Anda di halaman 1dari 6

JMHT Vol.

XIII (3): 182-187, Desember 2007 Pemikiran Konseptual


ISSN: 0215-157X

NAMA : GIDEON RIVER MOKUNA_D10121267

Pemanfaatan Ekosistem Mangrove bagi Minimasi Dampak Bencana di Wilayah Pesisir


The Use of Ecosytem Mangrove in Minimalize Disaster Impact in Beach Area

Emi Karminarsih* Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Kotak Pos 168
Darmaga, Bogor 16680

Abstract
Indonesian beach region laid down in the critical area on nature disaster like tsunami.
Tsunami on December26, 2004, has greatly destroyed beach region in several districts in NAD
and Nias. This disaster had raised responses from Indonesian people, especially on attempt to
reserve the beach area to decrease the damaged of tsunami. One effort on rehabilitation the
damaged beach area were through planting mangrove. Mangrove forest ecosystem are a
unique beach ecosystem about form of steam, canopy and root system. Growth the best on
muddy beach with influenced by the high and low tide and salty water. This vegetations have
many important as a nature reserve beach area especially to minimized the disaster of tsunami.
Besides this, the area and distribution of ecosystem mangrove has decrease by continue until
now. Tsunami on December 26, 2004 has bring the nations of Indonesia more be awared on the
important to protect and conservation of mangrove forest. Government, private, and NGO, have
the prioritas of savety beach area by planting mangrove.
Keywords: mangrove ecosystem, rehabilitation beach area, tsunami, Indonesia
Papua, dan utara Pulau Sulawesi.
______________________
Disamping itu, banyak diantara wilayah pesisir
Indonesia menghadapi permasalahan lingkungan yang
Pendahuluan serius, seperti banjir rob, abrasi, dan penyusupan air
asin ke arah daratan, berbagai masalah pencemaran
Indonesia merupakan negara maritim terbesar lingkungan akibat kegiatan industri yang tidak
di dunia yang memiliki laut terluas (3,9 juta km2), mengelola limbahnya secara baik, selain juga
pulau terbanyak (17.508 buah), dan terpanjang tenggelamnya beberapa pulau kecil, sebagai akibat
ke-2 di dunia setelah Kanada (81.000 km). Namun naiknya permukaan laut dan dampak berbagai
seperti yang disampaikan Diposaptono dan kegiatan, antara lain penambangan pasir laut.
Budiman (2005), kondisi ini harus diwaspadai, Tsunami merupakan salah satu resiko ikutan
karena kawasan maritim Indonesia merupakan gempa yang sangat ditakuti oleh umat manusia.
daerah yang secara tektonik sangat labil, selain Pengalaman gempa yang disusul dengan tsunami
bahwa kawasan ini juga terkenal sebagai salah pada 26 Desember 2004, dan telah memakan korban
satu pinggiran benua yang sangat aktif di muka jiwa dan harta benda yang luar biasa menyebabkan
bumi. Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaan bangsa Indonesia trauma dengan tsunami.
gunung berapi, setidaknya dari 240 buah sekitar 70 Diposaptono dan Budiman (2005), menyatakan
diantaranya masih aktif. bahwa secara harfiah, tsunami berasal dari bahasa
Dalam pemetaan gempa, wilayah pesisir Jepang “tsu” (pelabuhan) dan “nami” (gelombang).
Indonesia termasuk rawan terhadap bahaya Secara umum tsunami diartikan sebagai pasang laut
tsunami. Ismail (1982) dan Kertapati (1991) dalam yang besar di pelabuhan. Diposaptono dan Budiman
Diposaptono dan Budiman (2005), telah (2005) mendefinisikan tsunami sebagai gelombang
menetapkan sekitar 89 daerah rawan tsunami yang laut, dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh
tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari barat gangguan impulsif (dapat berupa gempa bumi
Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Pulau tektonik, erupsi vulkanik, atau longsoran) yang
Bali, selatan Sumbawa, selatan dan utara Flores, terjadi melalui media laut.
pulaupulau di Maluku Utara, sebagian di selatan

