Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LANDASAN HISTORIS, KULTURAL, YURIDIS, DAN


FILOSOFIS PANCASILA

Disusun oleh :
1. Noufal Maulana
2. Nurdiasih
3. Raden Achmad Ajru Ramadhan

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang Selatan, 6 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii


DAFTAR ISI .........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................2
B. Tujuan ......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A. Landasan Pendidikan Pancasila.................................................3
1. Landasan Historis...............................................................3
2. Landasan Kultural..............................................................4
3. Landasan Yuridis................................................................4
4. Landasan Filosofis..............................................................5
B. Tujuan Pendidikan Pancasila....................................................5
C. Cita-cita dan Tujuan Nasional..................................................6
D. Visi, Misi dan Kompetensi Pendidikan Pancasila....................7
E. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah.......................................8
1. Berobyek............................................................................8
2. Bermetode..........................................................................8
3. Bersistem............................................................................9
4. Universal............................................................................9
F. Tingkatan Pengetahuan Ilmiah.................................................9
1. Pengetahuan Deskriptif......................................................10
2. Pengetahuan Kausal...........................................................10
3. Pengetahuan Normatif........................................................11
4. Pengetahuan Esensial.........................................................11
G. Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan..............11
H. Beberapa Pengertian Pancasila.................................................12

iii
1. Pengertian Pancasila Secara Etimologis............................12
2. Pengertian Pancasila Secara Historis.................................13
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis........................15
BAB III PENUTUP...............................................................................17
I. Kesimpulan...............................................................................17
J. Saran.........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945, kemudian diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II
No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam sejarahnya, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai
dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang
berlindung dibalik legitimasi ideologi negara Pancasila. Dengan lain perkataan,
dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar
filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi
(faktor kesengajaan), dibatasi dan dimanipulasi (diproses) demi kepentingan
politik penguasa pada saat itu. Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa yang sedang dilanda oleh arus krisis dan disintegrasi maka Pancasila
tidak terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme, serta pelecehan terhadap
kredibilitas dirinya sebagai dasar negara ataupun ideologi, namun demikian perlu
segera kita sadari bahwa tanpa suatu platform (rencana kerja) dalam format dasar
negara atau ideologi maka suatu bangsa mustahil akan dapat survive dalam
menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk
mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara
Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan Sidang
Istimewa MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan sekaligus juga
pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Organisasi sosial politik di
Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandat MPR yang

1
diberikan kepada Presiden atas kewenangan untuk membudayakan Pancasila
melalui P-4 dan asas tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila demi kepentingan
kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera diakhiri, kemudian dunia
pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mengkaji dan memberikan pengetahuan
kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu memahami Pancasila secara
ilmiah dan obyektif.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada
masa lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat
beranggapan bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru. Sehingga
mengembangkan serta mengkaji Pancasila dianggap akan mengembalikan
kewibawaan Orde Baru. Pandangan sinis serta upaya melemahkan ideologi
Pancasila berakibat fatal yaitu melemahkan kepercayaan rakyat yang akhirnya
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, contoh: kekacauan di Aceh,
Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Papua, dan lain-lain.
Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka tanggung jawab kita bersama sebagai
warga negara untuk selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila setingkat
dengan idelogi/paham yang ada seperti Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.

B. Tujuan
Memberikan pengertian dan pemahaman kepada Mahasiswa mengenai Landasan,
dan Tujuan Pendidikan Pancasila yang meliputi Landasan Historis, Landasan
Kultural, Landasan Yuridis, Landasan Filosofi, Tujuan Nasional Bangsa
Indonesia, Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Pancasila, dan
Kompetensi yang diharapkan dari Kuliah Pendidikan Pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Pendidikan Pancasila


1. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai jaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya penjajah.
Jika tidak adanya penjajahan di Indonesia, maka sistem pemerintahannya
pun akan tetap mengikuti kerajaan-kerajaan. Dan karena indonesia djajah Itu
lah yang kemudian membuat semua masyarakatnya saling bersatu untuk
mengusir penjajahan,Melalui keinginan yang sama untuk bisa merdeka, maka
semua masyarakat Indonesia dapat merealisasikannya di tanggal 17 Agustus
1945.
Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai bangsa
yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan
hidup serta filsafat hidup, di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat karakter
bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the
founding father) dirumuskan secara sederhana namun mendalam yang
meliputi lima prinsip (sila) dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan pandangan
hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombang-ambing di tengah
masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana dengan kesadaran
berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara obyektif
historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai

3
Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis (asal mula bahan) Pancasila.
Landasan Historis adalah fakta-fakta sejarah yang dijadikan dasar
bagi pengembangan pendidikan Pancasila.Proses perumusannya
diambil dari nilai-nilai pandangan hidup masyarakat.
2. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila bukanlah merupakan hasil konseptual
seseorang saja melainkan merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia
sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses
refleksi filosofis para pendiri negara. Oleh karena itu generasi penerus
terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami
serta mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara
dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.
Landasan kultural adalah pengembangan pendidikan Pancasila
didasarkan atas nilai-nilai yang diagungkan, dan karenanya
disepakati dalam kehidupan nasional. Pancasila merupakan salah satu
pencerminan budaya bangsa, sehingga harus diwariskan ke generasi
penerus.

Secara kultural unsur-unsur Pancasila terdapat pada adat istiadat,


tulisan, bahasa, slogan, kesenian, kepercayaan, agama, dan
kebudayaan Indonesia secara umum.
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang

4
pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan.
Demikian juga berdasarkan SK Mendiknas RI, No.232/U/2000, tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kelompok Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap
program studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan Tinggi
mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002, tentang Rambu-
rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Dalam
pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi kelompok mata kuliah MPK bertujuan
menguasai kemampuan berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan
luas sebagai manusia intelektual.
Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK Pancasila adalah terdiri atas segi
historis, filosofis, ketatanegaraan, kehidupan berbangsa dan bernegara serta
etika politik. Pengembangan tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu
mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup
terutama kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai
peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.
Landasan Yuridis menyangkut aturan perundang-undangan yang mendasari
pelaksanaan Pendidikan Pancasila.

4. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa
Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk
secara konsisten merealisasikan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

5
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyataan
obyektif bahwa manusia adalah mahluk Tuhan YME. Setiap aspek
penyelenggaraan negara harus bersumber pada nilai-nilai Pancasila termasuk
sistem peraturan perundangundangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam
realisasi kenegaraan termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan
suatu keharusan bahwa Pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan
kenegaraan, baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum,
social budaya, maupun pertahanan keamanan.
Landasan filosofis adalah penggunaan hasil-hasil pemikiran filsafat
Pancasila untuk mengembangkan Pendidikan Pancasila. Secara praktis
nilai-nilai tersebut berupa pandangan hidup (filsafat hidup) berbangsa.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Dengan mempelajari pendidikan Pancasila diharapkan untuk menghasilkan
peserta didik dengan sikap dan perilaku:
1. Beriman dan takwa kepada Tuhan YME.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa.
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan individu/golongan.
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam
masyarakat.
Melalui Pendidikan Pancasila warga negara Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisa dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan serta konsisten dengan cita-cita
dan tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945.
C. Cita-cita dan Tujuan Nasional

6
Cita-cita nasional sebagaimana diamanatkan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, yaitu mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila, tertuang dalam Alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 “... Negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tujuan Nasional Negara Republik
Indonesia tertuang dalam Alinea Keempat, disebutkan bahwa “…melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial …”. Berdasarkan alinea tersebut, tujuan nasional yang ingin
dicapai Negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
5. Dalam rangka perwujudan cita-cita dan tujuan nasional tersebut, beberapa
upaya yang dapat dilakukan negara, di antaranya adalah sebagai berikut.
6. Memberikan kepastian dan perlidungan hukum terhadap semua warga negara
tanpa diskriminatif.
7. Menyediakan fasilitas umum yang memadai yang berdampak pada
kesejahteraan masyarakat.
8. Menyediakan sarana pendidikan yang memadai dan merata di seluruh tanah
air.
9. Memberikan biaya pendidikan gratis terhadap seluruh jenjang pendidikan bagi
seluruh warga negara.
10. Menyediakan infrastruktur serta sarana transportasi yang memadai dan
menunjang tingkat perekonomian rakyat.

