(TINDAKAN PEMERINTAH)
DISUSUN OLEH :
ISDORUS GRACIAS REDEMTIO
18010000108
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
Tindakan Hukum Pemerintah
Istilah tindakan atau perbuatan pemerintahan itu sendiri terambil dari kata “tindak”
atau “berbuat” (handeling, act.). Dalam kamus Besar
Pemerintah melakukan dua macam tindakan, tindakan biasa dan tindakan hukum .
Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk dikemukakan adalah tindakan dalam
kategori kedua. Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang dilakukan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan
pemerintahan. Tindakan hukum pemerintah itu ada dua macam yaitu publik dan
privat. Perbuatan hukum publik dibagi lagi menjadi dua yaitu hukum public bersegi
dua dan hukum publik bersegi dua. Perbuatan publik bersegi dua dibagi lagi menjadi
perjanjian dan tindakan bersama.
Tindakan Hukum Publik menurut Bellefroid adalah hukum yang mengatur cara badan-
badan negara menjalankan tugasnya dan mengatur pula hubungan hukum yang
diadakan negara sebagai pemerintah dengan para individu atau yang diadakan antara
maasing-masing badan negara itu.
Sedangkan Tindakan Hukum Privat menurut Bellefroid adalah hukum yang mengatur
tata tertib masyarakat mengenai keluarga dan kekayaan para indovidu dan mengatur
pula hubungan-hubungan yang diadakan antara para individu dan mengatur pula
hubungan-hubungan yang diadakan antara para individu satu dengan yang lain,anatar
individu dengan badan negara bilamana badan hukum turut serta dalam pergaulan
hukum seolah-olah sebagai individu.z
Dalam negara hukum, setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas hukum,
karena dalam negara negara terdapat prinsip asas legalitas. Asas ini menentukan
bahwa tanpa adanya dasar wewenang yang diberikan oleh suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka segala macam aparat pemerintah tidak
akan memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau
Diskresi adalah keputusan atau tindakan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah
untuk mengatasi persoalan konkrit yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan tidak megatur, tidak jelas,
atau tidak lengkap diskresi menurut Kamus Hukum berarti kebebasan mengambil
keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. Diskresi
dimaknakan sebagai “kemerdekaan dan/atau kewenagan dalam membuat keputusan
untuk mengambil tindakan yang dianggap tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi secara bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan
maupun pilihan yang memungkinkan (Erlyn, 2000). Diskresi diartikan sebagai
kebebasan mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut
pendapatnya sendiri (Simorangkir, dkk., 2002). Gayus (2009) mendefinisikan diskresi
sebagai kebijakan dari pejabat negara dari pusat sampai daerah yang intinya
membolehkan pejabat publik melakukan sebuah kebijakan yang melanggar dengan
undang-undang, dengan tiga syarat. Barda N.A (1996) menyatakan kebijakan atau
upaya penanggulangan kejahatan yakni diskresi tersebut pada hakikatnya merupakan
bagian integral dari kebijakan social yang menuju pada perlindungan sosial dan
kesejahteraan sosial.
Diskresi dibenarkan dalam hukum administrasi, agar prinsip legalitas pada tahap
operasioanal dapat dilaksanakan secara dinamis. Diskresi diperlukan untuk
melengkapi kekurangan dan kelemahan prinsip legalitas. Pemerintah atau dalam hal
ini pejabat publik diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan
pendapat sendiri, namun ini tidak berarti tidak ada rambu-rambu atau koridor-koridor
hukum yang membatasinya. Pendapat pribadinya tersebut tetap harus merupakan
pengejawantahan undang-undang yang melandasinya tersebut, kemudian asas
moralitas dan rasa keadilan masyarakat seharusnya tetap menjiwai kewenangan
diskresinya.
Kebebasan tersebut dibatasi oleh Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB),
sehingga diharapkan tidak terjadi penyalanhgunaan wewenang. Tetapi apabila terjadi
penyimpangan hukum atas keputusan diskresi tersebut tetap harus
dipertanggungjawabkan.
Cara pelaksanaan tindakan pemerintah
2. Yang bertindak adalah subyek hukum/badan hukum Iain yang tidak termasuk
3. Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi
negara
4. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara
bukan administrasi negara di mana kedua belah pihak tergabung dalam kerjasama,
seperti Bank Industri Niaga (di mana pemerintah bukan pemegang saham tetapi di
kepentingan umum.
yang dilakukan oleh pemerintah ini ada yang merupakan Tindakan hukum
Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang diambil oleh badan atau
pejabat tata usaha negara dalam melaksanakan urusan pemerintahan.
Tindakan pemerintah memiliki unsur-unsur
pemerintahan;
pemerintahan (bestuursorgaan) :
pemerintahan (bestuursfunctie)
umum
masyarakat, oleh karena tindakan itu sifatnya non yuridis (tidak menciptakan akibat
(perbuatan hukum).
yaitu(Atmosudirjo ) :
2. Rencana (Plan)
hukum yang mengatur hubungan kehendak pada kedua belah pihak, serta
2. Tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan hukum publik ada 2 macam,
yaitu:
a. Perbuatan Hukum Publik Bersegi Satu adalah perbuatan hukum publik yang
masyarakat.
b. Perbuatan Hukum Publik yang Bersegi Dua. Tindakan hukum pemerintah ada
publik ada yang bersifat sepihak (eenzijdig publiekrechtelijke handeling), dan yang
hukum publik yang bersifat sepihak (bersegi satu) yang dilakukan oleh alat-alat
yang bersegi dua atau lebih, misalnya perjanjian kontrak kerja dengan pemerintah,
atau "kortverband contract' (perjanjian kerja yang berlaku selama jangka pendek,
Tindakan hukum publik yang bersifat sepihak (bersegi satu) dapat dibedakan
menjadi tiga, yakni:
hukum publik ini yang juga bersifat sepihak (bersegi satu) dan peraturan yang
tindakan materiil dilakukan untuk kepentingan umum yang melibatkan dua pihak
atau lebih, yakni pemerintah dan sipil (swasta) maupun pihak-pihak lain.
kedudukannya bukan sebagai pemerintah. Tindakan ini sebagai wakil dari badan
hukum
kualitasnya sebagai pemerintah, maka hukum publiklah yang berlaku dan apabila
bertindak tidak dala
REFERENSI
5 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm.109
8 Ibid.
9 Muh. Jufri Dewa, Hukum Administrasi Negara, (Kendari, Unhalu Press, 2011), hlm.
245.
Jurnal Hukum