Bahwa apabila kita berbicara Etika maka pokok bahasannya adalah: Sekitar nilai- nilai yang
bersifat Susila atau tidak Susila
NILAI adalah Konsepsi ABSTRAK yang ada dalam diri manusia tentang apa yang baik dan apa
yang tidak baik, apa yang benar dan apa yang tidak benar,apa yang indah dan apa yang tidak
indah serta apa yang Religius dan apa yang tidak Religius
Prof NOTONEGORO membagi nilai menjadi 3 macam yaitu:
1. Nilai MATERIAL yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
2. Nilai VITAL yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan kegiatan
3. Nilai KEROHANIAAN yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi Rohani Manusia
Selanjutnya nilai kerohanian dibedakan menjadi:
1. Nilai kebaikan yang berasal dari unsur Kehendak
2. Nilai kebenaran yang berasal dari unsur Perasaan
3. Nilai keindahan yang merupakan unsur Estetika
4. Nilai Religius yang merupakan nilai tertinggi dan mutlak serta tergantung kepada keyakinan
Individu masing- masing
Nilai perlu ditegakkan dan didalam hal inilah kita mengenal adanya 2 norma yaitu:
1. Norma MORAL yang terdiri dari :Norma AGAMA, Norma KESUSILAAN, Norma
KESOPANAN
2. Norma Hukum yaitu : Ketentuan perundang- undangan yang berlaku disuatu Negara dalam hal ini
Negara Indonesia
KESIMPULAN : Bahwa nilai dalam PANCASILA memberikan dasar- dasar yang bersifat
FUNDAMENTAL dan UNIVERSAL bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Pancasila sebagai bahan dasar dan etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan benar
secara Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat
dengan adanya ketetapan MPRSNO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang
menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan
benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.
3.2 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
3.2.1 Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dat
memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita
namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila
itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.
Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan
perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah
tetap sama sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir. Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya
mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :
v Kebangsaan Indonesia.
v Internasionalisme atau Prikemanusiaan.
v Mufakat atau Demokrasi.
v Kesejahteraan sosial.
v Ketuhanan.
2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam
Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya Dokuritsu
Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu :
Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil menyusun
sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada
tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan
UUD 1945.
Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang kemudian
membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini
berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI.
Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso.
Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara dicantumkan autentik
tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
v Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
v Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI
dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin
oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen.
Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara
Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan yang
penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat).
Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali
oleh Kerajaan Belanda dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana
menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS.
Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota Scheveningen
(Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949.
Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS
dan Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila
tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS
1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Prikemanusiaan.
v Kebangsaan.
v Kerakyatan.
v Keadilan Sosial.
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI
1950)
Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara
kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita
kebangsaan dan jiwa proklamasi.
Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan
meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo pada tanggal
20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu
Bangsa dan Satu Bahasa.
Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-pergolakan
di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI.
Sesuai KOnstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan
yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka sampai
pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu :
1. RI Yogyakarta.
2. Negara Sumatera Timur (NST).
3. Negara Indonesia Timur (NIT).
Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal
17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia
Serikat).
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi
RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal).
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah
Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan
dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Prikemanusiaan.
v Kebangsaan.
v Kerakyatan.
v Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.
Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante
yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk
suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI
mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyatan :
a. Pembubaran Konstuante.
b. Berlakunya kembali UUD 1945.
c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar
falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan tata
urutan seperti berikut :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Kemanusiaan yang adil dan beradab.
v Persatuan Indonesia.
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13 April
1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik
dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua
Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya.
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah
berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum positif (Ius Contitutum) UUD 1945
adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal
perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.
Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal perumusan
Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian mengenai dasar-
dasar negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan oleh :
1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.
2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar negara
merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu dinamakan Pancasila dan
bukan Panca Darma.
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut dalam redaksi
kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Prikemanusiaan atau internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau persatuan Indonesia, Kerakyatan
atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud Pancasila
adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga Surabaya
pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang
bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila
negara kita”.
Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi” (1951)
berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak berubah sejak Piagam Jakarta
sampai pada hari ini”.
Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr.
Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan No.
XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas Pengertian
Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung
tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung
tinggi nilai keadilan.
Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam
ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun 1978
mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45 ialah dasar negara dari negara
NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional,
selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif, sehingga tidak
hanya dijadikan slogan belaka. Dalam ketetapan MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu
diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsistem dalam kehidupan bernegara.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai sarana pemersatu masyarakat,
sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik, dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri
negara Indonesia tentang pentingnya mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia.
Pada awal mulanya, konsep pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau platformbersama
bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran
yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan
oleh Ir. Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok
yang terdapat di negara Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.
Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi pancasila sebagai ideologi negara.
Pancasila yang sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi semua golongan
Indonesia. Perkembangan doktrinal pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal pancasila
sebagai platformbersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan rumusan pertama
yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang komprehensif integral. Ideologi Pancasila
menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan ideologi lain.
Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Prof. Notonagoro. Beliau melalui interprestasi filosofis memberi status ilmiah dan resmi tentang
ideologi bagi masyarakat Indonesia. Yang pada mulanya pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah
konsensus politik, pancasila menjadi ideologi yang benar-benar komprehensif. Interprestasi ini
berkembang luas, masif bahkan monolitik pada masa pemerintahan orde baru.
Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah konsensus politik, yaitu suatu persetujuan
politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan masyarakat di negara Indonesia. Dengan
diterimanya pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia bersatu dalam negara
kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform, atau
common denominator masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting
untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi, sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan
pandangan dunia yang khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi negara atau bangsa merupakan
kesepakatan bersama, common platform dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan
bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang harus kita pertahankan dan tumbuh
kembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sebagai berikut :
(1) Nilai-nilai dalam pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari penyelenggaraan bernegara di
Indonesia.
(2) Nilai-nilai dalam pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh karenanya
menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat Indonesia.
Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita penyelenggaraan
bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7 tahun 2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan.
Dalam ketetapan tersebut menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas 3 visi, yaitu :
- Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 45 yaitu
pada alinea kedua dan keempat.
- Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang berlaku samapai dengan tahun 2020.
- Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara).
Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, demokratis, bersatu, adil
dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai cita-cita
bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu
cita-cita, nilai-nilai pancasila diambil dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal,
penyelenggaraan negara hendaknya berupaya bagaimana menjadikan kehodupan bernegara Indonesia
ini semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Ditinjau dari arti bahasa/etimologi, perkataan filsafat merupakan bentuk kata “Falsafat”, yang semula
berasal dari kata Yunani Philosophia, dengan uraian sebagai berikut:
Philos/philein berarti suka, cinta, mencintai.
Sophia berarti kebijaksanaan, hikmah, kepandaian, ilmu.
Dalam kamus bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1987)
mengartikan kata “filsafat” sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya daripada segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu.
Selain pengertian menurut bahasa, juga terdapat perumusan atau defenisi tentang filsafat yang
diberikan oleh para sarjana atau filsuf seperti:
1. Aristoteles (382-322 S.M)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya dalam ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik, dan sostetika.
2. Immanuel Kant (1724-1804)
3. Darji Darmodihardjo
Filsafat adalah pemikiran manusia dalam usahanya mencari kebijaksanaan dan kebenaran yang
sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya (radikal, radik=akar), teratur (sistematis) dan menyeluruh
(universal). Dari berbagai ragam pengertian tentang filsafat, maka filsafat disebut sebagai Queen of
Knowledge (ibu/induk dari ilmu pengetahuan).
B. OBYEK FILSAFAT
1. Obyek Materia, yaitu mengenai segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada,
2. Obyek Forma, yaitu untuk mengerti segala sesuatu yang ada sedalam-dalamnya, hakikatnya,
metafisis.
Dengan ruang lingkup demikian, filsafat mempunyai sistematika yang amat luas, yang meliputi
bidang-bidang/cabang-cabang diantaranya Ontologi (menyelidiki hakikat dari realita yang ada),
Epistemologi (membahas sumber, batas, proses hakikat dan validitas pengetahuan), dan Aksiologi
(menyelidiki nilai).
C. TUJUAN FILSAFAT
Tujuan filsafat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan yang teoritis
Dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau untuk mencapai hal yang nyata.
2. Tujuan praktis
Dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoritis tersebut untuk memperoleh
pedoman-pedoman hidup, guna dipraktikkan dan dijadikan pedoman dalam praktik kehiduoan.
Tujuan praktis inilah yang umumnya dia anut oleh dunia Timur, termasuk Indonesia.
D. KEGUNAAN FILSAFAT
Secara singkat kegunaan filsafat ialah untuk memberikan dinamika dan ketekunan dalam mencari
kebenaran, arti dan makna hidup.
Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanian, yakni di dalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap
dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai esthetis, nilai etis, maupun religius.
Seperti yang tampak pada susunan Pancasila yang sistematis-hierarkis, dari sila pertama sampai sila
kelima.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Permusyawaratan adalah ciri khas kepribadian bangsa Indonesia. Perwakilan adalah sistem dengan
mengusahakan rakyat untuk mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan
perwakilan yang ada.
Dengan demikian yang dimaksud kerakyatan dipimpin oleh hukmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan ini ialah bahwa rakyat di dalam menjalankan kekuasaan harus dengan
mengatasnamakan rakyat yang ditempuh dengan sistem perwakilan, dan keputusan diambil dengan
jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta rasa tanggung jawab bik kepada
Tuhan, maupun kepada rakyat yang diwakili
Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Pasal 1, 2, 3, 22E, 28, dan 37 UUD 1945.
Hak asasi manusia ditinjau dari sila-sila Pancasila mempunyai definisi sebagai berikut :
Pada sila pertama ini terdapat pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjamin setiap orang
untuk melakukan ibadah menurut keyakinannya masing-masing. Dan menjamin kemerdekaan
beragama bagi setiap orang untuk memilih serta menjalankan agamanya masing-masing.
2. Hak Asasi Manusia menurut Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan sikap yang menghendaki terlaksananya nilai-nilai
kemanusiaan (human values), dalam arti pengakuan terhadap martabat manusia (dignity of man), hak
asasi manusia (human rights) dan kebebasan manusia (human freedom). Sila kemanusiaan yang adil
dan beradab sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. Hubungan
antar manusia dalam bermasyarakat dan bernegara diatur agar berlandaskan moralitas secara adil dan
beradab.
Kesadaran kebangsaan Indonesia lahir dari keinginan untuk bersatu dari suatu bangsa agar setiap
orang menikmati hsak-hak asasinya tanpa pembatasan dan belenggu dari manapun datangnya. Hal ini
memiliki nilai kelokalan yang terinspirasi dari negara Jerman. Sila ini mengandung ide dasar bahwa
rakyat Indonesia meletakan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan dan keselamatan
pribadi.
4. Hak Asasi Manusia menurut Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
Sila ini merupakan inti ajaran demokrasi Pancasila, baik dalam arti formal maupun material.
Kedaulatan rakyat berarti kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat
disalurkan secara demokratis melalui badan perwakilan yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Kedaulatan rakyat itu terwujud dalam bentuk hak asasi manusia antara lain : 1. Hak
mengeluarkan pendapat 2. Hak berkumpul dan mengadakan rapat 3. Hak ikut serta dalam
pemerintahan 4. Hak menduduki jabatan Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia berintikan
nilai-nilai agama, kesamaan budaya, pola pikir bangsa serta sumbangan nilai-nilai kontemporer,
dengan mengedepankan pengambilan keputusan secara musyawarah, bukan pada suara mayoritas.
