Tugas : Pancasila
Jawab :
Secara ilmiah pancasila harus memenuhi syarat – syaratnya sebagai hal yang
ilmiah seperti yang dikatakan Poedjowijatno sebagaimana dikutip oleh
Kaelan ,(2016 : 7) merinci syarat – syarat ilmiah,sebagai berikut:
Berobjek
Bermetode
Bersistem
Bersifat universal
2. Apa obyek dan metode pancasila dan buktikan pancasila merupakan system
dan universal?
Jawab :
Objek pancasila dibagi menjadi dua yakni objek formal dan objek material.
Objek material dibagi dua yakni yang bersifat empirik dan non empirik.
Sedangkan objek formal dari sudut pandang apa itu pancasila. Pada
hakikatnya pancasila dapat dibahas dari berbagai sudut pandang, misalnya
dari sudut moral,maka terdapat bahasan yang disebut dengan moral
pancasila. Dari sudut pandang ekonomi,hingga timbulah kajian yang
membahas tentang ekonomi pancasila. Dari sudut pandang hukum dan
kenegaraan ,maka terdapatlah kajian tentang pancasila secara yuridis
kenegaraan,kemudian dari sudut pandang filsafat ,maka timbulan
pembahasan tentang filsafat pancasila ,dan lain lain.( kaderi,2015: 24)
Sila – sila pancasila bersifat universal ,artinya inti dan setiap sila tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu sehingga bersifat abstrak dan umum.
Maksudnya bahwa kebenaran suatu pengetahuan ilmiah haruslah bersifat
universal,artinya kebenarannya tidak terbatas oleh waktu ,ruang, keadaan
situasi dan kondisi, maupun jumlah tertentu. Berkaitan dengan pembahasan
pancasila dia dikatakan bersifat Unviersal karena intisari, esensi dan makna
yang terdalam dari sila – sila tersebut pada hakikatnya adalah bersifat
universal (Kaderi,2015 : 25 – 26).
Jawab:
A. Pertanyaan apa
B. Pertanyaan kemana
C. Pertanyaan mengapa
D. Pertanyaan bagaimana
7. Jelaskan pengertian filsafat ditinjau dari segi metode dan cara berpikir!
Jawab:
Filsafat sebagai metode atau cara berfikir adalah cara atau proses berfikir
yang sedalam-dalamnya / mendasar sampai pada hakikat daripada objek
yang dipikirkan.
Tugas Lanjutan
A. Kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh
sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam
mereka akan lingkungan setempat yang terbentuk dari tinggal di
tempat tersebut secara turun-menurun. Kearifan lokal muncul dari
dalam masyarakat sendiri, disebarluaskan secara non-formal, dan
dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan. Selain
itu, kearifan lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi dan
tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang bersangkutan sebagai
sarana untuk mempertahankan hidup.
Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat bisa berupa nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Selain
bentuk, kearifan lokal juga memiliki ciri-ciri. Adapun ciri-ciri kearifan
lokal sebagai berikut: Sanggup bertahan terhadap budaya luar.
Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli. Memiliki kemapuan mengendalikan. Sanggup memberi
petunjuk pada perkembangan budaya.
Selain di Fakfak, juga dapat dilihat adanya toleransi di Raja Ampat yang
dibangun karena adanya kearifan lokal berupa filosofi “Satu Rumah
Empat Pintu”, dalam hal ini empat pintu dimaknai sebagai agama Islam,
Protestan, Katolik, dan Animisme. Ketika dalam satu rumah terdapat
penghuni dengan beragam agama yang berbeda, maka bukan dijadikan
sebagai alat untuk memecahkan ikatan kekeluarga, melainkan pemersatu.
Di dalamnya terdapat ungkapan “sa pu keluarga” berarti saya punya
keluarga yang menjadi dasar ikatan sosial dalam masyarakat, sehingga
dari situ peran keluarga dalam menumbuhkan toleransi dalam masyarakat
sangat tinggi. Saat ada acara, maka panitia tentunya terdiri atas seluruh
pemeluk agama (Wekke, 2015:4).
