NIM : P20624522013
Prodi : D4 Kebidanan
Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu, ilmu menurt the Liang gie
( 1998 : 15 ) merupakan serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan
menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang
teratur mengenai gejala – gejala alami, kemasyarakatn, dan perorangan untuk tujuan
mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, dan memberikan penjelasan atau
melakukan penerapan. Pengertian ilmu dapat di jelaskan dengan tiga segi yakni
kegiatan, tata cara, dan pengetahuan yang teratur sebagai hasil kegiatan.
Tujuan mempelajari filsafat diantaranya ialah untuk mengetahui Pancasila secara benar
yaitu dapat dibuktikan secara ilmiah dan yuridis formal. Secara ilmiah Pancasila harus
memenuhi syarat-syaratnya sebagai hal yang ilmiah seperti yang dikatakan
Poedjowijatno sebagaimana dikutip oleh Kaelan, (2016: 7) merinci syarat-syarat
ilmiah, sebagai berikut:
1. Berobjek
Ilmu pengetahuan harus memiliki objek kajian yang tampak dari luar maupun
dalam, baik merupakan objek material maupun objek formal. Pengkajian ilmu
pengetahuan juga harus dilakukan dengan obyektif.
Objek ilmu pengetahuan harus di kaji sebenar- benarnya sesuai dengan fakta yang
berlaku tanpa adanya pendapat pribadi dari subyek mengkaji objek tersebut.
2. Bermetode
Ilmu pengetahuan memiliki metode ilmiah dalam pengkajian obyeknya. Di lansir
dari Nature,metode ilmiah adalah suatu proses pengamatan yang yang mengarah
pada suatu penjelasan hipotesis yang kemudian di uji berulang – ulang untuk
mencari kemungkinan penjelasan lainnya.
Metode ilmiah membuat cara atau jalan bagaimana untuk mengkaji suatu obyek.
Sehingga metode ilmiah adalah suatu kerangka penelitiaan dalam mencari
kebenaran dan juga meminimalisasi kesalahan dalam pengkajian obyek ilmu
pengetahuan.
3. Bersistem
Ilmu pengetahuan juga harus tersusun secara sistematis. Artinya berbagai
pengetahuan dan informasi dalam suatu ilmu pengetahuan harus disusun dengan
teratur, saling tergantung stu sama lain, rasional dan logis.
Dimana kebenaran suatu pengetahuan dapat di uji dengan fakta dari pengtahuan
yang lain. Ilmu pengetahuan tidak acak – acakan namun memiliki alur sistematis
yang rasional sesuai dengan fakta – fakta yang terkumpul.
4. Bersifat universal
Hartono kasmadi dkk dalam buku filsafat ilmu ( 1990 ) menyebutkan bahwa ilmu
bersifat universal artinya kebenaran yang di ungkapkan ilmu tidak mengenai
sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran tersebut berlaku umum.
2. Apa obyek dan metode pancasila dan buktikan pancasila merupakan system dan
universal!
Objek Pancasila dibagi menjadi dua, yakni Objek Formal dan Objek Material. Objek
material dibagai dua yakni yang bersifat empirik dan non empirik. Sedangkan objek
formal dari sudut pandang apa itu Pancasila. Pada hakikatnya Pancasila dapat dibahas
dari berbagai sudut pandang, misalnya dari sudut moral, maka terdapat bahasan yang
disebut dengan moral Pancasila. Dari sudut pandang ekonomi, hingga timbulah kajian
yang membahas tentang ekonomi Pancasila. Dari sudut pandang hukum dan
kenegaraan, maka terdapatlah kajian tentang secara yuridis
kenegaraan, kemudian dari sudut pandang filsafat, maka timbulah pembahasan tentang
filsafat Pancasila, dan lain-lain (Kaderi, 2015: 24).
Sila-sila Pancasila bersifat universal, artinya inti dari setiap sila tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu sehingga bersifat abstrak dan umum. Maksudnya bahwa kebenaran
suatu pengetahuan ilmiah haruslah bersifat universal, artinya kebenarannya tidak
terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi dan kondisi, maupun jumlah tertentu.
Berkaitan dengan pembahasan Pancasila dia dikatakan bersifat universal karena
intisari, essensi dan makna yang terdalam dari sila-sila tersebut pada hakikatnya adalah
bersifat universal (Kaderi 2015: 25-26).
