Anda di halaman 1dari 6

KETERANGAN PEMERINTAH

ATAS PERMOHONAN PENGUJIAN

PERMOHONAN PENGUJIAN PASAL 15 AYAT (2) HURUF H UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 7 TAHUN 2020 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN
2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

Kepada YTH.

Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Di Jalan Medan Merdeka Barat No.6. Jakarta Pusat 10110

Dengan Hormat,

Perkenankanlah saya yang bertanda tangan di bawah ini

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Prof. Yasonna Hamonangan Laoly,S.H.,M.Sc., Ph.D.

Tempat tanggal lahir/umur : Sorkam, 27 Mei 1953/ 66 tahun

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tempat tinggal : Jalan I Gusti Ngurah Rai No. 198, Jakarta Timur, DKI Jakarta,
Indonesia;

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia berdasarkan surat Kuasa
Khusus tertanggal 1 April 2021 (terlampir) dan oleh karena itu sah mewakili Pemerintah Republik
Indonesia. Perkenankan saya menyampaikan Keterangan Pemerintah Republik Indonesia, baik
secara lisan maupun tertulis yang merupakan satu kesatuan utuh dan tak terpisahkan atas
permohonan pengujian (judicialriview) Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-
undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Kostitusi Menjadi Undang-Undang Terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang dimohonkan oleh:

1 Nama : Feren Aisya Ifanani S.H.,

Tempat/tanggal lahir : Malang, 11 Mei 1970

Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Peneliti hukum dan Dosen

Alamat : Jl. Bougenville, RT/RW 001/013, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon I;

Yang di dalam hal ini kesemuanya memberikan kuasa kepada :

Nama : Emiliana Niken Imida S.H.,M.H.,

Tempat/tanggal lahir : Kediri, 15 Desember 1990

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Advokat

Alamat : Jl. Pisang Raja No. 104 Cempaka Putih, Jakarta Selatan

Untuk selanjutnya secara keseluruhan Pemohon tersebut disebut sebagai Para Pemohon. Sesuai
dengan yang terdaftar dalam Buku Register Perkara Mahkamah Konstitusi Nomor 010/PUU-
II/2021tanggal 23 Maret 2021

Selanjutnya perkenankan Pemerintah menyampaikan keterangan tertulis atas permohonan


pengujian (Judicial review) a quo, sebagai berikut:

I. DALAM POKOK PERMOHONAN NOMOR 010/PUU-II/2019


1. Bahwa berdasarkan Surat Permohonan tertanggal 31 Maret 2021 yang ditujukan
kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Para Pemohon mengajukan
permohonan pengujian ketentuan kata/frasa “kecuali advokat”dalam Permohonan
Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7
Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah KostitusiTentang Mahkamah Konstitusi MenjadiUndang-Undang
Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Bahwa menurut Para Pemohon, kata/frasa “kecuali advokat” dalam Permohonan
Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7
Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003
Tentang Mahkamah KostitusiMenjadiUndang-Undang Terhadap Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Mempunyai
pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali
advokat”, memperlihatkan sikap diskriminatif terhadap Warga Negara Indonesia
yang berprofesi sebagai advokat. Dimana berdasarkan Pasal a quocalon Hakim
Konstitusi haruslah memiliki pengalaman kerja dibidang hukum minimal 55 tahun
selain pekerjaan sebagai advokat, tentu hal tersebut merupakan perlakuan
diskriminatif terhadap Warga Negara Indonesia yang memiliki pekerjaan sebagai
Advokat;
3. Bahwa menurut Para Pemohon, kata “kecuali” di dalam Permohonan Pengujian
Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah KostitusiMenjadiUndang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Mempunyai pengalaman
kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali advokat”,
bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (3) Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi : “Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan.**);
4. Bahwa menurut Para Pemohon, kata kecuali dalam Permohonan Pengujian Pasal 15
ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
KostitusiMenjadiUndang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali advokat”, bertentangan dengan
Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berbunyi : “Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu.**)” ;
5. Bahwa menurut Para Pemohon, kata kecuali di dalam Permohonan Pengujian Pasal
15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
KostitusiMenjadiUndang-Undang Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali advokat”, menyebabkan
hilangnya hak konstitusional yang dimiliki oleh Warga Negara Indonesia yang
berprofesi sebagai advokat, dimana hak konstitusional yang dimaksud adalah hak-
hak dari Warga Negara Indonesia yang termuat di dalam Undang-Undang Dasar
negara Republik Indonesia Tahun 1945;

II. TENTANG KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON

Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan
konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang, yaitu :

a. Perorangan warga negara Indonesia;


b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diatur dalam undang-undang;
c. Badan hukum publik atau privat; atau
d. Lembaga negara.

