“KAWASAN LINDUNG”
DISUSUN OLEH:
NAMA : Gideon River Mokuna
NIM : D10121267
KELAS : I/ BT 8
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga makalah “Konservasi” dapat terselesaikan. Makalah ini merupakan
tugas yang diberikan olehi Dosen mata kuliah Kajian Lingkungan hidup.
Makalah ini tentunya sangat jauh dari kata sempurna, untuk itu saya sebagai
penulis mengatakan mohon maaf apabila ada pernyataan dari penulis yang kurang
berkenan. Karena kesempurnaan adalah milik Tuhan semata. Oleh karena itu sangat
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan menjadi referensi
yang baik.
Penulis
Gideon River Mokuna
PENDAHULUAN
Ada lebih dari 108.000 kawasan yang dilindungi di seluruh dunia, dan jumlah
ini terus bertambah, mencakup wilayah seluas 19.300.000 km² (7,500,000 mil²), atau
lebih dari 13% luas daratan dunia; melebihi luas Benua Afrika. Pada pihak lain,
sampai dengan 2008 baru sebanyak 0,8% luas lautan yang termuat dalam sekitar
5.000 kawasan perlindungan laut.
Suatu set dari berbagai tipe kawasan yang dilindungi, luasan serta
persebarannya di suatu negara biasa disebut sebagai sistem kawasan yang dilindungi.
Sayangnya, sistem kawasan ini umumnya masih terpaku pada kawasan konservasi
daratan, dengan sedikit sentuhan pada kawasan konservasi laut dan lahan basah
Untuk pengelolaan hutan konservasi, seperti taman nasional, cagar alam, taman
buru, hutan wisata dan hutan lindung, dilakukan pengelolaan oleh pemerintah
melalui unit pelaksana teknis sebagai perwakilan pemerintah di lapangan. Sebagian
lokasi kawasan konservasi juga dikelola bersama dengan lembaga konservasi
internasional. Hingga saat ini pengelolaan hutan konservasi masih sangat jauh dari
sisi pengelolaan hutan oleh rakyat, karena pengertian konservasi sebagai kawasan
yang "steril" dari masyarakat masih menjadi pegangan pemerintah dalam
pengelolaan hutan. Hal tersebut mengakibatkan seringnya terjadi konflik antara
rakyat dengan pengelola kawasan, misalnya di Taman Nasional Komodo, Taman
Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Kutai, Taman Nasional Lore Lindu, Taman
Nasional Rawa Aopa Watumoai, Taman Nasional Gunung Halimun, dan beberapa
kawasan konservasi lainnya di Indonesia.
Indonesia yang memiliki Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Perlindungan
Alam seluas 23.214.626,57 hektar, dimana sebagian besarnya merupakan Taman
Nasional. Konsep pengelolaan Taman Nasional sangat sentralistik dan kerap
mengabaikan keberadaan masyarakat adat/lokal yang justru telah hidup di kawasan-
kawasan tersebut secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Hal inilah yang
menjadi titik terjadinya konflik kepentingan antara kepentingan konservasi dan
kepentingan rakyat.
Untuk pengelolaan hutan konservasi, seperti taman nasional, cagar alam, taman
buru, hutan wisata dan hutan lindung, dilakukan pengelolaan oleh pemerintah
melalui unit pelaksana teknis sebagai perwakilan pemerintah di lapangan. Sebagian
lokasi kawasan konservasi juga dikelola bersama dengan lembaga konservasi
internasional. Hingga saat ini pengelolaan hutan konservasi masih sangat jauh dari
sisi pengelolaan hutan oleh rakyat, karena pengertian konservasi sebagai kawasan
yang "steril" dari masyarakat masih menjadi pegangan pemerintah dalam
pengelolaan hutan. Hal tersebut mengakibatkan seringnya terjadi konflik antara
rakyat dengan pengelola kawasan, misalnya di Taman Nasional Komodo, Taman
Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Kutai, Taman Nasional Lore Lindu, Taman
Nasional Rawa Aopa Watumoai, Taman Nasional Gunung Halimun, dan beberapa
kawasan konservasi lainnya di Indonesia.
Sementara di tingkat daerah, pengelolaan kawasan konservasi menjadi bagian
yang dianggap tidak penting dan tidak diperhatikan, karena saat ini dipandang bahwa
kawasan konservasi merupakan wewenang pemerintah pusat. Namun untuk kawasan
hutan lindung dan hutan wisata, yang merupakan wewenang pemerintah daerah,
mulai terlihat adanya perhatian pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan.
