OLEH :
KELAS :D
JURUSAN AKUNTANSI
KENDARI
2021
PT. DELTA DJAKARTA Tbk
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
31 DESEMBER 2017 – 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 845.324.146 963.342.137 844.219.288
Deposito berjangka yang dibatasi
Penggunaannya-bagian lancar 1.265.196 1.346.733 1.292.794
Piutang Usaha
Pihak berelasi 57.584 292.777 0
Pihak ketiga-setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan
nilai 145.972.031 156.825.348 197.060.469
Piutang lain-lain
Pihak berelasi 0 0 0
Pihak ketiga-bagian lancar 12.113.383 35.514.796 33.863.594
Persediaan-bersih 178.863.917 205.396.087 207.460.611
Kelebihan pembayaran pajak-bagian lancar 3.970.957 4.004.442 0
Biaya dibayar di muka dan uang muka 10.008.975 17.506.624 8.908.327
EKUITAS
Modal saham-nilai nominal Rp 20 per
saham
Modal dasar - 1.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh
-
800.659.050 saham 16.013.181 16.013.181 16.013.181
Tambahan modal disetor 19.015.656 19.015.656 19.015.656
Saldo
Laba
Ditentukan penggunaannya 10.000 11.000 12.000
1.105.546.27 1.245.000.45 1.174.483.50
Tidak ditentukan penggunaannya 0 7 2
PENJUALAN 0 0 0
Cukai bir dan pajak penjualan 0 0 0
-
BEBAN POKOK PENJUALAN -203036967 241.721.111 -230.440.697
- -
Beban penjualan 157.245.312 175.692.185 -166.486.011
Beban umum dan administrasi -85.421.633 -79.000.788 68.361.970
Penghasilan bunga 32.823.821 38.582.346 48.237.483
Laba lain-lain-bersih 4.584.616 6.037.506 2.351.683
LABA SEBELUM PAJAK 369.012.853 441.248.118 412.437.215
-
BEBAN PAJAK - BERSIH -89.240.218 103.118.133 -94.622.038
1. Current Ratio
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Nilai industry : 7,58
Current
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Tahu Ratio
Penilaian
n Rp Rp
c = a/b
A B
Kondisi Baik (setiap 1
2017 1.206.576.189 139.684.908 8,64 rp HL di jamin oleh rp
8,63 AL)
Penjelasan:
Acid
Aktiva Hutang Test
Tahun Lancar Persediaan Lancar Ratio Penilaian
Rp Rp Rp d = (a-
A B C b)/c
Kondisi Baik (setiap
178.863.91
2017 1.206.576.189 139.684.908 7,36 rp 1 HL dijamin oleh
7
rp 7,36 AL)
Kondisi Buruk (setiap
205.396.08
2018 1.384.227.944 192.299.843 6,13 rp 1 HL dijamin oleh
7
rp 6,13 AL)
Kondisi Baik (setiap
207.460.61
2019 1.292.805.083 160.587.363 6,76 rp 1 HL dijamin oleh
1
rp 6,76 AL
Penjelasan:
Acid Test Ratio adalah indicator likuiditas untuk mengukur apakah perusahaan
memiliki uang yang cukup untuk menutup liabilitas lancarnya. Semakin tinggi rasio, maka
semakin tinggi likuiditas perusahaan. Untuk menghitung acid test ratio aktiva lancar
dikurangi dengan persediaan kemudian dibagi dengan hutang lancar. Dimana aktiva lancar
adalah jenis asset yang diharapkan dapat segera digunakan dalam jangka waktu dekat,
biasanya kurang dari 1 tahun, persediaan adalah asset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Nilai industry pada Acid Test Ratio pada PT. Delta Djakarta Tbk. Yaitu berada pada
6,33. Pada tahun 2017 ATR mengalami kenaikan danperusahaan dinyatakan memiliki uang
yang cukup untuk menutupi liabilitas lancarnya karena nilai ATR 7,36 berada diatas nilai
industri, maka perusahaan ini dianggap dalam keadaan kondisi baik (likuiditas) dimana
setiap Rp 1 HL dijamin oleh Rp 7,36 AL. Pada tahun 2018 ATR mengalami penurunan 6,13
dan perusahaan dianggap belum memiliki uang yang cukup untuk menutupi liabilitas
lancarnya karena ATR kurang dari nilai industry, maka perusahaan dianggap dalam kondisi
buruk (illikuiditas) dimana setiap rp 1 HL dijamin oleh rp 6,13 AL. pada tahun 2019 ATR
perusahaan mengalami kenaikan namun lebih rendah disbanding ATR tahun 2017, dan
dianggap memiliki uang yang cukup untuk menutupi liabilitas lancarnya karena nilai ATR
6,76 lebih besar disbanding nilai industry, maka perusahhaan dianggap dalam kondisi baik
(likuiditas) dimana setiap Rp 1 HL dijamin oleh Rp 6,76 AL.