7
11. Mengirimkan pasukan perdamaian dalam rangka ikut serta berpartisipasi aktif
dalam menjaga dan memelihara perdamaian dunia.

D. Visi, Misi, dan Kompetensi Pendidikan Pancasila


1. Visi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi menjadi sumber nilai dan
pedoman penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa
mengembangkan kepribadiannya selaku warganegara yang Pancasila.
2. Misi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi membantu mahasiswa agar
mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila serta kesadaran berbangsa,
bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap
kemanusiaan.
3. Kompentensi Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menguasai kemampuan
berpikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia
intelektual serta mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk:
a. Mengambil sikap bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.
b. Mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara
pemecahannya.
c. Mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara
pemecahannya.
d. Memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa duna
menggalang persatuan Indonesia.

E. Pembahasan Pancasila Secara Ilmiah


Pancasila termasuk Filsafat Pancasila sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi
syarat-syarat ilmiah, menurut Ir. Poedjowijatno dalam bukunya “Tahu dan
Pengetahuan” mencatumkan syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:
1. Berobyek,
2. bermetode,

8
3. bersistem, dan
4. bersifat universal,

1. Berobyek.
Dalam filsafat, ilmu pengetahuan dibedakan antara obyek forma dan obyek
materia. Obyek materia Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam
pembahasan Pancasila. Pancasila dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
misalnya: Moral (moral Pancasila), Ekonomi (ekonomi Pancasila), Pers (Pers
Pancasila), Filsafat (filsafat Pancasila), dan sebagainya. Obyek Materia
Pancasila adalah suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan
pengkajian Pancasila baik yang bersifatempiris maupun non empiris. Bangsa
Indonesia sebagai kausa materia (asal mulanilai-nilai Pancasila), maka obyek
material pembahasan Pancasila adalah bangsa Indonesia dengan segala aspek
budaya dalam bermayarakat, berbangsa dan bernegara. Obyek materia empiris
berupa lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah, benda-benda sejarah dan budaya,
Lembaran Negara, naskah-naskah kenegaraan, dan sebagainya. Obyek materia
non empiris non empiris meliputi nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral, nilai-nilai
religius yang tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter dan pola-pola budaya.
2. Bermetode.
Metode adalah seperangkat cara/sistem pendekatan dalam rangka pembahasan
Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat obyektif. Metode
dalam pembahasan Pancasila sangat tergantung pada karakteristik obyek forma
(sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya) dan materia
Pancasila. Salah satu metode adalah “analitico syntetic” yaitu suatu perpaduan
metode analisis dan sintesa (diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau
hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang
umum berdasarkan hukum yang khusus). Oleh karena obyek Pancasila banyak
berkaitan dengan hasilhasil budaya dan obyek sejarah maka sering digunakan
metode “hermeneutika” yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik

9
obyek, demikian juga metode “koherensi historis” serta metode “pemahaman
penafsiran” daninterpretasi. Metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.
3. Bersistem.
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan sesuatu yang bulat dan utuh.
Bagianbagian dari pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan antara
bagian-bagian saling berhubungan baik hubungan interelasi (saling hubungan
maupun interdependensi (saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara
ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan (majemuk tunggal) yaitu
ke lima sila baik rumusan, inti dan isi dari sila-sila Pancasila merupakan
kesatuan dan kebulatan.
4. Universal.
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, keadaan, situasi, kondisi maupun
jumlah. Nilai-nilai Pancasila bersifat universal atau dengan kata lain intisari,
esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila pada hakekatnya
bersifat universal.

F. Tingkatan Pengetahuan Ilmiah


Tingkat pengetahuan ilmiah dalam masalah ini bukan berarti tingkatan dalam hal
kebenarannya namun lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan masing-
masing.Tingkatan pengetahuan ilmiah sangat ditentukan oleh macam pertanyaan
ilmiah sebagai berikut:
1. Deskriptif : suatu pertanyaan “bagaimana”.
2. Kausal : suatu pertanyaan “mengapa”.
3. Normatif : suatu pertanyaan “ kemana”.
4. Essensial : suatu pertanyaan “ apa “.

