Anda di halaman 1dari 7

1.

TINDAKAN PEMERINTAH

Pengertian tindakan pemerintahan

Pada dasarnya Dalam suatu Negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan selalu harus
didasarkan pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengenai pengertian perbuatan permerintah Menurut Van Vollenhoven yang dimaksud dengan
tindakan pemerintahan (bustuurhandeling) adalah pemeliaharaan kepentingan Negera dan rakyat
secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan. Sedangkan menurut Komisi Van
Poelje dalam laporannya Tahun 1972 yang dimaksudkan dengan Puliek Rechtelijke Handeling atau
tindakan dalam hukum publik adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam
menjalankan fungsi pemerintahan.[1] Jadi dari keterangan diatas dapat disimpulkan tindakan
pemerintahan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh organ pemerintah demi memelihara
kepentingan Negara dan rakyat.

Macam-macam tindakan pemerintah

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan kepentingan umum, pemerintah banyak


melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Kativita atau Tindakan itu pada garis besarnya
dibedakan ke dalam dua gologan, yaitu:

1. Rechtshandelingen (golongan tindakan hukum)

2. Feitelijke handelingen (golongan yang bukan tindakan hukum)

Dari kedua golongan Tindakan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara adalah
golongan Tindakan hukum (hechts handelingen), sebab perbuatan tersebut langsung menimbulkan
akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi Negara, oleh karena perbuatan hukum ini membawa
akibat pada hubungan hukum atau atau keadaan hukum yang ada, maka maka perbuatan tersebut
tidak boleh mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling), penipuan (bedrog), paksaan (dwang).

Disamping itu tindakan hukum tersebut harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau bertentangan
dengan peraturan peraturan yang bersangkutan. sedangkan golongan perbuatan yang bukan
perbuatan hukum tidak relevan (tidak penting)

Tindakan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa :

Tindakan hukum menurut hukum privat (sipil)

Tindakan hukum menurut hukum publik

a. Tindakan hukum menurut hukum privat (sipil)

Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum-subyek
hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang yang
dikenai tindakan hukum, hal ini karena bubungan hukum perdata itu bersifat sejajar. seperti sewa-
menyewa, jual beli dan sebaginya.

b. Perbuatan hukum menurut hukum publik


Pebuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam

1. Hukum publik bersegi Satu

Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi
didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik hanya berasal
dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.

2. Perbuatan hukum publik yang bersegi dua

Menurut Van Der Ppr, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum publik
yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Mereka memberi contoh tentang
adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja jangka pendek) yang diadakan seorang swasta
sebagai pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan.

Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi pekerjaan,
dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum publik sehingga tidak
ditemui pengaturannya di dalam hukum privat (bisaa). Dalam kaitan ini bisa dicontohkan misalnya
tenaga-tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia untuk masa waktu tertentu adalah merupakan
Kontverband Contract yang kemudian dituangkan dalam satu beschikking.

E. Unsur-unsur tindakan pemerintahan

Berdasarkan pengertian diatas tampak beberapa unsur yang terdapat didalamnya Muchsan
menyebutkan unsur-unsur tindakan pemrintahan sebagai berikut :

Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa maupun
sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri

Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan

Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum
administrasi.

Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat.

Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. cara-cara pelaksanaan tindakan pemerintahan

Menurut E. utrech tindakan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.

Yang bertindak ialah subyek hukum ( = badan hukum) lain yang tidak termasuk administrasi Negara
dan yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan bisaa dengan pemerintah.

Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara dan yang menjalani
pekerjaannya berdasarkan suatu konsesi atau berdasarkan izin (vergunning) yang diberikan oleh
pemerintah.
Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak tremasuk administrasi Negara dan yang deberi
subsidi pemerintah.

Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang bukan administrasi
negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk kerjasama (vorm van samenwerking)
yang di atur oleh hukum perivat.

yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi pemerintah.

yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara tetapi diberi suatu
kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan)

Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan peraturan peraturan yang bersangkutan. Dalam hal ini pemerintah memiliki
kedudukan yang khusus (de overhead als bijzonder persoon), sebagai satu-satunya pihak yang
diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum dimana dalam
rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah diberikan wewenang membuat peraturan
perundang-undangan, menggunakan paksaan pemerintahan, atau menerapkan sanksi-sanksi hukum.
[2]

Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang ataupun badan hukum
perdata, ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan seseorang dan badan
hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun hubungan hukumnya bersifat ordonatif,
pemerintahan tidak dapat melakukan tindakan hukum secara bebas dan semena-mena terhadap
warga Negara.

2.UNSUR UNSUR KTUN

Unsur-unsur KTUN yaitu;

1. Penetapan tertulis;

Pengertian penetapan tertulis harus diperhatikan baik-baik. Karena penetapan tertulis bukan berarti
harus dinyatakan atau dibuat secara formal seperti halnya surat keputusan atau surat izin
mendirikan bangunan. Namun, penetapan tertulis cukup hanya dengan tertulis di atas kertas. Hal ini
dikarenakan penetapan tertulis hanya dimaksud untuk pembuktian nantinya.[3]

2. Badan atau pejabat tata usaha negara;

Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa badan atau pejabat yang
mengeluarkan KTUN tersebut harus bersifat eksekutif yang melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Tindakan hukum tata usaha negara;

Untuk tindakan hukum perlu diketahui bahwa tindakan hukum tidak hanya terbatas pada penerbitan
atau dikeluarkannya suatu KTUN. Namun tindakan hukum di sini harus diartikan bahwa tindakan
tersebut juga termasuk tindakan faktual. Tindakan yang dimaksud faktual adalah hal-hal yang
merupakan pelaksanaan dari KTUN yang tujuan untuk melaksanakan fungsi dari pemerintahan
khususnya administrasi seperti persiapan dari pelaksanaan suatu KTUN misalnya persiapan
perbaikan jalan.[4] Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan
atau penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. [5]

4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Tentunya dalam dikeluarkannya atau ditetapkan suatu KTUN perlu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mulai dari kewenangan yang diberikan dari peraturan yang
berlaku kepada pejabat tersebut. Selain itu, isi dari penetapan tersebut tidak boleh melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Konkret;

Konkret berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa artinya tidak abstrak,
namun masih berwujud tertentu atau dapat ditentukan.

6. Individual;

Untuk individu artinya bersifat khusus untuk hal tertentu saja. Misalnya jika KTUN ditujukan kepada
orang-orang tertentu, maka KTUN tersebut harus menyebutkan nama-nama tersebut. Konkret
bertujuan untuk menuangkan hal-hal yang bersifat umum dan abstrak ke dalam peristiwa yang jelas
dengan mengeluarkan KTUN agar hal tersebut dapat dilaksanakan seperti pemberhentian si A
sebagai pegawai negeri atau izin usaha bagi B; dan

7. Final; dan

KTUN harus bersifat definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum yang artinya KTUN
harus final. Untuk KTUN yang belum mendapatkan persetujuan dari instansi atasan membuat KTUN
itu belum final dan karenannya belum dapat menimbulkan hak dan kewajiban.[6]

8. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Untuk unsur terakhir adalah KTUN harus menimbulkan akibat hukum. KTUN disini tidak hanya
sebagai keputusan yang telah menimbulkan akibat hukum saja, namun keputusan harus dilihat
memiliki kemungkinan / potensi untuk menimbulkan kerugian.[7] Misalnya suatu KTUN yang bersifat
mencabut izin suatu badan hukum tanpa alasan yang jelas. Akibat hukum harus berupa (a) terjadi
perubahan hak, kewajiban atau kewenangan, (b) terjadi perubahan kedudukan hukum pada badan
hukum perdata atau seseorang, (c) terdapat hak, kewajiban, kewenangan atau status yang
ditetapkan.