Selanjutnya di dalam Penjelasan atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi Pasal 51 ayat (1) diterangkan bahwa yang dimaksud dengan hak konstitusional adalah hak-
hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Putusan Mahkamah sejak Putusan Nomor 006/PUU-III/ 2005 tanggal 31 Mei 2005 dan
Putusan Nomor 11/PUUV/2007 tanggal 20 September 2007 dan putusan-putusan selanjutnya,
berpendirian bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud Pasal
51 ayat (1) UU MK harus memenuhi 5 (lima) syarat, yaitu:

a. Adanya hak dan/atau kewenangan konstitusional Pemohon yang diberikan oleh UUD 1945;
b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut oleh Pemohon dianggap dirugikan oleh
berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian;
c. Kerugian konstitusional tersebut harus bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidak-
tidaknya potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. Adanya hubungan sebab-akibat (causal verband) antara kerugian dimaksud dan berlakunya
undang-undang yang dimohonkan pengujian;
e. Adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan, maka kerugian
konstitusional seperti yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.

Berdasarkan hal tersebut diatas, seseorang dan/atau suatu pihak barulah dapat diterima sebagai
pemohon yang memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan
pengujian Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Bahwa dalam hal ini, Pemerintah berpendapat bahwa keberadaan Para Pemohon yang menganggap
hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya Kata “kecuali”Permohonan
Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Kostitusi, bahwa keberadaan Pemohon I tidaklah jelas dan tidak dinyatakan secara tegas apakah
bertindak dalam kapasitas sebagai perseorangan atau bertindak mewakili jabatan sebagai Dosen di
Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang.

Dengan demikian, pemohonan pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik
Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun
2003 Tentang Mahkamah Kostitusimenjadi Undang-Undang yang diajukan oleh Para Pemohon
mengandung cacat yuridis, sebab tidak memenuhi ketentuan di dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Bahwa berdasarkan keterangan tersebut di atas, kedudukan hukum (legal standing) Para Pemohon a
quo tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum atau cacat hukum. Sehingga permohonan
pengujian pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2014 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi menjadi Undang-Undang (Pada register perkara Nomor 011/PUU-II/2020 tanggal 24
Maret 2019) tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) oleh majelis hakim Mahkamah
Konstitusi.

III. PENJELASAN PEMERINTAH ATAS PERMOHONAN PENGUJIANKATA “KECUALI” PASAL 15 AYAT


(2) HURUF H UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2020 TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH
KOSTITUSI MENJADI UNDANG UNDANG.

Bahwa di dalam surat Permohonannya, Para Pemohon berpendapat bahwa Kata “kecuali” di dalam
Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi
Undang Undang, yang menyatakan sebagai berikut : “Mempunyai pengalaman kerja di bidang
hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun kecuali advokat”.

Ketentuan dalam Pasal a quo oleh Para Pemohon dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 28
D ayat 3 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan “Setiap
warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan*)”.Dan Pasal 28 I
ayat ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi :“Setiap
orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.*)”.
Bahwa Pemerintah berpendapat bahwa kata “kecuali” di Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2)
huruf h Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi Undang Undang tidak
melanggar dengan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 serta tidak melanggar hak-hak
konstitusional dari Para Pemohon dan tidak menunjukkan sikap diskriminatif terhadap Para
Pemohon, karena karena ketentuan pasal A quo berlaku bagi setiap orang sebagai hukum positif (ius
constititum) di Indonesia, sehingga ketentuan Pasal a quo dapat memberikan perlindungan serta
jaminan kepastian hukum bagi setiap orang di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas berdasarkan kata-kata kecuali advokat dalam
pasal … tidak bertentangan dengan uu dasar
- Bahwa dgn tidak bertentangan nya kata kecuali advokat dalam pasal … maka adalah
berdasar untuk

IV. KESIMPULAN

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemerintah memohon kepada yang terhormat Ketua /
Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, memutus, serta mengadili permohonan
pengujian kata “kecuali” di dalam Pasal Permohonan Pengujian Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-
undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi Undang Undang terhadap Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut :

DALAM LEGAL STANDING

1. Menyatakan Para Pemohon tidak mempunyai kedudukan hukum (legal standing);


2. Menyatakan permohonan Para Pemohon tidak dapat diterima;

DALAM POKOK PERKARA

1. Menolak permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;


2. Menerima keterangan Pemerintah untukseluruhnya;
3. Menyatakan bahwa kata “kecuali advokat” di dalam ketentuntan Pasal 15 ayat (2) huruf h
Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah KostitusiMenjadi Undang
Undang tidak bertentangan dengan Pasal 28 D ayat (3) dan Pasal 28 I ayat (2) Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
4. Menyatakan bahwa kata “kecuali advokat” Pasal 15 ayat (2) huruf h Undang-undang
Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Kostitusisah serta Menjadi Undang Undang tetap
mempunyai kekuatan hukum dan tetap berlaku di seluruh wilayah Indonesia.
5. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam lembaran negara;

Atau apabila Yang Mulia Ketua/ Majelis Hakim Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain,
mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Atas perhatian Yang Mulia Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, diucapkan
terima kasih.
Jakarta,1 April 2021

Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia

Yassona

YASONNA HAMONANGAN LAOLY

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI

Anda mungkin juga menyukai