3. Sebutkan 4 tingkatan pertanyaan ilmiah!
1) Pertanyaan Apa
Pertanyaan ini yang memerlukan jawaban yang esensial kefilsafatan. Apabila
ditanya apa Pancasila? Maka jawabannya harus menggunakan jawaban yang
berhubung an dengan penjelasan esensial dalam filsafat. Untuk itu, maka
jawabannya adalah filsafat Bangsa Indonesa.
2) Pertanyaan Kemana
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang bersifat normatif. Apabila ditanya
kemana kita ber Pancasila? Maka jawabannya adalah menuju pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sebagai cita-cita Bangsa Indonesia yang terera dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 alinea 2.
3) Pertanyaan Mengapa
Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang ber-sifat kausalitas. Mengapa ada
Pancasila di Indonesia? Jawaban nya karena ada 4 (empat) kausa, yaitu:
Materialis (bahan), kausa formalis (bentuk), kausa efisien (karya), dan kausa
finalis. Apakah yang menjadi bahan adanya Pancasila (kausa materialis)?
Jawabannya adalah karena adanya manusia Indonesia. Bagaimana bentuk
Pancasila (kausa formalis? Jawabannya adalah bentuknya bulat dan utuh, yang
artinya ketika menjabarkan salah satu sila, sila yang lain menjadi dasarnya dan
tidak bisa dilepas salah satu sila dengan sila yang lainnya. Siapakah yang
membuat Pancasila (kausa efisien)? jawbannya adalah para pendiri negara (the
founding father) yang tergabung dalam badan penyelisik usaha persiapan
kemerdekaan (BPUPK), melalui sidang-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945
sampai dengan Sidang Panitia 9 (sembilan) 22 Juni 1945, sidang BPUPK II
yakni pada tanggal 10-16 Juli 1945, yang disahkan pada tanggal 18 Agustus
1945 oleh PPKI. Apakah tujuan dirumuskannya Pancasila (kausa Finalis)?
Jawabannya adalah untuk dijadikan dasar negara sebagai pedoman bagi negara
dan menata negara dan bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan negara. 4.
Pertanyaan Bagaimana .Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang sifatnya
deskriftif, menjelaskan/menggambarakan. Bagaimana Pancasila itu? Hal ini
harus dijelaskan dari berbagai prespektif utamanya didasari dari segi
pengertiannya, kedudukannya, fungsinya, sifatnya, isinya, bentuknya,
susunannya, serta segi sejarahanya. Pancasila dilihat dari segi:
a. Pengertian, terdiri dari etimologis, historis, dan terminologis.
Pengertian Pancasila secara etimologis. Secara etimologis istilah
Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta (India, bahasa kasta
Brahmana) adapun bahasa rakyat biasa adalah bahasa Prakerta.
Pengertian Pancasila secara Historis di mana proses perumusan
Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPK pertama Radjiman
Widyodiningrat mengaju kan suatu masalah, khususnya akan dibahas
pada sidang tersebut, masalah tersebut adalah tentang suatu rumusan
Dasar Negara Indonesia yang akan di bentuk. Kemudian tampilah pada
sidang tersebut 3 (tiga) orang pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut Soekarno
berpidato mengenai calon rumusan Da-sar Negara Indonesia.
Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara Soekarno memberi
kan nama Pancasila yang artiya 5 (lima) dasar. Pada tahun 1947 pidato
Soekarno diterbitkan dan di publikasikan dan diberi judul lahirnya
Pancasila, sehingga dahulu pernah popular bahwa tanggal 1 Juni adalah
hari lahirnya Pancasila.
Pengertian Pancasila secara Termonologis yang dimaksud yaitu
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 telah melahirkan
Negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat perlengkapang
negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang merdeka, maka
panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) segera mengadakan
sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil untuk
mengesahkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik
Indonesia yang dikenal dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Dalam bagian pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang
terdiri atas empat alinea tersebut tercantum rumusan Pancasila.