5. Hak Asasi Manusia menurut Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini berkaitan erat dengan nilai-nilai kemanusiaan dimana setiap warga negara memiliki kebebasan
hak milik dan jaminan sosial, serta berhak mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan. Sila
ini mengandung prinsip usaha bersama dalam mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur
2. Perisai PANCASILA
Perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai padaleher Garuda yang terdapat
gambar-gambar untuk melambangkan 5 (lima) Dasar Sila dalamPancasila, sebagai berikut
Bintang = Ketuhanan Yang Maha Esa
Rantai Baja = Kemanusian yang Adil dan Beradab
Pohon Beringin = Persatuan Indonesia
Kepala Banteng = Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan
/perwakilan
Padi dan Kapas = Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu.Secara harfiah Bhinneka Tunggal
Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-
beda tetapi pada hakikatnya tetapadalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa
Indonesiaadalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkanpersatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, sukubangsa, agama dan
kepercayaan.
4. Warna Utama Garuda Pancasila
Berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009, warna Pokoklambang Negara terdiri dari:a.
warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;b. warna putih di bagian kiri atas dan kanan
bawah perisai;c. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;d. warna hitam di tengah-tengah
perisai yang berbentuk jantung; dane. warna alam untuk seluruh gambar lambang.(UU No. 24 Tahun
2009 Pasal 49)
Secara historis rumusan- rumusan Pancasila dapat dibedakan dalam tiga kelompok (Bakry, 1998: 20) :
2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan Proklamasi
Kemerdekaan.
3. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum berlaku kembali
rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Masa Pengusulan
Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944, perdana
menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan
Indonesia yang akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi
janji ini, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Badan ini baru
terbentuk pada tanggal 29 April 1945.
Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan usul yang
disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar negara Kebangsaan Indonesia di hadapan
sidang lengkap BPUPKI. Beliau mengusulkan dasar negara bagi Indonesia Merdeka yang akan
dibentuk meliputi Peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri Ketuhanan, peri kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.
Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan dalam bentuk tertulis
tentang lima asas dasar negara dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia yang berbeda rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan isi pidatonya. Rumusannya
yang tertulis adalah sebagai berikut :
Tangaal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya bukan dasar negara
merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu negara yang berpaham integralistik. Soepomo
mengusulkan tentang dasar pemikiran negara nasional bersatu yang akan didirikan harus berdasarkan
atas pemikiran integralistik tersebut yang sesuai dengan struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan
budaya bangsa Indonesia yaitu: struktur kerohanian dengan cita-cita untuk persatuan hidup, persatuan
kawulo gusti, persatuan dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara
rakyat dan pemimpin-pemimpinnya.
Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya daerah, rakyat, dan
pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang akan didirikan, ada tiga persoalan yaitu:
Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima dasar bagi
negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya mengenai Dasar Indonesia merdeka. Lima
dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung
Karno ialah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaa, Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan. Lima rumusan tersebut menurutnya dapat
diringkas menjadi tiga rumusan yang diberi nama Tri-Sila yaitu dasar pertama, kebangsaan dan
perikemanusiaan (nasionalisme dan internasionalisme) diringkas menjadi satu diberi nama sosio-
nasionalisme. Dasar kedua, demokrasi dan kesejahteraan diringkas menjadi menjadi satu dan biberi
nama sosio-demokrasi. Sedangkan dasar yang ketiga, ketuhanan yang berkebudayaan yang
menghormati satu sama lain disingkat menjadi ketuhanan.
Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari M. Yamin dan
Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka untuk menampung perumusan-
perumusan yang bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil penyelidik usul-usul yang terddiri atas
Sembilan orang yang diketuai oleh Soekarno, yang kemudian disebut dengan panitia Sembilan.
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan pembukaan
Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di dalam
rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara
sistematis:
3. Persatuan Indonesia
Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan hati
nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat disebut
sebagai declaration of Indonesian Independence.
Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945,
merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai hasil
kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam orang anggota
baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia kecil atau panitia
Sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Disamping menerima hasil rumusan Panitia Sembilan
dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia
perancang Hukum Dasar yaitu:
1. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota yang berjumlah 19
orang,
2. Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang,
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23 orang anggota.
Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil. Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli
1945 telah menyelesaikan tugasnya menyusun Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya pada tanggal 14
Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan yang dinamakan Piagam
Jakarta sebagai Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima
seluruh Rancangan Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat
Piagam Jakarta sebagai pembukaan.
Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, hanya merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara resmi. Dengan berakhirnya sidang
ini maka selesailah tugas badan tersebut, yang hasilnya akan dijadikan dasar bagi negara Indonesia
yang akan dibentuk sesuai dengan janji Jepang. Sampai akhir sidang BPUPKI ini rumusan Pancasila
dalam sejarah perumusannya ada empat macam:
1. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yaitu usul
pribadi dalam bentuk pidato,
2. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni usul pribadi dalam
bentuk tertulis,
3. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi dengan nama
Pancasila,
4. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil kesepakatan bersama
pertama kali.
Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia, namun unsur-unsur
sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi dorongan perjuangan bangsa
Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi, semua kekuatan dari berbagai lapisan masyarakat
bersatu dan siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Oleh
karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi
Pancasila.
Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, diadakan
sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah Rancangan Hukum Dasar yang akan ditetapkan sebagai
Undang-Undang Dasar (1945). Tugas PPKI semula hanya memeriksa hasi sidang BPUPKI, kemudian
anggotanya disempurnakan. Penambahan keanggotaan ini menyempurnakan kedudukan dan fungsi
yang sangat penting sebagai wakil bangsa Indonesia dalam membentuk negara Republik Indonesia
setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus
1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan menetapkan
(Kaelan, 1993: 43-45) :
1. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI
pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945 setelah
mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh.
Hatta sebagai Wakil Presiden.
Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945, maka lima
dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Hanya saja sila Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
rumusan kelima dalam sejarah perumusan Pancasila, dan merupakan rumusan pertama yang diakui
sebagai dasar filsafat negara secara formal.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah
baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau UUD, maupun
yang tidak tertulis atau konvensi. Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini
memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum. Seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali dengan
demikian wajib mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum dalam ketentuan
tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan lebih lanjut di dalam pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal
UUD 1945 maupun dalam hukum positif lainnya. Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara ini lebih lanjut dapat dirinci sebagai berikut: Pertama; Pancasila sebagai dasar negara
merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila
sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.Ketiga; Pancasila sebagai dasar
negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Indonesia. Keempat; Pancasila sebagai
dasar negara mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Romantisme Pelaksanaan P4
Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-nilai Pancasila, yaitu
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila,
terdapat juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan
Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme.
