Anda di halaman 1dari 21

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

PADA PT. DELTA DJAKARTA Tbk. Untuk Tahun 2017 - 2019

OLEH :

NAMA : TUTY HAJRIATI

NIM : B1C1 18 197

KELAS :D

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
PT. DELTA DJAKARTA Tbk
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
31 DESEMBER 2017 – 2019
(Dalam Ribuan Rupiah)

2017 2018 2019


ASET

ASET LANCAR
Kas dan setara kas 845.324.146 963.342.137 844.219.288
Deposito berjangka yang dibatasi
Penggunaannya-bagian lancar 1.265.196 1.346.733 1.292.794
Piutang Usaha
Pihak berelasi 57.584 292.777 0
Pihak ketiga-setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan
nilai 145.972.031 156.825.348 197.060.469
Piutang lain-lain
Pihak berelasi 0 0 0
Pihak ketiga-bagian lancar 12.113.383 35.514.796 33.863.594
Persediaan-bersih 178.863.917 205.396.087 207.460.611
Kelebihan pembayaran pajak-bagian lancar 3.970.957 4.004.442 0
Biaya dibayar di muka dan uang muka 10.008.975 17.506.624 8.908.327

1.206.576.18 1.384.227.94 1.292.805.08


Jumlah Aset Lancar 9 4 3

ASET TIDAK LANCAR


Investasi saham 0 0 0
Aset tetap-setelah dikurangi
Akumulasi penyusutan 89.978.944 90.191.394 85.234.517
Piutang lain-lain jangka panjang
dari pihak ketiga 2.179.892 2.580.538 2.349.847
Deposito berjangka yang dibatasi
Penggunaannya-bagian jangka
panjang 0 0 0
Kelebihan pembayaran pajak-bagian jangka
panjang 12.382.970 10.846.998 10.025.626
Aset pajak tangguhan-bersih 29.449.721 35.395.247 35.296.100
Aset tidak lancar lainnya 275.049 275.049 272.549

Jumlah Aset Tidak Lancar 134.266.576 139.289.226 133.178.639

JUMLAH ASET 1.340.842.76 1.523.517.17 1.425.983.72


5 0 2

LIABILITAS DAN EKUITAS

LIABILITAS JANGKA PENDEK


Utang usaha
Pihak berelasi 803.085 933.870 952.395
Pihak ketiga 34.194.225 53.182.611 30.958.727
Utang Pajak 22.079.092 32.603.996 42.600.912
Utang Dividen 2.580.053 3.084.137 3.664.919
Biaya masih harus dibayar 51.738.920 73.541.242 60.180.289
Utang lain-lain 25.555.279 26.372.168 21.667.727
Utang pihak berelasi 2.734.254 2.581.819 562.394

Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 139.684.908 192.299.843 160.587.363

LIABILITAS JANGKA PANJANG


Provisi untuk pensiun 3.057.254 3.357.254 0
Liabilitas imbalan pasca kerja 53455210 43.696.259 51.833.027

Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 56.512.464 47.053.513 51.833.027

JUMLAH LIABILITAS 196.197.372 239.353.356 212.420.390

EKUITAS
Modal saham-nilai nominal Rp 20 per
saham
Modal dasar - 1.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh
-
800.659.050 saham 16.013.181 16.013.181 16.013.181
Tambahan modal disetor 19.015.656 19.015.656 19.015.656
Saldo
Laba
Ditentukan penggunaannya 10.000 11.000 12.000
1.105.546.27 1.245.000.45 1.174.483.50
Tidak ditentukan penggunaannya 0 7 2

Ekuitas yang dapat diatribusikan kepada


1.140.585.10 1.280.140.29 1.209.524.43
pemilik perusahaan 7 4 9
Kepentingan nonpengendali 4.060.286 4.123.520 4.038.893

1.144.645.39 1.284.163.81 1.213.563.33


JUMLAH EKUITAS 3 4 2
1.340.842.76 1.523.517.17 1.425.983.72
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 5 0 2

