Anda di halaman 1dari 6

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG TASIKMALAYA

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK


2020/2021
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MATA KULIAH   : PENDIDIKAN PANCASILA      


HARI/TANGGAL   : SENIN/23-11-2020
TINGKAT/SMT       : I/I REGULER
DOSEN   : Dr. H. ENDANG KUSAENI, SH,MSi
WAKTU   : 90 MENIT
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SOAL :
1. Menurut Prof. Notonagoro, S.H., Pancasila apabila ditinjau asal mulanya atau sebab
terjadinya maka Pancasila memenuhi syarat empat sebab (kausalitas). Kemukakan
oleh saudara dan masing-masing berikan penjelasan.
2. Sebagai filsafat, Pancasila memiliki dasar Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis.
Berikan penjelasan oleh saudara.
3. Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia. berikan
penjelasan. 
4. Kemukakan oleh Sdr. hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD tahun 1945
secara material. 
5. Moral pancasila bersifat rasional, objektif dan universal dalam arti berlaku bagi
seluruh bangsa indonesia. Berikan penjelasan. 
6. Kemukakan dan berikan penjelasan Pancasila sebagai ideologi terbuka. 

-------Selamat mengerjakan semoga lancar dan sukses-------


NAMA : RESIYANA NURMALIA PUJAWATI
NIM : 30121990
TINGKAT : 1 (SATU) /GANJIL
KELAS : REGULER

JAWABAN :

1. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, S.H., Pancasila kalau ditinjau dari asal mulanya, atau
sebab musahab Pancasila dapat dipakai sebagai falsafah bangsa, maka Pancasila
memenuhi empat syarat sebab atau kausalitas, diantaranya:
Asal mula bahan (causa materialis), asal mula bentuk (causa formalis), asal mula
tujuan (causa finalis) dan asal mula karya (causa effisien).

Causa Materialis

Causa Materialis atau yang dimaksud dengan asal mula bahan, artinya sebelum
Pancasila dirumuskan sebagai asas kehidupan bangsa, maka unsur-unsur Pancasila
sudah ada sejak zaman dahulu, yang dapat dilihat dari nilai adat istiadat, kebudayaan,
dan dalam aturan agama-agamanya.

Causa Formalis

Sementara causa formalis diartikan sebagai asal mula bentuk atau bangunan. Hal ini
mengandung arti bahwa pembentuk negara dalam hal ini adalah Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta sebagai anggota BPUPKI dan bersama-sama dengan anggota BPUPKI
lainnya merumuskan dan membahas Pancasila. Hal tersebut juga disebut sebagai asal
mula tujuan bangsa.

Causa Finalis

Sementara formalis atau asal mula tujuan yakni berkaitan dengan tujuan
dirumuskannya Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. Panitia Sembilan
termasuk didalammnya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta, menyusun Piagam Jakarta
(Pembukaan UUD 1945) pertama kali dibentul, dan yang memuat Pancasila.
Kemudian BPUBPKI menerima rancangan tersebut dengan segala perubahannya. Hal
ini dimaksudkan agar Pancasila dengan tujuan untuk dijadikan sebagai dasara filasafat
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Prof. Dr. Notonegoro, 1975, dalam Kaelan,
1996).
Causa Efisien

Causa efisien atau asal mula karya adalah dalam rangka sejak mulai dirumuskannya,
dibahas dalam sidang BPUPKI pertama dan kedua, juga dalam rangka proses
pengesahaan Pancasila oleh PPKI yang menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai asal mula karya. Juga di dalam Panitia
Sembilan tanggal 22 Juni 1945 yang merumuskan Piagam Jakarta yang memuat calon
Dasar Negara Pancasila sebagai asal mula sambungan.

2. Pengertian Ontologi

Ontologi menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu tentang
ada atau keberadaan. Ontologi juga dikenal dengan ilmu tentang keberadaan sesuatu
secara nyata, faktual, dan konkret. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang
ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi). Secara
ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai  filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila,
setiap sila bukanlah merupakan asa yang berdiri sendiri, melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.

Pengertian Epistemologi

Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti
sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas, dan validitas
ilmu pengetahuan.

Secara epistemologi kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya


untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai
sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti
pancasila telah menjadi suatu belief sistem, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi.
Oleh karena itu pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam
kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Pengertian Aksiologi

Istilah Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,


dan logos yang artinya pikiran atau ilmu. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu
yang diinginkan, disukai atau yang baik. bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai,
kriteria nilai, dan kedudukan metafisiska suatu nilai. Nilai (value  dalam bahasa
inggris) berasal dari bahasa Latin  valere yang artinya kuat, baik, dan berharga. Dalam
kajian filsafat nerujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai
“keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang  berguna,
nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia.

