No. Absen : 29
NIM : P20624520029
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan
2. Apa obyek dan metode pancasila dan buktikan pancasila merupakan system dan
universal!
Objek Pancasila dibagi menjadi dua, yakni Objek Formal dan Objek Material.
Objek material dibagi dua yakni yang bersifat empirik dan non empirik. Sedangkan
objek formal dari sudut pandang apa itu Pancasila.
Bermetode yaitu seperangkat cara atau sistem pendekatan untuk mendapatkan
suatu kebenaran yang bersifat objektif, salah satu contoh metode diantaranya analisis
sintesa, seperti yang dipidatokan Soekarno dalam pengukuhannya sebagai penggali
dan pencetus Pancasila pada tahun 1957 ialah Metode analitico synthetic. Analitico
synthetic yaitu perpaduan antara metode analisis dan sintesis, serta metode
pemahaman, penafsiran, dan interpretasi yang kesemuanya itu senantiasa didasarkan
atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan (Kaelan, 2004:17).
Adapun metode hermeneutika. Metode hermeneutika, yaitu suatu metode dalam
rangka untuk menggali makna yang terkandung dibalik objek Pancasila tersebut
(Kaderi, 2015: 25)
Bersistem karena sila-sila Pancasila merupakan keseluruhan yang saling
berhubungan, saling ketergantungandan saling mengualifikasi.
Sila-sila pada Pancasila bersifat universal, artinya inti dari setiapsila tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga bersifat abstrak dan umum. Maksudnya
bahwa kebenaran suatu pengetahuan ilmiah haruslah bersifat universal, artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi dan kondisi, maupun
jumlah tertentu. Berkaitan dengan pembahasan Pancasila dikatakan bersifat universal
karena intisari , essensi dan makna yang terdalam dari sila-sila tersebut pada
hakikatnya adalah bersifat universal (Kaderi, 2015: 25-26).
7. Jelaskan pengertian filsafat ditinjau dari segi metode dan cara berpikir!
a. Filsafat sebagai metode atau cara berpikir adalah cara atau proses berfikir
yang sedalam-dalamnya/mendasar sampai pada hakikat daripada objek yang
dipikirkan.
b. Filsafat sebagai hasil berfikir, perlu disadari bahwa tinjauan-tinjauan dari 2
sisi terhadap filsafat itu harus tetap menyadari bahwa barangnya sendiri, yaitu
filsafat, adalah satu. Satu barang dengan dua sisi. Jadi penjelasan tersebut
jangan dianggap terpisah secara mutlak satu terhadap yang lain. Semuanya
adalah saling melengkapi.
1. Ontologi Pancasila
Ontologi Pancasila adalah bangsa Indonesia (adanya manusia). Secara
ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat
dasar ontologi Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan
subjek hukum pokok sila-sila Pancasila.
2. Epistimologi Pancasila
Epistimologi Pancasila yakni Filsafat Manusia Indonesia. Filsafat
Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena
epistimologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu
pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistimologis ini tidak bisa
dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Oleh karena itu, dasar epistimologis Pancasila sangat berkaitan dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Sebagai suatu paham epistimologi,
Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada
hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas
kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu
tingkatan pengetahuan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Pancasila
secara epistimologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun
perkembangan sains dan teknologi pada saat ini (Dewantara, 2017: 11)
3. Aksiologi Pancasila
Aksiologi Pancasila yaitu nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila
pada hakikatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu
pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat memiliki kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Aksiologi Pancasila ini mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologis, Bangsa Indonesia
merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung nilai, Bangsa
Indonesia itulah yang mengakui, menghargai dan menerima Pancasila sebagai
sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penerimaan dan penghargaan Pancasila
sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap,
tingkah laku serta perbuatan Bangsa Indonesia (Dewantara, 2017: 11-12)
14. Apa arti pancasila sebagai genetivus objectivus dan genetivus subjectivus!