Anda di halaman 1dari 8

FRAKSI PARTAI GOLKAR

Golongan Karya
Jln. Diponegoro No. 60 Malang 10310 Telp. (0341) 31936338.
31926164 Fax (0341) 3142558
Malang, 15 Juni 2020

Hal : Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor


11/KPTS/KPU/2020 tentang Keputusan Hasil Suara Pemilihan Umum anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Daerah Pemilihan (Dapil) 5 Jawa
timur (Malang raya) secara nasional tanggal 04 juni 2020.

Yth. Ketua Mahkamah Konstitusi RI


Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 6
Jakarta Pusat

Yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Nama : AIRLANGGA HARTARTO


Pekerjaan/Jabatan : Ketua Umum DPP Partai Golongan Karya
Warga Negara : Indonesia
Alamat Kantor : Jl. Diponegoro No. 60 Kota Malang
nomor telepon : 0341- 231230
nomor faksimili : 0341- 289456
website : golkar.or.id

2. Nama : LODEWIJK F PAULUS


Pekerjaan/Jabatan : Sekertaris Jendral DPP Partai Golongan Karya
Warga Negara : Indonesia
Alamat Kantor : Jl. Diponegoro No. 60 Kota Malang
nomor telepon : 0341-553457
nomor faksimili : 0341-389056
website : golkar.or.id

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Partai Golongan Karya berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Nomor 40/DPP-GOLKAR/V/2020 tanggal 25 Mei 2020 (terlampir)
dalam hal ini memberikan kuasa kepada: Isdorus Gracias Redemtio S.H., M.H selaku
Advokat/Penasihat Hukum pada Kantor Kuasa hukum Gracias & Partner LawFirm,
yang beralamat di Perum Puri Nirwana Simandaran Kav.8,Kec.Kedungkandang, Kota
Malang, bertindak untuk dan atas nama Pemberi Kuasa

selanjutnya disebut sebagai PEMOHON.

terhadap

Komisi Pemilihan Umum, yang berkedudukan di Jalan Imam Bonjol Nomor 29,
Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON.

Dalam hal ini mengajukan Permohonan kepada Mahkamah Konstitusi perihal


Permohonan Pembatalan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor
11/KPTS/KPU/2020 tentang Keputusan Hasil Suara Pemilihan Umum anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Daerah Pemilihan (Dapil) 5
Jawa timur (Malang raya) secara nasional tanggal 06 Juni 2020.

Dasar dan pertimbangan pengajuan permohonan PHPU Anggota DPR RI dapil


5 jawa timur (Malang Raya), adalah sebagai berikut

I. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI


a. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
Tentang Penyelenggaran Pemilihan Umum

b. Bahwa berdasarkan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final, antara lain, untuk memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum;

c. Bahwa berdasarkan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 24 Tahun


2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor xxx Tahun
2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi, dan Pasal 29 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
d. Bahwa berdasarkan Pasal 272 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa dalam hal terjadi
perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional, peserta Pemilu
dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan hasil perolehan suara oleh
KPU kepada Mahkamah Konstitusi

e. Bahwa dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Mahkamah


Konstitusi republik indonesia berwenang untuk mengadili dan memutuskan
permohonan yang pemohon mohonkan dalam permohonan a quo;

II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON


a. Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pemohon adalah
partai politik peserta pemilihan umum, serta berdasarkan Pasal 74 ayat (2) huruf c
bahwa Permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil pemilihan
umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang
mempengaruhi perolehan kursi partai politik peserta pemilihan umum di suatu
daerah pemilihan;

b. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 26 dan Pasal 272 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa
dalam hal terjadi perselisihan penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara
nasional, peserta Pemilu dapat mengajukan permohonan pembatalan penetapan
hasil perolehan suara oleh KPU kepada Mahkamah Konstitusi;

c. Bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1) huruf a dan huruf b Peraturan Mahkamah
Konstitusi Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemohon dalam perkara
perselisihan hasil pemilihan umum, antara lain, adalah partai politik peserta Pemilu
untuk pengisian keanggotaan DPRD KOTA dan DPRD KOTAD serta
perseorangan calon anggota DPRD KOTA dan DPRD KOTAD, apabila mendapat
persetujuan secara tertulis dari partai politik peserta Pemilu yang bersangkutan;

d. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, dengan demikian Pemohon mempunyai


kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan pembatalan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 /Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang
Penetapan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota secara nasional dalam Pemilihan
Umum Tahun 2014 tanggal 9 Mei 2014.

III. TENGGANG WAKTU PENGAJUAN PERMOHONAN

a. Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003


tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor xx Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, Pasal 272 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun
2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah bahwa pada pokoknya permohonan hanya dapat
diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam
sejak KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan umum secara nasional;

b. Bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (4) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor ...
Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa pada pokoknya permohonan dapat
dilakukan melalui permohonan online, surat elektronik (e-mail), atau faksimili,
dengan ketentuan permohonan asli sudah harus diterima oleh Mahkamah dalam
jangka waktu paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak
berakhirnya tenggang waktu KPU mengumumkan penetapan hasil pemilihan
umum secara nasional;
c. Bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor ...
Tahun 2014 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa pada pokoknya Pemohon melengkapi
berkas permohonan paling lambat 3 X 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sejak
diterimanya Akta Permohonan Tidak Lengkap.

d. Bahwa Komisi Pemilihan Umum mengumumkan Keputusan Komisi Pemilihan


Umum Nomor 11Kpts/KPU/Tahun 2014 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
secara nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2014 pada tanggal 9 Mei 2014
pukul 14.00 WIB;

e. Bahwa Pemohon mengajukan permohonan penyelesaian perselisihan hasil


pemilihan umum (PHPU) terhadap penetapan perolehan suara hasil Pemilu
secara nasional oleh KPU ke Mahkamah Konstitusi pada tanggal 9 Mei 2014
pukul 00.01 WIB.

f. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan Pemohon yang diajukan


ke Mahkamah Konstitusi masih dalam tenggang waktu sebagaimana ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan.

