Anda di halaman 1dari 24

TELAAH KURIKULUM SEKOLAH

ANALISIS KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2004 (KBK), 2006


(KTSP) DAN 2013 (KURTILAS).
Dosen Pengampu : Dr. Endah Budi Rahaju, M.Pd.

Oleh kelompok 7:
Mochamad Fachrul Rozi (18030174050)
Chusnul Fadlilah (18030174064)
Afifa Nur Arofa (19030174087)
Dewi Safina (18030174096)

2018 C
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat serta nikmat yang telah diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ‘Analisis Kurikulum Matematika Sekolah Tahun 2004 (KBK), 2006 (KTSP)
dan 2013 (KURTILAS).’ yang isinya mencakup Standard Kompetensi dan
Kompetensi Dasar pada jenjang SMP, SMA beserta analisisnya pada kurikulum
matematika sekolah tahun 2004 (KBK), 2006 (KTSP), dan 2013 (KURTILAS) untuk
memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum Sekolah yang diampu oleh ibu Dr.
Endah Budi Rahaju, M.Pd.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Endah Budi Rahaju,
M.Pd. yang telah membantu menyusun makalah ini, juga dengan teman-teman yang
bersedia membantu mencari informasi serta kepada orang tua yang senantiasa
mendoakan penulis.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun karena


penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, semoga makalah
ini bermanfaat untuk penulis dan terutama pembaca.

Surabaya, 29 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................3
C. TUJUAN...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5
A. STANDARD KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM
MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2004.............................................................5
B. ANALISIS KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2004.......14
C. STANDARD KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM
MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2006...........................................................18
D. ANALISIS KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2006.......30
E. ANALISIS PERBEDAAN KURIKULUM MATEMATIKA SMP TAHUN
2006 DENGAN 2013…………………………………………………………...…31
F. ANALISIS PERBEDAAN KURIKULUM MATEMATIKA SMA TAHUN
2006 DENGAN 2013……………………………………………………………...31
G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM
MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN 2013………………………………...……32
H. ANALISIS KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH TAHUN
2013…....43
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………….48
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...49

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ii
Pendidikan adalah suatu pembelajaran kepada individu agar memiliki
pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi manusia yang kritis
dalam berpikir. Dengan pendidikan manusia menjadi mengetahui aturan- aturan
yang baik maupun buruk untuk dirinya sehingga ia dapat bertahan hidup. Dalam
dunia pendidikan, dalam hal ini yang dimaksud adalah sekolah, terdapat istilah
kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan di Indonesia sebagai acuan
pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kurikulum merupakan hal yang sangat
penting dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan karena dengan
kurikulum maka tujuan pendidikan dapat tercapai karena dengan berpedoman
pada kurikulum maka kegiatan guru dan siswa dapat dilaksanakan secara teratur
dan terencana.
Menurut catatan sejarah, Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian kurikulum yang mana masing-masing kurikulum memiliki
karakteristik masing-masing yaitu kurikulum pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Tujuan pemerintah Indonesia
mengganti kurikulum-kurikulum tersebut adalah untuk mencapai sistem
pendidikan yang terbaik di Indonesia sehingga menghasilkan individu-individu
yang berkualitas.
Kurikulum-kurikulum tersebut mencakup tujuan pembelajaran yang
berbeda. Sehingga perlu dianalisis materi yang tersedia pada setiap kurikulum
tersebut terutama pada matematika sekolah. Kurikulum matematika sekolah
pada tahun 2004, 2006, dan 2013 memiliki standard kompetensi dan kompetensi
dasar pada beberapa urutan berbeda. Untuk itu diperlukan pemahaman dalam
menganalisis setiap kurikulumnya agar kita dapat memperoleh manfaat.
Manfaat adanya kurikulum, diharapkan dapat tercapai sistem pendidikan yang
terbaik di Indonesia untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang akan
memajukan bangsa ini apalagi di tengah-tengah derasnya arus globalisasi,
mereka yang tidak memiliki skill maka akan ditindas meskipun di rumahnya
sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum matematika
sekolah tahun 2004?
2. Bagaimana analisis kurikulum matematika sekolah tahun 2004?
3. Bagaimana standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum matematika
sekolah tahun 2006?
4. Bagaimana analisis kurikulum matematika sekolah tahun 2006?
5. Bagaimana standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum matematika
sekolah tahun 2013?

iii
6. Bagaimana analisis kurikulum matematika sekolah tahun 2013?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum
matematika sekolah tahun 2004.
2. Untuk menganalis kurikulum matematika sekolah tahun 2004.
3. Untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum
matematika sekolah tahun 2006.
4. Untuk menganalis kurikulum matematika sekolah tahun 2004.
5. Untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum
matematika sekolah tahun 2013.
6. Untuk menganalis kurikulum matematika sekolah tahun 2013.