PT. DELTA DJAKARTA Tbk


Laporan Laba Rugi Tahunan
Untuk Tahun yang Berakhir Pada 31 Desember 2017, 2018 dan 2019

2017 2018 2019

PENJUALAN 0 0 0
Cukai bir dan pajak penjualan 0 0 0

PENJUALAN BERSIH 777.308.328 893.006.350 827.136.727

-
BEBAN POKOK PENJUALAN -203036967 241.721.111 -230.440.697

LABA KOTOR 574.271.361 651.258.239 596.696.030

- -
Beban penjualan 157.245.312 175.692.185 -166.486.011
Beban umum dan administrasi -85.421.633 -79.000.788 68.361.970
Penghasilan bunga 32.823.821 38.582.346 48.237.483
Laba lain-lain-bersih 4.584.616 6.037.506 2.351.683
LABA SEBELUM PAJAK 369.012.853 441.248.118 412.437.215

-
BEBAN PAJAK - BERSIH -89.240.218 103.118.133 -94.622.038

LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 279.772.635 338.129.985 317.815.177

PENGHASILAN KOMPHERENSIF LAIN:

Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba


rugi:
pengukuran kembali atas program imbalan
pasti -4.510.161 12.746.385 -7.600.844
Beban pajak terkait dengan pengukuran
kembali atas program imbalan pasti 1.127.540 -3.186.596 1.900.211

Jumlah penghasilan komprehensif lain


tahun berjalan, setelah pajak -3.382.621 9.559.789 -5.700.633
JUMLAH KOMPREHENSIF PADA
TAHUN BERJALAN 276.390.014 347.689.774 312.114.544

LABA YANG DAPAT DATRIBUSIKAN


KEPADA:
Pemilik Perusahaan 279745292 338.066.751 317.899.804
Kepentingan nonpengendali 27.343 63.234 -84.627

LABA BERSIH TAHUN BERJALAN 279.772.635 338.129.985 317.815.177

JUMLAH LABA KOMPREHENSIF


YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA:
Pemilik Perusahaan 276.362.671 347.626.540 312.199.171
Kepentingan nonpengendali 27.343 63.234 -84.627

JUMLAH LABA KOMPREHENSIF PADA


TAHUN BERJALAN 276.390.014 347.689.774 312.114.544

Laba dasar dan dilusian per saham


(dalam Rupiah penuh) 349 422 397
LIKUIDITAS

1. Current Ratio
Aktiva Lancar
Hutang Lancar
Nilai industry : 7,58

Current
Aktiva Lancar Hutang Lancar
Tahu Ratio
Penilaian
n Rp Rp
c = a/b
A B
Kondisi Baik (setiap 1
2017 1.206.576.189 139.684.908 8,64 rp HL di jamin oleh rp
8,63 AL)

Kondisi buruk (setiap 1


2018 1.384.227.944 192.299.843 7,20 rp HL dijamin oleh rp
7,20 AL)

Kondisi Baik (setiap 1


2019 1.292.805.083 160.587.363 8,05 rp HL dijamin oleh rp
8,05 AL)

Penjelasan:

Current ratio digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk


membayar kewajiban jangka pendeknya, seperti upah dan hutang. Ini dihitung dengan
membagi aktiva lancar dengan hutang lancar. Dimana aktiva lancar adalah jenis asset yang
diharapkan dapat segera digunakan dalam jangka waktu dekat, biasanya kurang dari 1 tahun,
dan Hutang lancar adalah kewajiban yang harus segera dilunasi dengan menggunakan aktiva
lancar dalam tempo jangka pendek atau kurang dari 1 tahun.
Nilai industry pada Current Ratio PT. Delta Djakarta yaitu berada pada 7,58. Pada
tahun 2017 kemampuan membayar kewajiban jangka pendeknya mengalami kenaikan 8,64
dan dinyatakan dalam kondisi baik. Namun di tahun 2018 kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendeknya dinyatakan menurun, dan dinilai memiliki kondisi buruk karena
current ratio 7,20 (setiap Rp 1 HL dijamin oleh 7,20 AL) berada dibawah nilai industry 7,58.
Pada tahun 2019 kemampuan membayar kewajiban jangka pendeknya mengalami kenaikan
yaitu 8,05 (setiap rp 1 HL dijamin oleh 8,05 AL) namun current ratio pada tahun 2017 lebih
besar dibandingkan tahun 2019.