IV. ALASAN DAN DASAR POKOK PERMOHONAN

Bahwa perolehan suara Pemohon yang benar dan berpengaruh pada perolehan kursi
Anggota DPRD KOTA Malang di beberapa Daerah Pemilihan V, serta perolehan
suara yang benar dan berpengaruh pada terpenuhinya ambang batas perolehan suara
Pemohon sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk diikutkan dalam
penentuan perolehan kursi anggota DPRD KOTA, sebagai berikut.

IV.1. Kota Malang


IV.1.1. PEROLEHAN SUARA PEMOHON (PARTAI POLITIK) DI
KOTA MALANG UNTUK PENGISIAN KEANGGOTAAN DPR
RI DAPIL 5 MALANG RAYA;

Pemohon (Partai Politik) menyajikan dan menjelaskan perolehan suara


menurut Termohon disandingkan dengan perolehan suara menurut
Pemohon (Partai Politik) hanya pada DAPIL yang dimohonkan secara
lengkap dalam tabel di bawah ini, sesuai dengan contoh sebagai
berikut.

Tabel 1. PERSANDINGAN PEROLEHAN SUARA MENURUT


TERMOHON DAN PEMOHON (PARTAI POLITIK) DI
KOTA MALANG RAYA UNTUK PENGISIAN
KEANGGOTAAN DPR RI

No Nama Hasil Hasil Perolehan


. Daerah Pilihan Perolehan Suara yang Alat bukti
Suara KPU berbeda
(Pemohon)
1. Kota Malang 52116 suara 83432 suara P-1
2. Kabupaten Malang 85156 suara 104112 suara P-2
3. Kota Batu 31543 suara 49867 suara P-3

Bahwa selisih perolehan suara yang dikeluarkan oleh KPU Nomor: 11


KPTS/KPU/Tahun 2019 dengan hasil berdasarkan bukti-bukti yang ada
terutama yang disampaikan oleh para saksi sebagi berikut:
Kota Malang = 31306 suara
Kabupaten Malang = 18956 suara
Kota Batu = 18234 suara

Keterangan:
1. Kolom (1) diisi nomor.
2. Kolom (2) diisi nama DAPIL Malang Raya.
3. Kolom (3) diisi perolehan suara yang dikeluarkan oleh KPU.
4. Kolom(4) diisi perolehan suara menurut Pemohon (Partai
Golkar).
5. Kolom (5) diisi nomor alat bukti secara lengkap. Penomoran alat
bukti menggunakan cara P-1 hingga P-3 secara berurutan sesuai
dengan alat bukti yang diajukan Pemohon (Partai Golkar).
Alat bukti yang disampaikan adalah alat bukti yang memiliki
relevansi dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon
(Partai Politik), tenggang waktu pengajuan permohonan, dan alat
bukti lainnya yang memiliki relevansi dengan objek PHPU yang
dimohonkan, dapat berupa:
a. surat atau tulisan,
b. keterangan saksi,
c. keterangan ahli,
d. keterangan para pihak,
e. petunjuk, dan
f. informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik.
IV.1.2.PEROLEHAN SUARA PEMOHON (PERSEORANGAN CALON
ANGGOTA DPRD KOTA) DI KOTA MALANG UNTUK
PENGISIAN KEANGGOTAAN DPRD KOTA (Jika terdapat
perseorangan calon anggota DPRD KOTA mengajukan permohonan
PHPU terkait dengan perolehan suara perseorangan calon anggota
DPRD KOTA lainnya dalam satu partai politik di DAPIL yang sama).

4.

4.1.

Pemohon (perseorangan calon anggota DPRD KOTA) menyajikan dan


menjelaskan perolehan suara menurut Termohon disandingkan dengan
perolehan suara menurut Pemohon (perseorangan calon anggota
DPRD KOTA) hanya pada DAPIL yang dimohonkan secara lengkap
dalam tabel di bawah ini, sesuai dengan contoh sebagai berikut.

V. PETITUM

Berdasarkan dalil yang disampaikan sebagaimana tersebut di atas, Pemohon


memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menjatuhkan putusan sebagai
berikut.

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor


11/KPTS/KPU/2020 tentang Keputusan Hasil Suara Pemilihan Umum
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Daerah Pemilihan
(Dapil) 5 Jawa timur (Malang raya) secara nasional tanggal 04 juni 2020;

3. Menetapkan dan mengesahkan hasil perolehan suara yang benar menurut


Pemohon dalam rekapitulasi perolehan hasil suara untuk Anggota DPR RI
Daerah Pemilihan 5 (Malang Raya) dengan jumlah sebagai berikut;

a. Kota Malang = 83432 Suara

b. Kab. Malang = 104112 Suara

c. Kota batu = 49867 Suara


4. Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum untuk melaksanakan putusan
ini.

Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan seadil-


adilnya (ex aequo et bono).

Hormat kami,
KUASA HUKUM PEMOHON

Isdorus Gracias Redemtio, S.H. MH

Anda mungkin juga menyukai