Sebagai kesimpulan, KTUN yang menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
adalah suatu penetapan tertulis yang menimbulkan suatu akibat hukum karena tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan memberikan kerugian atau potensi kerugian terhadap pihak
masyarakat. Perlu diketahui, dalam berperkara di PTUN juga harus memperhatikan syarat-syarat
lainnya agar terhindar dari ditolaknya gugatan. Maka dari itu, masyarakat perlu teliti dan
mempelajari terlebih dahulu terkait syarat-syarat tersebut yang meliputi objek yang disengketakan
yaitu KTUN.

3.Apa yang dimaksud dengan Regeling, Perseudo-wetgeving(Perundangan Semu), beschikking,


dan concrete normgeving(Norma Jabaran)

Regeling merupakan perbuatan pemerintah dalam hukum publik berupa suatu pengaturan yang
bersifat umum dan abstrak. Pengaturan yang dimaksud dapat berbentuk. Undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri, dsb. Melalui regeling terwujud kehendak pemerintah
bersama lembaga legislatif, ataupun oleh pemerintah sendiri.

Legislasi semu (Pseudo-wetgeving) adalah penciptaan daripada aturan-aturan hukum oleh pajabat
administrasi negara yang berwenang yang sebenarnya dimaksudkan sebagai garis pedoman
(richtlijnen) pelaksanaan policy (kebijakan) untuk menjalankan suatu ketentuan undang-undang,
akan tetapi dipublikasikan secara luas. Dengan demikian, maka timbulah semacam hukum bayangan
(spiegelrecht) yang membayangi undang-undang atau hukum yang bersangkutan. Legislasi semu
merupakan garis-garis kebijakan intern pejabat administrasi negara.

Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) menurut Prof. Muchsan adalah penetapan
tertulis yang diproduksi oleh Pejabat Tata Usaha Negara, mendasarkan diri pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final.

Norma jabaran adalah suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) daripada Penguasa Administrasi
Negara untuk membuat agar supaya suatu ketentuan undang-undang mempunyai isi yang konkrit
dan praktis dan dapat diterapkan menurut keadaan waktu dan tempat.

4.Konsep beschikking di negara,belanda, prancis, dan indonesia

Istilah Keputusan Tata Usaha Negara Y(Jerman). Istilah ini diperkenalkan di

Belanda oleh C.W. van der Pot dan C. Van Vollenhoven dengan istilah “beschikking”.

Menurut P. De Haan (Belanda) dalam bukunya Bestuursrecht in de Sociale Rechtsstaat, terdapat


pengelompokkan beschikking atau KTUN (Keputusan Tata Usaha Negara) sebagai berikut :

1. KTUN Perorangan dan KTUN Kebendaan KTUN Perorangan adalah keputusan yang diterbitkan
kepada seseorang berdasarkan kualitas pribadi tertentu, dimana hak yang timbul tidak dapat
dialihkan kepada orang lain. Contoh : SK PNS, SIM, dsb.Sedangkan KTUN Kebendaan adalah
keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas kebendaan atau status suatu benda sebagai obyek
hak, dimana hak yang timbul dapat dialihkan kepada orang lain. Contoh : Sertifikat Hak atas Tanah,
BPKP/ STNK kendaraan bermotor, dsb.

2. KTUN yang bersifat Deklaratif dan KTUN yang bersifat Konstitutif KTUN deklaratif adalah
keputusan yang sifatnya menyatakan atau menegaskan adanya hubungan hokum yang secara riil
sudah ada. Contoh : Akta Kelahiran, Akta Kematian, dsb. KTUN konstitutif adalah keputusan yang
menciptakan hubungan hukum baru yang sebelumnya tidak ada, atau sebaliknya memutuskan
hubungan hokum yang ada. Contoh : Akta Perkawinan, Akta Perceraian, dsb.