Kebijakan tersebut disosialisaikan pada seluruh komponen bangsa sampai level bawah termasuk
penataran P4 untuk siswa baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang lalu dilanjutkan di perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Pelaksanaannya dilakukan secara
menyeluruh melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7) dengan metode indoktrinasi.
Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan negara, nasib Pancasila dan UUD 1945 menjadi
semacam senjata bagi pemerintahan Orde Baru dalam hal mengontrol perilaku masyarakat. Seakan-
akan ukurannya hanya satu: sesuatu dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan
penguasa, sebaliknya dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendaknya. Sikap politik
masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya malah dengan
mudahnya dikriminalisasi.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta yang terjadi
di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang
meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat.
Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan
keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga banyak masyarakat pun tidak menerima adanya
penataran yang tidak dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.
Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Bidang Hankam, maka paradigma baru
TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya
atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.
Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, dengan memasuki kawasan filsafat ilmu
(philosophy of science) ilmu pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya
perlu difahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan
aksiologis. Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal
titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu
pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai proses menggambarkan suatu
aktivitas warga masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi,
eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai
produk, adanya hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya ilmiah beserta
aplikasinya yang berwujud fisik ataupun non fisik. Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-
nilai yang terkandung didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah
didalam pengembangan ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil
yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.Aksilogis, yaitu bahwa
dengan menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu
pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif mendukung atau
mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semenjak
ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah mengalami
perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia (Koento Wibisono, 2001)
memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :
1. Dasar Negara
1.1. Pengertian Dasar Negara
Dasar negara berasal dari kata dasar dan negara. Arti kata dasar adalah landasan atau foundamental.
Arti kata negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang didalamnya harus ada rakyat, wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat. Arti kata dasar negara bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila seperti
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.
Dalam tinjauan yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan sebagai
norma obyektif dan norma tertinggi di dalam negara serta sebagai sumber dari segala sumber hukum
dan sumber tertib hukum negara RI hal ini sesuai dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 jo Tap
MPR No. V/MPR/1973 jo Tap MPR No. IX/MPR/1978, selanjutnya dipertegas lagi mengenai
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 yang
kemudian dicabut dengan Tap. MPR RI No. II/MPR/2000.
Dalam Tap. MPR RI No. II/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum disebutkan bahwa Pancasila dan
Batang Tubuh UUD 1945 (setelah diamandemen dibaca pasal-pasal) menjadi Sumber Hukum Dasar
Nasional, dan dengan ditetapkannya ketetapan ini maka Pancasila tidak lagi sebagai Sumber dari
segala sumber hukum melainkan menjadi Sumber Hukum Dasar Nasional.
Fungsi Pancasila sebagai dasar negara dalam tinjauan sosiologis berarti sebagai pengatur hidup
kemasyarakatan, sedangkan tinjauan yang bersifat etis filosofis berarti sebagai pengatur tingkah laku
pribadi dan cara-cara mencari kebenaran.
2. Konstitusi
2.1. Pengertian Konstitusi
Konstitusi negara atau Undang-Undang Dasar adalah peraturan negara yang memuat ketentuan-
ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber dari peraturan perundangan lainnya yang berada di
bawahnya.
Istilah konstitusi sebenarnya telah dikenal sejak zaman Yunani kuno dengan istilah politeia yang
memiliki arti sama dengan konstitusi dan terdapat juga istilah nomia yang diartikan sama dengan
undang-undang. Kedua istilah ini dikemukakan oleh Aristoteles.
Istilah Konstitusi berasal dari bahasa latin Constitutio atau Constituere, kemudian berkembang di
Prancis dengan istilah constituer, dalam bahasa Inggrisnya dengan istilah constitution.
Menurut C. F. Strong membedakan konstitusi menjadi dua macam yaitu konstitusi tertulis (bila dibuat
oleh yang berwenang dalam bentuk naskah) dan konstitusi tidak tertulis (tradisi).
Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan juga rigid (kaku). Konstitusi dikatakan
fleksibel apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Konstitusi dikatakan kaku apabila konstitusi itu sulit diubah kapanpun
kecuali melalui amandemen.
Fungsi pokok konstitusi negara adalah untuk membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian
rupa agar penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara tidak bersifat sewenang-wenang, sehingga
hak-hak warga negara terlindungi atau terjamin. Gagasan ini selanjutnya dinamakan
konstitusionalisme.
UUD yang memiliki kedudukan tertinggi sebagai fundamental law (hukum dasar). Sebagai hukum
dasar yang tertulis, konstitusi mengatur tiga masalah pokok:
Hubungan atau keterkaitan dasar negara dengan konstitusi suatu negara nampak pada gagasan dasar,
cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan atau Mukadimah Undang-Undang Dasar
suatu negara. Dari dasar negara inilah kehidupan negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan diatur dan diwujudkan. Salah satu perwujudan dalam mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan ketatanegaraan suatu negara adalah dalam bentuk konstitusi atau
Undang-Undang Dasar.
3.1. Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945
Hubungan dasar negara dengan Pembukaan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Falsafah dasar negara Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945
yang merupakan uraian terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan
yang utuh dan tersusun secara teratur (sistematis) dan bertingkat (hierarkis). Sila yang satu
menjiwai dan meliputi sila yang lain secara bertingkat.
3. Jiwa Pancasila yang abstrak, setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945 tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945.
4. Kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan
pasal-pasal UUD 1945
5.
