Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

KAWASAN KONSERVASI HUTAN MANGROVE SEBAGAI WISATA


PENDIDIKAN DI DESA BABANA KECAMATAN SINJAI TIMUR KABUPATEN
SINJAI

Oleh:

Indra Wijaya (1911010)

Jusmiati (1911012)

Nur Anisa (1911015)

Nur Asirah (1911016)

Ilma Irdayanti (1911018)

MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
2022
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi yang berada pada pantai tropika
dimana didominasi oleh beberapa spesies pohon bakau yang mampu tumbuh dan berkembang
pada kawasan pasang surut pantai berlumpur (Rusdianti dan Sunito, 2012). Mangrove juga
merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki tipe perakaran yang sangat kuat dan kokoh.
Dengan adanya hal tersebut, mangrove dapat bertahan dalam kondisi terjangan gelombang
yang besar.

Desa Pasimarannu merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Sinjai Timur
Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Berjarak lebih kurang 7 km dari pusat ibukota
Kabupaten Sinjai, sekitar 180 km dari Kota Makassar dengan akses transportasi yang cukup
baik. Sebagian besar wilayah Desa Pasimarannu didaerah dataran rendah, dengan luas desa
3,4 km2. Jumlah penduduk sebanyak 1.993 jiwa, 964 orang laki-laki dan 1.029 orang
perempuan dan umumnya menetap diwilayah pesisir. Mata pencaharian utama masyarakat
Desa Pasimarannu adalah petani dan nelayan. Beberapa mata pencaharian lain seperti
industri rumah tangga, angkutan umum dan PNS (BPS Kabupaten Sinjai 2020).

Abrasi pantai merupakan pengikisan daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang
dan arus laut destruktif. Pengikisan yang demikian akan berdampak pada berkurangnya
wilayah daratan. Selain dapat menimbulkan kerusakan secara fisik juga akan menyebabkan
ketidak seimbangan ekosistem disebabkan adanya perubahan bentang alam wilayah pesisir.
Jika hal ini terus dibiarkan maka air laut akan menggenangi wilayah daratan bahkan
pemukiman penduduk dalam satu wilayah yang dekat dengan dengan pantai.

Ancaman abrasi telah diantisipasi oleh masyarakat dan mendapat bantuan pemecah
ombak dari pemerintah namun sifatnya sementara. Hasil survei yang dilakukan
memperlihatkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap solusi dari abrasi ini. Pemecah
ombak dengan biaya yang cukup tinggi dengan menggunakan tumpukan batu tidak dapat
bertahan lama, sehingga perlu upaya pemahaman dan penyadaran kepada masyarakat terkait
penanggulangan dan mitigasi ancaman abrasi yang semakin parah. Alternatif solusi yang
ditawarkan adalah penahan ombak menggunakan tumbuhan mangrove yang memiliki banyak
manfaat dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di wilayah yang terkena
abrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Erosi pantai
2. Habitat perikanan
3. Mencegah pemanasan global
4. Menyeimbangkan iklim

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian untuk menjaga kestabilan ekosistem perairan dan