Rumusan tersebut adalah rumusan Pancasila yang sah dan benar secara
konstitusional;
b. Kedudukan: kedudukan Pancasila menempati tempat yang paling
tinggi yaitu sebagai sumber dari segala sumber hukum; Fungsi: fungsi
utama Pancasila adalah sebagai dasar.
c. negara, falsafah negara, dan ideologi sebuah negara;
d. Sifat: sifat Pancasila adalah statis-dinamis. Statis artinya tidak bisa
dirubah, sementara dinamis dapat menyesuaikan dengan pekembangan
jaman;
e. Isi: isi Pancasila yaitu karakter dan kebudayaan Bangsa Indonesia serta
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai luhur dari budaya
Bangsa Indonesia yaitu: religius, keterbukaan, kekerluargaan/gotong
royong, musyawarah, dan keadilan.
f. Bentuk : bulat dan utuh . mengandung arti bahwa Ketika menjbarkan
salah satu sila, sila yang lain menjadi dasarnya dan tidak bisa dilepas
salah satu sila dengan sila yang lainnya.
g. Susunan : pyramid, dimana sila pertama merupakan dasar bagi sila yang
lainnya.
h. Sejarah : di populerkan soekarno 1 juni 1945 yang merupakan jawaban
dari dr. Radjiman pada saat membuka sidang BPUPKI.
c. Fungsi: fungsi utama Pancasila adalah sebagai dasar negara, falsafah negara, dan
ideologi sebuah negara;
d. Sifat: sifat Pancasila adalah statis-dinamis. Statis artinya tidak bisa dirubah,
sementara dinamis dapat menyesuaikan dengan pekembangan jaman;
e. Isi: isi Pancasila yaitu karakter dan kebudayaan Bangsa Indonesia serta nilai-nilai
luhur Bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai luhur dari budaya Bangsa Indonesia
yaitu: religius, keterbukaan, kekerluargaan/gotong royong, musyawarah, dan
keadilan.
f. Bentuk: bulat dan utuh. Mengandung arti bahwa ketika menjabarkan salah satu sila,
sila yang la menjadi dasarnya dan tidak bisa dilepas salah satu sila dengan sila yang
lainnya.
g. Susunan: Piramid, dimana sila pertama merupakan dasar bagi sila yang lainnya.
b. Filsafat sebagai hasil berfikir, philosophy is an inquiry into the nature of life
and existence. The philosopher asks what reality is. Real is not necessarily.
Perlu disadari bahwa tinjauan tinjauan dari dua sisi terhadap filsafat itu
harus tetap menyadari bahwa barangnya sendiri, yaitu filsafat, adalah satu.
Satu barang dengan dua sisi. Jadi penjelasan tersebut jangan dianggap
terpisah secara mutlak satu terhadap yang lain. Semuanya adalah saling
melengkapi. Maka, filsafat Pancasila dapat di pandang dari dua sisi.
Pertama, filsafat Pancasila dalam arti Pancasila sebagai objek,sebagai
subjek dan kedua filsafat Pancasila (Wreksosuhardjo, 2005: 25-26)
Seseorang ahli filsafat lazim disebut filsuf. Pada era Yunani dikenal tokoh
Socrates, Plato dan Aristoteles. Meskipun istilah rasional dikenalkan oleh
Descrates, tetapi filsuf kuno seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros,
Pythagoras, sudah memikirkan secara rasional dalam memahami alam
sekitar. Siapa filsuf pertama? Thales (625-545 SM) mencoba mencari
jawaban atas problem utama: apa arkhe (asal mula) segala sesuatu di alam
semesta ini? Thales menemukan jawaban rasionalnya pada air karena
menurut pengamatan dan pertimbangan rasionalnya; ketika temperatur
tinggi, air menjadi gas. la juga mengamati ketika hujan turun muncul
sumber kehidupan, seperti tumbuhan. (Mustansyir, Santoso, & Surono,
2018:33).
7. Jelaskan pengertian filsafat ditinjau dari segi metode dan cara berpikir!
Dari tabel di atas dapat diketahui bawah Cabang cabang filsafat: 1) Ontologi,
cabangnya metafisika: alirannya: monotheisme dan polithiesme. 2) Epistimologi:
cabangnya metodologi dan logika: alirannya:rasionalisme dan empirisme. 3) Aksiologi:
cabangnya etika dan estetika: alirannya: materialisme, hedonimse, romantisme dan
radikalimse.
Filsafat timur biasanya lebih menekankan pada aspek spiritual, pemberdayaan sikap
introspektif, me nerima otoritas tertentu (terutama agama), menekankan harmoni dan
keluarga (terdapat dalam filsafat China), dan kesusilaan (terdapat dalam
Konfusianisme).
