Anda di halaman 1dari 13

Hutan Bakau (Mangrove)

Hutan mangrove sering disebut hutan payau atau populer dengan sebutan hutan bakau
karena hutan ini tumbuh di atas substrat (media tumbuh) yang digenangi campuran air laut
dan juga air tawar. Perpaduan keduanya menjadikan air di daerah tersebut menjadi payau.
Disebut hutan bakau, karena orang sering mengenali dengan keberadaan spesies bakau
(Rhizopora sp) yang dominan.

Hutan mangrove tumbuh di sepanjang pesisir pantai, muara sungai, bahkan ada yang
tumbuh di rawa gambut. Komunitas dan pertumbuhan hutan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor alam, misalnya tipe tanah, salinitas, dan pasang surut, serta hempasan gelombang.

Tanah berlumpur sangat baik sebagai media tumbuh sebagian besar jenis-spesies mangrove
di Indonesia. Rhizopora mucronata dan Avicennia marina merupakan dua contoh spesies
yang berkembang dengan baik pada tipe tanah tersebut. Sementara itu, spesies
seperti Rhizopora stylosa tumbuh baik pada media tanah berpasir. Spesies mangrove juga
dupat tumbuh pada media pantai berbatu seperti misalnya R. stylosa dan Sonneratia alba.

Pasang surut air laut telah membentuk formasi atau zona hutan mangrove. Pada wilayah
selalu tergenang yaitu pada bagian depan ditumbuhi Avicennia alba dan Sonneratia
alba pada media tumbuh pasir, sementara pada substrat berlumpur bagian depan
didominasi oleh Rhizopra mucronata. Areal yang digenangi oleh pasang sedang adalah
jenis-jenis Rhizopora atau yang dikenal dengan bakau. Spesies ini antara lain Rhizopora
mucronata, Rhizopora stylosa, dan Rhizopora apiculata (Noor et al. 1999).

Adapun wilayah yang hanya digenangi pada saat pasang tertinggi didominasi oleh
spesies Bruguiera sp. dan Xylocarpus sp. Wilayah ini berada di bagian yang paling dekat
dengan daratan.

Kenyataan di lapangan sering berbeda dengan formasi zona yang umum ini. Berbagai
spesies kadang tercampur dan tumpang tindih dalam zona tersebut. Perbedaan ini juga
terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya.

Adaptasi Hutan Mangrove

Berbagai spesies mangrove memiliki strategi dalam menghadapi kondisi ekstrim lingkungan
hidupnya. Spesies mangrove tertentu memiliki kemampuan menghindari penyerapan
garam dari tempat tumbuhnya, sementara spesies lain memiliki kemampuan mengeluarkan
garam dari kelenjar khusus daunnya (Noor et al. 1999).

Hempasan gelombang dan kondisi tempat tumbuh yang tidak stabil membuat vegetasi
hutan mangrove melakukan adaptasi pada sistem perakarannya. Vegetasi mangrove
memiliki perakaran khas misalnya akar pasak atau akar nafas (pneumatophore), akar lutut,
akar papan, akar tunjang, dan akar gantung. Beberapa spesies bahkan memiliki buah yang
berkecambah meski masih menempel di pohon induknya seperti spesies Kandelia,
Bruguiera, Ceriops, dan Rhizophora. Sehingga pada saat buah jatuh ke substrat, buah dapat
lebih cepat berkembang.

Keanekaragaman Jenis

Indonesia memiliki 202 spesies tumbuhan mangrove, dimana 43 spesies diantaranya


merupakan mangrove sejati (Noor et al. 1999). Kartawinata (2013) menyatakan bahwa
kekayaan jenis tumbuhan hutan mangrove relatif rendah. Jumlah spesies seluruhnya sekitar
60, dimana tercatat 38 spesies berupa pohon mangrove sejati.

Sementara itu spesies lain yang ditemukan di sekitar hutan mangrove dikenal sebagai
mangrove ikutan. Dengan demikian, Indonesia memiliki 70% spesies mangrove sejati dari
seluruh spesies mangrove sejati yang ada di dunia.

Chapman (1984) seperti yang ditulis Noor et al. (1999), mengelompokan mangrove menjadi
2 kategori yaitu :

1. Flora mangrove inti, yaitu mangrove yang mempunyai peran ekologi utama dalam
formasi mangrove yang terdiri dari spesies : Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Kandelia, Soneratia, Avicenia, Nypa, Xylocarpus, Deris, Acanthus, Lumnitzera,
Scyphyphora, dan Dolichandron.
2. Flora mangrove pheripheral (pinggiran) yaitu flora mangrove yang secara ekologi
berperan dalam formasi mangrove, tetapi juga flora tersebut berperan penting dalan
formasi hutan lain. Spesies tersebut antara lain; Exoecaria agalloca, Acrosticum
auerum, Cerbera manghas, Heritiera littoralis, Hibiscus tilliaceus.
Fungsi dan Manfaat Mangrove

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Mangrove merupakan lokasi yang sangat baik sebagai tempat pemijahan ikan, udang, dan
biota air lainnya. Kelestarian ekosistem mangrove akan berdampak pada meningkatnya
produktivitas biota air yang sebagian besar dimanfaatkan oleh manusia. Mangrove juga
berfungsi sebagai penahan gelombang air laut. Sistem perakaran mencegah intrusi air laut
sehingga kualitas air tanah di daratan tetap terjaga. Ekosistem mangrove menyediakan
produk yang dapat dimanfaatkan secara langsung misalnya untuk kayu, kayu bakar,
penyedia tanaman pangan, dan obat-obatan. Sepeti ekosistem hutan lainnya, mangrove
juga berfungsi sebagai penyerap dan penjerap CO2 sebagai zat emisi. Nilai intrinsik hutan
mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan wisata alam. Tidak kalah penting,
ekosistem mangrove juga menjadi habitat bagi spesies fauna khas.

HUTAN BAKAU (MANGROVE)


Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang
tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai, sehingga
tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari
ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Hutan bakau adalah sejenis hutan yang
tumbuh dan berkembang di kawasan pinggir pantai dan muara-muara sungai. Hutan bakau
memiliki fungsi serta tujuan yang sangat bermanfaat bagi manusia. Pohon-pohonnya
mempunyai akar-akar tunjang untuk bernafas. Akarnya melengkung dan mencuat ke atas
sehingga tidak selamanya terendam air. Lingkungan fisik tempat tumbuhnya hutan bakau
meliputi daerah pasang surut sampai airnya asin dan tanahnya berlumpur. Hutan bakau
tersebar di sepanjang pantai Indonesia, terutama pada pantai yang datar seperti pantai
timur Sumatera, pantai utara Pulau Jawa, pantai Selatan Kalimantan, dan pantai-pantai
lainnya yang ditumbuhi bakau secara alami. Hutan bakau di Indonesia merupakan yang
terluas di dunia, akan tetapi sekarang banyak hutan bakau yang telah musnah dan rusak
akibat penebangan-penebangan, baik diambil kayunya untuk dijadikan arang maupun
diubah menjadi tambak.-tambak ikan. Perkiraan luas hutan bakau di dunia sekitar 18 juta
hektare, 8,6 juta hektare diantaranya atau 47,8% berada di Indonesia. Sayang sekali dan 8,6
juta hektare yang ada di Indonesia, hanya tinggal sekitar 32% yang baik, sedangkan
selebihnya 68% atau 5,9 juta hektare telah musnah dan rusak. Berdasarkan identifikasi dan
penelitian Dirjen Rehabilitasi lahan, kerusakan hutan bakau yang terbesar terdapat di luar
kawasan hutan yang mencapai 4,2 juta hektare (87,5%) sedangkan di dalam kawasan hutan
mencapai 1,7 juta hektare (44,73%). Kawasan hutan bakau banyak menyediakan nutrisi
(makanan bergizi) bagi makhluk-makhluk lainnya pada ekosistem tersebut. Makhluk hidup
yang banyak ditemukan di ekosistem ini antara lain ikan, kepiting, udang, siput, tiram,
cacing, burung, monyet, dan pada beberapa ekosistem pantai terdapat pula buaya.
Ekosistem pantai yang tertutup hutan bakau memiliki manfaat yang besar bagi manusia.

Manfaat ekosistem hutan bakau

Apakah hutan bakau itu penting? Ya, hutan bakau sangat penting. Tidak hanya untuk
penduduk atau masyarakat di sekitar bibir pantai, tapi juga untuk alam. Hutan bakau hanya
bisa ditumbuhi oleh tanaman yang memang bisa bertahan dengan iklim atau kondisi laut
yang berbatasan langsung dengan garis pantai. Berikut ini adalah beberapa manfaat dari
hutan bakau.

Manfaat Ekosistem Hutan Bakau antaralain :

1. Perlindungan pantai dan abrasi. Akar-akar pohon bakau yang mencuat di atas tanah
dapat menahan hantaman ombak dan laut sehingga terhindar dan bahaya abrasi
pantai. Hutan bakau yang berada di kawasan rawa atau tanah endapan lumpur di
sekitar garis pantai akan melindungi tanah agar tidak tergerus oleh air laut. Proses
alami air laut biasanya akan terjadi saat air laut mengalami pasang dan surut. Dengan
proses ini maka tanah di sekitar garis pantai bisa terbawa oleh air laut dan
menyebabkan daratan menjadi semakin mengecil. Jika hal ini terus terjadi maka garis
pantai akan mengalami erosi dan menyebabkan bencana alam untuk manusia.
2. Penahan perembesan air asin ke daratan. Dengan adanya pohon-pohon bakau di tepi
pantai, perembesan air asin ke daratan dapat terbendung. Kemusnahan hutan bakau
di tepi pantai akan mengakibatkan perembesan (intrusi) air asin jauh ke daratan.
Contoh: di pantai Jakarta dari 1.200 hektare hutan bakau tahun 1988, pada tahun 2003
tinggal hanya 327 hektare (27%), sehingga menyebabkan intrusi air laut telah
mencapai 14 km, atau tepatnya sudah sampai di kawasan Monumen Nasional
(Monas).
3. Laut menjadi salah satu tempat bagi beberapa jenis industri salah satunya industri
kilang minyak. Selain itu kapal-kapal yang berlayar di laut juga membuang zat sisa
polutan dari hasil pembaran mesin. Hal ini membuat air laut penuh dengan berbagai
jenis logam dan zat berbahaya bagi manusia.Hutan bakau akan membuat air di sekitar
garis pantai menjadi lebih bersih. Tanaman ini akan menyerap zat logam dan sampah
yang berasal dari laut. Dengan cara ini maka pantai menjadi tempat yang aman untuk
manusia.
4. Menjadi Habitat Berbagai Mahluk Hidup, Tempat perlindungan hewan dan ikan. Hutan
bakau yang didiami oleh berbagai jenis hewan dan tumbuhan menjadi tempat
perlindungan bagi ikan kecil, udang, dan kepiting dan pemangsa-pemangsanya dan
juga tempat perlindungan danrigerakan ombak yang kuat.
5. Hutan bakau menjadi salah satu tempat yang paling baik untuk berbagai jenis mahluk
hidup. Salah satunya adalah berbagai jenis burung langka yang hanya bisa tinggal di
kawasan hutan bakau. Mahluk hidup seperti satwa dan burung membutuhkan
lingkungan yang nyaman dari ancaman kerusakan seperti hutan bakau.
6. Hutan bakau juga menjadi tempat nyaman atau habitat bagi beberapa jenis mahluk
hidup yang tinggal di laut. Mereka menggunakan hutan bakau sebagai rumah karena
mereka mencari sumber makan yang paling dekat seperti laut. Media hutan bakau juga
akan menambah berbagai jenis keanekaragaman satwa.
7. Tempat perkembangbiakan ikan, udang, dan kepiting. Banyak jenis-jenis ikan tertentu,
udang dan kepiting bertelur di dalam hutan bakau, dan setelah cukup dewasa baru
pergi ke laut lepas seperti ikan-ikan lainnya.
8. 5. Penahan sedimen dan zat makanan. Akar-akar pohon bakau akan menahan
sedimen-sedimen yang di bawa oleh air dan hasil erosi di kawasan itu. Sedimen-
sedimen yang dibawa oleh air mengandung banyak zat-zat makanan yang diperlukan
oleh pohon-pohon bakau sehingga pohon bakau tumbuh subur. Daun-daun itu
akhirnya membusuk dan terurai menjadi sumber makanan makhluk lainnya.
9. Penghasil kayu. Kayu dan pohon bakau banyak dijadikan arang untuk bahan bakar.
Kayunya selain dijadikan arang, ada pula yang dijadikan bahan bangunan, bahkan
perekat untuk pembuatan plastik, dan lain-lain.
10. Pariwisata. Hutan bakau yang luas dan masih alami, banyak didatangi wisatawan untuk
dinikmati keindahan hutan bakau dan kesunyian alaminya. Hutan bakau menjadi salah
satu media yang sangat penting untuk manusia. Salah satunya adalah menyediakan
tempat hiburan seperti tempat wisata yang membuat manusia semakin sadar
pentingnya hutan bakau. Bahkan hutan bakau bisa dijadikan tempat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian dalam berbagai bidang.
11. Mempertahankan Kondisi Tanah. Tanah di sekitar garis pantai memang sangat rawan
karena terkena oleh air laut sepanjang waktu. Namun tanaman bakau akan mengikat
tanah di sekitarnya. Cara ini akan membuat hutan bakau mengikat tanah yang terbawa
dari air laut. Endapan tanah akan terus mengalampi perubahan. Endapan lama akan
bercampur dengan endapan baru sehingga membentuk daratan khusus yang semakin
luas.
12. Menjaga Kualitas Air. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan bakau akan
memanfaatkan hutan bakau sebagai cara untuk membersihkan air. Air laut
mengandung kadar garam yang cukup tinggi sehingga tidak bisa digunakande untuk
mendukung kehidupan manusia. Tanaman bakau akan membentuk perairan payau di
sekitar garis pantai. Dengan cara ini maka masyarakat bisa mendapatkan air yang lebih
bersih dan tanaman bakau menjadi penyaring alami dari air laut menjadi air tawar.
13. Hutan Bakau Merubah Lingkungan Secara Kimia. Tanaman bakau memiliki karakter
yang sangat tegas dan tahan terhadap berbagai jenis zat berbahaya dari laut. Hutan
bakau menyediakan manfaat dalam proses kimiawi termasuk seperti melakukan
penyerapan terhadap gas buangan yang berasal dari udara dan air laut. Tanaman
bakau akan merubah gas buangan menjadi gas yang lebih bersih dan bisa dihirup oleh
mahluk hidup untuk bernafas.
14. Mendukung Pendapatan Ekonomi Masyarakat. Hutan bakau tidak hanya penting untuk
menjaga proses alam. Hutan bakau melindungi manusia dari berbagai jenis bencana
alam. Bahkan hutan bakau juga menjadi salah satu tempat atau sumber penghasilan
utama bagi nelayan disekitar garis pantai. Manusia bisa memanfaatkan kayu untuk
diolah menjadi kerajinan atau bahan bakar. Manusia juga bisa mengambil ikan, udang ,
burung dan berbagai jenis mahluk hidup yang ada di hutan bakau. Berbagai jenis kayu
yang dihasilkan bisa diolah menjadi kerajinan atau bahan untuk kontruksi rumah.
Dengan cara ini maka hutan bakau mendukung ekonomi masyarakat.
15. Melindungi Bencana Alam. Hutan bakau menjadi salah satu tempat yang penting untuk
kehidupan manusia. Hutan bakau akan melindungi kawasan pesisir dari kerusakan
karena gelombang ombak. Hutan bakau akan mencegah daratan agar tidak terkena
hempasan badai dan gelombang tsunami. Pengalaman berbagai jenis bencana alam
besar di Indonesia akan mendukung perkembangan pengelolaan terhadap pencegahan
bencana alam seperti tsunami dan badai.
Hutan bakau memang sangat bermanfaat untuk manusia dan semua mahluk hidup yang
tinggal dalam habitatnya. Hingga saat ini masih banyak kerusakan alam yang sebenarnya
disebabkan oleh tindakan manusia. Manusia hendaknya selalu menyadari bahwa alam
menyedikan sumber daya yang tidak akan pernah habis. Dan manusia memiliki kewajiban
untuk mengelola dan mengembangkannya. Kerusakan hutan bakau telah menyebabkan
bahaya alam yang sangat besar. Semoga pengetahuan tentang manfaat hutan bakau ini
mendorong kesadaran berbagai pihak untuk mengembangkan dan menjaga potensi hutan
bakau.
Demikian Artikel singkat tentang Manfaat Hutan Bakau (Mangrove) Semoga bermanfaat
bagi kita semua. sekian dan terima kasih.