2. Acid Test Ratio


Aktiva Lancar−Persediaan
Hutang Lancar
Industry: 6,33

Acid
Aktiva Hutang Test
Tahun Lancar Persediaan Lancar Ratio Penilaian
Rp Rp Rp d = (a-
A B C b)/c
Kondisi Baik (setiap
178.863.91
2017 1.206.576.189 139.684.908 7,36 rp 1 HL dijamin oleh
7
rp 7,36 AL)
Kondisi Buruk (setiap
205.396.08
2018 1.384.227.944 192.299.843 6,13 rp 1 HL dijamin oleh
7
rp 6,13 AL)
Kondisi Baik (setiap
207.460.61
2019 1.292.805.083 160.587.363 6,76 rp 1 HL dijamin oleh
1
rp 6,76 AL

Penjelasan:
Acid Test Ratio adalah indicator likuiditas untuk mengukur apakah perusahaan
memiliki uang yang cukup untuk menutup liabilitas lancarnya. Semakin tinggi rasio, maka
semakin tinggi likuiditas perusahaan. Untuk menghitung acid test ratio aktiva lancar
dikurangi dengan persediaan kemudian dibagi dengan hutang lancar. Dimana aktiva lancar
adalah jenis asset yang diharapkan dapat segera digunakan dalam jangka waktu dekat,
biasanya kurang dari 1 tahun, persediaan adalah asset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tertentu.
Nilai industry pada Acid Test Ratio pada PT. Delta Djakarta Tbk. Yaitu berada pada
6,33. Pada tahun 2017 ATR mengalami kenaikan danperusahaan dinyatakan memiliki uang
yang cukup untuk menutupi liabilitas lancarnya karena nilai ATR 7,36 berada diatas nilai
industri, maka perusahaan ini dianggap dalam keadaan kondisi baik (likuiditas) dimana
setiap Rp 1 HL dijamin oleh Rp 7,36 AL. Pada tahun 2018 ATR mengalami penurunan 6,13
dan perusahaan dianggap belum memiliki uang yang cukup untuk menutupi liabilitas
lancarnya karena ATR kurang dari nilai industry, maka perusahaan dianggap dalam kondisi
buruk (illikuiditas) dimana setiap rp 1 HL dijamin oleh rp 6,13 AL. pada tahun 2019 ATR
perusahaan mengalami kenaikan namun lebih rendah disbanding ATR tahun 2017, dan
dianggap memiliki uang yang cukup untuk menutupi liabilitas lancarnya karena nilai ATR
6,76 lebih besar disbanding nilai industry, maka perusahhaan dianggap dalam kondisi baik
(likuiditas) dimana setiap Rp 1 HL dijamin oleh Rp 6,76 AL.

3. Cash Ratio
Kas+ Efek
Hutang Lancar
Industry: 4,92

Hutang
Kas Efek Cash Ratio
Lancar
Tahun Penilaian
Rp Rp Rp d = (a +
A b C b)/c
Kondisi baik (setiap
139.684.90
2017 845.324.146 0 6,05 rp 1 HL dijamin oleh
8
rp 6,05 kas + efek)
Kondisi baik (setiap
192.299.84
2018 963.342.137 0 5,01 rp 1 HL dijamin oleh
3
rp 5,01 kas + efek)
Kondisi baik (setiao
160.587.36
2019 844.219.288 0 5,26 rp 1 HL dijamin oleh
3
rp 5,26 kas + efek)