*Penulis untuk korespondensi,


email: emifahutan@ipb.ac.id
Di lain sisi, wilayah pesisir Indonesia termasuk tunjang. Bentuk perakaran ini selain sangat efektif
padat dengan permukiman dan pembangunan. Sebagian dalam mempertahankan stabilitas lumpur dan pantai,
besar kota-kota penting di Indonesia pun terletak di menyerap pollutant, juga mampu menahan
wilayah pesisir. Oleh karena itu upaya untuk penyusupan air laut ke daratan. Kemampuan adaptasi
mengurangi atau meminimalisasi dampak yang lainnya adalah bahwa beberapa jenis mangrove
ditimbulkan oleh tsunami mengingat sifat merusak yang berkembang dengan buah yang berkecambah di
sangat besar menjadi sangat penting. pohon induknya (vivipar), seperti Kandelia,
Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah: Bruguiera, Ceriops dan Rhizophora.
1. Mencegah perkembangan permukiman di wilayah Dalam hal struktur, mangrove di Indonesia lebih
pesisir, yang berbatasan langsung dengan laut. bervariasi bila dibandingkan dengan mangrove di
Berkenaan dengan hal ini maka pemerintah harus daerah lainnya. Mangrove di Indonesia dapat
mempersiapkan model tata ruang yang ditemukan mulai dari tegakan Avicennia marina
memasukkan unsur resiko tsunami. dengan ketinggian 1-2 meter pada pantai yang
2. Membuat zona penyangga, dengan tanaman tergenang air laut, hingga tegakan campuran
mangrove ataupun tanaman pantai lainnya seperti Bruguiera-Rhizophora-Ceriops dengan ketinggian

Indonesia yang diperkirakan sekitar 3,5 juta penghijauan. Seiring dengan penguasaan teknik hektar
merupakan lahan mangrove terluas di dunia penanaman mangrove secara baik, daya tumbuh (18-23%),
melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria penanaman mangrove tercatat sudah mencapai (1,1 juta ha), dan
Australia (0,97 juta ha) (Spalding rata-rata 90%.
dkk, 1997). Umumnya mangrove dapat ditemukan Berdasarkan statusnya, kawasan hutan di seluruh
kepulauan Indonesia. Mangrove tumbuh mangrove Indonesia dibedakan menjadi hutan dan berkembang dengan
baik pada pantai yang produksi, taman nasional, suaka margasatwa, memiliki sungai yang besar dan
terlindung, yang cagar alam, dan hutan lindung. Pengelolaannya masyarakatnya berusaha untuk memelihara dan
menjadi tanggungjawab dan wewenang Departemen melindungi. Lahan mangrove terluas terdapat
Kehutanan. Sedangkan yang non kawasan, dimana
cemara pantai (Casuarina equisefolia), nyamplung lebih dari 30 meter (misalnya, di Sulawesi Selatan).
(Calophyllum sp.), dan ketapang (Terminalia Di daerah pantai yang terbuka, dapat ditemukan
catappa). Sonneratia alba dan Avicennia alba, sedangkan di
sepanjang sungai yang memiliki kadar salinitas lebih
Hutan mangrove, dalam skala ekologis merupakan
rendah ditemukan Nypa fruticans dan Sonneratia
ekosistem yang sangat penting, terutama karena daya
caseolaris. Tercatat 202 jenis tumbuhan mangrove,
dukungnya bagi stabilitas ekosistem kawasan pesisir.
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis
Kestabilan ekosistem mangrove akan mempunyai
pemanjat, dan beberapa jenis perdu dapat hidup dan
pengaruh yang sangat luas terhadap kelestarian wilayah
berkembang di Indonesia.
pesisir. Mangrove sebagai ekosistem hutan, memiliki
Berdasar campur tangan manusia, hutan
sifat dan ciri yang sangat khas, tumbuh pada pantai
mangrove dapat dibedakan menjadi dua kategori,
berlumpur dan muara sungai.
yakni hutan mangrove yang tumbuh secara alami, dan
Di lain pihak, ekosistem ini mengalami berbagai
hutan mangrove yang ditanam, baik dalam kaitannya
tekanan yang sangat berat akibat perluasan dari berbagai
dengan kegiatan reboisasi maupun
keinginan pemanfaatan lainnya. Seringkali pemikiran
pemanfaatannya hanya didasarkan atas evaluasi
ekonomi yang sempit, yang hanya terfokus pada satu
penggunaan mangrove. Padahal jika dikaji secara luas,
ekosistem mangrove memiliki fungsi dan peran yang
sangat kompleks, yang meliputi fungsi ekologis, sosial,
dan ekonomi.

Ekosistem mangrove Luas hutan mangrove di


lingkungan tersebut, beberapa jenis mangrove
mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara
aktif mengeluarkan garam dari jaringan, dan yang
lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk
membantu penyerapan oksigen bagi sistem perakarannya.
Bentuk-bentuk perakaran yang khas ini seringkali juga
dapat membedakan jenis-jenis vegetasi mangrove.
Bentuk perakarannya dapat dibedakan menjadi akar
udara, akar banir/papan, akar lutut, akar napas, dan akar

183
di Irian Jaya dengan luasan sekitar 1.350.600ha pantai dan laut, perlu dibuat zona perlindungan
(38%), Kalimantan 978.200 ha (28%) dan wilayah pesisir dengan pembangunan hutan
Sumatera 673.300 ha (19%) (Wetland mangrove ataupun hutan pantai.
International, 1999). Peran hutan mangrove bagi stabilitas wilayah
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan pesisir, semakin kuat dibahas setelah terjadi
khusus untuk beradaptasi dengan kondisi tsunami 26 Desember 2004. Banyak kalangan
lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah semakin menyadari akan pentingnya hutan
yang tergenang, kadar garam yang tinggi dan mangrove sebagai pelindung wilayah pesisir dari
kondisi tanah yang kurang stabil. Karena kondisi berbagai ancaman bencana alam, termasuk
mangrove berada ataupun ditanam masyarakat tsunami. Berkenaan dengan hal ini, program
di lahan-lahan milik masyarakat dan dikenal pemerintah dan masyarakat untuk merehabilitasi
sebagai hutan rakyat, wewenang dan wilayah tetapi juga mencakup kawasan laut.
tanggungjawab berada ditangan pemerintah Dengan demikian, wilayah pesisir dapat mencakup
daerah. Dalam rangka pengelolaan mangrove, ekosistem padang lamun hingga ekosistem terumbu
semua pihak diharapkan tetap memperhatikan karang. Sebagai satu kesatuan ekologis, maka
peraturan perundangan yang berlaku, baik di berbagai komponennya mempunyai hubungan
bidang kehutanan, perikanan, maupun lingkungan timbal balik yang sangat kuat. Hal ini berarti
hidup. bahwa rusaknya hutan mangrove, bukan hanya
Banyak diantara warga masyarakat yang berdampak terhadap berkurangnya kemampuan
pada akhirnya sadar dan mau untuk menanam menahan kekuatan tsunami, tetapi juga akan
mangrove, terutama jika mereka merasakan ada memberi dampak secara luas terhadap ekosistem
kaitannya dengan hasil ikan yang mereka darat maupun ekosistem laut.
dapatkan, ataupun manfaat lainnya. Misalnya, Mengingat begitu strategisnya peran hutan
masyarakat Sinjai, Sulawesi Selatan, telah mangrove untuk melindungi maupun melestarikan
berhasil menanam dan memelihara mangrove, komponen ekosistem wilayah pesisir dan laut, maka
setelah terbukti ada kaitan antara kelestarian hutan mangrove mutlak diperlukan. Dengan demikian,
mangrove dengan hasil tangkapan ikan mereka. program perlindungan dan pelestarian mangrove perlu
Masyarakat Desa Eretan Wetan, Indramayu, mendapatkan perhatian dan prioritas yang tinggi,
mulai mau menanam mangrove setelah khususnya bagi muara- muara sungai dan laguna.
lahannya banyak tergerus oleh gelombang, Secara ekologis fungsi hutan mangrove dalam
karena mereka percaya bahwa mangrove dapat melindungi dan melestarikan kawasan pesisir adalah:
menahan gempuran gelombang laut. 1. melindungi garis pantai dan kehidupan di
Masyarakat Jakarta mau menanam mangrove belakangnya dari gempuran tsunami dan angin,

pesisir dengan hutan mangrove, termasuk padang lamun dan terumbu karang;
di Suaka Margasatwa Angke Kapuk, karena karena kondisi tajuknya yang relatif rapat, dan
yakin akan fungsinya sebagai stabilitas iklim kondisi perakarannya yang kuat dan rapat
mikro. Oleh karena itu, selain bertujuan untuk mampu mencengkeram dan menstabilkan tanah
mengurangi bahaya tsunami, penanaman habitat tumbuhnya, dan sekaligus mencegah
mangrove juga tetap harus dikaitkan dengan terjadinya salinisasi pada wilayah-wilayah di
manfaat sosial dan ekonomi bagi belakangnya;
masyarakatnya. 2. melindungi padang lamun dan terumbu karang,
Dalam rangka mengurangi bahaya tsunami, karena sistem perakarannya mampu menahan
dan sekaligus untuk melindungi wilayah pesisir lumpur sungai dan menjerap berbagai bahan
dari ancaman abrasi, angin laut, penyusupan air pollutant, yang secara ekologis pada akhirnya akan
asin ke arah daratan, menyerap bahan dapat melindungi kehidupan berbagai jenis flora
pencemar, serta mempertahankan produktivitas dan fauna yang berasosiasi dengan
di wilayah pesisir NAD dan Nias telah semakin mangrovenya telah dirusak manusia. Kerusakan
jelas. Departemen Kehutanan dan Departemen wilayah pesisir ini semakin diperparah akibat
Kelautan dan Perikanan telah mengalokasikan hancurnya hutan mangrove, ataupun karena
sejumlah besar dana untuk program penanaman kegiatan lain yang secara ekologis dapat
mangrove pada tahun 2005, masing-masing menimbulkan kelongsoran pantai. Kerugian yang
sebesar Rp 800 miliar dan Rp 15 miliar ditimbulkan sangat kompleks, yang meliputi aspek
ekonomi, sosial, dan ekologi. Secara ekologis,
Fungsi hutan mangrove Ekosistem kawasan wilayah pesisir memiliki cakupan batas yang
pesisir akan semakin stabil jika semakin tertutup sangat luas, yaitu bukan hanya kawasan
oleh hutan mangrove. Permasalahan lingkungan daratannya saja,
muncul di kawasan-kawasan pesisir yang hutan

184
3. melindungi tempat buaya dan berpijahnya berbagai pesisir yang tidak ada penyangga mangrove ataupun
jenis ikan dan udang komersial, termasuk hutan pantai lainnya.
melindungi tempat tinggal, baik Gambar 1A dan 1B, menunjukkan bahwa Kota
tetap maupun sementara berbagai jenis burung, Banda Aceh hampir separuhnya tenggelam akibat
mamalia, ikan, kepiting, udang, dan reptilia, yang tsunami 26 Desember 2004. Pada desa-desa yang
banyak diantaranya termasuk mengalami kerusakan berat, sebelumnya tertutup
jenis binatang yang dilindungi undang- dengan vegetasi mangrove yang lebat. Namun, sesuai
undang. dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
Secara sosial, hutan mangrove juga dapat pembangunan, pada periode 10 tahun terakhir banyak
melestarikan adanya keterkaitan hubungan sosial hutan mangrove yang diubah menjadi kawasan
dengan masyarakat setempat. Karena banyak di permukiman dan tambak-tambak rakyat.
antara mereka yang membutuhkan mangrove sebagai Demikian juga pengalaman tsunami di Pulau
tempat mencari ikan, kepiting, udang, maupun Flores pada tahun 1993. Dusun Tongke-Tongke dan
mendapatkan kayu dan bahan untuk obat-obatan. Pangasa, Sinjai, Sulawesi Selatan yang memiliki
Di samping itu secara ekonomi, hutan mangrove mangrove cukup tebal, dapat terlindung dari
secara luas akan dapat melindungi nilai ekonomi gelombang tsunami, sedangkan beberapa dusun yang
maritim (Alikodra, 2002). Karena berbatasan, tanpa mangrove mengalami kerusakan
kemampuannya sebagai tempat berpijah berbagai jenis cukup parah. Pulau Banyak (di Kabupaten Singkil) dan
ikan dan udang komersial, ataupun habitat kepiting Kota Singkil, terlindungi dari amukan tsunami pada
bakau. tanggal 26 Desember 2004, karena adanya hutan
Secara fisik, vegetasi hutan mangrove juga mangrove dan cemara laut yang cukup tebal, hingga
berperan dalam melindungi wilayah daratan dari mencapai lebar 500 meter (Gambar 2).
abrasi dan tsunami. Berarti, pembangunan hutan
mangrove juga akan sekaligus dapat mengurangi
ancaman tsunami bagi berbagai kota besar.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, akibat
gelombang tsunami 26 Desember 2004, menunjukan
bahwa wilayah pesisir NAD dan Nias yang
mengalami kerusakan berat adalah pada wilayah

A B

Gambar 1. A. Kondisi kota Banda Aceh sebelum tsunami tanggal 26 Desember 2004
B. Kondisi kota Banda Aceh setelah tsunami tanggal 26 Desember 2004 (Sumber: Citra
Satelit, 2005)

185
Gambar 2. Hutan Mangrove di Singkil
Rehabilitasi mangrove Bagi kepentingan lebar jalur hijau mangrove yang efektif
perlindungan wilayah pesisir dan penyelamatan adalah 400 meter (maksimum).
kota-kota besar dari ancaman tsunami, banjir rob, Sampai saat ini, informasi untuk menetapkan
erosi pantai, dan salinisasi, diperlukan berapa lebar mangrove yang efektif untuk mengurangi
rehabilitasi hutan mangrove dengan luasan yang bahaya tsunami sangat terbatas. Kenji Harada dan
disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat. Fumihiko Imamura (2002) dari Universitas Tohoku,
Wilayah pesisir yang dapat direhabilitasi dengan yang meneliti efektivitas hutan pantai untuk
mangrove adalah muara-muara sungai berlumpur meredam tsunami menyatakan bahwa hutan pantai
dan terpengaruh pasang surut air laut, kawasan- dengan tebal 200 meter, kerapatan 30 pohon per 100
kawasan konservasi alam yang hutan m2, dan diameter pohon 15 cm, dapat meredam 50%
mangrovenya mengalami kerusakan, dan tambak- energi gelombang tsunami dengan ketinggian 3 m
tambak rakyat yang dikelola dengan pola (Diposaptono dan Budiman, 2005).
silvofishery. Pola penanaman mangrove perlu meniru pola
Daerah perlindungan mangrove dirancang zonasi mangrove secara alam (Gambar 3). Sesuai
sebagai satu kesatuan dengan mangrove dengan kondisi ketahanan jenis dalam adaptasinya
silvofishery, sehingga secara keseluruhan dengan kondisi lingkungan habitat pesisir, maka pada
membentuk jalur hijau, baik di sempadan pantai bagian terdepan yang berbatasan langsung dengan laut
maupun di sempadan sungai. Peraturan yang sebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan
berlaku yang dapat dipergunakan sebagai dasar Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya
konservasi mangrove antara lain adalah dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp. Secara alam,
Inmendagri No. 26 tahun 1997 tentang Jalur pada bagian peralihan dengan ekosistem rawa ataupun
Hijau Mangrove dan Keppres No. 32 tahun persawahan banyak tumbuh nipa (Nypa fruticans).
1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Penanaman diprioritaskan pada muara-muara sungai
Dalam peraturan tersebut antara lain disebutkan dan delta-delta sungai yang berlumpur. Dengan
bahwa lebar jalur hijau ditetapkan 130 kali nilai demikian, terdapat 4 jenis utama yang dapat segera
rata-rata selisih air pasang tertinggi dan diprioritaskan bagi pembangunan jalur hijau, yakni:
terendah tahunan yang diukur dari garis air Avicennia (Avicennia alba), Sonneratia (Sonneratia
surut terendah ke arah daratan. Namun, dalam caseolaris), Rhizophora (Rhizophora apiculata), dan
pelaksanaannya juga perlu diperhatikan Bruguiera (Buguiera gymnorhiza).
kekuatan gelombang, tinggi pasang surut, Bagi kepentingan perlindungan, sebaiknya
kekuatan angin, struktur pantai, kondisi mangrove ditanam rapat, dengan jarak tanam 1x1
penggunaan lahan pesisir, serta kepadatan m. Keberhasilan penanaman mangrove sangat
permukiman dan sosial ekonomi penduduknya. ditentukan oleh pemeliharaan yang tepat, seperti
JICA (1999) memberikan contoh tentang penyiangan, penyulaman, dan pengontrolan terhadap
lebar jalur hijau yang dibedakan atas dasar faktor perusak. Penyiangan dilakukan apabila tanaman
kondisi ombak. Di Suaka Alam Matang diinvasi oleh gulma atau tumbuhan pengganggu piye
(Malaysia), lebar jalur hijau di sepanjang (Acrostichum aureum) seperti di Indramayu,
pantai Selat Malaka adalah 200 m, karena Bengkalis, Langkat dan Muara Angke (Jakarta).
ombak yang kuat. Sementara lebar jalur hijau Penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan
yang diatur untuk muara sungai dengan lebar persaingan tanaman dengan tumbuhan pengganggu.
100 m adalah 20 m. Pada muara sungai dengan Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman
lebar 60−70m, yang mati. Kegiatan penyulaman dilakukan sampai
ketebalan mangrove yang diatur adalah 6 m, dan umur tanaman mencapai 3 tahun. Faktor-faktor
di muara sungai dengan lebar 50−60 m, perusak, yang dapat menyebabkan kegagalan
kebutuhan lebar jalur hijau adalah 5 m. Untuk penanaman, disamping tumbuhan pengganggu piye
muara sungai yang lebarnya kurang dari 5 m, adalah kepiting, kera/monyet, gelombang laut,
ketebalan mangrove sebagai jalur hijau yang serangga, dan erosi pantai. Faktor-faktor tersebut
diperlukan adalah 3 m. Namun, bagi tsunami dimonitor secara teratur dengan memperhatikan
yang mencapai tinggi gelombang lebih dari 10 m, intensitas kerusakan, untuk segera dilakukan
sesuai dengan tujuan dan fungsi lindung, maka penanggulangan secara tepat.