Menurut Soewardi (2009: 109) ontologi merupakan sesuatu yang bertalian dengan
terbentuknya ilmu, epistimologi dimaksudkan dengan makna ilmu, ialah tentang seluk
beluk ilmu itu sendiri, apa kemampuannya dan apa keterbatasannya, serta aksiologi
merupakan gunalaksana dari ilmu, ialah hal-hal yang bertalian dengan upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Rumusan kesatuan sila dalam Pancasila sebagai suatu sistem. Sistem adalah suatu
kesatuan bagian bagian yang saling berhubungan, bekerja sama untuk tujuan tertentu
dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Terdapat 5 (lima) ciri sistem filsafat, yakni:
Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama)
seluruh Bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Menurut Notonagoro
sebagaimana dikutip oleh Dewantara (2017: 10) berpendapat bahwa Filsafat Pancasila
ini memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat Pancasila.
12. Apakah ontology, epistemology dan aksiologi pancasila!
a. Ontologi Pancasila
Onto itu ada dan logi itu ilmu (jadi,ilmu tentang ada). Apa ontologi Pancasila?
Ontologi Pancasila adalah bangsa Indonesia (adanya manusia). Secara ontologis,
kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro,hakikat dasar antologi
Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum
pokok sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia memiliki susunan 5 (lima) sila yang merupakan suatu persatuan dan
kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak,yang berupa sifat
kodrat monodualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk
sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dan
sekaligus juga sebagai makhluk tuhan. Konsekuensinya,Pancasila dijadikan dasar
dari Negara Indonesia adalah segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi
oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan kodrat manusia yang monodualis
tersebut(Dewantara, 2017:11).
b. Epistimologi Pancasila
Apa epistimologi Pancasila?Yakni Filsafat Manusia Indonesia.Filsafat Pancasila
dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena epistemologi merupakan bidang
filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian
epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Oleh karena itu, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan dengan konsep
dasarnya tentang hakikatmanusia. Sebagai suatu paham epistemologi,Pancasila
mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas
nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta
moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan
dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Pancasila secara epistemologis harus
menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan
teknologi pada saat ini (Dewantara, 2017: 11).
c. Aksiologi Pancasila
Aksiologi mengandung arti ilmu tentang nilai/value. Apa ontologi Pancasila? yaitu
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas
tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini
disebabkan karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Aksiologi Pancasila ini
mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara
aksiologis, Bangsa Indonesia merupakan pen dukung nilai-nilai Pancasila.Sebagai
pendukung nilai, Bangsa Indonesia itulah yang mengakui,menghargai dan
menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala
dalam dalam sikap, tingkah laku serta perbuatan Bangsa Indonesia (Dewantara,
2017: 11-12).
Sementara itu, hakikat sila-sila Pancasila nampak pada susunan kesatuan sila-sila
Pancasila yang bersifat organis. Pancasila merupakan suatu kesatuan
yang majemuk tunggal karena setiap sila tidak bisa berdiri sendiri.
• Kesatuan sila Pancasila yang bersifat organis hakikatnya secara
filosofis bersumber pada ontologis manusia monoplularis yang memiliki
unsur-unsur susunan kodrat jasmani dan rohani, sifat kodrat individu
dan makhluk sosial, kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
• Susunan Pancasila yang bersifat hierarkis dan berbentuk piramida
• Urutan 5 (lima) sila menunjukan suatu tingkatan dalam luasnya dan isi
sifatnya yang merupakan pengkhususan dari sila sila dimukanya sehinga
dapat dikatakan 5 (lima) sila saling berkaitan;
• . Sila-sila Pancasila memiliki susunan hierarkis piramidal dengan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis;
• Secara ontologis hakikat sila Pancasila berdasarkan pada landasan sila-sila
Pancasila yaitu: tuhan, manusia,satu, rakyat, dan adil.
• . Rumusan Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal.
Hierarkis dan Piramydal Pancasila dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Pertama;hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan Bangsa Indonesia bahwa tuhan
sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk. Artinya, setiap makhluk
hidup, termasuk warga negara harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan,
kemandirian) di satu pihak, dan berkesadaran sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua
tindakan yang dilakukan. Artinya, kebebasan selalu dibadapkan pada tanggung
jawab,dan tanggung jawab tertinggi adalah kepada sang pencipta.