3. Cash Ratio
Kas+ Efek
Hutang Lancar
Industry: 4,92
Hutang
Kas Efek Cash Ratio
Lancar
Tahun Penilaian
Rp Rp Rp d = (a +
A b C b)/c
Kondisi baik (setiap
139.684.90
2017 845.324.146 0 6,05 rp 1 HL dijamin oleh
8
rp 6,05 kas + efek)
Kondisi baik (setiap
192.299.84
2018 963.342.137 0 5,01 rp 1 HL dijamin oleh
3
rp 5,01 kas + efek)
Kondisi baik (setiao
160.587.36
2019 844.219.288 0 5,26 rp 1 HL dijamin oleh
3
rp 5,26 kas + efek)
Penjelasan:
Cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk melakukan perbandingan antara total
kas dan setara kas suatu perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Nilai industry cash ratio pada PT. Delta Djakarta Tbk yaitu 4,92. Pada tahun 2017
kondisi perusahaan mengalami kenaikan 6.05 dan dianggap dalam kondisi yang baik,
dimana Rp 1 HL dijamin oleh Rp 6,05 kas + efek. Pada tahun 2018 Cash Ratio mengalami
penurunan yaitu 5,01 namun masih dianggap dalam kondisi baik karena masih lebih besar
dari nilai industry, dimana Rp 1 HL dijamin oleh 5,01 kas + efek. Pada tahun 2019 cash ratio
mengalami kenaikan tapi lebih kecil dari ratio tahun 2017, namun masih dalam kondisi baik
karena cash ratio 5,26 lebih besar dari nilai industry, dimana Rp 1 dijamin oleh Rp 5,26 kas
+ efek.
4. Working Capital to Total Asset Ratio
Aktiva Lancar−Hutang Lancar
Total Aktiva
Industry: 0,773
Working
Aktiva Hutang Capital to
Total Aktiva
Tahu Lancar Lancar Total asset
Ratio Penilaian
n
(Rp) (Rp) (Rp) d = (a - b) /
a b c c
Setiap rp 5 TA
digunakan untuk
2017 1.206.576.189 139.684.908 1.340.842.765 0,796
modal kerja rp
0,796
Setiap rp 2 TA
digunakan untuk
2018 1.384.227.944 192.299.843 1.523.517.170 0,782
modal kerja rp
0,782
Setiap rp 8 TA
digunakan untuk
2019 1.292.805.083 160.587.363 1.425.983.722 0,794
modal kerja rp
0,794
Penjelasan:
Working Capital to Total Assets Ratio adalah penghitungan tentang modal kerja
terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan, dimana tujuan utamanya adalah megukur
sebesar apa modal kerja yang tersedia dari perusahaan jika dibandingkan dengan nilai total
asset yang ia miliki.