1. Pengetahuan Deskriptif.

10
Pengetahuan deskriptif yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
keterangan, penjelasan obyektif. Kajian Pancasila secara deskriptif berkaitan
dengan kajian sejarah perumusan Pancasila, nilai-nilai Pancasila serta kajian
tentang kedudukan dan fungsinya.
2. Pengetahuan Kausal.
Pengetahuan kausal adalah suatu pengetahuan yang memberikan jawaban
tentang sebab akibat. Kajian Pancasila secara kausal berkaitan dengan kajian
proses kausalitas terjadinya Pancasila yang meliputi 4 kausa yaitu: kausa
materialis, kausa formalis,kausa efisien dan kausa finalis.
a. Kausa Materialis: Pancasila yang sekarang menjadi ideologi negara
bersumber pada bangsa Indonesia. Artinya, bangsa Indonesia sebagai Kausa
Materialis.
b. Kausa Formalis (asal mula bentuk): Pancasila sebagai ideologi negara
merujuk kepada bagaimana proses Pancasila itu dirumuskan menjadi
Pancasila yang terkandung dalam UUD 1945. Artinya pidato Soekarno
sebagai kausa formalis.
c. Kausa Finalis (asal mula tujuan): mewujudkan Pancasila sebagai ideologi
negara yang sah adalah para anggota BPUPKI dan panitia sembilan. Para
anggota dari badan itulah yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebagai ideology negara yang sah.
d. Kausa Efisien (asal mula karya)
Yang menjadikan Pancasila dari calon ideologi
negara menjadi ideology negara yang sah. PPKI melalui sidang BPUPKI
menjadi kausa efisien pembentuk Pancasila. Selain itu juga berkaitan dengan
Pancasila sebagai sumber nilai, yaitu Pancasila sebagai sumber segala
norma.
3. Pengetahuan Normatif.
Pengetahuan normatif adalah pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ukuran,
parameter serta norma-norma. Dengan kajian normatif dapat dibedakan secara

11
normatif pengamalan Pancasila yang seharusnya dilakukan (das sollen) dan
kenyataan faktual (das sein) dari Pancasila yang bersifat dinamis.
4. Pengetahuan Esensial.
Pengetahuan esensial adalah tingkatan pengetahuan untuk menjawab suatu
pertanyaan yang terdalam yaitu pertanyaan tentang hakekat sesuatu. Kajian
Pancasila secara esensial pada hakekatnya untuk mendapatkan suatu
pengetahuan tentang intisari/makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila
(hakekat Pancasila)

G. Lingkup Pembahasan Pancasila Yuridis Kenegaraan.


Pancasila yuridis kenegaraan meliputi pembahasan Pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar negara Republik Indonesia, sehingga meliputi pembahasan bidang
yuridis dan ketatanegaraan. Realisasi Pancasila dalam aspek penyelenggaraan
negara secara resmi baik yang menyangkut norma hukum maupun norma moral
dalam kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara. Tingkatan
pengetahuan ilmiah dalam pembahasan Pancasila yuridis kenegaraan adalah
meliputi tingkatan pengetahuan deskriptif, kausal dan normatif.
Sedangkan tingkat pengetahuan essensial dibahas dalam bidang filsafat Pancasila,
yaitu membahas sila-sila Pancasila sampai inti sarinya, makna yang terdalam atau
membahas sila-sila Pancasila sampai tingkat hakikatnya.

J. Beberapa Pengertian Pancasila


Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian
yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup
bangsa, ideologi negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses
terjadinya, terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan
secara obyektif. Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik
menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila
meliputi:

12
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad
Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti
secara leksikal, yaitu:
a. Panca artinya lima.
b. Syila artinya batu sendi, alas, dasar.
c. Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki
arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula
terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat
ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap
golongan mempunyai kewajiban moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut
adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila. Pancasyiila menurut Budha
merupakan lima aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi
larangan membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-
minuman keras.
Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India masuk ke
Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama
jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara Kertagama karangan
Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan
(Pancasila).
Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran
moral Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan
(mo mo/M5): mateni (membunuh), maling (mencuri), madon (berzina), mabok
(minuman keras/candu), main (berjudi).
2. Pengertian Pancasila Secara Historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan
diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin,
Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia

13
disebut Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk
Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai
dasar negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat
istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah
disebut dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama
dalam rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan
diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses
perumusan Pancasila adalah:
a. Mr. Muhammad Yamin.
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato
mengusulkan lima asas dasar negara sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Peri Ketuhanan.
4. Peri Kerakyatan.
5. Kesejahteraan Rakyat.
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai
rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar
negara sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan persatuan Indonesia.
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Mr. Soepomo.
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima
dasar negara sebagai berikut:
1. Persatuan.