3. KTUN Bebas dan KTUN Terikat KTUN bebas adalah keputusan yang didasarkan atas kebebasan
bertindak dan memberikan kebebasan bagi pelaksananya untuk melakukan penafsiran atau
kebijaksanaan. Contoh : SK Pemberhentian PNS. Sedangkan KTUN terikat adalah keputusan yang
didasarkan pada kewenangan pemerintahan yang bersifat terikat, artinya keputusan itu hanya
melaksanakan ketentuan yang sudah ada tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat yang
bersangkutan.

4. KTUN Seketika dan KTUN Permanen KTUN seketika adalah keputusan yang masa berlakunya
hanya sekali pakai. Contoh : Surat Ijin Pertunjukan Hiburan, Music, Olahraga, dsb. KTUN permanen
adalah keputusan yang masa berlakunya untuk selama-lamanya, kecuali ada perubahan atau
peraturan baru. Contoh : Sertifikat Hak Milik.

Sistem Peradilan Tata Usaha Negara Perancis

Kekhususan sistem Peradilan TUN di Perancis adalah adanya struktur organisasi Peradilan
TUN yang berdiri sendiri dan terpisah dari peradilan umum, bahkan tidak termasuk dalam
lingkungan kekuasaan yudikatif. Berkaitan dengan sistem peradilan di Perancis, Auby menyatakan
bahwa sistem peradilan di Perancis memiliki dua sistem peradilan (dual system of courts), peradilan
umum (ordinary courts/the ordre judiciare) dan peradilan administrasi (administrative courts/ordre
administratif). Peradilan umum dibagi dalam peradilan yang memiliki wewenang perdata dan
wewenang pidana, kecuali jika melibatkan negara atau pejabat publik atau badan hukum publik
sebagai pihak, dalam kasus tersebut Peradilan TUN memiliki wewenang khusus. Struktur Peradilan
TUN di Perancis berpuncak pada Conseil d’etat, yang merupakan institusi seperti Dewan
Pertimbangan Agung di Indonesia dalam UUD 1945 (naskah asli), tetapi dengan kewenangan yang
amat luas baik di bidang administratif maupun peradilannya. Kesatuan yurisprudensi dalam Hukum
Administrasi Negara di Perancis diperoleh melalui arrest-arrest atau putusan-putusan Conseil d’etat
di bidang Peradilan TUN.

Konsep beschikking di indonesia (UU No. 9 Tahun 2004 Tentang PTUN)

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 9 Tahun 2004, keputusan didefinisikan sebagai;“ Suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara berdasarka
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual,dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.

5. YANG DIMAKSUD DENGAN ATRIBUSI, DELEGASI DAN MANDAT

Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ
pemerintahan. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan
kepada organ pemerintahan lainnya. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan
kewenangan dijalannya oleh organ lain atas namanya.
6. mengapa POLRI tidak termasuk dalam KEPTUN

Keputusan Presiden (Keppres) yang dikeluarkan oleh Abdurrahman Wahid selaku kepala negara
tidak dapat diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Sebab keputusan itu merupakan
tindakan hukum tata negara, bukan hukum tata usaha negara. Sehingga pengangkatan dan
pemberhentian seorang Kapolri adalah merupakan kewenangan Presiden dalam kapasitasnya
sebagai kepala negara dan bukan kepala pemerintahan.

7.Keputusan panitia pemilu yang termasuk dalam KTUN, dan mana yang tidak termasuk KTUN

Sengketa pemilu yang bisa masuk MA pertama keputusan KPU terkait verifikasi partai politik,

- Pengumuman daftar calon tetap (DCT),


- Keputusan hasil pemilihan atau pemilu, dan
- Sengketa tentang pelanggaran administrasi pemilihan atau pemilu.

Yang lain selesai di Bawaslu,” katanya dalam pertemuan dengan Bawaslu terkait potensi
permasalahan dalam pencalonan Pilkada 2020.

Pasal 2 UU 9/2004, yang menyebutkan keputusan-keputusan yang tidak termasuk dalam pengertian
Keputusan TUN, yaitu:

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;


b. Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
c. Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
d. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan
perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
g. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil
pemilihan umum.

Anda mungkin juga menyukai