Keempat hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan
yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan
membenarkan begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas.
Kelima hakikat sila keadilan terwujud dalam 3 (tiga) aspek, menurut Notonagoro
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2013:402) ketiga aspek tersebut yaituKeadilan
distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara kepada warga negara. Keadilan
legal adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau di namakan keadilan
bertaat.Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama warga negara.
Tugas Lanjutan :
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang
berasal dari luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri Wibowo (2015:17).
Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup
masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah
satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan
asing yang tidak baik.
kearifann local itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu,
tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai
budaya yang bersifat nasional.
Contohnya, hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang
mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya.
Pada umumnya etika dan nilai moral yang terkandung dalam kearifan lokal diajarkan
turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi melalui sastra lisan (antara lain
dalam bentuk pepatah, semboyan, dan peribahasa) dan manuskrip.
Kelangsungan kearifan lokal tercermin pada nilai-nilai yang berlaku pada sekelompok
masyarakat tertentu. Nilai-nilai tersebut akan menyatu dengan kelompok masyarakat
dan dapat diamati melalui sikap dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Kearifan lokal dapat dipandang sebagai identitas bangsa, terlebih dalam konteks
Indonesia yang memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya
yang pada akhirnya melahirkan nilai budaya nasional.
Di Indonesia, kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam
berbagai bidang kehidupan, meliputi tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur,
kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya.
Contohnya, kearifan lokal yang bertumpu pada keselarasan alam telah menghasilkan
pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin
ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara.
Masyarakat Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Tanah
dianggap sebagai bagian hidup manusia. Pemanfaatan sumber daya alam harus hati-
hati.
Masyarakat Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian
lingkungan terwujud dari kuatnya keyakinan tata nilai dalam berladang dan tradisi
tanam.
Masyarakat Dayak Kenyah, Kalimantan Timur. Terdapat tradisi tana' ulen. Kawasan
hutan dikuasai dan menjadi milik masyarakat adat
Masyarakat Bali dan Lombok. Mempunyai kearifan lingkungan awig-awig. Awig-awig
adalah patokan tingkah laku yang dibuat masyarakat berdasarkan rasa keadilan dan
kepatutan masyarakat setempat.
Masyarakat Baduy mempunyai kearifan lingkungan yang mendasari mitigasi bencana
dalam bentuk pikukuh (ketentuan adat pokok) yang mengajarkan antara lain: gunung
teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak (gunung tidak boleh dihancurkan,
sumber air tidak boleh dirusak
2. Pengertian toleransi
Secara etimologi, toleransi berasal dari bahasa latin yaitu tolerare yang memiliki
arti sabar dan menahan diri. Lalu secara terminologi, toleransi adalah sebuah sikap
saling menghargai, saling menghormati, menyampaikan pendapat, padangan,
kepercayaan kepada orang lain yang bertentangan dengan diri sendiri.
Secara terminology, pengertian toleransi menurut para ahli :
• Purwadarminta memberikan penjelasan merupakan sebuah sikap yang
dimiliki oleh seseorang untuk menerima perbedaan orang lain dalam
dirinya.
Menurut Purwadarminta cakupan perbedaan juga begitu luas, mulai dari
perbedaan pendapat, perbedaan pandangan hingga perbedaan keyakinan.
• Michael Walzer menjelaskan jika toleransi adalah suatu keadaan yang harus
ada dalam diri seseorang ataupun masyarakat agar bisa memenuhi tujuan
yang ada di dalamnya.
Beberapa tujuan tersebut adalah seperti hidup damai di tengah perbedaan
yang ada, mulai dari perbedaan sejarah, identitas, hingga perbedaan budaya.
Gotong royong adalah salah satu ciri khas yang masih melekat dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Secara garis besar, gotong royong tertuang pada
pancasila dalam sila ke tiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.Gotong royong
telah mendarah daging dan bahkan menjadi kepribadian bangsa, serta sebagai
budaya yang sudah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Selain itu,
sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang hampir semua daerah di
Indonesia menanamkan nilai gotong royong.
Secara etimologi, Gotong royong berasal dari kata gotong berarti bekerja dan
royong berarti bersama. Guna mengetahui penjelasan secara lebih lengkap
terkait gotong royong.
