Kepada YTH.
Dengan Hormat,
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 198, Jakarta Timur, DKI Jakarta,
Indonesia;
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia berdasarkan surat Kuasa
Khusus tertanggal 1 April 2021 (terlampir) dan oleh karena itu sah mewakili Pemerintah Republik
Indonesia. Perkenankan saya menyampaikan Keterangan Pemerintah Republik Indonesia, baik
secara lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan atas
permohonan pengujian (judicialriview) Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-
undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Kostitusi Menjadi Undang-Undang Terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dimohonkan oleh:
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Peneliti hukum dan Dosen
Alamat : Jl. Bougenville, RT/RW 001/013, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat
Alamat : Jl. Pisang Raja No. 104 Cempaka Putih, Jakarta Selatan
Untuk selanjutnya secara keseluruhan Pemohon tersebut disebut sebagai Para Pemohon. Sesuai
dengan yang terdaftar dalam Buku Register Perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 010/PUU-
II/2021tanggal 23 Maret 2021
Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang, yaitu :
Selanjutnya di dalam Penjelasan atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi Pasal 51 ayat (1) diterangkan bahwa yang dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-
hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan Putusan Mahkamah sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/ 2005 tanggal 31 Mei 2005 dan
Putusan Nomor 11/PUUV/2007 tanggal 20 September 2007 dan putusan-putusan selanjutnya,
berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud Pasal
51 ayat (1) UU MK harus memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:
a. Adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945;
b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh
berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian;
c. Kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-
tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. Adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan berlakunya
undang-undang yang dimohonkan pengujian;
e. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian
konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.
Berdasarkan hal tersebut diatas, seseorang dan/atau suatu pihak barulah dapat diterima sebagai
pemohon yang memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan
pengujian Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Bahwa dalam hal ini, Pemerintah berpendapat bahwa keberadaan Para Pemohon yang menganggap
hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Kata “kecuali”Permohonan
Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Kostitusi, bahwa keberadaan Pemohon I tidaklah jelas dan tidak dinyatakan secara tegas apakah
bertindak dalam kapasitas sebagai perseorangan atau bertindak mewakili jabatan sebagai Dosen di
Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang.
Dengan demikian, pemohonan pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik
Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun
2003 Tentang Mahkamah Kostitusimenjadi Undang-Undang yang diajukan oleh Para Pemohon
mengandung cacat yuridis, sebab tidak memenuhi ketentuan di dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
Bahwa berdasarkan keterangan tersebut di atas, kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon a
quo tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum atau cacat hukum. Sehingga permohonan
pengujian pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi menjadi Undang-Undang (Pada register perkara Nomor 011/PUU-II/2020 tanggal 24
Maret 2019) tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) oleh majelis hakim Mahkamah
Konstitusi.
Bahwa di dalam surat Permohonannya, Para Pemohon berpendapat bahwa Kata “kecuali” di dalam
Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi
Undang Undang, yang menyatakan sebagai berikut : “Mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali advokat”.
Ketentuan dalam Pasal a quo oleh Para Pemohon dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 28
D ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Setiap
warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan*)”.Dan Pasal 28 I
ayat ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi :“Setiap
orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.*)”.
Bahwa Pemerintah berpendapat bahwa kata “kecuali” di Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2)
huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi Undang Undang tidak
melanggar dengan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 serta tidak melanggar hak-hak
konstitusional dari Para Pemohon dan tidak menunjukkan sikap diskriminatif terhadap Para
Pemohon, karena karena ketentuan pasal A quo berlaku bagi setiap orang sebagai hukum positif (ius
constititum) di Indonesia, sehingga ketentuan Pasal a quo dapat memberikan perlindungan serta
jaminan kepastian hukum bagi setiap orang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas berdasarkan kata-kata kecuali advokat dalam
pasal … tidak bertentangan dengan uu dasar
- Bahwa dgn tidak bertentangan nya kata kecuali advokat dalam pasal … maka adalah
berdasar untuk
IV. KESIMPULAN
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada yang terhormat Ketua /
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, memutus, serta mengadili permohonan
pengujian kata “kecuali” di dalam Pasal Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-
undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi Undang Undang terhadap Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut :
Atau apabila Yang Mulia Ketua/ Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain,
mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Atas perhatian Yang Mulia Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan
terima kasih.
Jakarta,1 April 2021
Yassona