Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

MAKALAH PANCASILA

RIEFKY RINANADA
NPM D1A014065

UNIVERSITAS BENGKULU
JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pancasila ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Pancasila yang membahas tentang nilai-nilai
Pancasila Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Nilai-nilai Pancasila bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [dosen pengempuh mata kuliah Pancasila


yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, April 2021


A. FILSAFAT PANCASILA
1. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa
Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari bahsa
Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos”  (pilia, cinta)
dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan  pengertian bahasa tersebut filsafat
berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau
kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata  tersebut maka mempelajari filsafat berarti
merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya
bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban
manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh
Herakleitos.
Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah
sebagai berikut:
a. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia.
Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan
menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu  dan mau
melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi
terhadap diri secara obyektif
b. Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam
pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi dan tak
berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau perekaan terhadap pandangan  tentang seluruh kebenaran.
Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.  
2. Pengertian Pancasila
Istilah Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Panca
yang berarti lima dan Sila yang berarti dasar atau asas. Pancasila diartikan
sebagai lima dasar atau lima asas. Dalam buku Sutasoma karya Mpu Tantular
dan Negarakertagama kerya Mpu Prapanca terdapat istilah Pancasila yang
ditulis dengan istilah Pancasila Krama. Istilah Pancasila yang digunakan
bangsa Indonesia sebagai dasar negara pertama kali merupakan usualan Ir.
Soekarno dalam sidang BPUPKI ketika meumuskan dasar negara Indonesia.
Bagian pembukaaan UUD 1945 terdiri dari 4 alenia yang masing-masing
alenia memiliki makna tersendiri. Adapun rumusan Pancasila yang
diguanakan sebagai dasar negara Indonesia adalah sebagaimana tertuang pada
alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pada alenia keempat tersebut terdapat
tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahaan negara, UUD, dan dasar
negara Indonesia. Dasar negara Indonesia itulah yang disebut Pancasila.
Kata Pancasila berasal dari kata Sansakerta (Agama Buddha) yaitu untuk
mencapai Nirwana diperlukan 5 Dasar/Ajaran, yaitu
a. Jangan mencabut nyawa makhluk hidup/Dilarang membunuh.
b. Jangan mengambil barang orang lain/Dilarang mencuri
c. Jangan berhubungan kelamin/Dilarang berjinah
d. Jangan berkata palsu/Dilarang berbohong/berdusta.
e. Jangan minum yang menghilangkan pikiran/Dilarang minuman keras.
Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu
dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu
ajaran moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 J
[idem].
Pengertian secara Historis
Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai
rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan harinya 18
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana
didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi
nama Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang
umum.Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah
Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah
Pancasila hal ini didaarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam
rangka pembentukan Rumusan Dasar Negara.
Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai
alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian
Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan
Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar
sebagai dasar negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh
Rakyat Indonesia Pancasila Berbentuk:
1.      Hirarkis (berjenjang);
2.      Piramid
Adapun isi dari pancasila tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya
waratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Bagi bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah Pancasila. Hal ini berarti
bahwa seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara menggunakan
Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolok ukur tentang baik buruk
dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia.
Pancasila memuat nilai-nilai luhur untuk dapat menjadi dasar negara. Ada 3
nilai yang terdapat dalam Pancasila:
a. Nilai dasar asas-asas yang berasal dari nilai budaya bangsa Indonesia
yang bersifat abstrak dan umum, relatif tidak berubah namun
maknanya selalu dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Artinya nilai dasar itu bisa terus menerus ditafsirkan ulang baik makna
maupun implikasinya. Melalui penafsiran ulang itulah akan didapat
nilai baru yang lebih operasional sesuai dengan tanntangan zaman.
Adapun nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila adalah
Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan (musyawarah-
mufakat), dan keadilan.
b. Nilai instrumental Penjabatan dari niali dasar yang berbentuk norma
sosial dan norma hukum. Seperti UUD 1945, Tap MPR, UU No. 40
tahun 1999 tentang PERS, UU No. 2 tahun 1999 tentang partai politik,
UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, dll
c. Nilai praksis Nilai dasar atau instrumental masih hidup di tengah
masyarakat berbangsa dan bernegara. Contoh nilai praksis seperti
saling menghormati, toleransi, kerja sama, kerukunan, bergotong
royong, menghargai, dll.
Nilai-nilai Pancasila itu merupakan nilai instrinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara obyektif, serta mengandung kebenaran yang universal.
Nilai-nilai Pancasila, merupakan kebenaran bagi bangsa Indonesia karena
telah teruji dalam sejarah dan dipersepsi sebagai nilai-nilai subyektif yang
menjadisumber kekuatan dan pedoman hidup seirama dengan proses adanya
bangsa Indonesia yang dipengaruhi oleh dimensi waktu dan ruang.
Nilai-nilai tersebut tampil sebagai norma dan moral kehidupan yang ditempa
dan dimatangkan oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia untuk
membentuk dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus
1945. Nilai-nilai Pancasila itu menjadi sumber inspirasi dan cita-cita untuk
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai Pancasila termasuk ke dalam nilai kerohanian, tetapi nilai kerohanian
yang mengakui pentingnya nilai material dan nilai vital secara seimbang
(harmonis). Hal ini dapat dibuktikan dengan susunan sila-sila dari Pancasila
yang tersusun secara sistematis-hirarki. Pancasila jika dikaji dari sudut
pandang metafisika, berlandaskan pada usaha-usaha untuk menemukan
kebenaran mengenal alam semesta yang lebih menekankan pemikiran murni.
4. Pengertian Filsafat Pancasila
                   Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia.Kenyataannya
definisi filsafat dalam filsafat Pancasila telah diubah dan diinterpretasi
berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia.Pancasila dijadikan wacana sejak
1945.Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan “permintaan”
rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat.Hal ini merujuk pidato
Sukarno di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni
Universitas di Eropa, di mana filsafat barat merupakan salah satu materi
kuliah mereka.Pancasila terinspirasi konsep humanisme, rasionalisme,
universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer,
dan nasionalisme.
Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965).Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya
dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat
(Kristen), dan Arab (Islam).Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal
dari Indonesia, “Keadilan Soasial” terinspirasi dari konsep Ratu Adil.Sukarno
tidak pernah menyinggung atau mempropagandakan “Persatuan”.