(Pustaka :Berbagai Sumber dan Geografi, Hal : 161-163, Penerbit : Erlangga. 2004. Jakarta,Penulis :
P.Ginting dkk)
Hutan Bakau (Mangrove)

Hutan mangrove adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari kelompok
pepohonan yang bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Salah satu ciri
tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan. Penampakan
mangrove seperti hamparan semak belukar yang memisahkan daratan dengan laut.
Kata mangrove berasal dari kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan,
dengan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar. 1 Sementara itu dalam literatur lain
disebutkan bahwa istilah mangrove berasal dari kata mangi-mangi (bahasa Melayu Kuno).
Hutan mangrove adalah suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh disepanjang
garis pantai tropis dan subtropis yang terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai
dengan tipe tanah anaerob.2

Perbedaan Mangrove dan Bakau


Istilah mangrove sering kali dianggap sama dengan bakau. Padahal di beberapa literatur
kedua istilah tersebut merujuk pada hal yang berbeda. Bakau merupakan istilah bahasa
Indonesia dan juga Malaysia yang mengacu pada sekelompok tanaman yang berasal dari
genus Rhizophora. Contohnya Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora
stylosa, dan lain-lain.
Sedangkan mangrove mengacu pada semua jenis tanaman yang tumbuh di sekitar garis
pantai dan bisa hidup di lingkungan yang bersalinitas tinggi. Termasuk di dalamnya
berabagai jenis pohon bakau. Jadi di sini cukup jelas perbedaannya juga artikel
mengenai pohon bakau.
Sebaran Hutan Mangrove
Hutan mangrove tersebar di 123 negara yang memiliki iklim tropis dan sub tropis. Biasanya
mangrove menyukai arus laut hangat sepanjang garis khatulistiwa, 20° ke utara dan selatan.
Terkadang ditemukan hingga lintang 32° ke Utara dan Selatan. Tanaman mangrove sensitif
terhadap suhu dibawah nol. Hutan mangrove tersebar mulai dari benua Amerika, Afrika,
Asia hingga ke Australia.3
Terhitung sejak 1980-an dunia telah kehilangan hutan mangrove sebesar 3,6 juta hektar,
atau sekitar 20%. Hingga tahun 2005 luas mangrove sebesar 15,2 juta hektar.
Luas ini sekitar 1% dari total luas hutan tropis. 4 Dari tahun ke tahun luasannya mengalami
penyusutan sekitar 1%.5
Terhitung sejak periode 2000-2005 laju penurunannya melambat menjadi sekitar 0,66% per
tahun. Penyebab utama hilangnya mangrove adalah konversi lahan untuk pertanian,
permukiman dan infrastruktur pariwisata.6

