Anda di halaman 1dari 19

Kurikulum 2006/2013

Kurikulum xxxxxxx

biologi
KEANEKARAGAMAN HAYATI II

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.
1. Memahami tentang ekosistem air laut dan jenisnya.
2. Memahami keanekaragaman hayati di Indonesia.
3. Memahami manfaat dan nilai keanekaragaman hayati.
4. Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keanekaragaman hayati.
5. Mengetahui usaha-usaha perlindungan alam.
A. Tipe-Tipe Ekosistem Perairan (Akuatik) II : Ekosistem Perairan Laut
1. Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri sebagai
berikut. a. Memiliki kadar garam
(salinitas) yang tinggi.

b. Tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.


c. Habitatnya saling berhubungan antara laut yang satu dan laut lainnya.
d. Memiliki variasi perbedaan suhu antara permukaan dan kedalaman tertentu.
Suhu permukaan lebih tinggi daripada suhu kedalaman tertentu.
e.Memiliki arus laut yang pergerakannya dipengaruhi oleh arah angin, perbedaan
densitas (massa jenis), gaya gravitasi, air, suhu, tekanan, dan gaya tektonik
batuan bumi.
2. Pembagian Wilayah Laut
Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam air, ekosistem air laut dibagi
menjadi tiga zona, yaitu zona fotik, zona disfotik, dan zona afotik.
a. Zona fotik merupakan daerah yang dapat ditembus oleh cahaya matahari
dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Pada daerah ini, banyak terdapat
organisme produsen.
b. Zona disfotik (twilight) merupakan daerah dengan kedalaman 200-2.000
meter. Daerah ini dihuni oleh hewan pemangsa dan hanya sedikit ditemukan
organisme produsen.
c. Zona afotik merupakan daerah yang gelap karena tidak dapat ditembus oleh
cahaya matahari. Daerah ini memiliki kedalaman lebih dari 2.000 meter. Pada
zona afotik, tidak terdapat organisme produsen, yang ada hanyalah hewan
pemakan dan pengurai.

Berdasarkan tingkat kedalaman dan jaraknya dari pantai, ekosistem air laut dibagi
menjadi empat zona, yaitu zona litoral, zona neritik, zona batial, dan zona abisal.
a. Zona litoral atau disebut juga daerah pasang surut merupakan daerah yang
terendam air saat pasang naik dan menjadi seperti daratan saat air surut. Pada
daerah ini, terdapat bermacam-macam hewan seperti bintang laut, bulu babi,
udang, kepiting, dan cacing laut.
b. Zona neritik merupakan daerah dasar laut yang memiliki kedalaman kurang
dari 200 meter. Daerah ini dapat ditembus oleh cahaya matahari hingga ke
dasarnya. Oleh karena itu, pada daerah ini banyak ditemukan ganggang dan
ikan.
c. Zona batial merupakan daerah dengan kedalaman 200-2.000 meter. Pada
zona ini, banyak ditemukan ikan, tetapi tidak ditemukan produsen.
d. Zona abisal merupakan daerah palung laut dengan kedalaman lebih dari 2.000
meter. Daerah ini dihuni oleh hewan predator, detritivor (pemakan sisa
organisme), dan juga pengurai.

Berdasarkan wilayah permukaannya secara horizontal, ekosistem air laut dibagi


menjadi lima daerah, yaitu epipelagik, mesopelagik, batiopelagik, abisalpelagik, dan
hadalpelagik.
a. Epipelagik merupakan daerah yang berada di antara permukaan dan
kedalaman sekitar 200 meter.
b. Mesopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-1000 meter.
c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 1000-4000
meter.
d. Abisalpelagik merupakan daerah yang mempunyai kedalaman 4000-6000
meter.

2
e. Hadalpelagik merupakan daerah laut yang paling dalam dengan kedalaman
lebih dari 6000 meter.

3. Jenis-Jenis Ekosistem Air Laut


Ekosistem air laut dapat dibedakan menjadi ekosistem pantai, ekosistem estuaria,
ekosistem terumbu karang, dan ekosistem laut dalam. a. Ekosistem pantai
Pantai merupakan daratan yang berbatasan dengan laut. Akan tetapi, ekosistem
pantai menjadi ekosistem laut karena makhluk hidup yang ada di pantai juga
dapat tinggal di laut. Contohnya adalah kepiting dan kerang. Ekosistem pantai
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ekosistem pantai berpasir dan ekosistem
pantai berbatu.
1.) Ekosistem pantai berpasir
Ekosistem pantai berpasir terdiri dari hamparan pasir yang selalu terkena
ombak. Di daerah ini, angin bertiup sangat kencang dan sinar matahari
bersinar kuat pada siang hari.
Flora : didominasi oleh vegetasi dari formasi pes-caprae dan formasi
barringtonia. Formasi pes-caprae terdiri dari tanaman berbatang
lunak dan berbiji, seperti Ipomoea pes-caprae, Vigna marina, dan
Spinifex littoreus. Sementara itu, formasi barringtonia terdiri dari
perdu atau pohon, seperti Terminalia catappa, Hibiscus tiliaceus,
Barringtonia asiatica, Hernandia, dan Erythrina.
Fauna : kepiting dan burung.
2.) Ekosistem pantai berbatu
Pada ekosistem pantai berbatu, terdapat banyak bongkahan batu berukuran
besar dan kecil yang berserakan.
Flora : ganggang cokelat dan ganggang merah.
Fauna : siput, kerang, kepiting, dan burung.
b. Ekosistem estuaria
Ekosistem estuaria adalah ekosistem yang berada pada pertemuan antara sungai
dan laut. Ekosistem estuaria memiliki salinitas yang lebih rendah daripada air
laut, tetapi lebih tinggi daripada air tawar. Ekosistem estuaria dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu ekosistem padang lamun dan ekosistem hutan
mangrove (bakau).
1.) Ekosistem padang lamun