iv
BAB II PEMBAHASAN

A. Jepang
a.) Kurikulum di Jepang
Bangsa Jepang, walaupun sudah maju diberbagai bidang kehidupan
termasuk di bidang pendidikan tetapi dalam rangka mempersiapkan diri secara
lebih baik lagi, maka pengembangan kurikulum terus ditingkatkan demi kemajuan-
kemajuan kualitas pendidikan di negara Jepang itu sendiri. Kurikulum di Jepang
disusun oleh bagian perencanaan
kurikulum yang terdapat dalam Kementrian Pendidikan 2006). Penyusunan
(MEXT,
kurikulum Jepang lebih ditekankan pada sistem pendidikan di sekolah, bukan
pada
perubahan mata pelajaran atau metode mengajar. Sifatnya fleksibel dan responsif
dalam
konteks penerapan kurikulumnya memungkinkan para pendidik untuk
melakukan
pengembangan dan penyesuaian-penyesuaian pada tataran implementatif di dalam
kelas. Menurut Chibi, A. (2014), kurikulum Jepang, pertama kali dikeluarkan pada
tahun 1947, bertepatan dengan lahirnya UU pendidikan di Jepang, selanjutnya
berkali-kali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1951, 1956, 1961, 1971, 1980,
1992, 2002, dan 2011. Hal-hal yang ditegaskan oleh Kementerian Pendidikan
Jepang terkait dengan menyusun kurikulum adalah: 1) standar kurikulum nasional,
2) mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani siswa, 3)
menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, 4) memperhatikan step perkembangan
siswa, dan 5) memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level

v
SMA.
Panduan kurikulum Jepang disebut Gakushū Shidōyōryō (GS) yang diakui secara
hukum, sehingga pelanggaran terhadapnya akan dikenai sanksi hukum. GS
merupakan panduan kurikulum untuk SD (shōgakkō), SMP (chūgakkō),
SMP-SMA satu atap
(chūtōkyōikugakkō), SMA (kōtōgakkō), dan SLB (tokubetsushiengakkō).
Sedangkan
untuk panduan kurikulum Taman Kanak-Kanak (yōchien) disebut
yōchienkyouikuyōryō. Untuk penyusunan dan publikasi kurikulum dilakukan tiga
tahun sebelum diterapkan. Misalnya untuk reformasi kurikulum SMP yang
direncanakan akan diterapkan pada tahun 2012, telah terselesaikan penyusunannya
sekaligus diumumkan ke publik pada bulan Maret
2011 untuk mendapatkan masukan. Reformasi kurikulum ini dengan tujuan
memacu
kreativitas para guru termasuk guru bidang studi termasuk guru matematika
dalam
merancang dan mengimplementasikan pengalaman belajar bagi para peserta didik
di kelas. Pengembangan profesional guru dilakukan secara terus-menerus sebab
Jepang menyadari karena miskin sumber daya alam maka pengembangan sumber
daya manusia (termasuk guru), dilakukan secara terus-menerus.