Pola pengelolaan yang digunakan juga tidak berbeda dengan pola pengelolaan
kawasan konservasi, dimana di dalam kawasan hutan, tidak dibenarkan rakyat berada
di dalam kawasan.
Sebagian besar kawasan konservasi di Indonesia saat ini tengah mengalami
desakan kuat ke arah kerusakan yang menjadikan kawasan konservasi sebagai
jarahan dari penebangan hutan tak terkendali, terutama ketika otonomi daerah
dimulai. Hal ini diakibatkan oleh tidak terlibatnya masyarakat sekitar hutan dalam
mengelola hutan dan di masa lalu sebagian rakyat yang tinggal di kawasan
konservasi justru dikeluarkan dari kawasan kelola mereka.
WALHI mencatat bahwa hingga tahun 2003 telah terjadi beberapa pengusiran
rakyat dari kawasan konservasi di Indonesia, diantaranya di TN Lore Lindu, TN
Kutai, TN Meru Betiri, TN Komodo, TN Rawa Aopa Watumoi, TN Taka Bonerate,
TN Kerinci Seblat dan beberapa kawasan lainnya. Bahkan di TN Komodo,
masyarakat nelayan hingga saat ini dilarang melakukan aktivitas penangkapan ikan
di kawasan tangkap tradisional mereka yang diklaim sepihak sebagai zona inti taman
nasional.
Beberapa kasus yang terjadi di kawasan konservasi antara lain adalah
pembangunan jalan di Kawasan Ekosistem Leuser dan Taman Nasional Gunung
Leuser, pengusiran dan penembakan nelayan di Taman Nasional Komodo, Operasi
Napoleon di Taman Nasional Wakatobi, pengusiran masyarakat Dongi-dongi di
Taman Nasional Lore Lindu dan pengusiran rakyat Moronene di Taman Nasional
Rawa Aopa Watomohai.
Makksud dan tujuan dari tulisan ini adalah untuk memahami pengertian tentang Kawasan
Lindung dan Kawasan konservasi yang memberikan manfaat akan model pengelolaan
lingkunan dalam melidungi ekosistem yang terdapat dilingkungan sekitar kita.
Ruang lingkup pembahasan tugas ini didasarkan pada Menurut Undang-undang No. 5 Tahun
1990, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan dengan kegiatan:
1) perlindungan sistem penyangga kehidupan;
2) pengawetan keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan
3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam
konteks ini, konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan bagian tak
terpisahkan dari pengertian konservasi sumberdaya alam hayati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Lindung
sungai kecil dengan luas DAS < 500 km2 ditetapkan 50 meter dihitung
dari tepi sungai.
4) Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan:
Sungai dengan kedalaman < 3 meter, sempadan ditetapkan 10 meter dari
tepi sungai,
Sungai dengan kedalaman 3 – 20 meter, sempadan ditetapkan 15 meter
dari tepi sungai,
Sungai dengan kedalaman > 20 meter, sempadan ditetapkan 30 meter dari
tepi sungai
Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya terdiri dari :
1) Kawasan Hutan Produksi Terbatas
2) Kawasan Pertanian
3) Kawasan Pertambangan
4) Kawasan Pariwisata
5) Kawasan Perindustrian
6) Kawasan Permukiman
7) Arah Pengembangan Sarana/ Prasarana
8) Pengembangan Kawasan Transportasi
Kategori IUCN
Suatu ruang yang dibatasi secara geografis dengan jelas, diakui, diabdikan dan
dikelola, menurut aspek hukum maupun aspek lain yang efektif, untuk
mencapai tujuan pelestarian alam jangka panjang, lengkap dengan fungsi-
fungsi ekosistem dan nilai-nilai budaya yang terkait.
Selanjutnya IUCN membedakan aneka macam kawasan yang dilindungi ke
dalam enam kategori, yakni:
Yakni suatu wilayah daratan atau lautan yang dilindungi karena memiliki
keistimewaan atau merupakan perwakilan ekosistem, kondisi geologis atau
fisiologis, dan atau spesies, tertentu, yang penting bagi ilmu pengetahuan atau
pemantauan lingkungan.
Wilderness Area
Wilayah daratan atau lautan yang masih liar atau hanya sedikit diubah, yang
masih memiliki atau mempertahankan karakter dan pengaruh alaminya, tanpa
adanya hunian yang permanen atau signifikan; dilindungi dan dikelola untuk
mempertahankan kondisi alaminya.