3
Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem pantai yang biasanya
ditumbuhi seagrass (lamun). Seagrass adalah tumbuhan berbunga
(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Seagrass
hidup terendam di dalam laut dan beradaptasi secara penuh di perairan
yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air. Seagrass
membentuk hamparan seperti padang rumput di bawah permukaan air.

Ciri-ciri ekosistem padang lamun adalah berada di perairan dangkal yang


berlumpur dan mengandung pasir, memiliki suhu antara 20-30 C, memiliki
kadar garam antara 25-35 per mil, dan memiliki kedalaman yang tidak lebih
dari 10 m.
Flora : lamun (seagrass) dari anggota famili Hydrocharitaceae,
misalnya Halophila dan dari famili Potamogetonaceae, misalnya
Zostera.
Fauna : duyung (Dugong dugong), bulu babi (Tripneutes gratilla),
kepiting renang (Portunus pelagicus) , udang, dan penyu.
2.) Ekosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem yang didominasi oleh
tumbuhan bakau (mangrove). Ciri-ciri dari ekosistem ini adalah berupa
wilayah tanah yang tergenang secara periodik, berlumpur, sangat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, serta terdiri dari campuran air tawar
dan air asin (payau).
Flora : tumbuhan bakau. Ciri-ciri dari tumbuhan bakau adalah memiliki
akar yang kuat dan rapat untuk bertahan di lingkungan berlumpur dan
berombak, memiliki akar napas untuk mengambil oksigen langsung dari
udara, serta memiliki buah dengan biji vivipar (disebut juga tumbuhan
vivipari). Biji vivipar adalah biji yang sudah berkecambah dan berakar
panjang saat masih berada di dalam buah. Biji ini akan tumbuh langsung
jika jatuh ke dalam lumpur. Contoh: Rhizophora, Sonneratia, Bruguera,
Avicennia, dan Nypa.
Fauna : burung, biawak, buaya, ikan, kerang, siput, kepiting, dan udang.
c. Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dihuni oleh terumbu
karang. Terumbu karang adalah sekumpulan hewan yang bersimbiosis
dengan sejenis alga yang disebut Zooxanthellae. Terumbu karang terdapat di
perairan yang jernih dengan sinar matahari dapat menembus air laut.
Ciri-ciri ekosistem terumbu karang adalah memiliki suhu tahunan rata-rata 23-25oC,
memiliki salinitas antara 32-35%, serta memiliki kedalaman yang kurang dari
25 meter dengan intensitas cahaya 15-20%.

4
Fauna yang mendominasi ekosistem ini adalah Coelenterata, hewan
spons
( Porifera), Mollusca (kerang siput), bintang laut, ikan, dan ganggang.
d. Ekosistem laut dalam
Ekosistem laut dalam merupakan ekosistem yang berada di laut dalam atau
palung laut. Ekosistem ini gelap gulita karena tidak dapat ditembus oleh cahaya
matahari. Ciri-ciri ekosistem laut dalam adalah memiliki tekanan hidrostatik
yang tinggi, memiliki kadar oksigen yang rendah, memiliki suhu yang umumnya
seragam dengan kisaran 13oC, memiliki salinitas yang cukup tinggi, dan
memiliki sirkulasi air yang sangat lambat.
Flora : di laut dalam tidak terdapat organisme produsen.
Fauna : ikan yang pada penutup kulitnya mengandung fosfor, sehingga
dapat bercahaya di tempat gelap (bioluminisensi) dan ikan predator.

4. Cara Adaptasi Biota Laut


Secara umum, cara adaptasi biota laut adalah sebagai berikut.
a. Organisme tingkat rendah beradaptasi dengan memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut.
b. Organisme tingkat tinggi seperti ikan beradaptasi dengan banyak minum air,
sedikit mengeluarkan urine yang pekat, dan mengeluarkan kelebihan air
dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan juga akan
diekskresikan melalui insang secara aktif.