vi
Karakteristik kurikulum SD di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di
Indonesia. Kurikulum SD di Jepang meliputi bahasa Jepang, ilmu sosial, matematika, ilmu
pengetahuan, pendidikan moral, musik, seni dan kerajinan, kerumahtanggaan, dan
pendidikan jasmani. Perbedaannya dengan kurikulum SD di Indonesia terlihat pada mata
pelajaran seikatsuka (kebiasaan hidup) yang diajarkan di kelas 1 dan 2 SD. Mapel ini
bertujuan untuk membiasakan anak-anak dengan cara hidup mandiri sehari-hari kepada
anak-anak yang baru menyelesaikan pembelajaran di TK. Pembelajaran bahasa Jepang dan
berhitung diajarkan lebih banyak dibandingkan pelajaran lainnya. Sedangkan sekolah-
sekolah agama lebih banyak mengajarkan pendidikan agama (Kristen, Buddha, Sinto) sebagai
bagian dari pendidikan moral. Selain itu, pendidikan estetika berupa musik dan menggambar
juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar.
Untuk kurikulum SMP meliputi bahasa Jepang, matematika, ilmu sosial, ilmu
pengetahuan, bahasa Inggris, musik, seni, pendidikan jasmani, pendidikan moral, dan klub
ekskul. Pelajaran bahasa asing diajarkan dalam bentuk mapel pilihan, di antaranya bahasa
Inggris, bahasa Perancis, dan bahasa Jerman. Semua mata pelajaran dialokasikan waktu
pembelajaran integrated course diberikan lebih besar (90 jam) dibandingkan dengan mapel di
SD. Mata pelajaran bahasa Inggris dijadikan mapel wajib SMP. Sementara mata pelajaran
pilihan yaitu bahasa Jepang, IPS, Matematika, IPA, Musik, pendidikan jasmani dan
kesehatan, keterampilan/Homemaking. Dan bahasa Asing, merupakan perbedaan khas antara
kurikulum SMP di Indonesia dan Jepang.
Selanjutnya, karakteristik kurikulum SMA di Jepang paling sering berubah-ubah. Perubahan
tampak pada nomenklatur mata pelajaran, kategorisasi, dan sistem penjurusan
Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya mapel yang diajarkan
Pelajaran bahasa Jepang dikelompokkan lebih detil menjadi pendidikan bahasa Jepang,
literature klasik dan literature modern. Untuk kurikulum bahasa Asing, Jepang
memperkenalkan bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis. Sementara,
penjurusan dilakukan sejak kelas 3 SMA, dan jurusan yang ada pada dasarnya adalah jurusan
rika (IPA) dan bunka (budaya/sosial). Penjurusan dikembangkan dengan melihat nilai mata
pelajaran, yang ada hubungannya dengan jurusan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan
masyarakat, sesuai kebutuhan lapangan. Selain itu, sekolah juga membagi lebih detil
penjurusan menjadi Jurusan yang dipersiapkan untuk menghadapi ujian masuk universitas negeri
dan Jurusan yang memilih universitas swasta.
Lebih jauh, pendidikan dasar di Jepang dilengkapi dengan tokubetsukatsudou, sebagai aktivitas
khusus atau semacam ekstra kurikuler di Indonesia, tetapi agak berbeda karena kegiatan ini meliputi
OSIS, kegiatan kelas, kegiatan klub olahraga dan seni, event sekolah dan pendidikan moral.
Event sekolah seperti festival sekolah (gakkousai) dipersiapkan per kelas dengan bimbingan
7
penuh dari wali kelas. Jumlah jam pelajaran di SMP sebanyak 385 jam, hal ini dimaksudkan
memberikan waktu dan ruang kepada guru dalam melaksanakan Yutorikyouiku. Yutorikyouiku
dalam kaitannya dengan sistem pendidikan di Jepang dapat meningkatkan kedisiplinan siswa
dalam belajar. Chibi, A. (2014) menyatakan bahwa pelaksanaan Yutorikyouiku, pemerintah
menerapkan 5 hari sekolah, yaitu dari hari Senin sampai Jumat. Tujuan kebijakan ini adalah agar
siswa dapat lebih banyak memanfaatkan waktunya dengan keluarga dan belajar lebih banyak di
lingkungannya dan atau mengikuti berbagai les privat.

b.) Kurikulum Pendidikan Matematika di Jepang

Kurikulum yang dikembangkan untuk mahasiswa Program Studi Strata Satu Pendidikan
Matematika di Jepang, dikembangkan atas dasar filosofi dengan bergantungan pada 5 (lima)
komponen yang saling terkait. Kelima komponen tersebut sebagaimana dapat digambarkan dalam
sebuah segilima sebagai berikut :

Gambar 1. Komponen Kurikulum Pendidikan Matematika Jepang


Filosofi ini dikembangkan oleh para pakar pendidikan matematika di Jepang, dengan tujuan
agar lulusan memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis maupun pembelajarannya.
Mahasiswa lebih banyak dibekali materi tentang: (1) Matematika Sekolah, (2) Strategi Pembelajaran
Matematika, (3) Proses Berpikir Matematis, (4) Kemampuan Metakognisi, dan (5) Sikap Produktif.
Disamping itu, ada tiga hal lain yang ditekankan kepada mahasiswa, diantaranya: penguasaan akan
proses berpikir matematis, kemampuan melakukan metakognisi, dan sikap yang produktif (Tanti,
2012). Mengapa ketiga hal ini perlu ditekankan kepada mahasiswa? NIER (1999) berpendapat
bahwa dengan proses berpikir matematis yang baik, mahasiswa akan senantiasa dapat menempatkan
setiap permasalahan dalam koridor yang tepat. Mahasiswa bisa mengklasifikasikan, membandingkan,
mengurutkan, menganalisis bagian dan keseluruhan, mengidentifikasi pola yang ada. Mahasiswa
juga memiliki berbagai macam strategi heuristic pemecahan masalah yang memungkinkan mereka
mampu menyederhanakan masalah dan membuat langkah penyelesaian yang tepat.

Selanjutnya, dengan kemampuan metakognisi yang ada, mahasiswa bisa menengok ulang
8
proses dan alur berpikir yang dilaluinya ketika dia berusaha memecahkan masalah. Dengan begitu dia
akan kelemahan serta potensi dapat melakukan refleksi diri dan menemukan kelemahan-
perbaikannya. Ini akan sangat bermanfaat mereka untuk senantiasa melakukan perbaikan dari hari ke
hari. Dengan sikap yang produktif, mahasiswa akan terus tertantang dan senantiasa melakukan banyak
hal positif. Mahasiswa tidak akan mudah menyerah setiap kali berhadapan dengan masalah.
Mahasiswa akan tidak pernah puas dengan prestasi yang dicapai. Mahasiswa akan selalu aktif dan
kreatif memecahkan masalah terkait dengan perkuliahan sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal.