Penjelasan:
Cash ratio adalah rasio yang digunakan untuk melakukan perbandingan antara total
kas dan setara kas suatu perusahaan dengan kewajiban lancarnya.
Nilai industry cash ratio pada PT. Delta Djakarta Tbk yaitu 4,92. Pada tahun 2017
kondisi perusahaan mengalami kenaikan 6.05 dan dianggap dalam kondisi yang baik,
dimana Rp 1 HL dijamin oleh Rp 6,05 kas + efek. Pada tahun 2018 Cash Ratio mengalami
penurunan yaitu 5,01 namun masih dianggap dalam kondisi baik karena masih lebih besar
dari nilai industry, dimana Rp 1 HL dijamin oleh 5,01 kas + efek. Pada tahun 2019 cash ratio
mengalami kenaikan tapi lebih kecil dari ratio tahun 2017, namun masih dalam kondisi baik
karena cash ratio 5,26 lebih besar dari nilai industry, dimana Rp 1 dijamin oleh Rp 5,26 kas
+ efek.
4. Working Capital to Total Asset Ratio
Aktiva Lancar−Hutang Lancar
Total Aktiva
Industry: 0,773

Working
Aktiva Hutang Capital to
Total Aktiva
Tahu Lancar Lancar Total asset
Ratio Penilaian
n
(Rp) (Rp) (Rp) d = (a - b) /
a b c c
Setiap rp 5 TA
digunakan untuk
2017 1.206.576.189 139.684.908 1.340.842.765 0,796
modal kerja rp
0,796
Setiap rp 2 TA
digunakan untuk
2018 1.384.227.944 192.299.843 1.523.517.170 0,782
modal kerja rp
0,782
Setiap rp 8 TA
digunakan untuk
2019 1.292.805.083 160.587.363 1.425.983.722 0,794
modal kerja rp
0,794

Penjelasan:

Working Capital to Total Assets Ratio adalah penghitungan tentang modal kerja
terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan, dimana tujuan utamanya adalah megukur
sebesar apa modal kerja yang tersedia dari perusahaan jika dibandingkan dengan nilai total
asset yang ia miliki.
Nilai industry dari WTCA adalah 0,773. WTCA Pada tahun 2017 mengalami
kenaikan dan dianggap dalam kondisi baik karena nila WTCA 0,796 lebih besar dari nilai
industry, dimana setiap Rp 1 TA digunakan untuk modal kerja Rp 0,796. Pada tahun 2018
WTCA mengalami penurunan 0,782 namun masih dalam kondisi baik karena WTCA lebih
besar dari nilai industry, dimana setiap Rp 1 digunakan untuk modal kerja Rp 0,782. Pada
tahun 2019 WTCA kembali mengalami kenaikan 0,794 dan dianggap dalam kondisi baik,
dimana setiap Rp 1 digunakan untuk modal kerja rp 0,794.
LEVERAGE

1. Debt to Total Asset Ratio


Total Hutang
100 %
Total Aktiva
Industri:16%

Total Hutang Total Aktiva Debt to total assets


Tahun Rp Rp Penilaian
(a/b) x 100%
a B

1.340.842.76 kondisi baik (setiap rp 1 TA


2017 196.197.372 15%
5 terdiri dari pinjaman rp 0,15)

1.523.517.17 kondisi kurang (setiap rp 1 TA


2018 239.353.356 16%
0 terdiri dari pinjaman rp 0,16)

1.425.983.72 kondisi baik (setiap rp 1 TA


2019 212.420.390 15%
2 terdiri dari pinjaman rp 0,15)