Contoh Soal 1
Berikut ini merupakan ciri-ciri ekosistem padang lamun, kecuali ....
A. berair payau
B. didominasi oleh seagrass yang memiliki rhizoma
C. memiliki salinitas yang sangat tinggi
D. berupa perairan yang dangkal
E. terletak di wilayah pertemuan antara sungai dan laut
Jawaban: C
Penjelasan:
Padang lamun adalah salah satu dari ekosistem estuaria selain hutan mangrove.
Ekosistem estuaria adalah ekosistem yang berada pada pertemuan antara sungai

5
dan laut. Ekosistem ini memiliki salinitas yang lebih rendah daripada air laut, tetapi
lebih tinggi daripada air tawar (berair payau). Ekosistem padang lamun berada di
perairan dangkal yang berlumpur dan mengandung pasir. Ekosistem padang lamun
didominasi oleh tumbuhan seagrass (lamun), yaitu tumbuhan berbunga
(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Seagrass hidup
terendam di dalam laut dan beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya
cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air. Seagrass membentuk hamparan
seperti padang rumput di bawah permukaan air.

B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia I : Flora


Indonesia memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi, baik jenis-jenis flora
maupun faunanya. Menurut Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology
(ICBB), meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan dunia,
tetapi banyak spesies di dunia yang hidup di Indonesia. Indonesia juga memiliki
sejumlah spesies endemik tertinggi di dunia, karena banyaknya pulau yang terisolasi
dalam waktu yang lama. Contoh spesies endemik adalah Barbourula borneoensis
(katak tanpa paru-paru) di Kalimantan, Eos cyanogenia (nuri sayap hitam) di Teluk
Cendrawasih Papua, Varanus komodoensis (komodo) di Pulau Komodo, Pongo
pygmaeus (orang utan) di Kalimantan, Leucopsar rothschildi (jalak bali) di Bali, dan
Nisaetus bartelsi (elang jawa) di Jawa.
Flora Indonesia termasuk dalam flora malesiana yang penyebarannya meliputi
Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan kepulauan Solomon. Menurut Van
Welzen dan Silk, botanis Belanda yang melakukan penelitian pada tahun 2009, flora
malesiana terbagi menjadi flora dataran Sunda, flora dataran Sahul, dan flora di
daerah tengah ( Wallace) yang sangat khas dan endemik.
1. Flora dataran Sunda
Dataran Sunda meliputi wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Wilayah ini
memiliki curah hujan yang sangat tinggi, sehingga terdapat banyak hutan
dengan pohon yang besar dan kecil. Tumbuhan yang mendominasi wilayah ini
adalah tumbuhan dari famili Dipterocarpaceae seperti kayu meranti (Shorea
sp.), kayu kapur (Dryobalanops aromatica), kayu garu (Gonystylus bancanus),
dan keruing (Dipterocarpus applanatus). Selain itu, terdapat juga tumbuhan
pemakan serangga dari famili Nepenthaceae, seperti kantong semar
(Nepenthes gymnaphora). Di wilayah dataran Sunda terdapat tumbuhan khas,
yaitu Rafflesia arnoldi yang penyebarannya meliputi wilayah Sumatra,
Kalimantan, dan Jawa.
2. Flora dataran Sahul
Dataran Sahul meliputi wilayah Maluku dan Papua. Di wilayah ini, terdapat hutan
musim dengan ciri-ciri antara lain adalah daun-daun tanaman berguguran pada

6
musim kemarau, pohon-pohonnya lebih rendah daripada pohon hutan hujan
tropis, pohon-pohonnya lebih jarang, dan ketinggian pohonnya sekitar 12-35 m.
Contoh tumbuhan yang ada di wilayah ini adalah sagu (Metroxylon sagu) dan
tumbuhan dari famili Myristicaceae, seperti Myristica fragrans (pala).
Tumbuhan khas pada dataran Sahul adalah matoa (Pometia pinnata).
3. Flora di daerah tengah (Wallace)
Daerah tengah (Wallace) meliputi Sulawesi dan Nusa Tenggara. Di wilayah ini,
terdapat daerah padang rumput yang diselingi oleh pepohonan atau disebut
dengan savana. Contoh tumbuhan yang hidup di daerah tengah adalah pohon
Eucalyptus.

Menurut Frans Wilhelm Junghuhn, seorang botanis asal Jerman, wilayah Pulau
Jawa dapat dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan ketinggiannya, yaitu
sebagai berikut.
a. Ketinggian 0-650 mdpl
Wilayah ini merupakan dataran rendah yang berupa pantai dan hutan mangrove.
Jenis tumbuhan pada wilayah ini adalah bakau, kayu api, sagu, dan nipah.
Sementara itu, ke arah daratan dapat ditemukan kelapa, kelapa sawit, cokelat,
padi, jagung, dan karet.
b. Ketinggian 650-1.500 mdpl
Pada wilayah ini, terdapat tumbuhan kina, kopi, teh, tembakau, aren, pinang,
dan rasamala.
c. Ketinggian 1.500-2.500 mdpl
Pada wilayah ini, terdapat tumbuhan cemara gunung, anggrek tanah, dan
cantigi koneng.
d. Ketinggian di atas 2.500 mdpl
Wilayah ini merupakan daerah pegunungan yang dingin. Tumbuhan yang dapat
ditemukan di wilayah ini adalah lichenes, lumut, dan edelweiss jawa (Anaphalis
javanica).