Hutan Mangrove di Indonesia


Meski wilayah sebaran hutan mangrove cukup luas, hanya mangrove tropis yang memiliki
densitas spesies tinggi. Lebih dari sepertiga luasan mangrove tropis ada di Asia
Tenggara. Dari jumlah itu yang masuk wilayah Indonesia mencapai lebih dari 80%. Sehingga
Indonesia menjadi negara dengan hutan mangrove terluas.7
Di Indonesia mangrove tumbuh di atas tanah lumpur aluvial di daerah pantai atau muara
sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Jenis-jenis mangrove yang tumbuh di
Indonesia antara lain Aicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,
Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.8

Fungsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove memiliki peran ekologis yang besar bagi kehidupan manusia. Telah
berabad-abad lamanya dijadikan tumpuan jutaan orang yang hidup di pesisir. Hutan ini
memiliki banyak fungsi mulai dari penyedia sumber makanan, bahan baku industri,
mencegah banjir, mencegah erosi, hingga fungsi rekreasi. Berikut ini beberapa fungsi utama
hutan mangrove.

 Menahan aberasi
Mangrove tumbuh disepanjang garis pantai seakan-akan memisahkan antara lautan
dan daratan. Keberadaan mangrove menghambat gelombang dan angin yang datang
dari arah laut agar tidak langsung membentur daratan.
 Membentuk lahan baru
Vegetasi mangrove mempunyai kemampuan untuk memerangkap sedimen lumpur
yang di bawa dari arah daratan. Akar-akar mangrove mampu mengikat dan
menstabilkan substrat lumpur, sehingga terjadi konsolidasi sedimen di hutan
mangrove. Sifat memerangkap sedimen ini dihubungkan dengan kemampuan hutan
mangrove untuk menciptakan daratan baru.
 Mencegah intrusi air laut
Beberapa jenis mangrove mempunyai kemampuan untuk beradaptasi terhadap
salinitas air laut. Salah satunya dengan kelenjar khusus pada daun yang dapat
mengeluarkan garam. Lapisan mangrove paling depan (mengarah ke laut) biasanya
mempunyai kemampuan beradaptasi dengan salinitas tinggi. Semakin ke belakang
areal mangrove semakin tawar. Dengan adanya kemampuan ini, hutan mangrove
dipercaya bisa mencegah intrusi air laut.

 Menyediakan makanan dan material


Hutan mangrove merupakan tempat berkembang biak ikan, udang, kepiting,
moluska dan hewan-hewan lainnya. Sedimen-sedimen yang dibawa oleh air
mengandung banyak zat-zat makanan yang diperlukan oleh pohon-pohon bakau
sehingga pohon bakau tumbuh subur. Daun-daun itu akhirnya membusuk dan
terurai menjadi sumber makanan makhluk lainnya.
Selain sumber makanan, mangrove juga diambil kayunya untuk bahan bangunan dan
industri. Konon pulp yang diambil dari kayu mangrove merupakan bahan untuk
kertas premium. Kayu bakar dari mangrove juga terkenal bermutu tinggi. Selain itu,
mangrove dimanfaatkan untuk diambil tanin-nya.

 Sumber keanekaragaman hayati


Hutan mangrove merupakan sumber plasma nutfah dan keanekaragaman hayati.
Selain ikan, hutan ini menjadi habitat hidup berbagai satwa mulai yang umum hingga
satwa langka. Mulai dari jenis-jenis burung hingga primata.