Penjelasan:
Debt to Total Asset Ratio (DAR) adalah rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antar total utang dengan total aktiva. Total aktiva adalah penjumlahan aktiva
lancar dan aktiva tetap yang dimiliki sebuah perusahaan yang dapat diketahui secara
akuntansi melalui laporan keuangan neraca, sedangkan total utang adalah seluruh utang baik
utang jangka pendek maupun utang jangka pendek.
Nilai industry Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah 16%. Pada tahun 2017 DAR
perusahaan tetap 15% kondisi ini dianggap baik seperti tahun 2016. Pada tahun 2018 DAR
mengalami kenaikan menjadi 16% kondisi ini dianggap kurang baik karena setara dengan
nilai industry, dimana setiap Rp 1 TA terdiri dari pinjaman Rp 0,16. Pada tahun 2019 DAR
perusahaan ini mengalami penurunan menjadi 15% dimana kondisi seperti ini dianggap baik
seperti pada tahun 2016 dan 2017.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin rendah nilai DAR maka semakin baik. Jika
semakin tinggi, maka berbanding lurus dengan risiko yang dimiliki perusahaan tersebut.

2. Time Interest Earning


EBIT
Bunga
Industry: 17,4 kali

EBIT Bunga Time Interest earning


Tahun Rp Rp Penilaian
c = a/b
A b
Kondisi Baik (setiap rp 1
2017 574.271.361 32.823.821 17,5 Kali bunga dan sewa dijamin
oleh rp 17,5 EBIT)
Kondisi kurang (setiap rp 1
2018 651.258.239 38.582.346 16,9 Kali bunga dan sewa dijamin
oleh rp 16,9 EBIT)
Kondisi kurang (setiap rp 1
2019 596.696.030 48.237.483 12,4 Kali bunga dan sewa dijamin
oleh rp 12,4 EBIT)

Penjelasan:
Time interest earning adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar atau menutupi beban bunga dimasa depan, dimana dalam melakukan penilaian
semakin besar rasionya semakin baik dan menguntungkan.
Nilai industry pada Time interest PT. Delta Djakarta Tbk, adalah 17,4 kali. Pada
tahun 2017 Rasionya menurun menjadi 17,5 namun masih dianggap mampu menutupi beban
bunga dimasa depan dan menguntungkan perusahaan, dimana setiap Rp 1 bunga dan sewa
dijamin oleh Rp 17,5 EBIT. Pada tahun 2018 rasio kembali mengalami penurunan menjadi
16,9 dan dinyatakan dalam kondisi kurang baik yang tidak mampu menutupi beban bunga,
serta dapat merugikan perusahaan, dimana setiap rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh Rp 16,9
EBIT. Pada tahun 2019 Rasio menurun lagi menjadi 12,4 dinyatakan tidak mampu menutupi
beban bunga dimasa depan dan bisa membuat perusahaan berpotensi bangkut, dimana setiap
rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh rp 12,4 EBIT.
3. Fixed Charge Coverage
EBIT + Bunga+ Sewa
Bunga+Sewa
Industry: 10,2

Fixed Charge
EBT Bunga Sewa
Tahu Coverage Penilai
n Rp Rp Rp EBT + B + Sewa (s) an
a B C B+S
Kondisi
Baik
(setiap rp 1
bunga dan
2017 369.012.853 32.823.821 0 10,4 Kali sewa
dijamin
oleh rp
10,4 EBT
Kondisi
Kurang
(setiap rp 1
bunga dan
2018 441.248.118 38.582.346 0 9,9 Kali sewa
dijamin
oleh rp 9,9
EBT
Kondisi
Kurang
(setiap rp 1
bunga dan
2019 412.437.215 48.237.483 0 9,6 Kali sewa
dijamin
oleh rp 9,6
EBT