Nilai industry dari WTCA adalah 0,773. WTCA Pada tahun 2017 mengalami
kenaikan dan dianggap dalam kondisi baik karena nila WTCA 0,796 lebih besar dari nilai
industry, dimana setiap Rp 1 TA digunakan untuk modal kerja Rp 0,796. Pada tahun 2018
WTCA mengalami penurunan 0,782 namun masih dalam kondisi baik karena WTCA lebih
besar dari nilai industry, dimana setiap Rp 1 digunakan untuk modal kerja Rp 0,782. Pada
tahun 2019 WTCA kembali mengalami kenaikan 0,794 dan dianggap dalam kondisi baik,
dimana setiap Rp 1 digunakan untuk modal kerja rp 0,794.
LEVERAGE
Penjelasan:
Debt to Total Asset Ratio (DAR) adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antar total utang dengan total aktiva. Total aktiva adalah penjumlahan aktiva
lancar dan aktiva tetap yang dimiliki sebuah perusahaan yang dapat diketahui secara
akuntansi melalui laporan keuangan neraca, sedangkan total utang adalah seluruh utang baik
utang jangka pendek maupun utang jangka pendek.
Nilai industry Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah 16%. Pada tahun 2017 DAR
perusahaan tetap 15% kondisi ini dianggap baik seperti tahun 2016. Pada tahun 2018 DAR
mengalami kenaikan menjadi 16% kondisi ini dianggap kurang baik karena setara dengan
nilai industry, dimana setiap Rp 1 TA terdiri dari pinjaman Rp 0,16. Pada tahun 2019 DAR
perusahaan ini mengalami penurunan menjadi 15% dimana kondisi seperti ini dianggap baik
seperti pada tahun 2016 dan 2017.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai DAR maka semakin baik. Jika
semakin tinggi, maka berbanding lurus dengan risiko yang dimiliki perusahaan tersebut.
Penjelasan:
Time interest earning adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar atau menutupi beban bunga dimasa depan, dimana dalam melakukan penilaian
semakin besar rasionya semakin baik dan menguntungkan.
Nilai industry pada Time interest PT. Delta Djakarta Tbk, adalah 17,4 kali. Pada
tahun 2017 Rasionya menurun menjadi 17,5 namun masih dianggap mampu menutupi beban
bunga dimasa depan dan menguntungkan perusahaan, dimana setiap Rp 1 bunga dan sewa
dijamin oleh Rp 17,5 EBIT. Pada tahun 2018 rasio kembali mengalami penurunan menjadi
16,9 dan dinyatakan dalam kondisi kurang baik yang tidak mampu menutupi beban bunga,
serta dapat merugikan perusahaan, dimana setiap rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh Rp 16,9
EBIT. Pada tahun 2019 Rasio menurun lagi menjadi 12,4 dinyatakan tidak mampu menutupi
beban bunga dimasa depan dan bisa membuat perusahaan berpotensi bangkut, dimana setiap
rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh rp 12,4 EBIT.
3. Fixed Charge Coverage
EBIT + Bunga+ Sewa
Bunga+Sewa
Industry: 10,2
Fixed Charge
EBT Bunga Sewa
Tahu Coverage Penilai
n Rp Rp Rp EBT + B + Sewa (s) an
a B C B+S
Kondisi
Baik
(setiap rp 1
bunga dan
2017 369.012.853 32.823.821 0 10,4 Kali sewa
dijamin
oleh rp
10,4 EBT
Kondisi
Kurang
(setiap rp 1
bunga dan
2018 441.248.118 38.582.346 0 9,9 Kali sewa
dijamin
oleh rp 9,9
EBT
Kondisi
Kurang
(setiap rp 1
bunga dan
2019 412.437.215 48.237.483 0 9,6 Kali sewa
dijamin
oleh rp 9,6
EBT
Penjelasan:
Fixed Charge Coverage Ratio adalah rasio yang menghubungkan biaya tetap atau
kewajiban perusahaan dengan pendapatannya. Rasio ini mengukur berapa kali pendapatan
operasional perusahaan menutupi pembayaran bunga dan sewa. Rasio yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa memiliki posisi yang lebih nyaman untuk melunasi utangnya dan
melakukan pembayaran sewa dari pendapatan yang dihasilkannya dari operasi.
