Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERBUATAN PEMERINTAH
(BESTUURHANDELING)

Anggota Kelompok:

1. Rehdony Kusada Sitepu (17010000116)


2. Dicky Pratama Djayanto (17010000142)
3. Dinda Prinshella Rahma Vindra (17010000171)
4. Vegas Brilian Saputra (17010000121)
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Dalam Perbuatan pemerintah ada dua hal persoalan yang perlu dipahami
yaitu :Apa yang dimaksud dengan pemerintah dan apa yang dimaksud dengan
perbuatan pemerintah.
Yang dimaksud dengan pemerintah adalah pemerintah dapat dibagi dalam arti
luas dan dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh fungsi kegiatan
kenegaraan yaitu lembaga-lembaga kenegaraan yang diatur secara langsung oleh UUD
1945 maupun lembaga-lembaga yang diatur oleh Undang-Undang. Sedangkan
pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden/eksekutif.
Pemerintah dalam arti luas meliputi segala urusan yang dilakukan oleh Negara
dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara,
sedangkan arti sempit adalah menjalankan tugas eksekutif saja.
Di dalam makalah ini akan menjelaskan lebih rinci tentang hal – hal perbuatan
pemerintah.

B.   Rumusan  Masalah
a. Apa Itu Perbuatan Pemerintah?
b.  Apa Saja Macam Perbuatan Pemerintah?
c.  Bagaimana Cara Pelaksanaan Perbuatan Pemerintah?     

C.   Tujuan
a. Mengetahui Apa itu Perbuatan Pemerintah.
b. Mengetahui Macam Perbuatan Pemerintah.
c. Mengetahui Cara Pelaksanaan Perbuatan Pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
PERBUATAN PEMERINTAH 

A. Pengertian Perbuatan Pemerintahan

Pada dasarnya Dalam suatu Negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan
selalu harus didasarkan pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai pengertian perbuatan permerintah
Menurut Van Vollenhoven yang dimaksud dengan tindakan pemerintahan
(bustuurhandeling) adalah pemeliaharaan kepentingan Negera dan rakyat secara
spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan. Jadi dari keterangan diatas
dapat disimpulkan tindakan pemerintahan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
organ pemerintah demi memelihara kepentingan Negara dan rakyat.

B. Macam - Macam Perbuatan Pemerintah

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan kepentingan umum,


pemerintah banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Kativita atau
pembuatan itu pada garis besarnya dibedakan ke dalam dua gologan, yaitu:
1. Rechtshandelingen (golongan perbuatan hukum)
2. Feitelijke handelingen (golongan yang bukan perbuatan hukum)
Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi
negara adalah golongan perbuatan hukum (hechts handelingen), sebab perbuatan
tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi Negara,
oleh karena perbuatan hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau atau
keadaan hukum yang ada, maka maka perbuatan tersebut tidak boleh mengandung
cacat, seperti kehilafan (dwaling), penipuan (bedrog), paksaan (dwang).
Disamping itu tindakan hukum tersebut harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak
boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan yang bersangkutan.
sedangkan golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak
penting)
Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa :
1. Perbuatan hukum menurut hukum privat (sipil)
2. Perbuatan hukum menurut hukum publik
a. Perbuatan hukum menurut hukum privat (sipil)
Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan subyek
hukum-subyek hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan
dari pihak yang yang dikenai tindakan hukum, hal ini karena bubungan hukum perdata
itu bersifat sejajar. seperti sewa-menyewa, jual beli dan sebaginya.
b. Perbuatan hukum menurut hukum publik
Pebuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam
1. Hukum publik bersegi Satu
Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah.
Jadi didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum
publik hanya berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan
kehendaknya sendiri.
2. Perbuatan hukum publik yang bersegi dua
Menurut Van Der Ppr, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya
hukum publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Mereka
memberi contoh tentang adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja jangka
pendek) yang diadakan seorang swasta sebagai pekerja dengan pihak pemerintah
sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan
pemberi pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu
peraturan hukum publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum privat
(bisaa). Dalam kaitan ini bisa dicontohkan misalnya tenaga-tenaga kerja asing yang
bekerja di Indonesia untuk masa waktu tertentu adalah merupakan Kontverband
Contract yang kemudian dituangkan dalam satu beschikking.

C. Unsur – Unsur Perbuatan Pemerintah

Berdasarkan pengertian diatas tampak beberapa unsur yang terdapat didalamnya


Muchsan menyebutkan unsur-unsur tindakan pemrintahan sebagai berikut :
1. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai
penguasa maupun sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung
jawab sendiri
2. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi
pemerintahan
3. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat
hukum di bidang hukum administrasi.
4. Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat.
5. Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

D. Cara – Cara Pelaksanaan Perbuatan Pemerintahan

Menurut E. utrech perbuatan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu :
1. Yang berbuat ialah administrasi Negara sendiri.
2. Yang berbuat ialah subyek hukum (badan hukum) lain yang tidak termasuk
administrasi Negara dan yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan
bisaa dengan pemerintah.
3. Yang berbuat ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara
dan yang menjalani pekerjaannya berdasarkan suatu konsesi atau berdasarkan
izin (vergunning) yang diberikan oleh pemerintah.
4. Yang berbuat ialah subyek hukum lain yang tidak tremasuk administrasi Negara
dan yang deberi subsidi pemerintah.
5. Yang berbuat ialah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang
bukan administrasi negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk
kerjasama (vorm van samenwerking) yang di atur oleh hukum perivat.
6. Yang berbuat ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi
pemerintah.
7. Yang berbuat ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara tetapi
diberi suatu kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan)

BAB III
PENUTUP

A. Saran
1. Pemerintah harus lebih mengedepankan kepentingan umum.
2. Pemerintah harus melaksanakan kewajibannya dengan baik, karena pemerintah
menjadi panutan.
3. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus turut serta mendukung kinerja
pemerintah tidak hanya selalu mencari sisi buruk pemerintah.

B. Kesimpulan

Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus
didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka tindakan tersebut
tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan yang
bersangkutan. Dalam hal ini pemerintah memiliki kedudukan yang khusus, sebagai
satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan umum dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada
pemerintah diberikan wewenang membuat peraturan perundang-undangan,
menggunakan paksaan pemerintahan, atau menerapkan sanksi-sanksi hukum.
Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang ataupun
badan hukum perdata, ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan
seseorang dan badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun hubungan
hukumnya bersifat ordonatif, pemerintahan tidak dapat melakukan tindakan hukum
secara bebas dan semena-mena terhadap warga negara.

DAFTAR PUSTAKA

 SF. Marbun, Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,  (Liberti:


Yogyakarta,1987)

 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2003 )

Anda mungkin juga menyukai