meniungkatkan perekonomian daerah kabupaten sinjai.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian mangrove
Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan air
laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil dari
alam. Tanaman mangrove tidak dilindungi/dilarang untuk memanfaatkan bagian-
bagian tanaman tersebut, misalnya dimanfaatkan untuk dijadikan bahan baku
kosmetik/farmasi atau bahan tambahan tekstil (Dirjen P2HP, 2015).
Hutan mangrove adalah salah satu jenis hutan yang banyak ditemukan pada
kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove menjadi salah
satu solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan
terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya
habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga
untuk manusia. Mangrove telah menjadi pelindung lingkungan yang sangat besar
(Ana, 2015).
B. Fungsi mangrove
Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuarin sehingga
merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur
yang terbawa dari daerah hulu akibat adanya erosi. Dengan demikian, daerah
mangrove merupakan daerah yang subur, baik daratannya maupun perairannya,
karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut.
Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga
kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah
terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi
biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk hidup
dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik
seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma
nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang),
bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan.
Mangrove mengangkut nutrien dan detritus ke perairan pantai sehingga
produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup tinggi dan penting bagi
kesuburan perairan. Dedaunan, ranting, bunga, dan buah dari tanaman mangrove yang
mati dimanfaatkan oleh makrofauna, misalnya kepiting sesarmid, kemudian
didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat di dasar mangrove dan
secara bersama-sama membentuk rantai makanan. Detritus selanjutnya dimanfaatkan
oleh hewan akuatik yang mempunyai tingkatan lebih tinggi seperti bivalvia,
gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan udang, serta kepiting. Karena keberadaan
mangrove sangat penting maka pemanfaatan mangrove untuk budi daya perikanan
harus rasional. Ahmad dan Mangampa (2000) menyarankan hanya 20% saja dari
lahan mangrove yang dikonversi menjadi pertambakan.
C. Keanekaragaman Jenis Mangrove
Hutan mangrove juga menyediakan habitat alami yang unik bagi berbagai macam
flora dan fauna laut serta air payau. Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem
mangrove mengalami penurunan kualitas secara drastis. Saat ini mangrove yang
tersisa hanyalah berupa komunitas - komunitas mangrove yang ada di sekitar muara -
muara sungai dengan ketebalan 10 -100 meter, didominasi oleh Avicennia marina
diikuti oleh jeni Rhizophora mucronata, Sonnerati alba dan Sonneratia caseolaris yang
semuanya memiliki manfaat sendiri, misalkan pohon Avicennia memiliki kemampuan
dalam mengakumulasi (menyerap dan menyimpan dalam organ daun, akar dan
batang) logam berat pencemar, sehingga keberadaan mangrove dapat berperan untuk
menyaring dan mereduksi tingkat pencemaran diperairan laut dan manfaat ekonomis
seperti hasil kayu serta bermanfaat sebagai pelindung bagi lingkungan ekosistem
daratan dan lautan.
D. Manfaat mangrove
Mangrove atau yang sering disebut bakau memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan
sekitarnya yaitu :
1. Pemeliharaan Keakeragaman
Fauna Hutan mangrove menyokong kehidupan hewan karena memberikan
sumber makanan dan tempat untuk hidup. Jenis - jenis biota yang dijumpai di
Pamurbaya antara lain : Reptilia, ikan dan hewan makrobentos. (Arisandi dkk,
2001)
2. Tempat Pemijahan
Lingkungan mangrove memiliki produktifitas tinggi, menyediakan sumber
energi berupa zat - zat makanan karena itu mangrove merupakan tempat
berteduh dan mencari makan. (Arisandi dkk, 2001)
3. Habitat Penting Bagi Burung
Beberapa jenis burung membutuhkan ekosistem mangrove sebagai tempat
mencari makan dan bersarang. (Arisandi dkk, 2001)
4. Pencegah Banjir
Kawasan Pamurbaya adalah daerah lahan basah yang berfungsi sebagai daeran
antrian air (retention time zone) sehingga air hujan yang akan mengalir ke laut
terlebih dahulu akan menggenangi daerah pantai timur, untuk menunggu
giliran mengalir ke laut. Apabila kawasan Pamurbaya peruntukannya menjadi
pemukiman, maka lahan antrian akan hilang sehingga saat musim hujan tiba