B. Amerika

a.) Kurikulum Pendidikan di Amerika

b.) Kurikulum Pendidikan Matematika di Amerika

Kurikulum matematika di Negara Amerika Serikat dan Kanada di atur oleh Dewan Nasional
Guru Matematika (The National Council of Teachers of Mathematics), dimana Dewan Nasional Guru
Matematika (NCTM) didirikan pada tahun 1920. Untuk mencapai tujuan pendidikan matematika di
Amerika dan Kanada, NCTM telah menerbitkan serangkaian kurikulum . Yakni pada tahun 1980
NCTM menerbitkan sebuah kurikulum yaitu An Agenda for Action, Curriculum and Evaluation
Standards for School Mathematics pada tahun 1989, Professional Standards for Teaching
Mathematics pada tahun 1991, Assessment Standards for School Mathematics pada tahun 1995
(NCTM, 2006), Principles and Standards for School Mathematics pada tahun 2000, dan yang terakhir
Curriculum Focal Points pada tahun 2006 (Jane F. Schielack, Tanpa tahun).

Sebagai negara yang terkenal akan sistem pendidikannya, maka dalam melaksanakan

9
penilaian harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Guru sering menghadapi daftar
panjang tentang topik matematika yang harus diperhatikan pada setiap tingkatan kelas, karena
terdapat topik matematika yang berulang kali diajarkan pada tingkat kelas yang berbeda (Centre for
the Study of Mathematics Curriculum, 2007).

Karena masalah tersebut, maka Dewan Nasional Guru Matematika (NCTM) menghadirkan
Curriculum Focal Point. Hal ini telah dibahas dalam Principles and Standards for School Mathematics
(NCTM, 2000) sebagai titik awal untuk menyelesaikan permasalahan di atas dan sebagai langkah
awal menuju kurikulum yang lebih baik.

NCTM mengeluarkan kurikulum baru pada tahun 2006 yaitu Curriculum focal point.
Curriculum focal point adalah kurikulum yang membahas topik matematika yang paling penting
untuk setiap tingkat kelas. Mereka terdiri dari ide-ide yang terkait konsep, keterampilan, dan prosedur
yang membentuk dasar bagi pemahaman dan pembelajaran matematika berlangsung (Denise Juneau,
Tanpa tahun) khususnya untuk Kelas Pra TK sampai pada kelas 8 pada pembelajaran.
c.) Tujuan dibentuknya Curriculum focal point oleh NCTM (Denise Juneau: Tanpa tahun).
1. Untuk membantu para guru dalam mengidentifikasi materi-materi penting yang harus lebih
dikuasai siswa pada setiap tingkatan kelas. Agar materi tersebut tidak diulang lagi pada
tingkatan kelas
2. Curriculum focal point ini menyajikan cara untuk fokus ke pengajaran, pembelajaran, dan
penilain matematika. Mereka menyediakan kerangka kerja untuk merancang dan mengatur
harapan kurikulum dan penilaian. Secara kolektif, mereka menggambarkan pendekatan yang
dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum matematika untuk pra TK sampai kelas 8
3. Pengorganisasian Curriculum focal point, dengan penekanan yang jelas pada proses matematika,
yang dituangkan dalam Principles and Standards for School Mathematic, dapat memberikan
sebuah hubungan dengan siswa, memperluas pengetahuan dan cara berpikir yang matematis
4. Curriculum focal point dimaksudkan untuk mengatasi kurikulum, atau topik apa yang diajarkan,
lebih dari pada sebuah pengajaran atau bagaimana hal itu diajarkan. Meskipun dampak awal dari
focal point akan berpengaruh pada kurikulum, yang nantinya focal point akan mempengaruhi
pengajaran, pembelajaran, dan penilaian juga.
5. Untuk program matematika, NCTM dalam mengembangkan proses belajar dan mengajar
mempunyai 6 prinsip, 5 standar isi, dan 6 standar proses yang dikembangkan oleh Curriculum
focal point (PSSM, 2000).

d.) Jenjang Pendidikan di Amerika

6. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar di Amerika Serikat berjenjang dari Kindergarten hingga Fithh grade
(Kelas 5), tetapi terkadang juga berjenjang hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas 6)
atau eighth grade (kelas 8) tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut. Kurikulum

10
pembelajaran dipilih oleh school district mengacu pada standar pembelajaran di Negara bagian
tersebut.

7. Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan menengah di Amerika Serikat dibagi menjadi dua tahap (middle
school/ junior high) mulai pada jenjang sixth, seventh, eighth and ninth grade (kelas 6, 7, 8, 9).
Jenjang pendidikan pada middle school/ junior high (grade/kelas) di tentukan oleh faktor
demografi seperti jumlah usia siswa sekolah menegah. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
populasi siswa sekolah yang stabil. Pada jenjang ini, siswa diberikan kebebasan untuk memilih
mata pelajaran yang dikehendaki dan menggunakan system kelas berpindah (moving class).
Senior High(kelas 9,10,11,12) adalah jenjang lanjutan setelah middle school/ junior high,
biasanya Jenjang ini dimulai dari ninth grade (freshman), tenth grade(sophomores), eleventh
grade(Juniors), twelfth grade(seniors). Perlu diketahui bahwa jenjang middle school/Junior high
dan Senior high berbeda-beda di setiap Negara bagian, mengacu pada demografi usia siswa di
Negara bagian tersebut.
Pendidikan menengah memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan di Indonesia.
Pada jenjang ini, siswa diwajibkan mengabil sejumalah mata pelajaran wajib (mandatory subjects)
dan memilihi mata pelajaran pilihan (electives).

11
e.) Prinsip yang dikembangkan melalui Curriculum focal point
1. Equity
Prinsip ini mendorong penyediaan bantuan tambahan kepada siswa yang kurang mampu, berasal
dari kaum minoritas dan mendukung harapan yang tinggi dan pengajaran yang lebih baik untuk
semua siswa.
2. Curriculum
Mempromosikan kurikulum “Koheren”, di mana sebuah perkembangan yang teratur dan logis
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan menghindari ketidakefisienan
waktu dengan pengulangan topik yang tidak perlu
3. Teaching
Guru harus menggunakan pertimbangan yang profesional dalam memilih teknik mengajar agar
dalam penyampaian siswa mudah untuk mengerti.
4. Learning
Menurut PSSM, kombinasi “pengetahuan faktual, prosedural, dan pemahaman konseptual”
diperlukan siswa untuk belajar matematika. Dan harus mengerti “Dasar- dasar Matematika”.
Karena seorang siswa yang baik tidak hanya memahami bagaimana dan kapan menggunakan fakta,
prosedur, dan konsep, tetapi dia juga ingin mencari hal-hal lain dan tekun dalam menghadapi
tantangan dalam matematika.
5. Assessment
Menciptakan penilaian yang bermakna yang dapat membantu siswa dalam belajar keterampilan
matematika, proses, dan cara berpikir dan dapat mengukur dan mengkomunikasikan apa yang siswa
12
ketahui tentang matematika (NCTM: 2006).
6. Technology
Menggunakan bantuan teknologi dalam pengajaran. Seperti computer Curriculum focal point
dalam meningkatkan kurikulum matematika sangat memperhatikan standar isi dan standar proses.
Dari standar proses, Curriculum focal point ini menyajikan cara untuk berpikir tentang bagaimana
kurikulum disusun dan disajikan
f.) Adapun standar proses yang digunakan siswa dalam belajar matematika adalah
melalui (PSSM, 2000)

1. Problem Solving
2. Reasoning and Proof
3. Communication
4. Connections
5. Representation
g.) Adapun Standar Isi yang ditentukan adalah (PSSM, 2000)