Penjelasan:
Fixed Charge Coverage Ratio adalah rasio yang menghubungkan biaya tetap atau
kewajiban perusahaan dengan pendapatannya. Rasio ini mengukur berapa kali pendapatan
operasional perusahaan menutupi pembayaran bunga dan sewa. Rasio yang lebih tinggi
menunjukkan bahwa memiliki posisi yang lebih nyaman untuk melunasi utangnya dan
melakukan pembayaran sewa dari pendapatan yang dihasilkannya dari operasi.
Nilai industry pada Fixed Charge Coverage PT DELTA DJAKARTA Tbk adalah 10,
2. Jadi Pada tahun 2017 rasionya mengalami penurunan namun masih dalam kondisi baik
karena nilai ratio 10,4 masih lebih besar dari nilai industry, dimana setiap rp 1 sewa dan
bunga dijamin oleh 10,4 EBT. Pada tahun 2018 Nilai rasionya mengalami penurunan yang
mengakibatkan perusahaan dianggap dalam kondisi kurang mampu dalam menutupi
pembayaran sewa dan bunga sehingga dapat terjadi penurunan laba, ini dikarenakan rationya
lebih kecil dari nilai industry. Begitupun pada tahun 2019 mengalami penurunan lagi dan
kondisi perusahaan masih sama pada tahun 2018.
4. Debt Service Coverage Ratio
EBIT
Angsuran
Bunga+ Sewa
1−Pajak ¿
¿
Industry: 17,4

1-
EBIT Bunga Sewa Angsuran Pajak Debt
Tahun Service Penilaian
Rp Rp Rp Rp Rp
Coverage
a b c d E
Kondisi baik
(setiap rp 1
2017 574.271.361 32.823.821 0 0 1,242 17,5 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 17,5
Kondisi kurang
(setiap rp 1
2018 651.258.239 38.582.346 0 0 1,234 16,9 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 16,9
Kondisi kurang
(setiap rp 1
2019 596.696.030 48.237.483 0 0 1,229 12,4 bunga dan
sewa dijamin
oleh rp 12,4

Penjelasan:

Debt Service Coverage Ratio (DSCR) adalah pengukuran arus kas perusahaan yang
tersedia untuk membayar kewajiban hutang saat ini. DSCR menunjukkan kepada investor
apakah perusahaan memiliki pendapatan yang cukup untuk membayar hutangnya.

Nilai industry DSCR adalah 17,4. Jadi PadaTahun 2017 DSCR mengalami
penurunan namun masih dianggap mampu menutupi kewajiban utang saat ini, karena DSCR
masih besar dari nilai industry, dimana rp 1 bunga dan sewa dijamin oleh rp 20,1. Pada
tahun 2018 semakin kembali mengalami penuruna ratio menjadi 16,9 yang dianggap berada
dalam kondisi kurang mamou dalam membayar kewajiban utang saat ini dan tidak akan
dapat menutupi utang saat tanpa menarik sumber dari luar, dimana setiap rp 1 sewa da bunga
dijamin oleh rp 16,9, begitupun pada tahun 2019 kondisi yang sama pada tahun 2018 dimana
setia rp 1 sewa dan bunga dijamin oleh rp 12,4.

AKTIVITAS
1. Inventory Turn Over
Beban Langsung
Persediaan rata−rata
¿
Industry: 2,4 Kali
Biaya
Persediaan Inventory turn
Bahan
Rata-rata over
Tahun Baku Penilaian
Rp Rp
c= a/b
A B

Kondisi Buruk ( setiap rp


89.4 1 biaya bahan baku
2017 203036967 2,3 kali
31.989 mampunya berputar 2,3
kali)

Kondisi Baik ( setiap rp 1


102.6 biaya bahan baku
2018 241.721.111 2,4 kali
98.044 mampunya berputar 2,4
kali)

Kondisi Buruk ( setiap rp


103.7 1 biaya bahan baku
2019 230.440.697 2,2 kali
30.306 mampunya berputar 2,2
kali)