Nilai industry pada Fixed Charge Coverage PT DELTA DJAKARTA Tbk adalah 10,
2. Jadi Pada tahun 2017 rasionya mengalami penurunan namun masih dalam kondisi baik
karena nilai ratio 10,4 masih lebih besar dari nilai industry, dimana setiap rp 1 sewa dan
bunga dijamin oleh 10,4 EBT. Pada tahun 2018 Nilai rasionya mengalami penurunan yang
mengakibatkan perusahaan dianggap dalam kondisi kurang mampu dalam menutupi
pembayaran sewa dan bunga sehingga dapat terjadi penurunan laba, ini dikarenakan rationya
lebih kecil dari nilai industry. Begitupun pada tahun 2019 mengalami penurunan lagi dan
kondisi perusahaan masih sama pada tahun 2018.
4. Debt Service Coverage Ratio
EBIT
Angsuran
Bunga+ Sewa
1−Pajak ¿
¿
Industry: 17,4
1-
EBIT Bunga Sewa Angsuran Pajak Debt
Tahun Service Penilaian
Rp Rp Rp Rp Rp
Coverage
a b c d E
Kondisi baik
(setiap rp 1
2017 574.271.361 32.823.821 0 0 1,242 17,5 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 17,5
Kondisi kurang
(setiap rp 1
2018 651.258.239 38.582.346 0 0 1,234 16,9 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 16,9
Kondisi kurang
(setiap rp 1
2019 596.696.030 48.237.483 0 0 1,229 12,4 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 12,4
Penjelasan:
Debt Service Coverage Ratio (DSCR) adalah pengukuran arus kas perusahaan yang
tersedia untuk membayar kewajiban hutang saat ini. DSCR menunjukkan kepada investor
apakah perusahaan memiliki pendapatan yang cukup untuk membayar hutangnya.
Nilai industry DSCR adalah 17,4. Jadi PadaTahun 2017 DSCR mengalami
penurunan namun masih dianggap mampu menutupi kewajiban utang saat ini, karena DSCR
masih besar dari nilai industry, dimana rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh rp 20,1. Pada
tahun 2018 semakin kembali mengalami penuruna ratio menjadi 16,9 yang dianggap berada
dalam kondisi kurang mamou dalam membayar kewajiban utang saat ini dan tidak akan
dapat menutupi utang saat tanpa menarik sumber dari luar, dimana setiap rp 1 sewa da bunga
dijamin oleh rp 16,9, begitupun pada tahun 2019 kondisi yang sama pada tahun 2018 dimana
setia rp 1 sewa dan bunga dijamin oleh rp 12,4.
AKTIVITAS
1. Inventory Turn Over
Beban Langsung
Persediaan rata−rata
¿
Industry: 2,4 Kali
Biaya
Persediaan Inventory turn
Bahan
Rata-rata over
Tahun Baku Penilaian
Rp Rp
c= a/b
A B
Penjelasan:
Inventory Turn Over Ratio merupakan sebuah rasio efisiensi yang menunjukkan
seberapa efektif dari persediaan yang dapat dikelola dengan membandingkan harga pokok
penjualan dalam persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio yang perputaran yang tinggi
menandakan perusahan tersebut tidak mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli
barang dagangan dan dapat mengoptimalkan pengeluarannya.
Nilai industry ITR perusahaan ini adalah 2,4. Jadi, Pada tahun 2017 ITR menurun
mennjadi 2,3 dan perusahaan dianggap mengeluarkan biaya yang banyak untuk memebeli
barang dan tidak mengoptimalkan pengeluarannya karena lebih kecil dari nilai industry,
dimana rp 1 bahan baku mampunya berputar 2,3 kali. Pada tahun 2018 ITR naik menjadi 2,4
yang dianggap cukup mampu mengoptimalkan pengeluarannya karea ITR setara dengan
nilai industry, dimana setiap rp 1 bahan bakunya mampunya berputar 2,4 kali. Pada tahun
2019 ITR perusahaan kembali turun menjadi 2,2 kali dan pastinya perusahaan ini tidak dapat
mengoptimalkan pengeluarannya, dimana setiap rp 1 bahan baku mampunya berputar 2,2
kali.