3.2. Dasar Negara dan Pasal-Pasal UUD 1945
Sila-sila Pancasila dalam kaitannya dengan pasal-pasal UUD 1945 sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berhubungan erat dengan pasal 29 (1,2) UUD 1945
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab berhubungan erat dengan pasal 27, 28, 28
A-28 J, 29, 30, 31, 32, 33, 34 UUD 1945
3. Sila Persatuan Indonesia berhubungan erat dengan pasal 1 (1), 32, 35, 36 UUD 1945
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan berhubungan erat dengan pasal 1 (2), 2, 3, 22 E, 28, 37 UUD 1945
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berhubungan erat dengan pasal 23,
27 (2), 31, 33, 34 UUD 1945
Kemudian, Negara Republik Indonesia dan RIS (mewakili Negara Indonesia timur dan Negara
Sumatra timur) mengadakan musyawarah untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada tanggal 19 mei 1950 tercapai kata kesepakatan antara RIS dan negaa Republik Indonesia yang
dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk Negara kesatuan sebagai
penjelma dari Negara republic Indonesia bedasarkan proklamasi 17 Agustus 1945. Piagam
persetujuan itu ditandatangani oleh kedua belah pihak ,yaitu perdana menteri
RIS Dr.Moh.Hatta selaku pemegang mandate dari dua Negara bagian dan pemerintahan RI diwakili
oleh Mr.A.Halim.
Tanggal 15 agustus 1950 memulai undang-undang federal No.7 tahun 1950 ditetapkan perubahan
konstitusi RIS menjadi UUD sementara. Bedasarkan Pasal 1 UU No 7 tahun 1950 dikatakan bahwa
kostitusi RIS diubah menjadi Undang-Undang Dasar sementara Replublik Indonesia (dikenal UUDS
1950) sehingga naskahnya berbunyi sebagai berikut ,”…lalu,dimuat naskah UUDS selengkapnya,
mulai bagian mukaddimah yang terdiri atas 4 alinea dan batang tubuh terdiri 6 bab serta 146 pasar.”
Pada tanggal 17 agustus 1950 UUDS 1950 mulai berlaku yang diumumkan Jakarta pada tanggal 15
Agustus 1950. Dengan demikian, mulai 17 Agustus 1950 terjadilah perubahan bentuk susunan Negara
serikat menjadi bentuk susunan Negara kesatuan dengan cara mengubah (mengganti) konstitusi RIS
dengan UUDS dan berlakulah bentuk susunan kesatuan Negara UUDS sebgai konstitusi atau hukum
dasarnya. Bedasarkan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia ini, maka sejak berlakunya
UUDS 1950 dengan sendirinya tidak berlaku lagi UUD 1945 di dalam masyarakat Indonesia,karena
bentuk Negara kesatuan tidak mengenal lagi UUD lain, sekalipun berlaku di suatu daerah tertentu.
UUD 1945 dalam kurun waktu ini hanya dikenal sebagai dokumen sejarah sampai dikeluarkanya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesudah amandemen terdiri dari
pembukaan dan pasal-pasal. Bagian pasal-pasal terdiri dari 20 BAB, 37 pasal, 3 pasal peralihan, dan 2
aturan tambahan.
Untuk dapat mengerti dan paham seluruh isi dari konstitusi ini harus kita pelajari satu-persatu pasal
demi pasal mulai dari awal.
Kali ini saya akan berbagi cara mempelajari cara belajar pasal-demi pasal UUD 1945 agar lebih
mudah diingat.
Terlebih dahulu sebaiknya anda download UUD 1945 > UUD 1945
Saya tidak memposting ulang pasal-demi pasal. silakan buka UUD 1945 sendiri agar lebih mudah
Untuk lebih mudah mengingat, sebaiknya dimulai dari mengingat inti dari setiap pasal.
Inti dari setiap pasal adalah bagian yang diberi garis bawah
BAB I Bentuk dan Kedaulatan( Hanya 1 pasal)
Pasal 1 ayat 1> Indonesia> negara kesatuan berbentuk republik
ayat 2> Kedaulatan di tangan rakyat dilaksanakan berdasarkan UU
ayat 3> Indonesia negara hukum
BAB II MPR
Pasal 2 ayat 1> MPR terdiri dari DPR dan DPD yg dipilih melalui PEMILU
ayat 2> bersidang minimal 1 kali dalam 5 tahun
ayat 3> keputusan berdasarkan suara terbanyak
Pasal 3 ayat 1> berwenang mengatur dan mengubah UUD
ayat 2> melantik presiden dan wapres
ayat 3> memberhentikan presiden dan wapres
BAB VI PEMDA
Pasal 18 ayat 1> NKRI dibagi atas daerah
ayat 2> asas otonomi dan tugas pembantuan
ayat 3> DPRD dipilih melalui pemilu
ayat 4> Kepala daerah dipilih secara demokratis
ayat 5> otonomi seluas-luasnya dengan kecuali
ayat 6> peraturan daerah
ayat 7> lebih lanjut
Pasal 18A> (Hubungan pemerintah pusat daerah) wewenang berdasarkan kekhususan/keragaman,
keuangan dll secara adil dan selaras
Pasal 18B> Negara mengakui daerah khusus/istimewa
Berdasarkan naskah asli UUD 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan ada di tanganrakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan kata lain MPR adalah penyelenggara dan
pemegag kedaulatan rakyat. MPR dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan
negara (Vertretungsorgan des Willems des Staatvolkes).
Akan tetapi setelah dilakukan Amandemen terhadap UUD 1945, maka bunyi Pasal 1 ayat (2) tersebut
menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Jadi setelah dilakukan
Amandemen kedaulatan murni berada ditangan rakyat yang ketentuan lebih lanjut diatur didalam
Undang-undang.
Sedangkan dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Keanggotaan MPR ini diresmikan
dengan Keputusan Presiden (Pasal 3 UU SUSDUK MPR). Masa jabat keanggotaan MPR adalah lima
tahun dan akan berakhir pada saat keanggotaan MPR yang baru mengucapkan sumpah atau janjinya.
Dalam struktur kepemimpinan dalam Majslis Permusyawaratan Rakyat, MPR terdiri dari satu orang
pimpinan dan tiga orang wakil ketua yang terdiri dari unsur DPR dan DPD yang dipilih dari anggota
dan oleh anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR. Menurut Pasal 7 UU SUSDUK MPR, jika
pimpinan MPR belum terbentuk, maka pimpinan siding dipimpin oleh pemimpin sementara MPR,
yaitu ketua DPR, ketua DPD dan satu wakil ketua sementara MPR.