Contoh Soal 2
Pernyataan berikut ini yang benar tentang persebaran flora di Indonesia adalah ....
A. bunga Rafflesia arnoldi termasuk tumbuhan endemik di kawasan Wallace
B. matoa (Pometia pinnata) merupakan anggota flora dataran Sahul

7
C. cendana (Santalum album) merupakan tumbuhan endemik di kawasan dataran
Sunda
D. sagu (Metroxylon sagu) termasuk flora dataran Sunda
E. Eucalyptus adalah tumbuhan endemik di kawasan dataran Sahul
Jawaban: B
Penjelasan:
Flora dataran Sahul tersebar di wilayah Maluku dan Papua. Di wilayah ini, terdapat
hutan musim dengan ciri-ciri antara lain adalah daun-daun tanaman berguguran
pada musim kemarau, pohon-pohonnya lebih rendah daripada pohon hutan hujan
tropis, pohonpohonnya lebih jarang, ketinggian pohonnya sekitar 12-35 m. Contoh
tumbuhan yang ada di wilayah ini adalah sagu (Metroxylon sagu) dan tumbuhan dari
famili Myristicaceae, seperti Myristica fragrans (pala). Tumbuhan khas pada dataran
Sahul adalah matoa (Pometia pinnata) . Sementara itu, untuk pilihan jawaban
lainnya, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bunga Rafflesia arnoldi termasuk tumbuhan endemik di kawasan dataran
Sunda.
Sagu (Metroxylon sagu) termasuk flora dataran Sahul.
Eucalyptus dan cendana (Santalum album) adalah flora kawasan Wallace.

C. Keanekaragaman Hayati di Indonesia II : Fauna


Penyebaran fauna di Indonesia dipengaruhi oleh faktor geografis dan peristiwa
geologi. Para ahli berpendapat bahwa tipe fauna di kawasan Indonesia bagian barat
mirip dengan fauna di benua Asia (Asiatis), sedangkan tipe fauna di kawasan
Indonesia bagian timur mirip dengan fauna di benua Australia (Australis).
Menurut Wallace dan Weber, daerah persebaran fauna di Indonesia dapat dibagi
menjadi tiga kawasan, yaitu kawasan Indonesia bagian barat, kawasan peralihan,
dan kawasan Indonesia bagian timur. Wilayah-wilayah ini dibatasi oleh dua garis
pembagi, yaitu garis Wallace dan garis Weber. Garis Wallace memisahkan
kawasan Indonesia bagian barat (Asiatis) dengan kawasan peralihan. Sementara
garis Weber memisahkan kawasan peralihan dengan kawasan Indonesia bagian
timur (Australis).
1. Kawasan Indonesia bagian barat (Asiatis)
Fauna tipe Asiatis memiliki daerah persebaran yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali,
dan Kalimantan. Ciri-ciri fauna di wilayah ini adalah sebagai berikut.
a. Banyak terdapat mamalia bertubuh besar, seperti gajah, harimau, macan
tutul, beruang, badak Jawa, dan banteng.

8
b. Banyak terdapat primata, seperti orang utan, wau-wau, lutung, monyet,
dan bekantan.
c. Banyak terdapat burung dengan bulu tidak berwarna-warni, seperti burung
hantu, burung gagak, burung jalak, dan burung elang. Selain itu, terdapat
sedikit burung dengan bulu berwarna-warni, seperti merak.
d. Terdapat jenis-jenis reptil seperti buaya, ular, tokek, kadal, biawak,
bunglon, dan kura-kura.
e. Banyak terdapat jenis ikan air tawar.
Fauna endemik di kawasan Indonesia bagian barat adalah badak bercula satu
(Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, beo nias (Gracula religiosa) di Pulau
Nias, orang utan (Pongo pygmaeus) dan bekantan (Nasalis larvatus) di
Kalimantan, jalak bali di Bali, dan elang jawa di Jawa.
2. Kawasan peralihan (Austral-Asiatis)
Fauna tipe peralihan atau Austral-Asiatis memiliki daerah persebaran yang meliputi
Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara, serta sejumlah pulau kecil di sekitar
pulaupulau tersebut. Fauna di wilayah ini memiliki perbedaan dengan fauna
Asiatis dan Australis. Oleh karena itu, fauna Austral-Asiatis dianggap sebagai
fauna asli Indonesia atau bersifat endemik, karena tidak ditemukan di negara
lain.
Contoh fauna tipe peralihan atau Austral-Asiatis adalah komodo (Varanus
komodoensis), babirusa (Babyrousa babirussa), burung maleo (Macrocephalon
maleo), kuskus (Ailurops ursinus), dan anoa (Bubalus depressicornis).
3. Kawasan Indonesia bagian timur (Australis)
Fauna tipe Australis memiliki daerah persebaran yang meliputi Pulau Halmahera,
Buru, Seram, Saparua, Haruku, Kepulauan Aru, dan Papua. Ciri-ciri fauna di
wilayah ini adalah sebagai berikut.
a. Banyak terdapat hewan berkantong, seperti kanguru (Macropus
giganteus), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus), walabi (Dorcopsulus
vanheurni), dan oposum layang (pemanjat berkantong).
b. Banyak terdapat burung dengan bulu berwarna-warni, seperti
cendrawasih (Paradisaea rudolphi), kasuari (Casuarius casuarius),
kakaktua (Cacatua moluccensis), Gouravictor (sejenis merak dengan
mahkota), raja udang, dan nuri.
c. Banyak terdapat mamalia yang berukuran kecil, seperti nokdiak (landak
irian) dan beruang madu.
d. Terdapat sedikit jenis ikan air tawar.