air hujan yang akan mengalir ke laut harus antri di tengah - tengah kota dan
menyebakan banjir.(Arisandi dkk, 2001)
5. Bioakumulator Logam Berat
Tingginya kandungan logam berat Cu, Cd dan Zn di dalam akar mangrove
menunjukkan bahwa tumbuhan ini dapat mengakumulasi logam berat didalam
jaringan tubuhnya. (Arisandi dkk, 2001)
6. Mengurangi resiko bahaya tsunami
Tentu kita belum lupa kerusakan fatal dan tewasnya ratusan ribu orang di
Aceh dan Sumatra Utara akibat gelombang Tsunami. Andai saja masyarakat
serta pemerintah memahami dan menyadari arti penting mangrove untuk
meminimalisasi dasyatnya hantaman gelombang lautan yang menerjang
daratan, tentunya ekosistem mangrove tidak akan dibiarkan punah seperti saat
ini.
Ekosistem mangrove juga merupakan perlindungan pantai secara almi untuk
menguragi resiko terhadap bahaya Tsunami. Hasil penelitian yang dilakukan
di Teluk Grajagan, Banyuwangi, Jawa Timur, menunjukkan bahwa dengan
adanya ekosistem mangrove telah terjadi reduksi tinggi gelombang sebesar
0,7340 dan perubahan energi gelombang sebasar (E) = 19635,26 joule.
(Pratikno,2002)
E. Konserfasi hutan mangrove
Ruang lingkup konservasi hutan mangrove meliputi usaha perlindungan,
pelestarian alam dalam bentuk penyisihan areal sebagai kawasan suaka alam baik
untuk perairan laut, pesisir dan hutan mangrove. Konservasi hutan mangrove
mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Melestarikan vegetasi dengan habitat hutan mangrove dengan tipe - tipe
ekosistem.
b. Melindungi jenis – jenis biota dengan habitatnya yang terancam punah.
c. Mengelola areal bagi pembiakan jenis – jenis biota yang bernilai ekonomi.
d. Melindungi unsur – unsur yang mempunyai nilai sejarah dan budaya.
e. Mengelola areal yang bernilai estetis dan memanfaatkan areal tersebut bagi
usaha rekreasi, turisme, pendidikan, penelitian dan lain –lain
F. Fungsi Mangrove Sebagai Tempat Wisata
sebagai tempat wisata selain mempynyai fungsi sebagai tempat wisata atau
rekreasi juga mempunyai fungsi lain antara lain :
1. Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan
lingkungan
2. Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan keindahan
3. Terdapat perlindungan plasma nutfah.
4. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro.
5. Pengatur tata air.
Semuanya hanya bertujuan untuk pelestrian lingkungan terhadap hutan
mangrove yang banyak sekali manfaat dan kegunaannya dan dapat memberikan
masukan tambahan pendapatan daerah apabila tempat tersebut sukses menjadi
kawasan wisata mangrove. Bagi kegiatan ekonomi, mata pencaharian penduduk akan
bertambah sehingga meningkatkan taraf hidup ekonomi masyarakat pesisir, dan
tidaklah mustahil bila mereka akan berganti profesi dari menjadi petani tambak udang
yang selama ini terus membuka lahan mangrove untuk tambak menjadi penyedia jasa
pariwisata mangrove di kawasan hutan mangrove pantai pesisir Surabaya Timur.
G. Konsep mangrove sebagai tempat wisata
Mangrove sebagai wisata mempunyai beberapa konsep atau tatanan sehingga
tempat iti layak dijadikan sebagai wisata pendidikan:
1. Mempunyai Lembaga Agar lembaga tersebut dapat berjalan dengan baik
maka diperlukan seksi – seksi kerja, sebagai berikut :
a. Seksi Penelitian: Melaksanakan survey dan penelitian flora dan fauna yang
berkaitan dengan mangrove.
b. Seksi Pelatihan : Menyusun dan melaksanakan kegiatan pelatihan baik
yang merupakan kegiatan rutin maupun permintaan pihak – pihak yang
berrkepentingan
c. Seksi Informasi : Menyebarluaskan informasi mangrove melalui media
cetak dan elektronik.
d. Seksi Ekowisata : Melakukan pemanduan wisata, pem-buatan
spesimen dan pembuatan buku
e. Seksi Pendidikan Lingkungan : Melaksanakan event, kelas dilapangan dan
penanaman partisipasif bagi kalangan sekolah, universitas dan masyarakat
umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang mangrove.
f. Seksi Manajemen : Mengorganisir dan mendukung semua kegiatan proyek
(www.JICA.or.id/mangrove/htm)
2. Adanya jalan sebagai sarana mengelilingi mangrove.
Jalan terbuat dari kayu sepanjang panjang mangrove karena hanya
dengan jalan kaki kita dapat mengelilingi mangrove
3. Tatanan mangrove tanpa merubah zonasi dari mangrove itu sendiri.
Zonasi mangrove tidak dapat dirubah karena pohan mangrove
memiliki akar khusus yang cocok sesuai dengan zonasi tersebut.
4. Tidak adanya pedagang liar yang berada di kawasan wisata.
Kawasan ini bebas dari pedagang liar karena akan mengangu
keindahan dan nilai estetika. Jika ada pedagang liar yang berada dikawasan
wisata dikhawatirkan akan membuag bekas bungkus makanan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di desa Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2010-
September 2011.