Apabila ketua DPR dan DPD berhalangan maka dapat digantikan oleh wakil ketua DPR dan wakil
ketua DPD. Peremian sebagai ketua MPR sementara ini dilakukan melalui Keputusan MPR. Majelis
Permusyawaratan Rakyat menurut Pasal 2 UUD 1945, bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun.
Dengan kata lain jika dimungkinkan atau dipandang perlu, maka selama lima tahun itu majelis dapat
melakukan persidangan lebih dari satu kali.
Persidangan-persidangan itu dapat dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu. Jenis persidangan dalam
MPR adalah sebagai berikut :
1) Sidang Umum Majelis yaitu Sidang yang dilakukan pada permulaan masa jabatan keanggotaan
Majelis.
2) Sidang Tahunan Majelis yaitu Sidang yang dilakukan setiap tahun.
3) Sidang Istimewa Majelis yaitu Sidang yang diadakan diluar Sidang Umum dan Sidang Tahunan.
Atau sidang yang dilakukan dalam kondisi khusus.
Selain mengenal 3 jenis persidangan diatas, MPR juga mengenal 7 jenis rapat majelis. Rapat-rapat
yang dilakukan oleh Majelis itu adalah :
1) Rapat Paripurna Majelis
2) Rapat Gabungan Pimpinan Majelis dengan Pimpinan-pimpinan Komisi atau Panitia Ad Hoc
Majelis
3) Rapat Pimpinan Majelis
4) Rapat Badan Pekerja Majelis
5) Rapat Komisi Majelis
6) Rapat Panitia Ad Hoc Majelis
7) Rapat Fraksi Majelis
Selain dari penjelasan diatas, Majelis juga memiliki kekuatan hukum yang berbeda dalam
mengeluarkan peraturan. Dalam mengeluarkan peraturan majelis memiliki kekuatan yang berbeda,
yaitu ketetapan dan keputusan.
1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat ke dalam dan
keluar majelis. Dengan demikian ketetapan MPR berlaku harus ditaati oleh lembaga-lembaga negara
beserta seluruh subjek negara Indonesia secara keseluruhan.
2) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan MPR adalah putusan majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam
majelis. Keputusan MPR hanya memiliki kekuatan hukum yang mengikat lembaga MPR saja,
sehingga suatu keputusan MPR tidak mengikat alat kelengkapan negara lain, termasuk warga negara.
Untuk melaksanakan tugas yang diembankan rakyat kepadanya, maka MPR memiliki beberapa tugas
dan wewenang.
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang paripurna MPR
3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan mahkamah konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan didalam sidang paripurna MPR
4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya
5) Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila mengalami kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya, selambat-lambatnya dalam masa 60 hari
6) Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatanya, dari dua paket calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, yang
paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari
7) Menetapkan kode etik dan tata tertib MPR
Jika dibandingkan UUD 1945 sebelum diamandemen, maka dapat dilihat terdapat sejumlah
perbedaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut ini.
No
Keterangan
Pra Amandemen
Pasca Amandemen
1
2
3
Rekruitmen
Kewenangan
Keanggotan
Legislatif
ü DPR dipilih rakyat melalui pemilihan umum
ü UD, UG, TNI/POLRI diangkat oleh presiden
ü Tidak terbatas
ü DPR
ü Utusan Daerah
ü Utusan Golongan
ü TNI/POLRI
µ DPR
µ Dewan Perwakilan
µ Daerah
Tabel 2
Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945
2. Presiden
Sementara itu, kekuasaan dan kewenagan presiden yang harus mendapat persetujuan DPR adalah
sebagai berikut.
1) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain [11 (1) ]
2) Mengangkat duta [13 (1)]
3) Menerima duta dari negara lain [13 (3)]
4) Memberikan amnesty dan abolisi [14 (2)]
5) Tidak dapat memberhentikan atau membekukan DPR [7c ]
Menurut UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilihan presiden dan wakil presiden. Bahwa seorang
calon presiden dan wakil presiden harus memiliki syarat-syarat khusus, yaitu :
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) WNI sejak kelahirannya dan tidak pernah berkewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri
3) Tidak pernah menghianati negara
4) Mampu secara rohani dan jasmani melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang presiden
5) Bertempat tinggal di wilayah NKRI
6) Telah melaporkan kekayaan kepada instansi yang berwenang meyelidiki kekayaan pejabat
7) Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan atau secara badan hukum
yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara
8) Tidak sedang dinyatakan pailit yang dinyatakan oleh pengadilan
9) Tidak pernah melakukan perbuatan tercelah
10) Terdaftar sebagai pemilih
11) Memiliki nomor pokok wajib pajak, dan melksanakan wajib pajak selama 5 tahun terakhir
12) Memiliki daftar riwayat hidup
13) Belum pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden selama dua kali masa jabatan dalam
jabatan yang sama
14) Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi
15) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan maker berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
16) Berusia sekuarang-kurangnya 35 tahun
17) Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat
18) Bukan bekas organisasi terlarang PKI, organisasi massa atau terlibat langsung dalam G 30 S/PKI
19) Tidak pernah dijatuhi hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana penjara
limaahun atau lebih
Setelah amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan
dipilih langsung oleh rakyat.
Prinsip-prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden diatur dalam Pasal 6A ayai (1) sampai ayat (5).
Yang secara jelas adalah sebagai berikut.
