Anda di halaman 1dari 7

Tugas

WAWASAN KEMARITIMAN

Disusun Oleh :

Nama : Tuty Hajriati

Stambuk : B1C1 18 197

Kelas :A

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
1. Laut Sebagai Ekosistem
Pengertian Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut merupakan salah satu jenis ekosistem di Bumi yang dikenal juga
dengan ekosistem bahari. Ekosistem air laut ini merupakan ekosistem yang berada di
perairan. Ekosistem air laut ini terdiri atas beberapa ekosistem lainnya yakni ekosistem
perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal atau bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Ekosistem air laut ini didominasi oleh perairan asin yang sangat luas dan merupakan
ekosistem yang menjadi tempat tinggal berbagai biota laut, mulai dari hewan ber sel satu,
mamalia, invertebrata, hingga tanaman- tanaman laut seperti alga dan terumbu karang.

Ciri- ciri Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut mempunyai ciri khusus yang membedakannya dengan ekosistem
lainnya. Ciri- ciri ekosistem laut ini secara umum adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai variasi suhu, yakni perbedaan suhu antara bagian permukaan laut dengan
bagian dalam atau kedalaman air laut.
2) Memiliki tingkat salinitas yang tinggi, yakni semakin mendekati garis khatulistiwa maka
salinitas semakin tinggi.
3) Tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan iklim dan juga cuaca.
4) Didominasi oleh NaCI hingga mencapai 75%.

Bagian- bagian Ekosistem Air Laut

Sebagai suatu ekosistem, ekosistem laut ini terdiri atas beberapa bagian. Secara
umum, bagian- bagian dari ekosistem air laut ini dilihat dari jarak dari pantai dan juga
kedalamannya. Dilihat dari sudut tersebut, ekosistem air laut dibedakan menjadi zona litoral,
zona neritik, dan juga zona oseanik.
1) Zona litoral
Zona litoral ini juga disebut sebagai zona pasang surut, yakni merupakan zona yang
paling atas atau paing dangkal dari lautan. Zona litoral ini merupakan zona dari laut yang
berbatasan langsung dengan daratan. zona litoral ini juga merupakan zona yang terendam
ketika air laut mengalami pasang, dan akan terlihat seperti daratan ketika air laut surut. Di
zona litoral ini, kita akan menemukan banyak hewan atau sekelompok hewan,
diantaranya adalah bintang laut, udang, kepiting, bulu babi, hingga cacing laut.
2) Zona neritik
Zona yang kedua adalah zona neritik. Zona neritik ini disebut juga dengan ekosistem
pantai pasir dangkal. Zona neritik ini merupakan bagian dari laut yang  mempunyai
tingkat kedalaman sekitar 200 meter, sehingga masih dapat ditembus oleh cahaya
matahari hingga ke bagian dasar. zona neritik ini merupakan zona yang banyak dihuni
oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang lalu atau rerumputan laut dan juga berbagai jenis
ikan. Do zona neritik ini kita akan menemukan suatu ekosistem lainnya yang lebih kecil,
yakni ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu, dan ekosistem pantai lumpur.
Ketiga ekosistem tersebut disebut juga sebagai jenis- jenis dari ekosistem pantai pasir
dangkal atau zona neritik ini.
3) Zona oseanik
Dari kedua zonae sebelumnya, yakni zona litoral dan zona neritik, zona oseanik
merupakan zona yang paling dalam dari ekosistem air laut. Zona oseanik ini merupakan
wilayah ekosistem air laut yang lepas, yang mana kedalamannya sangat dalam. Saking
dalamnya, zona ini sampai terlihat gelap. Zona oseanik ini dibedakan menjadi dua
macam, yakni zona batial dan juga zona abisal. Zona batial merupakan zona yang
memiliki kedalaman sekitaran 200 hingga 2000 meter. Zona batial mempunyai keadaan
yang remang- remang karena cahaya matahari yang masuk hanya sidkit sekali, sehingga
tanpak remang- remang.
Di zona batial ini kita tidak bisa menemukan produsen karena hanya dihuni oleh
(sejenis organisme yang aktif berenang). Sementara zona abisal merupakan zona yang
memiliki kedalaman yang lebih jauh lagi yakni lebih dari 2000 meter. Zona abisal ini
merupakan zona yang sama sekali tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Zona abisal ini
dihuni oleh binatang- binatang predator, detrivitor atau pemakan sisa organisme, dan juga
pengurai. Secara umum, air  di zona oseanik ini tidak dapat bercampur dengan dengan air di
permukaan air laut, hal ini karena keduanya memiliki perbedaan suhu. Batas dari kedua
bagian ini dinamakan daerah termoklin.

Jenis-jenis Ekosistem Air Laut

Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang beraneka ragam. Berikut ini adala
macam- macam dari ekosistem air laut:
1) Ekosistem laut dalam
Ekosistem alut dalam ini terdapat di daerah laut paling dalam atau palung laut. Ekossitem
ini tidak dapat ditembus oleh cahaya matahari. Organisme yang hidup di ekosistem ini
adalah predator dan ikan yang dapat memancaran cahayanya sendiri.
2) Ekosistem terumbu karang
Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang jernih. Banyak organisme yang hidup di
ekosistem ini, antara lain adalah terumbu karang, hewan spons, mollusca, bintang laut,
ikan, dan juga ganggang. Ekosistem terumbu karang ini mempunyai manfaat ekosistem
terumbu karang bagi biota laut dan manusia yang beraneka ragam.
3) Ekosistem estuary
Ekosistem ini berada di daerah percampuran air laut dengan air sungai. Di ekosistem
estuari ini terdapat ekosistem yang khas, yakni ekosistem padang lamun dan ekosistem
hutan mangrove.
4) Ekosistem pantai pasir
Ekosistem pantai pasir merupakan ekositem yang berada di pesisir pantai dengan
hamparan pasir. Tempat ini selalu terkena deburan ombak dan cahaya matahari yang kuat
pada siang harinya.
5) Ekosistem pantai batu
Ekosistem pantai batu ini merupakan ekosistem yang meiliki banyak bongkahan batu
yang besar maupun kecil. Banyak organisme yang hidup di ekosistem ini, misalnya
ganggang cokelat, kepiting, kerang, siput, dan juga burung.