9
Fauna endemik di kawasan Indonesia bagian timur adalah cendrawasih, landak
irian, dan kasuari.

Berikut ini adalah peta persebaran fauna di Indonesia menurut Wallace dan
Weber.

Fauna kawasan peralihan


Fauna kawasan Indonesia barat (tipe Austral-Asiatis
)
(tipe Asiatis)
Fauna kawasan Indonesia
timur ((tipe Australis)

Garis Wallace
Garis Weber

Gambar 1. Peta persebaran fauna di Indonesia

Contoh Soal 3
Berikut ini adalah fauna yang hidup di kawasan Austral-Asiatis, kecuali ....
A. anoa
B. komodo
C. lutung
D. babirusa
E. maleo
Jawaban: C
Penjelasan:
Kawasan Austral-Asiatis adalah kawasan di Indonesia yang dihuni oleh hewan-
hewan yang tidak memiliki persamaan dengan hewan-hewan kawasan Asiatis atau
kawasan Australis. Hewan-hewan ini dianggap sebagai fauna endemik Indonesia,
karena tidak terdapat di negara lain. Contoh fauna yang tergolong Austral-Asiatis
adalah komodo, babirusa, maleo, kuskus, dan anoa. Sementara itu, lutung atau
dikenal sebagai kera jawa termasuk fauna dari kawasan Asiatis.

1
0
D. Manfaat dan Nilai Keanekaragaman Hayati
1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia.
Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
a. Sebagai sumber pangan
Berikut ini adalah tumbuhan dan hewan yang dimanfaatkan sebagai sumber
pangan.
1.) Makanan pokok
Makanan pokok sebagian besar orang Indonesia adalah nasi yang diperoleh
dari tanaman padi (Oryza sativa). Selain itu, ada juga masyarakat yang
makanan pokoknya berupa jagung, singkong, dan sagu.
2.) Sayuran
Contoh : sawi, kubis, wortel, buncis, kacang panjang, bayam, kangkung,
dan terong.
3.) Buah-buahan
Contoh : pisang, apel, jeruk, mangga, semangka, pepaya, dan melon.
4.) Umbi-umbian
Contoh : singkong, ubi jalar, lobak, talas, bawang merah, dan bawang
putih.
5.) Rempah-rempah
Contoh : merica, ketumbar, pala, dan cengkeh.
6.) Aneka daging dan ikan
Contoh : sapi, kambing, kelinci, ayam, itik, ikan bandeng, ikan mas, ikan lele,
belut, kepiting, udang, kerang, dan rajungan.
b. Sebagai bahan obat-obatan
Berikut ini adalah tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan sebagai bahan
obatobatan.
1.) Buah merah (Pandanus conoideus) yang dapat digunakan sebagai obat
kanker, kolesterol, dan diabetes.
2.) Mengkudu (Morinda citrifolia) yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi.
3.) Kina (Cinchona calisaya, Cinchona officinalis) yang dapat digunakan untuk
obat malaria.