1. Number and Operations


Standar isi yang pertama adalah dasar yang harus dikuasai oleh siswa dalam belajar matematika.
Dasar tersebut adalah pemahaman angka, cara untuk menampilkan bilangan, hubungan
keseluruhan bilangan, sistem nomor, memahami makna operasi dan bagaimana mereka
menghubungkan nomor satu sama lain, kelancaran dalam menghitung.
2. Algebra
Terdapat empat keterampilan yang berkaitan dengan aljabar yang harus di ajarkan kepada semua
siswa. Adapun keempat keterampilan tersebut adalah memahami pola, hubungan, dan fungsi;
mewakili dan menganalisis situasi matematika dan struktur menggunakan simbol-simbol aljabar;
menggunakan model matematika untuk menunjukkan dan memahami data kuantitatif; dan
menganalisis perubahan dalam berbagai konteks.
3. Geometry
Tujuan keseluruhan untuk belajar geometri adalah, untuk menganalisis karakteristik dan sifat dari
bentuk dua dan tiga dimensi, mengembangkan argumen matematis tentang hubungan geometris,
menggambarkan kedudukan ruang yang tepat dengan menggunakan geometri koordinat dan
sistem gambaran lainnya, menerapkan transformasi dan menggunakan simetri untuk menganalisis
situasi matematika, dan penggunaan alat-alat peraga, penalaran bentuk gambar, dan pemodelan
geometri untuk memecahkan masalah.
4. Measurement
Keterampilan mengukur memberikan peluang untuk meningkatkan pemahaman matematika dan
untuk melatih keterampilan matematika lainnya, terutama operasi bilangan (misalnya,
penambahan atau pengurangan) dan geometri. Siswa harus memahami sifat-sifat pengukuran,
sistem pengukuran, dan proses pengukuran dan menerapkan teknik mengukur yang tepat, serta
mengetahui alat-alat yang dibutuhkan dalam pengukuran.
5. Data analysis and probability
13
PSSM mengatakan bahwa semua siswa harus belajar untuk merumuskan pertanyaan yang dapat
diatasi dengan data dan mengumpulkan, mengatur, dan menampilkan data yang relevan untuk
menjawab rumusan pertanyaan tersebut, memilih dan menggunakan metode statistik yang sesuai
untuk menganalisis data, mengembangkan dan mengevaluasi kesimpulan dan memprediksi yang
didasarkan pada data, dan memahami dan menerapkan konsep-konsep dasar probabilitas.
Setiap standar isi memuat sejumlah tujuan yang berlaku untuk semua kelompok kelas.
Setiap bab untuk masing-masing kelompok memuat harapan-harapan khusus yang harus diketahui
siswa. Bilangan dan operasinya adalah bagian isi terbesar untuk Pra- TK sampai kelas 5, dan juga
merupakan bagian penting untuk kelas 6-8 dan semakin berkurang pada kelas 9-12. Aljabar secara
jelas diberikan kepada semua kelas. Dahulu keadaannya tidak seperti ini. Sekarang kebanyakan
negara bagian dan propinsi memasukkan aljabar pada setiap kelas. Geometri dan Pengukuran
merupakan bagian yang terpisah. Hal ini menunjukkan pentingnya masing-masing topik
dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah.
h.) The National Assessment of Educational Progress (NAEP)
Sejak tahun 1969 National Assessment of Educational Progress (NAEP), sebuah program
hasil kongres, telah menilai apa yang diketahui dan yang dapat dikerjakan siswa di berbagai
kurikulum. Penilaian didasarkan pada sampel siswa berusia 9, 13, dan 17 tahun. Hasilnya
dipublikasikan sebagai "The Nation's Report Card". NAEP adalah sebuah penelitian yang dijadikan
patokan yang menginformasikan berapa persen siswa Amerika mengetahui berbagai macam konsep
dan keterampilan dalam matematika. Soal tes dirancang sesuai dengan kurikulum. Berdasar soal yang
digunakan sejak tahun 1973 secara terus menerus, siswa Amerika sekarang memperoleh hasil yang
lebih baik di banding pada tahun 1973 (Kloosterman & Laster, 2004). Ada yang berpendapat bahwa
perubahan dalam pendidikan matematika telah menghasilkan siswa yang tidak tahu "dasar
matematika yang baik". Karena kenderungan soal-soal tes menitikberatkan pada perhitungan
tradisional, skor membaik pada hasil tes menegasikan pandangan tersebut.
Secara umum hasil ujian NAEP dari tahun 1990 sampai 2003 menunjukkan hasil yang jauh
lebih tinggi dibanding sebelumnya. Akan tetapi hasilnya masih tetap di bawah standar. Di tahun 2003,
hanya 32 persen siswa kelas empat dan 29 persen dari siswa kelas delapan memperoleh hasil sama
atau di atas standar kecakapan (NCTM, 2004). Berlawanan dengan hasil tersebut lembaga No Child
Left Behind (NCLB) mengharapkan semua siswa berada pada atau di atas standar kecakapan sebelum
tahun 2014. Data NAEP menunjukkan bahwa tujuan tersebut mungkin tidak dapat tercapai. Dua
puluh tiga persen dari siswa kelas empat dan 32 persen dari siswa kelas delapan masih berada di
bawah standar.

