Ditulis oleh:
1. Nabilla Dihni Amilia (18030174032)
2. Ana Agustini (18030174065)
3. Dewi Safina (18030174096)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan ekosistem mangrove tentunya memiliki berbagai manfaat, namun tidak menutup
kemungkinan apabila terdapat berbagai masalah dengan keberadaan ekosistem mangrove. Di
Indonesia jumlah mangrove yang tersebar adalah sebesar 30% dari jumlah total yang ada di dunia.
Dalam UU No. 27 Tahun 2007 telah dijelaskan mengenai tata cara pengelolaan wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil yang didalamnya mencakup pengelolaan mengenai mangrove.
Surabaya sebagai salah satu wilayah pesisir, memiliki ekosistem mangrove yang sudah mulai
dikembangkan oleh pihak pemerintah salah satunya adalah di kawasan Pamurbaya (Pantai Timur
Surabaya) yaitu ekosistem mangrove Wonorejo. Dan dalam upaya untuk mengoptimalkan
ekosistem mangrove yang telah ada saat ini perlu diketahui permasalahan beserta potensi yang
masih bisa digali untuk dikembangkan. Sehingga dalam makalah ini dilakukan identifikasi
mengenai potensi dan masalah Ekosistem Mangrove yang ada di Surabaya yaitu di Wonorejo
berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum tentang wilayah kawasan Mangrove Wonorejo?
2. Bagaimana potensi yang ada di wilayah kawasan Mangrove Wonorejo?
3. Apa saja permasalah yang ada di wilayah kawasan Mangrove Wonorejo
1.3 Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum wilayah kawasan Mangrove Wonorejo
2. Mengidentifikasi potensi yang ada di wilayah kawasan Mangrove Wonorejo
3. Mengidentifikasi permasalahan yang ada di wilayah kawasan Mangrove Wonorejo
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal woodland, vloedbos dan
hutan payau (Kusmana dkk., 2005) yang terletak di perbatasan antara darat dan laut, tepatnya
di daerah pantai dan di sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(Sumaharni, 1994). Menurut Kusmana dkk., (2005) hutan mangrove adalah suatu tipe hutan
yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)
yang tergenang waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam. Adapun ekosistem mangrove merupakan
suatu sistem yang terdiri atas organisme yang berinteraksi dengan faktor lingkungan di dalam
suatu habitat mangrove.
a. Fungsi Fisik:
1. Menjaga garis pantai juga tebing sungai terhindar dari erosi dan abrasi.
2. Memacu percepatan perluasan lahan.
3. Mengendalikan intrusi dari air laut.
4. Melindung daerah belakang hutan mangrove dari pengaruh negatif hempasan gelombang
juga angin kencang.
5. Sebagai kawasan penyangga rembesan air lautan.
6. Sebagai pusat pengolahan limbah organik.
b. Fungsi Ekonomi
1. Merupakan fishing ground (daerah penangkapan ikan) yang produktif, seperti penghasil
nener, ikan, udang danbiota lainnya.
2. Sumber kayu bahan bakar dan bahan bangunan bagi manusia.
3. Penghasil beberapa unsur penting seperti minuman, makanan, obat-obatan,tannin,
kosmetik dan madu.
4. Sebagai lahan untuk produksi pangan.
c. Fungsi Biologi
1. Sebagai tempat untuk mencari makanan, memijah, dan berkembang biak bagi berbagai
organisme laut seperti ikan, udang, dan lain-lain.
2. Sebagai salah satu sumber keanekaragaman plasma nutfah
d. Fungsi Pariwisata
1. Memiliki nilai pariwisata tinggi sebagai objek dan daya Tarik wisata alam, pendidikan
dan ilmu pengetahuan
1. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah genangan pasang naik yang tinggi
2. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah genangan pasang naik yang medium
3. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah genangan pasang naik dengan tinggi pasang normal
4. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah genangan pasang naik yang tertinggi (spring tide)
5. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah genangan pasang pada saat lain.
2.5 Ekowisata
Pengertian ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecoutourism Society
(1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan
mengkonservai lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan
wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena
banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat
menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata
adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualangan yang
dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).
3.1 Hasil
A. Gambaran Lokasi
Lokasi yang menjadi pengamatan potensial sumber daya alam mangrove berada di
Kawasan Ekowisata Mangrove yang terletak di Jl. Raya Wonorejo No. 1 Desa Wonorejo
Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya Timur. Luas dari lokasi ekowisata
kurang lebih sekitar 800 Ha, yang berjarak 2 km dari pusat Kota Surabaya. Adapun batas-
batas administrasi lokasi studi adalah sebagai berikut:
Batas Utara: Kelurahan Keputih, Sukolilo
Batas Selatan: Kelurahan Medokan Ayu, Rungkut
Batas Timur: Selat Madura
Batas Barat: Kelurahan Penjaringansari, Rungkut
B. Jenis Pohon Mangrove dan Potensi di Kawasan Mangrove Wonorejo
Memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya yang beragam.
Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove yang tergenang oleh pasang
naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air yang bersifat payau secara musiman.
Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji
tumbuh secara semi-vivipar, dimana embrio muncul melalui kulit buah ketika buah
yang membesar rontok. Biasanya segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon
dewasa. Buah dan biji telah teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air.
Manfaat:
Kulit kayu yang berisi saponin dapat digunakan untuk racun ikan
Bunga dimanfaatkan sebagai hiasan ruangan karena wanginya
Kayunya dapat dijadikan arang
2. Kateng / Avicennia Lanata Ridley
Tumbuh pada dataran lumpur, tepi sungai, daerah yang kering dan toleran terhadap
kadar garam yang tinggi.
Manfaat:
Kayu dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar
Sebagai bahan bangunan
Dapat dimakan, merupakan bahan dasar untuk pembuatan makanan seperti
tempet
3. Api-Api / Avicennia Alba Blume
Avicennia alba merupakan belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan
ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal
dan akar nafas yang rumit.
Manfaat:
Kayu bakar dan bahan bangunan dengan mutu rendah
Getahnya dapat digunakan untuk mencegah kehamilan
Buahnya dapat dimakan
4. Jeruju / Acanthus Ilicifolius L
tumbuhan mangrove yang memiliki berbagai potensi dalam bidang pangan dan
kesehatan.
Manfaat:
Buah yang ditumbuk dapat dimanfaatkan untuk “pembersih darah” serta kulit
terbakar
Daun dapat mengobati penyakit reumatik
Perasan buah dan akar dapat dimanfatkan untuk mengatasi gigitan ular beracun
Biji dapat digunakan untuk mengobati penyakit cacing pada pencernaan
Pohon dapat digunakan sebagai pakan ternak
5. Api-Api / Avicennia Marina (Forsal) Vierh
Manfaat:
Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar
Resin yang keluar dari kulit kayu dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi
Buah dapat dimakan
kayu dapat menghasilkan bahan kertas yang berkualitas tinggi
Daun digunakan sebagai pakan ternak
6. Bakau Tinjang / Rhizophora Mucronata Lam
Manfaat:
Bahan dasar pembuatan makanan mangrove seperti keripik
Tenin dan kulit kayu digunakan untuk pewarnanaan, dan kadang digunakan
untuk obat dalam kasus hematuria
7. Werus / Brugulera Cylindrica Blume
Manfaat:
Dapat digunakan sebagai kayu bakar
akar embrio dimanfaatkan sebaagi makanan ringan dengan gula dan kelapa
8. Lindur / Ceriops tagal C. B
Manfaat:
Ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk persalinan
Kulit kayu dan kayu dapat dimanfaatkan sebagai pewarnaan
9. Tanjang Merah, Putut / Brugulera gymnorrhiza (L.) Lam
Manfaat:
Bagian dalam hipokotil dapat dimakan dan dicampur dengan gula
Kayu digunakan untuk kayu bakar dan pembuatan arang
Bahan dasar pembuatan tepung pengganti beras
10. Buyuk / Nypa Fruticans Wurmb
Manfaat:
Dapat diolah menjadi tepung, permen, manisan, sirup, alcohol, gula
Daun dapat dimanfaatkan sebagai topi, tikar, keranjang, dan kertas rokok
Biji dapat dimakan
Serat gagang dan daun dapat dibuat tali dan bulu sikat
11. Bakau Tinjang Wedok / Rhizophora Apiculata
Manfaat:
Cabang Akar dapat digunakan sebagai jangkar batu
Digunkana untuk melindungi pematang untuk tanaman penghijauan
12. Bogem / Sonneratia caseolaris (L.)
Manfaat:
Buah asam dapat digunakan sebaga bahan rujak
13. Ketower / Derris trifoliate Lour
Manfaat:
Batang dapat digunakan sebagai tali
Akarnya dapat digunakan sebagai racun ikan
14. Tinjang / Rhizophora Stylisa Gryff
Manfaat:
Kayu dapat dimanfaatkan sebagai boomerang dan tombak
Buah dapat digunakan sebagai anggur ringan dan obat untuk hematuria
15. Nyirih / Xylocarpus Mollucencis (Lam.) M.Roem
Manfaat:
Biji dapat digunakan sebagai obat sakit perut
Dapat dijadikan jamu untuk proses setelah bersalin
Dapat dijadikan sebagai jamu penambah nafsu makan
Tannin dapat dijadikan sebagai jala dan obat pencernaan
3.2 Pembahasan
A. Potensi Umum Kawasan Mangrove Wonorejo
a. Potensi Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem mangrove yang ada di Wonorejo dapat terbilang cukup bervariasi, yang
setidaknya terdapat 15 jenis pohon mangrove yang telah hidup di kawasan pesisir hal
ini sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan bagi biota laut yang hidup di perairan
sekitarnya. Bagi masyarakat contohnya Bisa digunakan sebagai bahan obat, tepung
sebagai pengganti beras, bahan pembuatan makanan (permen, manisan, keripik), bahan
sandang (tas, keranjang, topi), serta kayu bakar.