1
1
4.) Madu dari lebah yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh manusia.
5.) Ular yang bagian daging dan lemaknya dapat digunakan untuk mengobati
penyakit kulit seperti gatal-gatal.
c. Sebagai bahan kosmetik
Berikut ini adalah tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan
kosmetik.
1.) Bahan wewangian (parfum), contoh : mawar, melati, cendana, kenanga,
dan kemuning.
2.) Bahan penghitam rambut, contoh : urang-aring, daun mangkokan, minyak
kelapa, pandan, dan lidah buaya.
3.) Bahan penghalus kulit, contoh : bengkuang, alpukat, kemuning, dan
beras.
d. Sebagai sumber sandang
Berikut ini adalah tumbuhan dan hewan yang bisa digunakan sebagai sumber
sandang.
1.) Bahan pakaian, contoh : kapas, rami, sisal, pisang hutan, dan jute.
2.) Bahan pembuat pakaian adat, misalnya pada suku Dani, yaitu tanaman labu
air (Lagenaria siceria) yang digunakan untuk membuat koteka pria, serta
wen (Ficus drupacea) dan kem (Eleocharis dulcis) yang digunakan untuk
membuat pakaian adat wanita.
3.) Bahan pakaian dari hewan, contoh : ulat sutra untuk membuat kain sutra,
serta kulit sapi dan kambing untuk membuat tas, sepatu, dan jaket.
e. Sebagai sumber papan
Berikut ini adalah tumbuhan yang bisa digunakan sebagai sumber papan.
1.) Bahan pembuat rumah, contoh : kayu jati, kelapa, keruing, nangka,
rasamala, ulin, meranti, dan bambu.
2.) Bahan pembuat rumah adat, contoh : daun lontar dan gebang yang
digunakan untuk atap dan dinding rumah di Pulau Timor dan Alor, serta
palem seperti nipah yang digunakan untuk membuat rumah di Sumatra
dan Kalimantan.
f. Sebagai sumber plasma nutfah
Plasma nutfah adalah bagian tubuh tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme yang
mempunyai fungsi dan kemampuan mewariskan sifat. Setiap organisme yang
masih bersifat liar atau sudah dibudidayakan oleh manusia mengandung
plasma nutfah. Plasma nutfah akan mempertahankan mutu sifat organisme dari

1
2
generasi ke generasi. Contohnya, padi rojolele akan mewariskan sifat pulen
dan rasa enak.
g. Sebagai aspek budaya
Beberapa ritual keagamaan dan kepercayaan, upacara adat, dan pesta tradisional
menggunakan tumbuhan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1.) Budaya nyekar (ziarah kubur) pada masyarakat Jawa menggunakan bunga
mawar, kenanga, melati, dan kantil.
2.) Upacara ngaben di Bali menggunakan bermacam-macam tumbuhan untuk
wewangian seperti kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
3.) Umat Islam menggunakan hewan sapi, kambing, domba, dan kerbau untuk
melaksanakan hari raya kurban.
4.) Umat Nasrani menggunakan pohon cemara untuk perayaan Natal.
h. Sebagai sumber ilmu pengetahuan
Tumbuhan dan hewan merupakan sumber ilmu pengetahuan. Dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan, kehidupan manusia akan lebih sejahtera.
1.) Tumbuhan
Contoh: pengembangan cara mencangkok untuk perkembangbiakan
vegetatif, penyilangan untuk mendapatkan keturunan yang unggul, serta
pengembangan kultur jaringan untuk mendapatkan keturunan baru dalam
jumlah besar dan cepat.

2.) Hewan
Contoh: pengembangan cara budidaya ikan untuk mendapatkan panen
yang
banyak dan pengembangan inseminasi buatan untuk mendapatkan
hewanhewan ternak yang unggul.
i. Sebagai penyeimbang lingkungan
Keanekaragaman hayati merupakan penyeimbang ekosistem yang penting. Jika
terjadi penghilangan sebagian dari keanekaragaman hayati tersebut, ekosistem
menjadi tidak seimbang. Contohnya adalah keberadaan hutan hujan tropis
yang merupakan penyedia oksigen sekaligus mengurangi karbon dioksida.
j. Sebagai sumber keindahan
Keanekaragaman hayati bisa menjadi sumber keindahan, baik berupa tumbuhan
maupun hewan. Berikut ini adalah tumbuhan dan hewan yang dapat digunakan
sebagai sumber keindahan.
1.) Tanaman hias, contoh : mawar, anggrek, dan aneka bonsai tanaman.

1
3
2.) Hewan peliharaan, contoh : love bird, kenari, atau beo yang dapat dinikmati
keindahan bulu atau suaranya.