i.) The Third International Mathematics and Science Study


Pada tahun 1995 dan 1996, 41 negara berpartisipasi dalam Third International Mathematics
and Science Study (TIMSS), suatu studi penelitian matematika dan pendidikan sains terbesar yang
pernah diselenggarakan. Data dikumpulkan dari kelas 4, 8, dan 12 sebanyak 500.000 siswa dan juga
dari guru-guru. Pada tahun 1999 studi yang sama (TIMSS) dilakukan pada kelas delapan. Hasilnya
adalah rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata negara peserta, di bawah rata-
rata intenasional kelas delapan dan di bawah rata-rata kelas dua belas (U.S. Department of Education,
1997). Meskipun rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata dari 26 negara
14
peserta, tetapi 7 negara (Singapura, Korea, Jepang, Hongkong, Belanda, Republik Ceska, dan Austria)
mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi. Hanya 9 persen dari siswa kelas empat Amerika masuk
dalam 10 persen siswa terbaik dalam penelitian TIMSS, jauh sekali berbeda dengan Jepang (32
persen) Singapura (39 persen) (U.S. Department of Education, 1997). Penemuan utama dari hasil
analisis kurikulum TIMSS bahwa kurikulum di Amerika tidak fokus, memuat lebih banyak topik
dibanding kebanyakan negara lain. Kita mencoba mengerjakan setiap hal dan sebagai akibatnya
jarang dapat mengerjakannya secara mendalam, hanya membuat pengulangan pengajaran yang terlalu
umum (Schmidt, Mc Knight & Raizen, 1996).
Banyak di antara yang menganjurkan kembali ke 'dasar' menunjuk kepada penampilan yang
mengecewakan dari siswa-siswa Amerika. Akan tetapi pendekatan kurikulum dan pengajaran di
Amerika Serikat "kurang sejalan dengan tuntutan kurikulum dan pengajaran di negara-negara yang
prestasi matematikanya tinggi" (Babcock, 1998, ha16). Selain itu TIMSS tidak mendukung sejumlah
tuntutan 'dasar' yang popular seperti lebih banyak pekerjaan rumah (Siswa-siswa di Amerika Serikat
lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah daripada siswa-siswa di kebanyakan negara lain), sedikit
menonton televisi (sebanyak siswa di Jepang), dan menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
belajar matematika (siswa di Amerika Serikat mendapatkan jam pelajaran matematika lebih banyak
daripada di Jepang atau Jerman).

j.) Mathematic topic in primary and middle high school


Numbers (Angka)
• Konsep bilangan bulat, termasuk nilai tempat dan urutan
• Menambah, mengurangi, mengalikan, dan / atau membagi dengan bilangan bulat
• Konsep kelipatan dan faktor; angka ganjil dan genap
• Konsep pecahan (pecahan sebagai bagian dari keseluruhan atau kumpulan, atau sebagai
lokasi pada garis bilangan)
• Menambah dan mengurangi pecahan; membandingkan dan memesan pecahan
• Konsep desimal, termasuk nilai tempat dan urutan
• Kalimat angka (menemukan angka yang hilang, memperagakan situasi sederhana dengan
kalimat angka)
• Pola angka (memperluas pola angka, menemukan istilah yang hilang)
Geometri
• Garis sejajar dan tegak lurus
• Membandingkan dan menggambar sudut
• Sifat dasar dari bentuk geometris umum
• Membuat grafik titik pada bidang koordinat untuk menyelesaikan masalah dunia nyata
dan matematika

Pengukuran dan Data


• Memecahkan masalah yang melibatkan pengukuran, estimasi interval waktu, uang, dan
15
massa
• Mengonversi seperti unit pengukuran dalam sistem pengukuran tertentu
• Pengukuran menggunakan alat matematika (misalnya, penggaris dan busur derajat)
• Menemukan dan memperkirakan luas, keliling, dan volume
• Mengatur data dalam piktograf, grafik batang, dan plot garis
• Membaca data dari tabel, piktograf, dan grafik batang
• Menarik kesimpulan dari tampilan data

Numbers (Angka)
• Memahami bilangan negatif dalam konteks konteks dunia nyata (misalnya suhu,
ketinggian di bawah permukaan laut), termasuk nilai absolut
• Membandingkan dan mengurutkan bilangan rasional
• Menghitung dengan bilangan rasional (pecahan, desimal, dan bilangan bulat)
• Konsep bilangan irasional
• Konsep pemecahan masalah melibatkan rasio, proporsi, dan persen
Aljabar
• Menyederhanakan dan mengevaluasi ekspresi aljabar
• Bekerja dengan eksponen akar dan bilangan bulat
• Memecahkan persamaan linier sederhana
• Memecahkan pertidaksamaan linier sederhana
• Pemahaman dasar persamaan simultan (dua variabel) (hanya metode grafis)
• Konsep pola numerik, aljabar, dan geometris atau urutan (ekstensi, suku yang hilang,
generalisasi pola)
• Representasi fungsi sebagai pasangan berurutan, tabel, grafik, kata, atau persamaan
• Pemahaman kualitatif tentang properti fungsi (kemiringan, intersep, dll.)

Geometri
• Properti bentuk geometris dua dan tiga dimensi (segitiga, segiempat, dan poligon umum
lainnya)
• Pemahaman dasar tentang figur kongruen dan sejenisnya
• Memahami dan menerapkan Teorema Pythagoras
• Hubungan antara bentuk tiga dimensi dan representasi dua dimensinya
• Menggunakan rumus pengukuran yang tepat untuk keliling, keliling, luas, luas
permukaan, dan volume
16
• Terjemahan, refleksi, dan rotasi