Manfaat Ekosistem Air Laut


Ekosistem laut merupakan ekosistem yang banyak memberikan manfaat bgai
kehidupan manusia. beberapa manfaat dari ekosistem air laut antara lain:
1) Sebagai sumber makanan bagi manusia, baik hewani muapun nabati.
2) Sebagai pengontrol iklim di dunia
3) Sebagai pembengkit listrik tenaga angin, tenaga ombak, dan tenaga pasang surut.
4) Tempat rekreasi dan hiburan
5) Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dan lainsebagainya.
6) Tempat barang tambang berada
7) Tempat penelitian dan juga riset
8) Sumber air minum
9) Jalur taransportasi.
10) Mata pencaharian penduduk lokal.

2. Hutan Bakau

Pengertian Hutan Bakau


Menurut Steenis (1978), Hutan bakau (mangrove) adalah vegetasi hutan yang
tumbuh diantara garis pasang surut. Sedangkan Nybakken (1988) memberi definisi hutan
mangrove sebagai sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

Menurut Soerianegara (1990) hutan mangrove mempunyai pengertian sebagai hutan


yang tumbuh di daerah pantai, biasanya terdapat di daearah teluk dan di muara sungai yang
dicirikan oleh: 1) tidak terpengaruh iklim; 2) dipengaruhi pasang surut; 3) tanah tergenang
air laut; 4) tanah rendah pantai; 5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; 6) jenis-jenis
pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau
(Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa sp.)
Secara umum hutan bakau atau mangrove mempunyai definisi sebagai hutan yang
tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air, laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai.

Manfaat dan Fungsi Hutan Bakau


1) Secara fisik
 Penahan abrasi pantai.
 Penahan intrusi (peresapan) air laut ke daratan.
 Penahan badai dan angin yang bermuatan garam.
 Menurunkan kandungan karbondioksida (CO2) di udara (pencemaran udara).
 Penambat bahan-bahan pencemar (racun) diperairan pantai.
2) Secara biologi
 Tempat hidup biota laut, baik untuk berlindung, mencari makan, pemijahan maupun
pengasuhan.
 Sumber makanan bagi spesies-spesies yang ada di sekitarnya.
 Tempat hidup berbagai satwa lain semisal kera, buaya, dan burung.
3) Secara ekonomi
 Tempat rekreasi dan pariwisata.
 Sumber bahan kayu untuk bangunan dan kayu bakar.
 Penghasil bahan pangan seperti ikan, udang, kepiting, dan lainnya.
 Bahan penghasil obat-obatan seperti daun Bruguiera sexangula yang dapat digunakan
sebagai obat penghambat tumor.
 Sumber mata pencarian masyarakat sekitar seperti dengan menjadi nelayan penangkap
ikan dan petani tambak.

Kondisi Hutan Bakau di Indonesia


Melihat definisi, pengertian, ciri-ciri, fungsi dan manfaat hutan bakau tersebut kita
seharusnya bisa berbangga diri menjadi negara dengan luas kawasan hutan mangrove terluas
di dunia. Berdasarkan data FAO yang dirilis tahun 2007, walau hanya memiliki hutan bakau
seluas 3,062,300 ha, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 19% dari total hutan bakau di
seluruh dunia. Ini telah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan luas hutan bakau
paling luas di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Bahkan menurut Arobaya dan Wanma (2006), Indonesia memiliki 27% dari total
hutan mangrove dunia atau setara dengan 4,25 juta ha. Data hampir sama dikeluarkan
Kementerian Kehutanan (2006) yakni seluas 4,3 juta ha.
Sayangnya rekor alam Indonesia ini diikuti pula dengan rekor kerusakan hutan bakau
terbesar. Dari tahun ke tahun luas hutan mangrove Indonesia menurun dengan drastis.
Bahkan menurut sebuah data, hutan mangrove yang telah ter-deforestasi sehingga dalam
kondisi rusak berat mencapai 42%, rusak mencapai 29%, kondisi baik sebanyak < 23% dan
hanya 6% saja yang kondisinya sangat baik.
Semoga kesadaran kita akan lestarinya hutan bakau di Indonesia akan semakin
tumbuh. Indonesia tetap memegang rekor sebagai negara dengan hutan bakau terluas di
dunia dan manfaat hutan mangrove dapat kita rasakan semua, demi kemakmuran rakyat
Indonesia.

3. Wisata Pantai
Pantai Kanipang, Pinrang

Pantai Apparalang, Bulukumba

Pulau Tinabo, Selayar

Pantai Toronipa, Konawe


Pantai Nambo, Konawe Selatan

Pantai Taipa, Konawe Utara

Pantai Batu Gong, Konawe

Pantai Nirwana, Bau-bau

Anda mungkin juga menyukai