Penjelasan:
Inventory Turn Over Ratio merupakan sebuah rasio efisiensi yang menunjukkan
seberapa efektif dari persediaan yang dapat dikelola dengan membandingkan harga pokok
penjualan dalam persediaan rata-rata untuk suatu periode. Rasio yang perputaran yang tinggi
menandakan perusahan tersebut tidak mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli
barang dagangan dan dapat mengoptimalkan pengeluarannya.
Nilai industry ITR perusahaan ini adalah 2,4. Jadi, Pada tahun 2017 ITR menurun
mennjadi 2,3 dan perusahaan dianggap mengeluarkan biaya yang banyak untuk memebeli
barang dan tidak mengoptimalkan pengeluarannya karena lebih kecil dari nilai industry,
dimana rp 1 bahan baku mampunya berputar 2,3 kali. Pada tahun 2018 ITR naik menjadi 2,4
yang dianggap cukup mampu mengoptimalkan pengeluarannya karea ITR setara dengan
nilai industry, dimana setiap rp 1 bahan bakunya mampunya berputar 2,4 kali. Pada tahun
2019 ITR perusahaan kembali turun menjadi 2,2 kali dan pastinya perusahaan ini tidak dapat
mengoptimalkan pengeluarannya, dimana setiap rp 1 bahan baku mampunya berputar 2,2
kali.
2. Average Collection Period
Piutang
Sales Per Hari
Industry: 87 hari

Average
Piutang Sales perhari
Tahu collection period
Penilaian
n Rp Rp
c = a/b
a B
Kondisi baik
(setiap rp 1
2017 158.142.998 2.129.612 74 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 74 hari
Kondisi baik
(setiap rp 1
2018 192.632.921 2.446.593 79 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 79 hari
Kondisi buruk
(setiap rp 1
2019 230.924.063 2.266.128 102 hari penjualan kredit
mampu ditagih
dalam 102 hari

Penjelasan:
Average Collection Period Ratio adalah jumlah hari yang berlalu antara tanggal
penjualan kredit dengan tanggal perusahaan menerima pembayaran dari penjualan kredit.
Nilai industri ACPR ini adalah 87 hari. Jadi, Pada tahun 2017 mengalami penurunan
menjadi 74 hari kondisi perusahaan dianggap baik seperti tahun 2016, dimana setiap rp 1
penjualan kredit mampu ditagih dalam 74 hari. Pada tahun 2018 ACPR mengalami kenaikan
namun kondisi perusahaan masih baik seperti 2016 dan 2017 karena ACPR masih lebih
kecil dibanding nilai industry. Pada tahun 2019 ACPR mengalami peningkatan yang drastis
yaitu 102 hari membuat kondisi perusahaan buruk maka perusahaan harus lebih
meningkatkan pengelolaan piutang agar dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
dimana setiap rp 1 penjualan kredit mampu ditagih dalam 102 hari.

3. Fixed Assets Turn Over


Pendapatan
Aktiva Tetap Bersih
Industry: 9 kali

Aktiva tetap Fix Assets Turn


Sales
bersih over
Tahun Penilaian
Rp Rp
c = a/b
a B
Kondisi baik (setiap rp 1
aktiva tetap mampu
2017 777.308.328 89.978.944 9 kali
menghasilkan penjualan
9 kali
Kondisi baik (setiap rp 1
aktiva tetap mampu
2018 893.006.350 90.191.394 10 kali
menghasilkan penjualan
10 kali
Kondisi baik (setiap rp 1
aktiva tetap mampu
2019 827.136.727 85.234.517 10 kali
menghasilkan penjualan
10 kali

Penjelasan:

Fixed Assets Turn Over Ratio adalah rasio keuangan yang mengukur produktivitas
dan efisiensi asset tetap dalam menghasilkan pendapatan dengan rata-rata tetap.