Untuk jenis mangrove yang paling banyak dimanfaatkan antara lain jenis Api-api,
Sonirafia, dan Nipah. Api-api merupakan tempat berkembang biaknya biota laut seperti
ikan dan kepiting khususnya di bagian akar nafasnya. Selain itu akar dari Api-api ini
dapat menyerap kadar garam yang tinggi. Kadar garam yang telah diserap ini kemudian
dibuangnya dibalik pohon. Namun apabila kadar garam melampaui batas maka
tanaman ini kulitnya akan menghitam dan kemudian mati. Adanya api-api yang lebat
ini juga bermanfaat untuk mengurangi intrusi air laut yang saat ini sudah sampai Injoko.
Keberadaan jenis mangrove Api-api daunnya dapat digunakan sebagai pakan ternak
hewan, buahnya dapat diolah sebagai bahan dasar tempe mangrove. Tak hanya itu
batang api-api ini juga bisa dijadikan arang yang mahal dan kualitas ekspor Jepang.
Buah Bogem dan Nipah juga dapat digunakan sebagai bahan pangan, sedangkan akar
Sonirafia dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan dan pewarna batik yang
hasilnya juga dijual di kawasan Ekowisata tersebut.
Selain itu dengan keberadaan hutan mangrove mampu menarik atau mendatangkan
beberapa jenis spesies burung hingga mencapai 147 spesies beserta berbagai spesies
fauna lainnya yang dapat menunjang kawasan Ekowisata Mangrove. Atau dalam kata
lain, dengan adanya keberagaman ekosistem mangrove akan mendatangkan berbagai
jenis flora dan fauna sehingga tidak hanya jenis mangrove yang bervariasi namun juga
flora dan fauna yang tersedia.
2. Biaya pengelolaan
Dalam pengelolaan kawasan konservasi mangrove, biaya yang dibutuhkan
tentunya tidak sedikit. Hal tersebut merupakan salah satu kendala pokok yang
dihadapi oleh pihak pengelola untuk mengembangkan kawasan ekowisata
mangrove ini. Sulitnya memperoleh dana tidak hanya berasal dari UPTD
namun juga dari pemerintah pusat. Sampai saat ini swadaya masyarakat harus
mengajukan proposal terlebih dahulu untuk memperoleh bantuan dana
pengelolaan kepada UPTD.
4.1 Kesimpulan
Jenis pohon mangrove yang tumbuh di kawasan mangrove daerah Wonorejo sangat
beragam, seperti Gedangan, Kateng, Api-Api, Jeruju, Api-Api / Avicennia Marina (Forsal)
Vierh, Bakau Tinjang, Werus, Lindur, Tanjang Merah, Putut, Buyuk, Bakau Tinjang
Wedok, Bogem, Ketower, Tinjang, Nyirih masing-masing memiliki manfaat yang
berbeda-beda. Dari keanekaragaman tanaman yang ada didalamnya, banyak potensi yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Seperti hasil olahan untuk
pembuatan obat, makanan, bahan sandang, dan sebagai tempat wisata.
Akan tetapi karena kawasan tersebut dikelola oleh pemerintah, maka
pengoptimalan di bidang ekonomi seperti penghasilan produk olahan masih kurang. Akan
tetapi dalam bidang pariwisata, kawasan tersebut sudah lebih optimal dibandingkan dari
segi yang lain.
Maka dari itu, upaya pemerintah untuk bekerja sama dengan masyarakat sipil harus
berjalan positif. Agar pemanfaatan hasil tanaman mangrove oleh masyarakat sekitar lebih
optimal, dan program pelestarian oleh pemerintah juga berjalan dengan baik. Upaya yang
paling penting adalah dengan mengadakan program “Petik Tanam” dan memberlakukan
UU tentang keletarian dan pemanfaatan tanaman mangrove di daerah Wonorejo, agar
pemanfaatan dan pelestarian tanaman mangrove di daerah tersebut berjalan beriringan.
4.2 Saran
Daftar Pustaka
http://www.academia.edu/25598884/LAPORAN_KULIAH_LAPANGAN_KAWASAN_
EKOWISATA_MANGROVE_WONOREJO_SURABAYA
https://mangrovemagz.com/2017/04/11/potensi-buah-mangrove-sebagai-alternatif-
sumber-pangan/