No. Absen : 29
NIM : P20624520029
Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science yang pada
prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan
common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan
dalam kehidupan sehari- hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara
cermat dan teliti menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode
berpikir secara objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan
memberi makna terhadap dunia faktual. Sementara itu, pengetahuan yang diperoleh
dengan ilmu, di perolehnya melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisis
ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan,
netral dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian karena dimulai
dengan fakta.
Ketiga, pengetahuan flsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada
universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit, flsafat membahas hal yang lebih luas dan
mendalam. Filsafat biasanya memberkan pengetahuan yang reflektif dan kritis
sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
Keempat, pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
lewat para utusannya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh
para pemeluknya.
5. Bagaimana perkembangan ilmu pada masa Pra Yunani kuno, Yunani kuno, Abad
pertengahan, Renasissance, modern, dan kontemporer ?
a. Zaman Pra Yunani Kuno
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena
itu zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta
tahun sampai 20.000 tahun Pada zaman ini ditandai oleh kemampuan:
1) Know how dalam kehidupan sehari-hari yang di dasarkan pada pengalaman;
2) Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu di terima sebagai fakta dengan
sikap receptive mind, keterangan masih dihubungkan dengan kekuatan magis;
3) Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan
4) pemikiran manusia ke tingkat abstraksi;
5) Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas
sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan;
6) Kemampuan meramalkan suatu peristiwa atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang pernah terjadi.
b. Zaman Yunani Kuno
Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang dari ilmu dan filsafat, karena
Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa
Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive
attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring
attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesualu secara kritis).
c. Zaman Abad Pertengahan
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para theolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi
ilmu pada masa ini adalah Ancilla The-ologia atau abdi agama.
d. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkit an kembali pemikiran yang
bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika
kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern.
Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas.
Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas
campur tangan ilahi. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis pada zaman renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa
ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei.
e. Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemu an dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahu an pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis
sejak zaman renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang lerkenal sebagai bapak
filsafat modern. Rene Descartes Juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam
ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam
bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi Charles Darwin dengan
teori- nya struggle for life (perjuangan untuk hidup). J.J Thompson dengan temuannya
yaitu electron.
f. Zaman Kontemporer (abad 20 dan seterusnya)
Fisikawan termashur abad ke 20 (duapuluh) adalah Albert Einstein. la menyatakan
bahwa alam itu tak terhingga besarnya dan tak terbatas, tetapi juga tak berubah status
totalitásnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan
materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Disamping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain maka Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan
berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu
yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan lain sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadilah spesialisasi ilmu yang semakin tajam.
6. Jelaskan 2 aspek fenomenal dan aspek structural Ilmu pengetahuan ?
Aspek fenomenal menunjukan bahwa ilmu pengetahuan mewujud /
memanifestasikan dalam bentuk masyarakat, proses, dan produk. Sebagai masyarakat,
ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai suatu masyarakat atau kelompok elit
yang dalam kehidupan kesehariannya begitu mematuhi kaidah-kaidah ilmiah yang
menurut paradigma Mer-ton disebut universalisme, komunalisme, dan skepsisme
yang teratur dan terarah. Sebagai proses, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
aktivitas atau kegiatan kelompok elit tersebut dalam upayanya untuk menggali dan
mengembangkan ilmu melalui penelitian, eksperimen, ekspedisi, seminar, kongres.
Sedangkan sebagai produk, ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai hasil
kegiatan kelompok elit tadi berupa teori, ajaran, paradigma, temuan-temuan lain.
Aspek struktural menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan di dalamnya terdapat
unsur-unsur sebagai berikut: 1) Sasaran yang dijadikan objek untuk diketahui
(Gegenstand) 2) Objek sasaran ini terus menerus dipertanyakan dengan suatu cara
(metode) tertentu tanpa mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan
yang akan terus berkembang justru muncul permasalahan-permasalahan baru yang
mendorong untuk terus menerus mempertanyakannya. 3) Ada alasan dan motivasi
mengapa gegenstand itu terus menerus dipertanyakan. 4) Jawaban-jawaban yang
diperoleh kemudian disusun dalam suatu kesatuan sistem (Koento Wibisono, 1985)
7. Apa yang menjadi cakal bakal teknologi ?
Cikal bakal adanya teknologi adalah revolusi industri
Relasi yang paling ideal antara Iptek dan niläi budaya serta agama tentu terletak pada
fenomena pertama, meskipun hal tersebut belum dapat berlangsung secara optimal,
mengingat keragaman agama dan budaya di Indonesia itu sendiri. Keragaman tersebut
di satu pihak dapat menjadi kekayaan, tetapi di pihak lain dapat memicu terjadinya
konflik. Oleh karena itu, diperlukan sikap inklusif dan toleran di masyarakat untuk
mencegah timbulnya konflik. Untuk itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter
diperlukan dalam kehidupan ber masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
9. Jelaskan peranan setiap nilai sila – sila Pancasila terhadap penegembangan ilmu !
Adapun nilai-nilai Pancasila sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terkandung dari setiap sila-sila Pancasila diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini memberikan dasar bahwa
IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, apa yang dibuktikan, dan yang
diciptakan. Tetapi juga harus dipertimbangkan maksud dan akibatnya, apakah
merugikan manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya. Pengolahan harus
diimbangi dengan pelestarian. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan
sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian yang sistemik dari alam yang diolahnya
(Kaderi, 2015: 193)
2. Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini memberikan dasar-dasar
moralis, bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK, haruslah dengan cara-cara
yang beradab. Harus berdasarkan pada hakikat tujuan dan demi kesejahteraan umat
manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan, kecongkakkan dan keserakahan
manusia, tapi demi untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3. Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Sila ini mendasari bahwa IPTEK hendaknya
dapat menumbuhkan rasa nasionalisme, rasa kebesaran bangsa, serta rasa keluhuran
bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia (Kaderi, 2015: 193).
4. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Sila ini mendasari bahwa pengembangan IPTEK itu
haruslah bersifat demokratis. Artinya ilmuan memiliki kebebasan untuk
mengembangkan IPTEK. Namun Ilmuan juga harus menghormati dan menghargai
kebebasan orang lain. Serta memiliki sikap yang terbuka, terbuka untuk dikritik,
dikaji ulang, maupun di bandingkan dengan penemuan dari teori lainnya (Kaderi,
2015: 193-194)
5. Nilai Keadilan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Sila ke lima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini sebagai dasar
dalam pengembangan IPTEK dalam menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan. Yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, dan manusia dengan Tuhannya, serta antara manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam
lingkungannya. (Kaderi, 2015: 194)
10. Apakah Ilmu Pengetahuan itu bebas nilai ?
Menurut Surajiyo (2004: 134) Paling tidak ada tiga faktor sebagai indikator
bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengandaian-pengandaian yakni bebas dari,pengaruh
eksternal seperti: faktor politis, ideologi, agama, budaya, dan unsur
kemasyarakatan lainnya;
b. Perlunya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin.
Kebebasan itu menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri;
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding
menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.