Filsafat Pancasila versi Soeharto


Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi.Melalui filsuf-filsuf
yang disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti
interpretasinya dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila
truly Indonesia”.Semua sila dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan
Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir Pancasila). Filsuf
Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah
truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan,
Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus
Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan
Moerdiono.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara
umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Setiapa bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke
arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup
(filsafata hidup). Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah
serta cara bagaimana memecahkan persoalan-persoalan tadi. Tanpa memiliki
pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang-ambing dalam
menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul, baik
persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri, maupun persoalan-
persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di
dunia ini. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah polotik,
ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin
maju. Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan
membangun dirinya.
Dalam pergaulan hidup itu terkandung konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang
terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik.Pada akhirnyta pandangan hidup sesuatu bangsa adalah
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri
Republik ini dat memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup
bangsa kita yang kemudian kita namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan
dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1979, maka Pancasila itu adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar
negara kita.
Disamping itu maka bagi kita Pancasila sekaligus menjadi tujuan hidup
bangsa Indonesia.Pancasila bagi kita merupakan pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita moral yang meliputi kejiwaan dan watak yang sudah
beurat/berakar di dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Ialah suatu
kebudayaan yang mengajarkan bahwa hidup manusia ini akan mencapai
kebahagiaan jika kita dapat baik dalam hidup manusia sebagai manusia
dengan alam dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam
mengejar kemajuan lahiriyah dan kebahagiaan rohaniah.
Bangsa Indonesia lahir sesudah melampaui perjuangan yang sangat
panjang, dengan memberikan segala pengorbanan dan menahan segala
macam penderitaan. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang
ditempuhnya sendiri yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa
lampau, tantangan perjuangan dan cita-cita hidup di masa datang yang secara
keseluruhan membentuk kepribadian sendiri.
Sebab itu bnagsa Indonesia lahir dengan kepribadiannya sendiri yang
bersamaan lahirnya bangsa dan negara itu, kepribadian itu ditetapkan sebagai
pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Karena itulah, Pancasila bukan
lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah berjuang, denga
melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami dengan oleh
gagasan-gagasan besar dunia., dengan tetap berakar pada kepribadian bangsa
kita dan gagasan besar bangsa kita sendiri.
Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam
kepribadian bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur
hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak dalam sejarah bahwa meskipun
dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun dalam 3 buah UUD
yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, dalam
Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia 1950. Pancasila itu tetap
tercantum didalamnya, Pancasila yang lalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional itu, Pancasila yang selalu menjadi pegangan bersama saat-saat
terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita,
merupakan bukti sejarah sebagai dasar kerohanian negar, dikehendaki oleh
bangsa Indonesia karena sebenarnya ia telah tertanam dalam kalbunya rakyat.
Oleh karena itu, ia juga merupakan dasasr yang mamapu mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.
B. Makna Sila Pancasila
Sebagai dasar filasafat negara, maka Pancasila merupakan suatu sistem nilai.
Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan satu sama
lainnya, tetapi nilai tersebut merupakan suatu kesatuan yang sistematis. Nilai-nilai
sila Pancasila tidak dapat dipisahkan atau tidak dapat dilepaskan keterkaitannya
dengan nilai-nilai pada sila Pancasila yang lain. Menurut Imron (2017:21)
nilainilai yang terkandung dalam kelima sila Pancasila dijabarkan menjadi 45
nilainilai Pancaila.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
“Sila Ketuhanan Yang Maha Esa” mengandung nilai-nilai yang menjiwai
keempat sila lainnya. Negara didirikan untuk tujuan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa. Segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan
negara harus dijiwai dengan nilai-nilai “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Menurut Rukiyati dkk, (2013:58) Arti dari makna sila “Ketuhanan Yang
Maha Esa” antara lain sebagai berikut :
(a)mengakui adanya Tuhan Yang Hama Esa yang merupakan pencipta dari
seluruh yang terdapat disemesta, (b) menjamin penduduk untuk dapat
memeluk suatu agama dan dapatmenjalankan ibadah menurut agamanya
masing-masing, (c) warga negara wajib memiliki agama, tidak diperbolehkan
libraris. (d) menjamin tumbuh dan berkembangnya agama dan saling toleransi
atar agama. (e) negara sebagi fasilitator tumbuh dan berkembangnya agama
serta menjadi moderator jika terjadi konflik atau perselisihan antar agama
yang satu dengan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa makna nilai
Pacasila, sila pertama yaitu manusia berhak memilih agama yang dipercayai
dan menjalankannya. Masyarakat Indonesia tidak diperbolehkan libraris atau
tidak menganut agama dan menjadi moderator jika terjadi perselisihan antara
agama lainnya.
Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana pada sila pertama ini terkandung nilai-
nilai religius antara lain:
a. Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan
sifatsifatnya Yang Maha sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa,
Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lainnya.
b. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan
semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
c. Nilai sila petama ini meliputi dan menjiwai sila-sila lainnya.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


“Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” mengandung arti universal
bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia dan
menginginkan kesejahtraan bagi seluruh umat. Menurut Fauzi (2013,18) sila
“Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” menunjukan pengakuan, yaitu
menetapkan manusia pada harkat dan martabat manusia. Peraturan
perundangundangan di Indonesia harus dapat mewujudkan tujuan tercapainya
harkat dan martabat manusia. Hukum di Indonesia manusia mempunyai
kedudukan yang sama serta mempunyai hak yang sama sebagai warga negara
Indonesia. Manusia harus bersikap adil terhadap diri sendiri, sesama manusia,
masyarakat bangsa, negara dan lingkungan serta kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Menurut Darmdiharjo (dalam Kaelan, 2010: 81) bahwa konsekuensi nilai
yang terkandung dalam “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” adalah
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, menghargai kesamaan hak dan derajat
tanpa membedakan suku, agama, ras keturunan, dan status sosial.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpukan bahwa makna Pancasila sila
kedua yaitu masyarakat Indonesia memiliki kedudukan yang sama dan
menghargai sesama serta, mengembangkan sikap saling mencintai sesama
manusia, saling meghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan martabat, hak, dan
kewajiban asasi warga negara, penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan
ketidak adilan dari muka bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusian. Gemar melakukan kegiatan kemanusian. Berani
membela kebenaran dan keadilan hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa 2 lain.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, terkandung nilai-nilai kemanusiaan,
antara lain:
a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.
b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
c. Pengertian manusia yang berada yang memiliki daya cipta, rasa,
karsa dan kayakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara
manusia dan hewan.
d. Nilai sila kedua meliputi dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan
kelima.
C. Perbedaan Sila Kedua Dengan Sila Kelima
Pada sila kedua yang ditekankan adalah nilai kemanusiaan, artinya seseorang
harus adil terhadap harkat dan martabat manusia. Jika dikritisi pada butir-
butirnya maka sila ini memandang manusia sebagai makhluk perseorangan yang
pada dirinya melekat harkat dan martabat yang harus dihargai dan dijunjung
tinggi. Sedangkan pada sila kelima yang menekankan pada keadilan lebih
diarahkan sebagai nilai hidup dalam bermasyarakat. Artinya adil di sini
ditempatkan dalam kehidupan bersama sebagai satu kesatuan utuh.
Maka dapat disimpulkan :

1. Sila kedua menekankan pada nilai kemanusiaan sedangkan sila kelima


menekankan pada nilai keadilan.
2. Sila kedua mengandung amanat agar menjunjung tinggi kemanusiaan
dengan bersikap adil dan beradab dan ditujukan kepada makhluk sebagi
individu. Adapun pada sila kelima, sikap adil ditujukan bagi kelompok
masyarakat dalam kehidupan sosial yang dijalani bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai