Anda di halaman 1dari 5

Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi

Posted on 18 Februari 2011 by alamendah


Hutan Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi ini berusaha memberikan penjelasan
singkat tentang definisi dan pengertian hutan bakau (mangrove), ciri-ciri, dan fungsi atau
manfaat dari hutan mangrove atau hutan bakau.
Indonesia menjadi negara dengan hutan mangrove paling luas di dunia. Menurut data
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, luas hutan bakau Indonesia mencapai 4,3 juta ha
(2006). Sedang menurut FAO (2007) pada tahun 2005 Indonesia memiliki hutan mangrove
seluas 3 juta ha.
Definisi (Pengertian) Hutan Bakau. Definisi hutan bakau (mangrove) menurut Steenis (1978)
adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Sedangkan Nybakken (1988)
memberi definisi hutan mangrove sebagai sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Menurut Soerianegara (1990) hutan mangrove mempunyai pengertian sebagai hutan yang
tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang dicirikan
oleh: 1) tidak terpengaruh iklim; 2) dipengaruhi pasang surut; 3) tanah tergenang air laut; 4)
tanah rendah pantai; 5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; 6) jenis-jenis pohonnya biasanya
terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang
(Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.)
Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air,
laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai.
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove (Hutan Bakau). Hutan mangrove memiliki fungsi dan
manfaat yang sangat penting bagi ekosistem hutan, air dan alam sekitarnya. Fungsi atau manfaat
hutan bakau dapat ditinjau dari sisi fisik, biologi, maupun ekonomi.
Manfaat dan fungsi hutan mangrove secara fisik antara lain:
Penahan abrasi pantai.
Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.
Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.
Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).
Penambat bahan-bahan pencemar (racun) diperairan pantai.
Manfaat dan fungsi hutan bakau secara biologi antara lain:
Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari makan, pemijahan maupun
pengasuhan.
Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya.
Tempat hidup berbagai satwa lain semisal kera, buaya, dan burung.
Manfaat dan fungsi hutan bakau secara ekonomi antara lain:
Tempat rekreasi dan pariwisata.
Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar.
Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya.
Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat digunakan
sebagai obat penghambat tumor.
Sumber mata pencarian masyarakat sekitar seperti dengan menjadi nelayan penangkap
ikan dan petani tambak.
Kondisi Hutan Bakau Indonesia. Melihat definisi, pengertian, ciri-ciri, fungsi dan manfaat
hutan bakau tersebut kita seharusnya bisa berbangga diri menjadi negara dengan luas kawasan
hutan mangrove terluas di dunia. Berdasarkan data FAO yang dirilis tahun 2007, walau hanya
memiliki hutan bakau seluas 3,062,300 ha, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 19% dari
total hutan bakau di seluruh dunia. Ini telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas
hutan bakau paling luas di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Bahkan menurut Arobaya dan Wanma (2006), Indonesia memiliki 27% dari total hutan
mangrove dunia atau setara dengan 4,25 juta ha. Data hampir sama dikeluarkan Kementerian
Kehutanan (2006) yakni seluas 4,3 juta ha.
Sayangnya rekor alam Indonesia ini diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau terbesar.
Dari tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis. Bahkan menurut
sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam kondisi rusak berat
mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak < 23% dan hanya 6% saja yang
kondisinya sangat baik.
Semoga kesadaran kita akan lestarinya hutan bakau di Indonesia akan semakin tumbuh.
Indonesia tetap memegang rekor sebagai negara dengan hutan bakau terluas di dunia dan
manfaat hutan mangrove dapat kita rasakan semua, demi kemakmuran rakyat Indonesia.




Ini Dia Penjelasan Vegetasi Mangrove!
Written By KeSEMaT on Selasa, 01 Mei 2012 | 10.25

KeSEMaTPEDIA. Menurut Noor, dkk (1999), secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh
dalam empat zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair
payau sampai hampir tawar (daratan).

1. Mangrove terbuka
Mangrove terbuka berada pada bagian yang berhadapan dengan laut. Samingan (1980)
menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatra Selatan, di zona ini didominasi oleh Soneratia
alba yang tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis, (1958)
melaporkan bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis yang dominan pada areal pantai
yang sangat tergenang ini. Komiyama, dkk (1988) menemukan bahwa Halmahera, Maluku, di
zona ini didominasi oleh S. alba. Komposisi dari komunitas di zona terbuka sangat bergantung
pada substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir, sementara Avicennia
marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi daerah yang lebih berlumpur
(Van Steenis, 1958).

2. Mangrove Tengah
Untuk mangrove tengah, di zona ini terletak di belakang mangrove terbuka. Di zona ini biasanya
didominasi oleh jenis Rhizophora. Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung
didominasi oleh Bruguiera. Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan di Karang Agung adalah
B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, R. mucronata, Xylocarpus granatum dan
X. moluccensis.

3. Mangrove Payau
Dilanjutkan dengan mangrove payau, yaitu mangrove yang berada di sepanjang sungai berair
payau hingga hampir tawar. Di zona ini biasanya didominasi oleh komunitas Nypa atau
Sonneratia. Di Karang Agung, komunitas N. fruticans terdapat pada jalur yang sempit di
sepanjang sebagian besar sungai. Di jalur-jalur tersebut sering kali ditemukan tegakan N.
fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri dari Cerbera sp, Gluta renghas,
Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum. Di sebagian besar daerah lainnya, seperti di
Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di Kalimantan Selatan atau di mulut
Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris lebih dominan terutama di bagian yang berair
hampir tawar (Giesen dan Van Balen, 1991).

4. Mangrove Daratan
Untuk yang terakhir adalah mangrove daratan. Mangrove ini berada di zona perairan payau atau
hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove yang sebenarnya. Jenis-jenis yang umum
ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus (F. retusa), Instia bijug, N. fruticans,
Lumnitzera racemosa, Pandanus sp dan Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan zona lainnya. Meskipun kelihatannya terdapat zonasi dalam vegetasi mangrove, namun
kenyataanya di lapangan tidaklah sesederhana itu. Banyak formasi serta zona vegetasi yang
tumpang tindih dan bercampur serta sering kali struktur dan korelasi yang nampak di suatu
daerah tidak selalu dapat diaplikasikan di daerah lain.

Sedangkan Tomlison, (1994) menyatakan bahwa vegetasi mangrove tersusun tiga komponen:
a). Komponen mayor, yaitu jenis yang mengembangkan karakteristik morfologi yang berupa
akar udara dan mekanisme fisiologi yang berupa kelenjar garam untuk adaptasi terhadap kondisi
lingkungan. Jenis yang mempunyai kelenjar garam antara lain Rhizophora, Ceriops, Avicennia,
Bruguiera dan Sonneratia.
b). Komponen minor, yaitu tumbuhan pantai yang merupakan jenis yang tidak menonjol, dapat
tumbuh di sekeliling habitat. Misalnya Spinifex litorens (gulung-gulung), Ipomea-pes caprae.
c). Asosiasi mangrove, yaitu jenis yang tidak tumbuh pada komunitas mangrove sesungguhnya
dan dapat tumbuh pada tanah daratan (terrestrial). Contoh, Terminalia catappa (ketapang) dan
Carbera manghas (bintaro).

Anda mungkin juga menyukai