Nilai industry FATT adalah 9 kaliPada tahun 2017 FATT mengalami kenaikan
menjadi 9 yang dianggap perusahaan dalam kondisi baikkarena perusahaaan menunjukkan
menggunakan asset tetapnya secara lebih efisien begitupun tahun 2018 dan 2019.
4. Total Assets Turn Over
Pendapatan
Total Aser
Industry: 0,61 kali

Sales Total Aset Total Asset Turnover


Tahu
Rp Rp Penilaian
n c = a/b
A B
kondisi buruk (setiap
rp 1 total asset hanya
2017 777.308.328 1.340.842.765 0,58 kali
menghasilkan
penjualan 0,58 kali )
kondisi buruk (setiap
rp 1 total asset hanya
2018 893.006.350 1.523.517.170 0,59 kali
menghasilkan
penjualan 0,59 kali )
kondisi buruk (setiap
rp 1 total asset hanya
2019 827.136.727 1.425.983.722 0,58 kali
menghasilkan
penjualan 0,58 kali )

Penjelasan:
Total Asset Turn over adalah rasio aktivitas berguna untuk mengukur seberapa
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari jumlah yang dimilik.
Nilai industi TAT perusahaan adalah 0,61. Pada tahun 2017, 2018, dan 2019 kondisi
perusahaan dianggap buruk karena berada dibawa nilai industry.
PROFITABILITAS
1. Profit Margin
EAT
Pendapatan
Industry: 45%

EAT Sales Profibilitas


Tahun Rp Rp Penilaian
c = a/b
a B
Kondisi Baik (setiap rp 1
2017 369.012.853 777.308.328 47% penjualan Mampu menghasilkan
Laba Rp 0,474)

Kondisi Baik (setiap rp 1


2018 441.248.118 893.006.350 49% penjualan Mampu menghasilkan
Laba Rp 0,494)

Kondisi Baik (setiap rp 1


2019 412.437.215 827.136.727 50% penjualan Mampu menghasilkan
Laba Rp 0,498)

Penjelasan:
Rasio profit margin merupakan rasio profitabilitas untuk mengetahui nilai
perbandingan antara total penjualan terhadap laba bersihnya.
Nilai industry pada rasio ini adalah 45%. Pada tahun 2017, 2018, dan 2019
perusahaan dianggap berada dalam kondisi baik karena berada diatas nilai industry.
2. Return on Total Asset
EAT +(1+ Pajak )
Total Aset
Industry:27%

Return on Total
EAT 1 + Taxes Total Assets
Assets
Tahun Rp Rp Rp Penilaian
a + (1 + b)/c
A b c
Kondisi baik ( setiap
369.012.85 rp 1 TA mampu
2017 0,758 1.340.842.765 28%
3 menghasilkan laba
Rp 0,275

Kondisi baik ( setiap


441.248.11 rp 1 TA mampu
2018 0,766 1.523.517.170 29%
8 menghasilkan laba
Rp 0,289

Kondisi baik ( setiap


412.437.21 rp 1 TA mampu
2019 0,771 1.425.983.722 29%
5 menghasilkan laba
Rp 0,289

Penjelasan:
Return on Total Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penggunaan seluruh sumber daya atau asset
yang dimilikinya.
Nilai industry ROA adalah 27%. Pada tahun 2017 – 2019 kondisi perusahaan
dianggap baik karena nilai ROA berada diatas nilai industry dimana perusahaan dianggap
semakin baik kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih.
3. Return on Networth
EAT
Modal Sendiri(MS )
Industry: 32%

EAT Modal Sendiri Return Networth


Tahu
Rp Rp Penilaian
n c = a/b
a B
Kondisi baik ( setiap
rp 1 MS mampu
2017 369.012.853 1.144.645.393 32%
menghasilkan lab
0,322
Kondisi baik ( setiap
rp 1 MS mampu
2018 441.248.118 1.284.163.814 34%
menghasilkan lab
0,344
Kondisi baik ( setiap
rp 1 MS mampu
2019 412.437.215 1.213.563.332 34%
menghasilkan lab
0,340

Penjelasan:
Return on Networth adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan
aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dengan membandingkan
pendapatan dengan aktiva yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
Nilai industry rasio ini adalah 32%, Pada tahun 2017 – 2019 perusahaan dianggap
dalam kondisi baik yang dapat memannfaatkan aktiva nya secara baik.

Anda mungkin juga menyukai