2. Average Collection Period
Piutang
Sales Per Hari
Industry: 87 hari
Average
Piutang Sales perhari
Tahu collection period
Penilaian
n Rp Rp
c = a/b
a B
Kondisi baik
(setiap rp 1
2017 158.142.998 2.129.612 74 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 74 hari
Kondisi baik
(setiap rp 1
2018 192.632.921 2.446.593 79 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 79 hari
Kondisi buruk
(setiap rp 1
2019 230.924.063 2.266.128 102 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 102 hari
Penjelasan:
Average Collection Period Ratio adalah jumlah hari yang berlalu antara tanggal
penjualan kredit dengan tanggal perusahaan menerima pembayaran dari penjualan kredit.
Nilai industri ACPR ini adalah 87 hari. Jadi, Pada tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 74 hari kondisi perusahaan dianggap baik seperti tahun 2016, dimana setiap rp 1
penjualan kredit mampu ditagih dalam 74 hari. Pada tahun 2018 ACPR mengalami kenaikan
namun kondisi perusahaan masih baik seperti 2016 dan 2017 karena ACPR masih lebih
kecil dibanding nilai industry. Pada tahun 2019 ACPR mengalami peningkatan yang drastis
yaitu 102 hari membuat kondisi perusahaan buruk maka perusahaan harus lebih
meningkatkan pengelolaan piutang agar dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
dimana setiap rp 1 penjualan kredit mampu ditagih dalam 102 hari.
Penjelasan:
Fixed Assets Turn Over Ratio adalah rasio keuangan yang mengukur produktivitas
dan efisiensi asset tetap dalam menghasilkan pendapatan dengan rata-rata tetap.
Nilai industry FATT adalah 9 kaliPada tahun 2017 FATT mengalami kenaikan
menjadi 9 yang dianggap perusahaan dalam kondisi baikkarena perusahaaan menunjukkan
menggunakan asset tetapnya secara lebih efisien begitupun tahun 2018 dan 2019.
4. Total Assets Turn Over
Pendapatan
Total Aser
Industry: 0,61 kali
Penjelasan:
Total Asset Turn over adalah rasio aktivitas berguna untuk mengukur seberapa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari jumlah yang dimilik.
Nilai industi TAT perusahaan adalah 0,61. Pada tahun 2017, 2018, dan 2019 kondisi
perusahaan dianggap buruk karena berada dibawa nilai industry.
PROFITABILITAS
1. Profit Margin
EAT
Pendapatan
Industry: 45%
Penjelasan:
Rasio profit margin merupakan rasio profitabilitas untuk mengetahui nilai
perbandingan antara total penjualan terhadap laba bersihnya.
Nilai industry pada rasio ini adalah 45%. Pada tahun 2017, 2018, dan 2019
perusahaan dianggap berada dalam kondisi baik karena berada diatas nilai industry.
2. Return on Total Asset
EAT +(1+ Pajak )
Total Aset
Industry:27%
Return on Total
EAT 1 + Taxes Total Assets
Assets
Tahun Rp Rp Rp Penilaian
a + (1 + b)/c
A b c
Kondisi baik ( setiap
369.012.85 rp 1 TA mampu
2017 0,758 1.340.842.765 28%
3 menghasilkan laba
Rp 0,275
Penjelasan:
Return on Total Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya atau asset
yang dimilikinya.
Nilai industry ROA adalah 27%. Pada tahun 2017 – 2019 kondisi perusahaan
dianggap baik karena nilai ROA berada diatas nilai industry dimana perusahaan dianggap
semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
3. Return on Networth
EAT
Modal Sendiri(MS )
Industry: 32%
Penjelasan:
Return on Networth adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan
aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan membandingkan
pendapatan dengan aktiva yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Nilai industry rasio ini adalah 32%, Pada tahun 2017 – 2019 perusahaan dianggap
dalam kondisi baik yang dapat memannfaatkan aktiva nya secara baik.