Statistik dan probabilitas


• Karakteristik kumpulan data termasuk mean, median, range, dan bentuk distribusi
• Menafsirkan kumpulan data (menarik kesimpulan, membuat prediksi, dan
memperkirakan nilai antara dan di luar titik data yang diberikan)
• Menggunakan sampel acak untuk menarik kesimpulan tentang suatu populasi
• Mengembangkan, menggunakan, dan mengevaluasi model probabilitas
• Menyelidiki pola asosiasi dalam data bivariate
k.) Perbandingan Kurikulum Amerika dengan Indonesia
1. Kurikulum Matematika
Aspek Indonesia Amerika Serikat
Kurikulum Matematika - Dikembangkan Dikembangkan dengan
berdasarkan kompetensi Curriculum focal point
tertentu. (kurikulum yang membahas
- Berpusat pada anak topik matematika yang
sebagai pengembang paling penting untuk setiap
pengetahuan. tingkat kelas)

- Terdapat penekanan pada


pengembangkan
kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan
berpikir logis, kritis, dan
kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan
matematika.

17
Materi Pelajaran - Cakupan materi sekolah Bilangan dan operasinya
dasar meliputi: bilangan, Aljabar
geometri dan Geometri
pengukuran, pengolahan Pengukuran
data, pemecahan Peluang dan analisis data
masalah, serta penalaran
dan komunikasi.
- Cakupan materi untuk
SMP meliputi: bilangan,
aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan
statistika, pemecahan
masalah, serta penalaran
dan komunikasi
- Cakupan materi untuk
SMU meliputi
aljabar,geometri dan
pengukuran,
trigonometri, peluang
dan statistika, kalkulus,
logika matematika,
pemecahan masalah serta
penalaran dan
komunikasi

1. Proses Pembelajaran
Aspek Indonesia Amerika Serikat
Metode Pembelajaran Menggunakan Menggunakan pendekatan
metode Project dan berorientasi
saintifik siswa aktif serta pada
(Menggamati, pemecahan masalah
menanya,
mencoba,
mengasosiasi,
mengomunikasik
an)
Peran Guru Sebagai Fasilitator Sebagai Fasilitator
2. Asessmen
Aspek Indonesia Amerika Serikat
UA Adanya Ujian Akhir Ujian Nasional hanya
Nasional yang digunakan diperuntukan bagi yang
untuk menentukan kelulusan akan masuk kuliah

18
siswa SD, SMP, dan SMA..
Kelulusan juga ditentukan
oleh nilai ujian akhir
sekolah
dan nilai rapor.
Rangking kelas maupun di sekolah, Tidak ada rangking
Adanya sistem peringkat
didalam sehingga
menciptakan adanya
sekolah terbaik, siswa
terbaik, dsb

19
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kurikulum matematika sekolah yang berlaku di Indonesia memiliki beberapa kali
perubahan, perubahan 3 kurikulum terakhir yaitu: kurikulum matematika sekolah
tahun 2004 (KBK), kurikulum matematika sekolah tahun 2006 (KTSP), dan kurikulum
matematika sekolah tahun 2013 (KURTILAS). Masing-masing kurikulum matematika
sekolah memiliki ciri khasnya tersendiri, dari urutan materi yang berbeda hingga
penyederhanaan materi.
2. Kurikulum matematika sekolah pada tiga tahun terakhir menghasilkan suatu analisis
mengenai alasan dari urutan materi tersebut ada hingga adanya penyederhanaan pada
beberapa materi.
3. Adanya pergantian kurikulum membuat perubahan pada susunan materi pada
kompetensinya.

B. Saran
Untuk pembuatan makalah selanjutnya, lebih banyak lagi mencari info terkait
penjelasan isi makalah karena dengan banyaknya sumber informasi maka akan mendapat
banyak informasi yang mungkin saja berbeda.

20
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum 2004 Standart Kompetensi Matematika SMP/MTS.


Jakarta:2003
Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum 2004 Standart Kompetensi Matematika SMA/MA.
Jakarta:2003
Marsigit. 2003, Pedalaman Dan Pengembangan Konsep Kurikulum 2004 Dan Silabus Berbasis
Kompetensi Matematika SMP. Yogyakarta : Pelatihan TOT II Ilmu-Ilmu Dasar Se
Indonesia Di PPPG Matematika
Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum 2006 Standart Kompetensi Matematika SMP/MTS.
Jakarta:2006
Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum 2006 Standart Kompetensi Matematika SMA/MA.
Jakarta:2006
https://sites.google.com/site/santowidjaja12/kurikulum-tingkat-satuan-
pendidikan/standar-kompetensi-dan-kompetensi-dasar-smp-a
https://www.mitrakuliah.com/m/2020/02/21/ki-dan-kd-smp-mts-kurikulum-2013-terbaru-
sesuai-permendikbud-nomor-37-tahun-2018/
https://www.mitrakuliah.com/m/2020/02/22/ki-dan-kd-semua-mata-pelajaran-sma-ma-
smk-mak-kurikulum-2013-terbaru-sesuai-permendikbud-nomor-37-tahun-2018/

21
22
1

Anda mungkin juga menyukai