National Park
Wilayah daratan dan lautan yang masih alami, yang ditunjuk untuk (i)
melindungi integritas ekologis dari satu atau beberapa ekosistem di
dalamnya, untuk kepentingan sekarang dan generasi mendatang; (ii)
menghindarkan/mengeluarkan kegiatan-kegiatan eksploitasi atau okupasi
yang bertentangan dengan tujuan-tujuan pelestarian kawasan; (iii)
menyediakan landasan bagi kepentingan-kepentingan spiritual, ilmiah,
pendidikan, wisata dan lain-lain, yang semuanya harus selaras secara
lingkungan dan budaya.
Natural Monument
Wilayah yang memiliki satu atau lebih, kekhasan atau keistimewaan alam
atau budaya yang merupakan nilai yang unik atau luar biasa; yang disebabkan
oleh sifat kelangkaan, keperwakilan, atau kualitas estetika atau nilai penting
budaya yang dipunyainya.
Habitat/Species Management Area
Wilayah daratan atau lautan yang diintervensi atau dikelola secara aktif untuk
memelihara fungsi-fungsi habitat atau untuk memenuhi kebutuhan spesies
tertentu.
Protected Landscape/Seascape
Hutan lindung, yakni kawasan hutan negara yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah; dan
Hutan konservasi, yakni kawasan hutan negara dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
Kawasan hutan suaka alam. Ialah kawasan hutan negara dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
Kawasan hutan pelestarian alam. Ialah kawasan hutan negara dengan ciri
khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Taman buru. Yakni kawasan hutan negara yang ditetapkan sebagai tempat
wisata berburu.
Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
daratan maupun di perairan, yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Uraian mengenai kawasan yang dilindungi yang paling luas cakupannya, ialah yang
termuat di dalam Keppres no 32 tahun 1990. Keppres yang terbit sebelum UU no
5/1990 ini mencantumkan:
Sempadan pantai
Sempadan sungai
Kawasan sekitar danau/waduk
Kawasan sekitar mata air.
Kawasan suaka alam dan cagar budaya, yakni:
Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau
ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara
alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikan jenis satwanya.
Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Kebijakan
Konsep Dasar
Konservasi merupakan suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam
memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-
besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara
potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi
yang akan datang.
Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup berbagai aspek positif,
yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi, dan
penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga menekankan bahwa
konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka ragam varietas, jenis dan
ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal selama pemanfaatan tersebut
dilakukan secara berkelanjutan.
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya dilakukan dengan kegiatan:
1) perlindungan sistem penyangga kehidupan;
2) pengawetan keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam
konteks ini, konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan bagian
tak terpisahkan dari pengertian konservasi sumberdaya alam hayati.
Selain itu, dengan ratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati (Biodiversity
Convention) oleh Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994,
konservasi keanekaragaman hayati telah menjadi komitmen nasional yang membutuhkan
dukungan seluruh lapisan masyarakat.
Dalam praktek di lapangan, kerap kali masih ditemukan pengertian dan persepsi
tentang konservasi yang keliru, yaitu seolah-olah konservasi melarang total pemanfataan
sumberdaya alam. Berlandaskan pada pengertian tersebut masyarakat, khususnya
penduduk setempat yang bermukim di sekitar kawasan konservasi, dilarang keras untuk
dapat menikmati berbagai manfaat yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Penduduk
dipisahkan dengan lingkungannya secara paksa, padahal mereka secara turun-temurun
telah lama tinggal di wilayahnya. Tujuan utama konservasi, menurut ”Strategi Konservasi
Sedunia” (World Conservation Strategy), ada tiga, yaitu: (a) memelihara proses ekologi yang
esensial dan sistem pendukung kehidupan, (b) mempertahankan keanekaan genetis ,dan (c)
menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkelanjutan.
Hal ini berarti kegiatan konservasi adalah suatu upaya memelihara apa yang kita
punya (keep/save what you have secara bijaksana (wise use). Konservasi dalam pengertian
sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana). Definisi lain tentang konservasi adalah manajemen
(survai, penelitian, administrasi, pengawetan, pemanfaatan, pendidikan, dan latihan)
udara, air, mineral, tanah, dan organisme hidup termasuk manusia untuk mencapai
kualitas hidup manusia setinggi-tingginya (IUCN, 1969). The management of human use of
the biosphere so that it may yield the greatest sustainable benefit to present generation
while maintaining its potential to meet the needs and aspiration of future generation
(WCS, 1980).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi
dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk saat kini,
sedangkan dari segi ekologi melakukan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan
masa yang akan datang.