2. Nilai Keanekaragaman Hayati


Ada beberapa nilai keanekaragaman hayati bagi manusia, di antaranya adalah
sebagai berikut.
a. Nilai pendidikan
Keanekaragaman hayati masih terus diteliti dan dikembangkan oleh para ahli untuk
tujuan ilmu pengetahuan. Contohnya, pemuliaan tanaman dan hewan,
pelestarian alam, serta pencarian sumber pangan dan energi alternatif.
b. Nilai estetika dan budaya
Keanekaragaman hayati memiliki nilai estetika (keindahan) dan nilai budaya.
Contohnya, keanekaragaman hayati dapat menciptakan keindahan
pemandangan alam, serta aneka satwa yang lucu dan indah dapat menarik
perhatian untuk dijadikan hewan peliharaan. Bagi suku-suku tertentu,
keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan dan
kekhasannya, misalnya ukiran kayu dari Jepara dan karapan sapi dari Madura.
c. Nilai ekologis
Keberadaan keanekaragaman hayati pada suatu daerah sangat berperan besar
untuk menjaga proses dalam ekosistem, seperti daur zat dan aliran energi. Di
samping itu, keberadaan keanekaragaman hayati, khususnya
keanekaragaman tumbuhan, mempunyai peran besar dalam menjaga tanah
dari erosi dan terjaganya proses fotosintesis.
d. Nilai religius
Keanekaragaman hayati memiliki fungsi untuk mengingatkan kita akan kebesaran
Tuhan yang telah menciptakan alam raya ini dengan keindahan yang tiada tara.
e. Nilai ekonomi
Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan aneka produk yang dapat
diperjualbelikan, misalnya aneka bahan kebutuhan pangan yang diperdagangkan. f.
Nilai rekreasi
Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan
pikiran dan melahirkan gagasan atau ide. Misalnya dengan mengunjungi
pantai, melihat keindahan alam bawah laut, atau mengunjungi taman bunga.
g. Nilai komersial
Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Contohnya,
penebangan kayu untuk dijual ke luar negeri akan menambah devisa negara.

1
4
h. Nilai warisan
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan agar dapat diwariskan pada generasi
mendatang. Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan dan
diwariskan turun-temurun. Hal ini bertujuan untuk menjaga identitas budaya
dan spiritual kelompok etnis tertentu. Selain itu, juga dapat digunakan sebagai
cadangan pemenuhan kebutuhan mereka di masa datang.
i. Nilai konsumtif
Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati disebut nilai
konsumtif. Contohnya, pemanfaatan keanekaragaman hayati untuk
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, maupun papan.
j. Nilai produktif
Keanekaragaman hayati memiliki nilai pasar pada perdagangan tingkat lokal,
nasional, maupun internasional.

Contoh Soal 4
Tumbuh-tumbuhan berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber papan, kecuali
....
A. jati
B. gebang
C. keruing
D. ulin
E. kemuning
Jawaban: E
Penjelasan:
Tumbuh-tumbuhan memiliki banyak manfaat bagi manusia, di antaranya sebagai
sumber papan. Contoh tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber
papan atau sebagai salah satu bahan untuk mendirikan rumah adalah jati, gebang,
kelapa, keruing, ulin, nangka, dan bambu. Sementara kemuning adalah salah satu
tanaman yang diambil bunganya sebagai bahan pembuatan kosmetik.

E. Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati


Dewasa ini banyak kegiatan manusia yang berdampak terhadap keanekaragaman
hayati, baik berdampak negatif maupun berdampak positif.

1. Dampak Negatif atau Dampak yang Merugikan

1
5
Berkurangnya keanekaragaman hayati disebabkan oleh kerusakan ekosistem.
Kegiatan manusia yang dapat merusak ekosistem antara lain adalah sebagai
berikut. a. Ladang berpindah
Selain menghilangkan berbagai jenis tumbuhan, ladang berpindah juga dapat
merusak struktur tanah.
b. Intensifikasi pertanian
Intensifikasi pertanian adalah peningkatan hasil pertanian
dengan cara pemupukan, penggunaan insektisida atau pestisida,
penggunaan bibit unggul, dan mekanisasi pertanian.
c. Intensifikasi perikanan
Intensifikasi perikanan adalah peningkatan hasil perikanan dengan cara
pembukaan hutan mangrove untuk usaha tambak, pembuangan limbah dari
tambak intensif, dan budidaya perikanan di waduk/danau/teluk yang tidak
terkendali.
d. Penemuan bibit tanaman dan hewan baru yang dapat mendesak keberadaan
tanaman dan hewan lokal.
e. Perburuan liar dan penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak tepat.
f. Penebangan liar yang menyebabkan hutan-hutan menjadi gundul.
g. Industrialisasi yang dapat mengurangi areal hutan dan menimbulkan berbagai
pencemaran, baik pencemaran udara, tanah, maupun air.

Hal-hal tersebut di atas, selain mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman


hayati, juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global.

2. Dampak Positif atau Dampak yang Menguntungkan


Kegiatan manusia yang dapat melestarikan keanekaragaman hayati antara lain
adalah sebagai berikut.
a. Pelaksanaan penghijauan atau reboisasi di kawasan hutan yang rusak.
b. Pengendalian hama secara biologi untuk mengurangi penggunaan pestisida.
c. Penebangan hutan terencana, dengan cara tebang pilih dan tanam kembali.
d. Pemuliaan tanaman dan hewan baru dengan tetap melestarikan keberadaan
tanaman dan hewan lokal.
e. Melakukan usaha pelestarian alam secara in situ dan ex situ.

F. Usaha Perlindungan Alam

1
6
Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan cara melakukan
pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Tujuan dari konservasi
keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut.
1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan.
2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali.
3. Menyediakan sumber plasma nutfah untuk mendukung pengembangan dan
budidaya kultivar-kultivar tanaman pangan, obat-obatan, maupun ternak.

Konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU nomor 5 tahun


1990 tentang konservasi sumber daya dan UU nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup. Pada peraturan tersebut, ada tiga asas, yaitu
tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat. Konservasi dapat dilakukan secara
in situ maupun ex situ.
1. Konservasi in situ adalah usaha pelestarian yang dilakukan di habitat aslinya,
misalnya perlindungan terhadap komodo di Pulau Komodo.
2. Konservasi ex situ adalah usaha pelestarian yang dilakukan di luar habitat
aslinya, misalnya perlindungan orang utan di kebun binatang.

Usaha perlindungan alam bertujuan agar keanekaragaman hayati, khususnya di


Indonesia tidak berkurang. Perlindungan alam dapat dibagi menjadi dua, yaitu
perlindungan alam umum dan perlindungan alam dengan tujuan tertentu.
1. Perlindungan alam umum
Perlindungan alam umum merupakan suatu kesatuan usaha perlindungan flora,
fauna, dan tanah di suatu wilayah tertentu. Perlindungan alam umum dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu perlindungan alam ketat, perlindungan alam
terbimbing, dan taman nasional.
a. Perlindungan alam ketat
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan terhadap keadaan alam tanpa
campur tangan manusia. Tujuan perlindungan ini adalah untuk penelitian
dan kepentingan ilmiah. Contohnya, cagar alam Gunung Tangkoko di
Sulawesi Utara.
b. Perlindungan alam terbimbing
Perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam yang dibina oleh
para ahli. Contohnya, kebun raya Bogor.
c. Taman nasional

1
7
Taman nasional adalah perlindungan alam yang menempati suatu daerah
luas, dan tidak boleh ada rumah tinggal maupun bangunan industri. Taman
nasional dimanfaatkan untuk pendidikan, budaya, dan rekreasi alam tanpa
mengubah ekosistem. Contohnya, taman nasional komodo di Nusa
Tenggara Barat.
2. Perlindungan alam dengan tujuan tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlindungan alam yang
didirikan untuk tujuan tertentu. Perlindungan alam dengan tujuan tertentu
antara lain adalah sebagai berikut.
a. Perlindungan geologi adalah perlindungan yang bertujuan melindungi
formasi geologi seperti batuan tertentu. Contoh : kawasan Geopark
Gunung Sewu di Yogyakarta.
b. Perlindungan alam botani adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi komunitas tumbuhan tertentu. Contoh : kebun raya Bogor.
c. Perlindungan alam zoologi adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi hewan langka serta mengembangbiakkannya. Contoh : badak
bercula satu di Ujung Kulon.
d. Perlindungan alam antropologi adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi suku-suku terasing. Contoh : suku Asmat di Papua dan suku
Badui di Banten Selatan.
e. Perlindungan pemandangan alam adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi keindahan alam di suatu daerah. Contoh : lembah Sianok di
Sumatra Barat.
f. Perlindungan monumen alam adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi benda-benda alam tertentu, seperti stalagtit dan stalagmit di
gua dan air terjun. Contoh : flowstone di Gua Perak Pacitan, Jawa Timur.
g. Perlindungan suaka margasatwa adalah perlindungan yang bertujuan
melindungi hewan-hewan yang hampir punah, seperti harimau, badak, dan
gajah.
h. Perlindungan hutan adalah perlindungan yang bertujuan melindungi
tanah dan air dari perubahan iklim.
i. Perlindungan ikan adalah perlindungan yang bertujuan melindungi ikan-
ikan yang terancam punah. Contoh : perlindungan ikan arwana irian
(Scleropages jardinii) dan hiu gergaji (Pristis clavata).

Contoh Soal 5
Perhatikan kegiatan manusia terhadap flora dan fauna berikut.

1
8
1. Memburu hewan yang dilindungi.
2. Memelihara hewan yang dilindungi dengan izin khusus.
3. Menangkar flora dan fauna langka.
4. Memperjualbelikan satwa langka.
5. Memperjualbelikan satwa yang dilindungi.

Kegiatan yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati adalah ....


A. 1,
2, dan 3 B.
1 , 3, dan 4
C. 1,
4, dan 5 D.
2 , 4, dan 5
E. 3 , 4, dan 5
Jawaban: C
Penjelasan:
Keanekaragaman hayati dapat mengalami penurunan jika dieksploitasi secara
besarbesaran dan tidak dilindungi. Kegiatan yang dapat menurunkan
keanekaragaman hayati adalah memperjualbelikan satwa langka dan satwa yang
dilindungi, serta memburu hewan yang dilindungi. Sebaliknya, agar
keanekaragaman hayati dapat terus dipertahankan, dapat dilakukan kegiatan-
kegiatan seperti menangkar flora dan fauna, tidak melakukan perburuan liar,
memelihara fauna secara pribadi dengan izin khusus, atau tidak memperjualbelikan
satwa langka dan satwa yang dilindungi.

1
9

Anda mungkin juga menyukai