186
Avicennia/Soneratia Rhizophora Rhizophora/Bruguiera Bruguiera Nypa fruticans

Gambar 3. Pola Zonasi Hutan Mangrove dari Tepi Laut Menuju ke Arah Daratan (Bengen, 2004)
Daftar Pustaka

Alikodra, H. S. 2002. Potensi Ekonomi Maritim dari


Mangrove dan Pengelolaannya. Makalah
Kesimpulan disampaikan pada Seminar Pembangunan
Ekonomi Maritim Indonesia. Dewan Maritim
1. Wilayah pesisir Indonesia masuk dalam Indonesia. Jakarta. 10 September 2002.
kategori rawan bencana dan rawan tsunami. Alikodra, H. S. 2003. Ekosistem Mangrove sebagai
Diperlukan cara meredam kekuatan tsunami, Pelindung Alami Wilayah Pesisir. Makalah
yang disesuaikan dengan kondisi wilayah disampaikan pada Workshop Penyelamatan
setempat baik secara ekologis, sosial, dan Ekosistem Pesisir di Kawasan Penambangan
ekonomis, dan secara teknis memungkinkan Pasir, Departemen Kelautan dan Perikanan.
untuk dilaksanakan. Batam. 12 Nopember 2003.
2. Hutan mangrove dengan kondisi perakarannya, Bengen, D.G. 2004. Pengenalan dan Pengelolaan
tingginya tajuk, dan kerapatan batang per Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
hektar dapat dipergunakan sebagai penyangga Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB.
wilayah pesisir untuk mengurangi kekuatan dan Bogor.
kemampuan merusak tsunami, sehingga Diposaptono, S. dan Budiman. 2005. Tsunami.
dampak kerusakannya dapat dikurangi. Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor.
3. Jalur hijau mangrove dapat ditanam rapat JICA. 1999. Model Pengelolaan Hutan Mangrove
dengan jarak tanam 1x1 m dengan jenis-jenis Lestari. Kerjasama JICA dengan Departemen
vegetasi mangrove, seperti Avicennia Kehutanan, Jakarta.
(Avicennia alba), Sonneratia (Sonneratia Spalding, M. D., Blasco, F. dan Field, C. D (ed).
caseolaris), Rhizophora (Rhizophora 1997. World Mangrove Atlas. International
apiculata), dan Bruguiera (Buguiera Society for Mangrove Ecosystem. Okinawa,
gymnorhiza). Jepang.
4. Lebar jalur hijau dapat bervariasi, disesuaikan Wetland International, Indonesia Programme, 1999.
dengan kondisi setempat, akan tetapi bagi Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia,
peredam tsunami diperlukan minimum lebar PKA/WI-IP, Bogor.
vegetasi mangrove 200 meter.
5. Pembangunan jalur hijau mangrove
memberikan keuntungan yang sangat luas,
bukan hanya sebagai peredam tsunami, tetapi
juga sangat bermanfaat baik secara ekologis,
sosial, maupun ekonomi masyarakat pesisir
secara berkelanjutan.

187

Anda mungkin juga menyukai