Keanekaragaman Hayati
PRESERVASI
DAUR ULANG
RESTORASI
INTEGRASI
DEFINISI
OPERASIONAL
KONSERVASI BENEFISIASI
ALOKASI
SUBSTITUSI MAKSIMISASI
Wood
Air
Hutan
Untuk
Kesejahteraan Recreation
Masyarakat
Water
Forage
Wildlife
Turisme
Ethik
Kesehatan
bersama
Estetik
n
ika
MOTIF-MOTIF
id
nd
KONSERVASI Produksi
Pe
an
iti Alam
nel h i
a Sebaga
Pe lmi n
I ika eku tuan
at rba sies a Pers
nfa al Pe pe ay
Ma ensi S did
t bu
Po
2. Motif Estetik : keindahan alam dalam bentuk bentang alam, formasi geologis,
tetumbuhan, dan binatang alam akan selalu menjadi salah satu alasan pokok
konservasi alam di mana pun dan kapan pun
3. Motif Produksi : hasil alam (non-budidaya) sangat penting di mana pun di muka
bumi ini. Berjuta penduduk telah ditopang hidupnya oleh hasil alam ini.
Konservasi biodiversity bertujuan langsung pada upaya pengelolaan secara efektif
dan bijaksana dari hasil-hasil alam ini
4. Motif Alam sebagai Persekutuan: Nilai alam akan sangat ditentukan oleh
terjaganya keutuhan dari persekutuan alam. Dengan demikian, misalnya kita
harus mencegah penggundulan hutan dan erosi tanah karena tanah merupakan
tempat berpijak atau substrat bagi penghasil karbohidrat yaitu tumbuhan, lalu kita
pun harus menjaga keseimbangan ekologis alam, tidak merusak jaring dan tidak
meghilangkan rantai makanan .
5. Motif Perbaikan spesies budidaya : tanaman budidaya dan hewan ternak seringkali
memerlukan program perbaikan genetik mengingat ketahanannya terhadap
penyakit atau produktivitasnya menurun. Untuk maksud ini, tentu sumber genetik
harus diambil dari alam
6. Motif Manfaat potensial : Saat ini manusia hanya terbatas pada penggunaan
beberapa spesies tumbuhan dan hewan saja yang merupakan sebagian kecil saja
dari total spesies yang disediakan oleh alam. Pada saatnya nanti dan bahkan saat
ini juga, tumbuhan dan satwaliar perlu dikembangkan untuk tujuan
keanekaragaman makanan, serta obat-obatan. Kawasan konservasi merupakan
tempat terakhir (= the last stand) di alam bagi spesies liar untuk melangsungkan
evolusinya (genepools)
Konservasi biologi pada dasarnya merupakan bagian dari ilmu dasar dan ilmu
terapan yang berasaskan pada pelestarian kemampuan dan pemanfaatannya secara serasi
dan seimbang. Tujuan dari KSDAH adalah untuk terwujudnya kelestarian sumberdaya
alam hayati serta kesinambungan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.
b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi).
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian
dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan,
pertukaran, budidaya).
Sedangkan secara umum, ciri-ciri suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan dilindungi
adalah :
1.Taman Nasional, yaitu kawasan luas yang relatif tidak terganggu yang mempunyai nilai
alam yang menonjol dengan kepentingan pelestarian yang tinggi, potensi rekreasi
besar, mudah dicapai oleh pengunjung dan terdapat manfaat yang jelas bagi wilayah
tersebut.
2. Cagar alam, umumnya kecil, dengan habitat rapuh yang tidak terganggu oleh
kepentingan pelestarian yang tinggi, memiliki keunikan alam, habitat spesies langka
tertentu, dan lain-lain. Kawasan ini memerlukan perlindungan mutlak.
3. Suaka margasatwa, umumnya kawasan berukuran sedang atau luas dengan habitat
stabil yang relatif utuh serta memiliki kepentingan pelestarian mulai sedang hingga
tinggi.
4. Taman wisata, kawasan alam atau lanskap yang kecil atau tempat yang menarik dan
mudah dicapai pengunjung, dimana nilai pelestarian rendah atau tidak akan terganggu
oleh kegiatan pengunjung dan pengelolaan yang berorientasi rekreasi.
5. Taman buru, habitat alam atau semi alami berukuran sedang hingga besar, yang
memiliki potensi satwa yang boleh diburu yaitu jenis satwa besar (babi hutan, rusa, sapi
liar, ikan, dan lain-lain) yang populasinya cukup besar, dimana terdapat minat untuk
berburu, tersedianya fasilitas buru yang memadai, dan lokasinya mudah dijangkau oleh
pemburu. Cagar semacam ini harus memiliki kepentingan dan nilai pelestarian yang
rendah yang tidak akan terancam oleh kegiatan perburuan atau pemancingan.
