Putusan verstek
Merupakan putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim tanpa
hadirnya tergugat dan tanpa alasan yang sah meskipun telah
dipanggil secara resmi dan patut. Putusan verstek ini merupakan
pengecualian dari acara persidangan biasa sebagai akibat
ketidakhadiran tergugat atas alasan yang tidak sah.
Dalam acara verstek tergugat dianggap ingkar menghadiri
persidangan tanpa alasan yang sah dan tergugat dianggap mengakui
sepenuhnya secara murni dan bulat semua dalil gugatan penggugat.
Putusan verstek hanya dapat dijatuhkan dalam hal tergugat atau para
tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama.
Putusan tersebut tampak kurang adil bagi tergugat karena
dijatuhkan tanpa kehadirannya. Sementara perkara tidak mungkin
digantung tanpa akhir yang pasti atau harus segera diselesaikan.
Walaupun demikian bukan berarti pintu telah tertutup bagi tergugat.
Tergugat masih memiliki jalan untuk mendapatkan pengadilan dengan
cara melakukan upaya hukum biasa yaitu perlawanan terhadap
putusan verstek
PROSES JAWABAN
Secara teknis pemeriksaan perkara di sidang pengadilan menjalani
proses jawab menjawab. Ketentuan mengenai jawab-menjawab
terdapat dalam Pasal 142 Rv yang menegaskan para pihak dapat
saling menyampaikan surat jawaban serta replik dan duplik.[3]
Menurut Pasal 121 ayat (2) HIR, juru sita menyampaikan surat
panggilan sidang, dalam surat itu harus tercantum penegasan
memberi hak kepada tergugat untuk mengajukan jawaban secara
tertulis. Biasanya jawaban disampaikan pada sidang pertama.
Berdasarkan hak ini, tergugat menyusun jawaban yang berisi
tanggapan menyeluruh terhadap gugatan. Jawaban yang seperti itu
dalam praktik disebut jawaban pertama.[4]