B. Alat dan Bahan

Atribut setiap dimensi dan kriteria baik atau buruk mengikuti konsep RAPFISH
(Kavanagh, 2001) dan judgement knowladge pakar/stakeholder. Setiap atribut diperkirakan
skornya, yaitu skor 3 untuk kondisi baik (good), 0 berarti buruk (bad) dan di antara 0-3 untuk
keadaan di antara baik dan buruk. Skor definitifnya adalah nilai modus, yang dianalisis untuk
menentukan titik-titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan relatif terhadap titik baik dan
buruk dengan teknik ordinasi statistik MDS. Skor perkiraan setiap dimensi dinyatakan
dengan skala terburuk (bad) 0% sampai yang terbaik (good) 100%, yang dikelompokkan ke
dalam empat kategori, yaitu: 0-25% dikategorikan buruk (tidak berkelanjutan), 25,01-50%
(kurang berkelanjutan), 50,01-75% (cukup berkelanjutan) dan 75,01- 100% dikategorikan
baik (sangat berkelanjutan).

C. Pengumpulan data

Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder yang terkait dengan atribut-
atribut dimensi pembangunan keberlanjutan yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial,
teknologi dan infrastruktur serta hukum dan kelembagaan. Data primer diperoleh hasil
pengamatan langsung di lokasi penelitian dan dari responden serta pakar yang terpilih,
sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber kepustakaan dan dokumen beberapa instansi
yang terkait dengan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan lapangan,
wawancara dengan masyarakat dan tokoh masyarakat, pengusaha pariwisata, kelompok
konservasi, dan aparat pemerintah. Diskusi mendalam dilakukan dengan pakar mencakup
akademisi, lembaga swadaya masyarakat, aparat pemerintah dan tokoh masyarakat. Data
sekunder diperoleh dari berbagai sumber antara lain Bintan Dalam Angka, Kecamatan
Gunung Kijang Dalam Angka, Kecamatan Bintan Pesisir Dalam Angka, dokumen RT/RW
Kabupaten Bintan, dan hasil penelitian LIPI di Kabupaten Bintan.

D. Analisis Data

Analisis keberlanjutan pengelolaan terumbu karang dilakukan dengan metode


pendekatan Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan teknik Rap-Insus COREMAG (Rapid
Appraisal-Index Sustainability of Coral Reef Management) yang telah dimodifikasi dari
program RAPFISH (Kavanagh, 2001; Pitcher and Preikshot, 2001 Fauzi dan Anna, 2002).
Metode MDS merupakan teknik analisis statistik berbasis komputer dengan menggunakan
perangkat lunak SPSS, yang melakukan transformasi terhadap setiap dimensi dan
multidimensi keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang di KKLD Bintan Timur
Kepulauan Riau. Penentuan atribut pada masing-masing dimensi ekologi, ekonomi, sosial
budaya, teknologi dan infrastruktur serta hukum dan kelembagaan mengacu pada indikator
dari Rapfish (Kavanagh, 2001); Tesfamichael dan Pitcher (2006); Charles (2000); Nikijuluw
(2002) dan Arifin (2008) yang dimodifikasi.

Anda mungkin juga menyukai