14
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir dan bathin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.
c. Ir. Soekarno.
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar
negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai
berikut:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan.
3. Mufakat atau Demokrasi.
4. Kesejahteraan Sosial.
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri
Sila yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio
Demokrasi (Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang
Maha Esa. Adapun Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya
adalah “gotong royong”.
d. Piagam Jakarta.
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia
Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya termuat
Pancasila dengan rumusan sebagai berikut:
1.Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi
pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

15
3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh
PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945


inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik
Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya
bangsa Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat
pula rumusan-rumusan Pancasila sebagai berikut:

a. Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember – 17 Agustus


1950).
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Kebangsaan.
4. Kerakyatan.
5. Keadilan Sosial.
b. Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959).
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Kebangsaan.
4. Kerakyatan.

16
5. Keadilan Sosial.
c. Dalam kalangan masyarakat luas.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Peri Kemanusiaan.
3. Kebangsaan.
4. Kedaulatan Rakyat.
5. Keadilan Sosial.
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan
Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Landasan Historis yaitu bahwa nilai-nilai pancasila itu sejak zaman dahulu
dimana proses panjag sejarah mulai pada zaman Kerajaan Kutai, Sriwijaya,
Majapahit, bahkan sampai pada proses perjuangan bangsa melawan penjajah.
2. Landasan kultural bahwa nilai-nilai luhur Pancasila itu ada sejak nenek
moyang kita dulu dan itu sudah berurat akar dalam budaya bangsa Indonesia
maka di harapkan mahasiswa dapat meneruskan bahkan mengembangkan
budaya tersebut sesuai dengan tuntunan zaman.
3. Landasan yuridis bahwa Pendidikan Pancasila harus di ajarkan di Perguruan
Pinggi sesuai dengan UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 yang menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama
dan Pendidikan Kewarganegaraan. Juga dalam SK menteri Pendidikan
Nasional RI No. 232/u/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan penilaian hasil belajar dan SK No 38/DIKTI/Kep/2000
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian.
4. Landasan filosofis yaitu secara filosofis Negara berpersatuan dan
berkerakyatan dan konsekuensinya adalah rakyat merupakan dasar ontologism
demokrasi karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini
akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki
hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan.

18
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

19
Daftar Pustaka

1. Drs. Syahrial Syarbaini 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.


Penerbit Ghalia Indonesia.
2. Tim Universitas Negeri Malang, 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi. Penerbit UM Press.
3. http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2012/07/landasan-historis-kultural-yuridis-
dan.html
4. Achmad, Muchji. 2008. Diklat kuliah Pendidikan Pancasila. Gunadarma:
Jakarta.
5. Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
6. Noor. Ms Bakry. 2011. Pendidikan kewarganegaraan. Pustaka Belajar:
Yogyakarta.
7. Poespowardoyo, Soeryanto. Filsafat Pancasila. Jakarta, 1989.
8. Syahrial, Sarbini. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Jakarta. Ghalia,
2010.
9. 2010 “ Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia” Terdapat di
http://lasonearth.wordpress.com/makalah/falsafah-pancasila-sebagai-dasar-
falsafahnegara-indonesia/. Diunduh 30 Agustus 2010
10. 2010 ”Landasan Yuridis” Terdapat di http://www.bloggaul.com. Diunduh pada
27Agustus
11.http://mahasiswa.ung.ac.id/151413181/home/2013/10/4/landasan
pendidikanpancasila.html
12. http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
13. Kaelan: 2004, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset, Yogyakarta
14. http://rahayurahma96.blogspot.co.id/2015/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
15. http://catalog.danlevlibrary.net/index.php?p=show_detail&id=8546

20

Anda mungkin juga menyukai