6. Hutan lindung, kawasan alami atau hutan tanaman berukuran sedang hingga besar,
pada lokasi yang curam, tinggi, mudah tererosi, serta tanah yang mudah terbasuh
hujan, dimana penutup tanah berupa hutan adalah mutlak perlu untuk melindungi
kawasan tangkapan air, mencegah longsor dan erosi. Prioritas pelestarian tidak begitu
tinggi untuk dapat diberi status cagar.
Menurut Buku Red Data Books ( Edisi 1), IUCN telah memperkenalkan
pengkatagorian spesies yang terancam kepunahan berdasarkan status ekologis dan
besarnya ancaman yang diterima spesies tersebut. Katagori yang spesies yang terancam
kepunahan tersebut adalah :
- Extinct (Punah), yakni apabila selama 50 tahun terakhir tidak ada lagi data yang
menunjukkan secara jelas keberadaan spesies tersebut (kriteria menurut CITES).
- Endangered (bahaya punah), yakni spesies yang berada dalam bahaya kepunahan dan
tidak mungkin bertahan lestari tanpa menghentikan sumber-sumber penyebab
kepunahannya. Termasuk ke dalam katagori ini spesies-spesies yang populasinya di alam
terus menurun menuju titik kritis, atau habitatnya menyusut drastis hingga
membahayakan kelestariannya. Juga spesies yang diperkirakan punah, namun dalam
jangka 50 tahun terakhir keberadaannya sempat tercatat secara akurat.
- Vulnerable (Rawan), yakni spesies-spesies yang diperkirakan tengah menuju ke dalam
katagori ‘terbahayakan’ di saat-saat mendatang, apabila sumber-sumber yang
mengancamnya tidak dihentikan atau ditanggulangi. Termasuk ke dalamnya adalah
spesies-spesies yang sebagian besar atau seluruh populasinya tengah menyusut karena
permanenan yang berlebihan (overeksploitasi), kerusakan habitat yang meluas ataupun
gangguan lingkungan yang lain; spesies-spesies yang populasinya menyusut dengan
gawat, sementara upaya pengamanan yang (tengah) dilakukan tidap dapat
mengantisipasinya; dan spesies-spesies yang walaupun masih terdapat dalam jumlah
yang cukup, namun terancam oleh faktor-faktor yang dapat merugikannya yang berada
di lingkungannya.
- Rare (Langka), yakni spesies-spesies yang total populasinya kecil, yang walaupun tidak
termasuk ke dalam katagori-katagori di atas namun berada pada kondisi yang riskan.
Mungkin penyebarannya terbatas secara geografis atau pada habitat-habitat tertentu;
atau menyebar luas namun dalam populasi-populasi yang kecil saja.
- Indeterminate, spesies-spesies yang diketahui ‘terancam bahaya punah’, ‘rawan’ atau
‘langka’, namun tidak cukup informasi untuk menyatakan secara tepat termasuk jyang
mana dari tiga katagori tersebut.
- Insufficiently Known, ialah spesies-spesies yang disangka kuat namun belum dapat secara
tegas masuk ke dalam katagori-katagori di atas karena informasinya masih kurang.
Katagori IUCN, hasil revisi dalam pengkategorisasian species terancam punah ke
dalam berbagai kategori sebagai berikut :
- PUNAH Extinc (EX)
Suatu taxon dikatakan punah jika tidak ada keraguan lagi bahwa individu terakhir telah
mati.
- PUNAH DI ALAM Extinct in the wild (EW)
Suatu taxon dikatakan punah di alam jika dengan pasti diketahui bahwa taxon tersebut
hanya hidup di penangkaran, atau hidup di alam sebagai hasil pelepasan kembali di luar
daerah sebaran aslinya. Suatu taxon dianggap punah di alam jika telah dilakukan survai
menyeluruh di daerah sebarannya atau di daerah yang memiliki potensi sebagai daerah
sebarannya di alam, survai dilakukan pada waktu yang tepat, dan survai tersebut gagal
menemukan individu taxon tersebut. Survai harus dilakukan sepanjang siklus hidup taxon
tersebut.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan Pembangunan berkelanjutan.
4.2 Saran
1. Harus ada kerjasama antar Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengenai
penataan ruang kawasan lindung agar tidak terjadi Tumpang tindih kewenangan
dalam pengelolaan dan pertanggung Jawaban.
DAFTAR PUSTAKA
https://musnanda.com/2011/02/17/kawasan-budidaya-dan-kawasan-lindung/