1) Presiden dan wakil presiden sebagai suatu pasangan dipilih langung oleh rakyat
2) Pasangan presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik
3) Presiden dan wakil presiden terpilih apabila :
a) mendapat suara lebih dari 50%
b) dari 50% suara tersebut sedikitnya terdiri atas 20% di setiap provinsi yang tersebar lebih
setengah dari jumlah provinsi
4) apabila tidak ada calon yang memenuhi poin c, maka :
a) dua calon pasangan presiden dan wakil presiden yang mendapat suara terbanyak pertama dan
kedua dipilih kembali oleh rakyat
b) calon pasangan presiden dan wakil presiden terpilih adalah yang mendapat suara paling banyak
5) pasangan presiden dan wakil presiden terpilih dilantik oleh MPR
Selain dari ketentuan diatas, presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan oleh MPR dalam massa
jabatannya apabila presiden dan wakil presiden melakukan :
1) pelanggaran hukum, yang berupa
a) penghianatan terhadap negara
b) korupsi
c) penyuapan
d) tindak pidana berat lainya
2) melakukan perbuatan tercelah
3) terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.
Sedangkan untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam massa jabatannya, MPR harus
menerima usulan dari DPR dengan mekanisme kerja sebagai berikut.
1) DPR menganggap atau menuduh presiden melanggar hukum
2) Tuduhan DPR diajukan kepada Mahkamah Konstitusi
3) Tuduhan DPR dapat diajukan pada MK apabila didukung oleh sekurang-kurangnya dua pertiga
dari anggota DPR yang hadir dan batas kuota hadir adalah dua pertiga anggota DPR
4) MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan tuduhan DPR paling lama 90 hari
5) Apabila MK memutuskan presiden dan wakil presiden bersalah, maka DPR mengusulkan MPR
untuk menyelenggarakan sidang paripurna
6) MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna paling lambat selama 30 hari
7) Presiden diberikan kesempatan menyampaikan penjelasan
8) Keputusan MPR memberhentikan prresiden dan wakil presiden diambil dalam rapat paripurna
dihadiri sekurang-kurangnya tiga perempat anggota MPR dan disetujui dua perempat anggota yang
hadir
Akan tetapi apabila presiden mangkat, atau berhenti karena tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam massa jabatannya, maka harus dilakukan seperti ketentuan berikut ini.
1) Digantikan oleh wakil presiden sampai habis massa jabatannya
2) Jika terjadi kekosongan wakil presiden, MPR memilih wakil presiden dari dua calon untuk
diangkat menjadi presiden
3) Apabila presiden dan wakil presiden secara bersamaan mangkat, berhenti, atau diberhentikan,
maka tugas kepresidenandijabat oleh menteri luar negeri, menteri dalam negeri dan menteri
pertahanan secara bersama-sama paling lama satu bulan
4) Setelah itu MPR memilih presiden dan wakil presiden dari dua calon pasangan yang diajukan
partai politik
5) Dua pasangan calon tersebut berasal dari calon yang meraih suara terbanyak pertama dan kedua
pada pemilihan sebelumnya
Dengan mencermati sejumlah pasal-pasal dalam UUD 1945 ini, maka dapat dikemukakan bahwa
kekuasaan presiden harus dibatasi oleh sebagai peraturan atau mekanisme tertentu. Dengan demikian,
maka pernyataan inilah yang dimaksud dengan Negara Indonesia yang bercita-cita untuk membangun
pemerintahan yang bersih dan berwibawa sebagai negara demokratis.
3. Pemerintahan Daerah
Indonesia adalah negara nusantara atau negara kepulauan, memiliki sejumlah hambatan dan masalah,
khususnya jika dikaitkan dengan luas wilayah dan jarak geografis yang tidak mudah dijangkau. Oleh
karena itu, pasca reformasi pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Otonomi Daerah.
Hingga akhir tahun 2005 di Indonesia telah berdiri sebanyak 32 provinsi. Hal ini berbeda jauh dengan
kondisi Indonesia sebelum reformasi, dimana negara Indonesia terdiri dari 27 provinsi yang kemudian
menjadi 26 provinsi karena provinsi Timor-Timur memisahkan diri menjadi Negara Republik Timor
Leste akibat diberlakukannya Undang-undang referendum yang berujung jajak pendapat. Indonesia
dibagi menjadi beberapa provinsi, kabupaten, dan kota yang memiliki kewenagan untuk mengatur
sendiri pemerintahannya. Pada tingkat pemerintahan daerah ini, dibentuk pula Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Urusan otonomi daera tidaklah statis, tetapi berkembang dan berubah. Hal ini terrutama disebabkan
o/leh keadaan yang timbul dan berkembang didalam masyarakat itu sendiri. Urusan pemerintahan
daerah dimungkinkan bertambah dan berkembang. Bahkan mungkin juga ada penghapusan sesuatu
daerah dan pembentukan daerah-daerah baru.
Dalam UU No. 22 Tahun 1999 di jelaskan bahwa ada beberapa ketentuan yang terdapat di dalam
pemerintahan daerah.
1) Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom lain sebagai badan
eksekutif daerah
2) Badan legislatif daerah adalah DPRD
3) Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
4) Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah
kota di bawah kecamatan
5) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di Daerah Kabupaten
Menurut UUD 1945 Pasal 19 ayat (1), susunan keanggotaan ditetapkan dengan undang-undang (UU
No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPRD, dan DPD). Bahwa anggota
DPR secara otomatis juga menjadi anggota MPR (pasal 2 ayat (1)).
Dalam melaksanakan tugasnya DPR merupakan lembaga yang berkedudukan seabagai lembaga
negara dan merupakan lembaga legislatif. Anggota DPR adalah anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Berdasarkan UU SUSDUK pasal 17, bahwa anggota DPR berjumlah 550 orang dan berdomisili di
Ibukota Negara. Masa jabat keanggota DPR adalah untuk lima tahun dan akan berakhir pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah dan janji. Pengucapan sumpah dan janji dilakukan
secara bersamaan dengan dipandu oleh Ketua MAhkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPR. Jika
ada anggota DPR yang berhalangan hadir untuk membaca sumpah atau janji secara bersamaan, maka
pembacaan sumpah dan janji, dilakukan di Sidang Paripurna dengan panduan ketua DPR.
Pimpinan DPR terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua yang dilpilih dari dan oleh
anggota DPR. Sebelum terbentuknya ketua DPR, maka pimpinan sidang dipimpin oleh Pemimpin
Sementara DPR. Pimpinan sementara ini terdiri dari dua orang wakil partai politik yang memperoleh
suara terbanyak dalam pemilihan umum. Jika pemenang pemilihan itu berimbang, maka dilakukan
musyawarah dalam pemilihan anggota DPR tersebut.