Kearifan lokal berasal dari budaya leluhur yang diyakini oleh masyarakat
setempat sebagai nilai-nilai luhur yang arif atau bijaksana, sehingga hal
ini patut untuk dilestarikan agar generasi masa depan ikut merasakannya.
Peranan kearifan lokal dalam membendung dampak globalisasi yang
negatif terhadap persoalan lingkungan terutama mengenai agama sangat
berarti dalam masyarakat pluralism di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai
generasi muda haruslah menjadi agen dalam menjaga kearifan lokal
sebagai kebudayaan nasional dalam memicu tumbuhnya jiwa-jiwa
toleransi antar agama agar konflik-konflik yang ditimbulkan adanya
perbedaan agama bisa diminimalisir bahkan bisa dituntaskan.
B. Gotong royong adalah bekerja sama untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Perilaku gotong royong dapat menyelesaikan pekerjaan
dan dinikmati hasilnya bersama-sama secara asil. Gotong royong
sendiri sebagai solidaritas sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, khususnya mereka yang terbentuk dari komunitas.
CINTA DAMAI
Konsep pendidikan damai (peace education) merupakan konsep ideal
yang perlu ditanamkan sejak dini karena berkaitan langsung dengan
kondisi psikologi anak dalam memahami makna dan tujuan hidup
yang sebenarnya. Penanaman cinta damai tidak bisa secara langsung
diberikan tanpa tahapan penting yang menyangkut pemahaman
tentang nilai-nilai perdamaian yang bisa 15 dimanifestasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai perdamaian dalam lingkungan
sekolah juga perlu ditanamkan agar anak tidak terbiasa dengan aksi
tawuran untuk melakukan tindakan kekerasan. Menurut Eliasa (2016)
arti damai berbeda menurut individu dan kelompok damai menurut
individu adalah ketenangan jiwa,kesendirian, kenyamanan dan
kebahagiaan, ketenangan pikiran, dan kebebasan berpikir sedangkan
damai menurut kelompok adalah kebersamaan, harmonis, kerjasama
yang baik.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan unruk memberikan materi
tentang pendidikan damai. Pertama, pendidikan materi memuat
pengetahuan yang meliputi mawasa diri, pengakuan akan prasangka,
damai tanpa kekerasan,lingkungan dan ekologi. Kedua muatan materi
dalam pendidikan damai meliputi komunikasi kegiatan reflektif dan
pendengaran aktif, kerjasama, empati, apresiasi,nilai artistic dan
estetika, sikap sabar dan pengendalian diri. Ketiga muatan materi atau
nilai sikap dalam pendidikan damai meliputi kesadaran ekologi,
penghormatan diri, sikap toleransi, saling memahami antar budaya,
tanggung jawab social, solidaritas berwawasan global
Ciri-ciri peserta didik yang memiliki sikap cinta damai sebagai
berikut:
o Menciptakan suasana yang kelas yang nyaman, tentram, dan
harmonis.
o Saling menghargai sesame peserta didik dan guru.
o Memiliki rasa peduli terhada sesama
o Berteman dngan siapa saja tanpa memandang suku, ras, dan
agama.
o Memilki sikap toleransi
o Bekerjasama dengan teman tanpa membeda-bedakan.
o Tidak melakukan kekerasan.
Pengaruh dan hubungan sikap cinta damai terhadap hasil belajar
siswa. Menurut Simanjuntak (2017) cinta damai merupakan suatu
sikap, perkataan yang membuat orang lain merasa senang atas
kehadiran dirinya. Siswa yang memiliki sikap cinta damai cendrung
bekerja sama, memiliki sikap toleransi, peduli, menghormati sesama,
tidak membeda-bedakan teman serta jarang melakukan tindakan
kekerasan.