Manfaat dan tujuan dari gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat, antara
lain:
1. Kerja Bakti
2. Tanggap Bencana
3. Musyawarah
Musyawarah adalah sebuah media guna mencapai mufakat dan
berkumpul dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah dan mengambil
suatu keputusan secara bersama-sama.Dengan musyawarah, masyarakat
dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan tujuan mencapai
mufakat yang diharapkan serta saling menguntungkan semua pihak.
4. Panen Raya
Panen raya adalah kondisi musim panen dengan skala besar dari seluruh
jenis pertanian. Musim panen ini umumnya terjadi dalam jangka waktu
satu tahun dua kali atau tergantung pada jenis tanaman yang
ditanamnya.
• Pengertian cinta damai
cinta damai adalah sikap yang menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya. Sikap ini akan menimbulkan ketenangan dalam
diri siswa, sehingga ia mampu mengontrol emosinya. Sikap ini sangat penting
ditanamkan pada siswa sehingga dapat mencegah dari perkelahian yang sering
terjadi.
Pada bagian sebelumnya tentang sistem filsafat Pancasila telah disinggung mengenai
dasar aksiologis atau nilai-nilai pada Pancasila. Tentu yang namanya nilai-nilai tersebut
hanya akan menjadi teori belaka jika tidak dapat diaktualisasikan dalam kehidupan
nyata bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk itulah sebuah rumusan
sederhana, yang tidak terlalu bersifat mendikte, tentang aktualisasi nilai-nilai tersebut
penting untuk disampaikan. Terkait permasalahan aktualisasi Pancasila ini, kita bisa
merujuk pada penjelasan Profesor Kaelan dalam buku Filsafat Pancasila. Di dalam
buku tersebut dijabarkan 8 poin terkait hal ini. Namun di dalam tulisan singkat ini hanya
akan diuraikan dua secara ringkas dua poin saja, yaitu Aktualisasi Pancasila yang
Subyektif dan Aktualisasi Pancasila yang Objektif. Penjelasan selengkapnya terdapat
pada subbagian di bawah ini. Aktualisasi Pancasila yang Subyektif Yang dimaksud
dengan aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam pribadi
perseorangan: setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa
dan setiap orang Indonesia. Aktualisasi subyektif ini berkaitan dengan kesadaran wajib
moral yang melekat pada setiap individu. Ia secara sadar memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila dan berusaha untuk meresapi dan menghayatinya dengan
menjadikannya sebagai pedoman moral hidup. Aktualisasi Pancasila yang subyektif ini
meliputi pelaksanaan Pancasila sebagai kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Dalam pelaksanaan konkretnya nilai-nilai Pancasila tersebut
teraktualisasikan dalam kehidupan seharihari. Misalnya saja, seseorang meresapi nilai
Ketuhanan, maka dia pun sadar dia hanyalah seorang makhluk yang tidak berhak
jumawa sebab keterbatasanketerbatasan yang selalu melekat pada dirinya. Seseorang
meresapi nilai Kemanusiaan, maka ia pun menjunjung hak-hak, derajat dan martabat
manusia-manusia berdasarkan prinsip keadilan dan keberadaban. Ia pun juga berusaha
mengejawantahkan rasa kemanusiaan dalam dirinya tersebut dengan menjunjung tinggi
persatuan. Lebih lanjut, persatuan tersebut diwujudkan dalam sebuah gotong royong di
mana di sana tercermin prinsip-prinsip kerakyatan yang berdasarkan hikmat dan
kebijaksanaan. Masingmasing individu berusaha menahan diri dari ego-ego nafsu yang
merusak demi terciptanya tatanan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Aktualisasi Pancasila yang Obyektif Yang dimaksud dengan aktualisasi
Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara. Realisasi pelaksanaan ini mencakup bidang legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif dan semua bidang kenegaraan; terutama dalam bentuk
peraturan perundangundangan negara Indonesia. Secara lebih konkret pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila ini mesti tertuang dalam kebijakansanaan di bidang kenegaraan,
antara lain: 1. Garis Besar Haluan Negara 2. Hukum, perundang-undangan dan
peradilan 3. Pemerintahan 4. Politik dalam dan luar negeri 5. Keselamatan, keamanan
dan pertahanan 6. Kesejahteraan 7. Kebudayaan 8. Pendidikan 9. Reformasi dan segala
pelaksanaannya (Kaelan: Filsafat Pancasila, hal. 255- 256).