3. Pembahasan:
Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia tersebut
merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi sumber
dari segala sumber hukum sekaligus sebagai cita hukum (recht-idee), baik tertulis
maupun tidak tertulis di Indonesia. Cita hukum inilah yang mengarahkan hukum pada
cita-cita bersama bangsa Indonesia. Cita-cita ini secara langsung merupakan cerminan
kesamaan di antara sesama warga bangsa.
Pancasila sebagai cerminan dan jiwa cita-cita hukum bangsa indonesia pada dasarnya
merupakan suatu filsafat Ideologi negara dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
persatuan dan kesatuan dalam hal negara merupakan rumah dari Keberagaman,
Multikulturalisme, Pluralisme guna meningkatkan Integrasi Nasional secara
berkelanjutan. hal tersebut akan mendorong stabilitas perekonomian dalam Segala
bidang secara tidak langsung. hal itu membuktikan bahwasanya Pancasila adalah
sebuah pandangan hidup yang sudah sesuai dengan kepribadian bangsa dan
dijadikannya sebagai identitas nasional yang tak ternilai harganya, guna menjadikan
Negara besar akan perbedaan.

4. Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa


Pancasila terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan
secara formal yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai
dasar Negara
Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,
maka Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif.
Dengan demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas
social, ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religigius dan asas-asas
kenegaraan yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Hubungan secara material
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945,
maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama
adalah dasar filsafat Pncasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada
sidang pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara
Pancasila berikutnya tersusunlah piagam jakarata yang di susun oleh panitia 9,
sebagai wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada
Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini
berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum indonesia
meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fubdamental, maka sebenarnya secara material
yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut
tidak lain adalah pancasila.

5. Dengan mempergunakan Pancasila sebagai pedoman moral, maka bangsa Indonesia


menentukan. sendiri hukum dan norma-norma moralnya. Dengan akal pikirnya
sendiri manusia Indonesia menentukan suatu pedoman, bagaimana tindakannya
menjadi manusia Indonesia yang bermoral baik. Pedoman ini ditentukan sendiri dan
dipilih sendiri , ada keyakinan bahwa Pancasila sebagai pedoman moral adalah baik.
Jadi dapat dikatakan bahwa Pancasila datang dari akal budi dan dari manusia
Indonesia sendiri. Hukum moral semacam ini oleh Kant disebut sebagai datang dari
akal budi praktis dan akal budi praktis itu adalah kehendak. Karena itu moral
Pancasila bersifat rasional, objektit: dan universal, dalam arti dapat berlaku
umum bagi bangsa Indonesia.
Moral Pancasila juga dapat disebut otonom karena nilai-nilainya tidak mendapat
pengaruh dari luar hakikat manusia Indonesia, dan dapat dipertanggungjawabkan
secara rasional dan juga dapat dikatakan dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam menentukan suatu tindakan, moral Pancasila tidak hanya mengandalkan pada
akal saja, tetapi juga pada kehendak yang oleh Kant juga disebut akal budi praktis,
tetapi juga perlu mendapat bantuan dari rasa, cipta rasa, dan karsa hams bekerja sarna;
akal memberi petunjuk bagaimana suatu tindakan hams dikerjakan, rasa mengujinya
dengan berpedoman pada hasratnya sendiri, sedangksn kehendak menentukan apakah
suatu perbuatan itu akan dilaksanakan atau tidak. Kemampuan seseorang untuk
bertindak atas keputusan akal, pertimbangan. rasa, dan kemampuan kehendak akan
menjadi sifat penghati-hati atau bijaksana. Pancasila merupakan pagar, yang
membatasi kebebasan kehendak bangsa Indonesia yang tercerminkan dalam
pengendalian din, yang akan mengarahkan agar bangsa Indonesia tidak keluar d.ari
jalur yang telah ditetapkan dalam ·kelima sila dari Pancasila. Sifat universal dapat
juga ditemukan dalam. moral Pancasila, yaitu dalam "kemanusiaan". Dengan
"kemanusisan" yang menjadi. inti atau persoalan pokok dalam. Pancasila, maka moral
Pancasila dapat berlaku universal. Sifat universal ini dapat juga dilihat pads hakikat
dari setiap sila, yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Hakikat atau inti sari sila-sila Pancasila ini dapat berlaku universal, karena bersifat
abstrak, umum. dan universal. Sedangkan sila-sila Pancssila dalam. urutan dan.
kedudukan yang sudah tetap, herlaku abstrak umum kolekti( hanya herlaku di
Indonesia.

6. Pengertian Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah, bahwa Setiap nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila (mencakup nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan) dapat senantiasa dikembangkan untuk memenuhi tuntutan
perkembangan hidup serta dinamika kehidupan bangsa Indonesia tanpa harus
mengganti/menghilangkan nilai-nilai tersebut.
Pembahasan:
Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Lahirnya Pancasila sendiri berasal dari sejarah yang tidak mudah dan
singkat, sehingga akhirnya dijadikanlah Pancasila sebagai landasan Ideologi bangsa
Indonesia.
Pancasila yang dijadikan sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, memiliki sifat
ideologi terbuka. Maknanya adalah bahwa setiap nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila (mencakup nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan) dapat senantiasa dikembangkan untuk memenuhi tuntutan perkembangan
hidup serta dinamika kehidupan bangsa Indonesia tanpa harus mengganti /
menghilangkan nilai-nilai tersebut.

Anda mungkin juga menyukai