dari pada yang lain”, yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya
menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan
bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang
yang menggunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang
terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan
kepadanya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

2.6.1 Gaya Bahasa Berrdasarkan Pilihan Kata


Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat
dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (baahasa baku) dapatlah dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalm
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-
khotbah mimbar, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius, atau esei yang membuat
subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.

b. Gaya Bahasa Tak Resmi


Gaya bahasa tak resmi juga gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya
dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini biasanya
dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya. Singkatnya gaya
bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi,
mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi)
hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum
terpelajar.

c. Gaya Bahasa Percakapan


Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya
bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan
ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap
untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini
agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi.

9
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin
disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pemilihan kata juga harus sesuai dengan
situasi kondisi dan tempat penggunaan kata–kata itu. Pembentukan kata atau istilah adalah kata
yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

Berdasarkan kesimpulan diatas maka diksi atau pilihan kata merupakan hal yang penting
dalam berkomunikasi agar tidak terjadi kesalahan dan kesalah pahaman.

3.2. Saran

Penulis memberikan saran kepada seluruh pembaca dalam hal ini mahasiswa dan
mahasiswi untuk menerapkan materi diksi dalam keseharian berkomunikasi agar seluruh kegiatan
komunikasi dapat berjalan dengan baik serta pemberdayaan dan telaah lebih lanjut mengenai
materi diksi agar semakin menambah ilmu dalam bidang ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://tugaskuliah15.blogspot.co.id/2015/10/makalah-bahasa-indonesia-diksi-
atau.html

http://dedimulyana96.blogspot.co.id/2015/03/makalah-diksi-pilihan-kata.html

11

Anda mungkin juga menyukai