Satwa yang Hidup di Hutan Mangrove

Hutan mangrove menjadi habitat berbagai jenis fauna, mulai dari satwa air hingga primata.
Ekosistem mangrove menjadi tempat berkembang biak berbagai satwa air seperti ikan,
udang-udangan, kepiting dan moluska. Beberapa jenis burung air juga memilih tempat ini
untuk berkembang biak. Selain itu mangrove menjadi tempat mencari makan sejumlah
satwa liar seperti reptil dan mamalia. Berikut ini jenis-jenis satwa yang sering dijumpai di
hutan mangrove:
 Ikan
Ikan menjadikan mangrove sebagai tempat berlindung, mencari makan dan berkembang
biak. Ikan-ikan kecil memilih berkembang biak di habitat mangrove untuk menghindari
predator. Mangrove menyediakan makanan bagi ikan dalam bentuk material organik yang
berupa guguran vegetasi tanaman, berbagai jenis serangga, kepiting, udang-udangan dan
hewan invertebrata.
 Kepiting
Kepiting merupakan hewan yang paling umum dan mudah ditemukan di areal mangrove.
Menurut sejumlah penelitian rata-rata ada 10-70 ekor kepiting di setiap meter persegi
hutan mangrove.
 Moluska
Moluska banyak di temukan di hutan mangrove Indonesia. Hewan ini hidup di dalam tanah,
permukaan tanah, atau menempel di batang-batang pohon.
 Udang-udangan
Mangrove juga menjadi habitat udang-udangan (Crustacea) yang memiliki nilai komersial
tinggi.
 Serangga
Serangga yang hidup di hutan mangrove kebanyakan berasal dari
ordo Hymenoptera, Diptera dan Psocoptera. Serangga memiliki peran penting dalam jaring
makanan di hutan mangrove. Beberapa diantaranya menjadi pakan bagi burung air, ikan,
dan reptil.
 Reptil
Reptil yang ditemukan di hutan mangrove biasanya dapat ditemukan juga di lingkungan air
tawar atau di daratan. Beberapa diantaranya adalah buaya muara, biawak, ular air, ular
mangrove (Boiga dendrophila), dan ular tambak.
 Amphibia
Hewan jenis amphibi jarang ditemukan di areal mangrove. Sejauh ini hanya ada dua jenis
amphibi yang sanggup hidup di lingkungan bersalinitas tinggi seperti mangrove, yakni Rana
cancrivora dan Rana limnocharis.
 Burung
Hutan mangrove adalah surga bagi burung air dan burung migrasi lainnya. Setidaknya ada
200 spesies burung yang bergantung pada ekosistem mangrove, atau sekitar 13% dari
seluruh burung yang ada di Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk burung-burung
bangau yang terancam punah, seperti bangau wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam
(Centropus nigrorufus), dan bangau tongtong (Leptoptilos javanicus).
 Mamalia
Mamalia menjadikan habitat mangrove sebagai tempat mencari makan. Beberapa
diantaranya adalah babi liar, kelalawar, kancil, berang-berang, dan kucing bakau. Sedangkan
untuk mamalia air ada lumba-lumba yang hidup disekitar muara. Bahkan harimau sumatera
juga ditemukan berkeliaran di hutan mangrove wilayah Sungai Sembilang, Sumatera
Selatan. Primata merupakan salah satu jenis mamalia yang sering mencari makan di hutan
mangrove. Diantaranya ada lutung, monyet ekor panjang, dan bekantan. Namun mamalia
tersebut tidak ada yang eksklusif hidup di hutan mangrove.

Pustaka Acuan

Yus Rusila Noor, dkk. 1999. Panduan pengenalan mangrove di Indonesia. Cetakan ulang ke-
3. Ditjen PHKA dan Wetland International.
(Pustaka :Berbagai Sumber dan Geografi, Hal : 161-163, Penerbit : Erlangga. 2004. Jakarta,Penulis :
P.Ginting dkk)

Anda mungkin juga menyukai