Menurut Pasal 25 UU SUSDUK MPR, DPR dan DPD memiliki fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan. Selain itu, menurut pasal 27 SUSDUK MPR, DPR, dan DPD, DPR juga memiliki hak
untuk interpelasi, angket dan menyatakan pendapat, sedangkan fungsi DPR, yaitu :
1) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama,
2) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
3) Menerima dan membahas usulan rancangan Undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan,
4) Memperhatihan pertimbangan DPD atas rancangan Undang-undang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
5) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negera serta kebijakan pemerintah,
5. Dewan Perwakikilan Daerah (DPD)
DPD merupakan anggota MPR yang terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Seluruh
anggota DPD ini, tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD, selama
persidangan harus berdomisili di ibukota Negara Republik Indonesia.
Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan dengan saat anggota DPD yang
baru membacakan sumpah atau janji. Pembacaan sumpah atau janji anggota DPD dilakukan dalam
sidang Paripurna DPD, dengan dipandu oleh ketua Mahkamah Agung. Jika ada anggota DPD yang
berhalangan hadir untuk membacakan sumpah atau janji dilaksanakan dalam Sidang Paripurna DPD
dengan dipandu oleh pimpinan DPD.
Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua,dan sebanyak-banyaknya dua orang wakil ketua yang dipilih
dari dan oleh anggota DPD. Sebelum terbentuk ketua DPD, maka pimpinan sidang dipilih oleh
Pimpinan Sementara DPD, yang dipilih dari seorang anggota tertua dan anggota termuda.
Menurut Pasal 41 UU SUSDUK MPR-DPR dan DPD, DPD mempunyai fungis mengajukan usul, ikut
dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
DPD juga mempunyai fungsi pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang tertentu.
Tugas dan wewenang DPD adalah :
a. Mengajukan rencana undang-undang kepada DPR, yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan
Sumber Daya Alam, dan Sumber Daya Ekonomi lainnya, serta yang bekaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
b. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan Undang-undang APBN dan rancangan
Undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
c. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah.
6. Kekuasaan Kehakiman
Jumlah anggota MK sebanyak 9 orang sebagai hakim konstitusi. Keanggotaan MK terdiri atas 3 orang
diajukan oleh presiden, 3 orang diajukan oleh DPR, dan 3 orang diajukan oleh MA. Setelah terpilih,
penetapan keanggotaan sebagai anggota MK dilakukan oleh presiden.
Komisi Yudisial (KY), yaitu sebuah komisi yang mandiri dan memiliki kewenangan untuk
mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, menjaga dan menegakkan kehormatan, martabar serta
perilaku hokum. Seorang anggota KY, harus memiliki pengalaman, integritas dan kepribadian yang
tidak tercela. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
Sebagai negara yang besar dan terdiri dari lautan dan daratan, dalam melaksanakan kebijakan
pemerintahan. Negara Indonesia mengunakan beberapa konsep yang menghubungkan tata kerja antara
pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah.
Asas Sentralisasi
Negara kesatuan dengan asas sentralisasi adalah negara yang segala sesuatunya langsung diatur dan
diurus oleh Pemerintah Pusat sendiri, termasuk segala sesuatu yang menyangkut pemerintah dan
kekuasaan daerah (negara tidak melakukan pembagian tugas).
Sedangkan keuntungan dari asas ini adalah.
1) dapat menghemat biaya
2) adanya keseragaman peraturan
3) adanya kemajuan yang merata
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah sebagai berikut :
1) birokrasi yang bertele-tele
2) terhambatnya demokrasi
3) daerah tidak bertanggung jawab terhadap daerahnya sendiri
Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah
Otonom dalam kerangkam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keuntungan menggunakan asas desentralisasi adalah sebagai berikut :
1) daerah diberi wewenang membuat peraturan sendiri sesuai dengan daerahnya, terutama dalam
menunjang kemajuan
2) pengurusannya jauh lebih efisien dan efektif
3) bertele-telenya birokrasi menjadi berkurang
4) daerah dapat mengembangkan peraturan dan pembangunan selama tidak bertentangan dengan
undang-undang dan kebijakan pusat
Asas Dekosentrasi
Asas dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah dan atau perangkat pusat didaerah. Dalam asas ini urusan-urusan yang dilimpahkan
oleh pemerintah pusat kepada pejabat-pejabat didaerah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
baik tentang sarana prasarana, pelaksanaan maupun pembiayaannya.
Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah kewanagan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyrakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan otonomi daerah di daerah otonom dilengkapi dengan perangkat-perangkat
seperti pada bagan 3.
PEMBAHASAN
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya berjalan berabad-abad, dengan cara
bermacam-macam dan bertahap. Sejarah perjuanagan bangsa indonesia yang panjang itu, maka
perlulah ditetapkan tonggak-tonggak sejarah tersebut, yaitu peristiwa-peristiwa yang menonjol,
terutama dalam hubungannya denga nilai-nilai perumusan Pancasila.
Menurut Mr. Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa indonesia. Negara
kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap. Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra (600-1400). Kedua, Negara kebangsaan zaman majapahit (1293-1525). Kedua tahap
negara kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara kebangsaan modern, yaitu
negara indonesia merdeka 17 Agustus 1945 (Sekertariat Negara RI. 1995: 11).
Pada zaman Sriwijaya telah didirikan universitas agama Budha yang sudah dikenal di Asia. Pelajar
dari universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini
dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin
pada kerajaan Sriwijaya, sebagaimana tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhiksa” (Suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). (Kaelan, 1999: 27).
Unsur-unsur yang terdapat di dalam pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, tata
pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang
menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum
dirumuskan secara konkret. Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut
ialah prasasti-prasasti di Talaga batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur
(Dardji Darmodihardjo,1974:22-23). Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan
Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup berdampingan
secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman
para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan
aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan
sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi (Indonesia
sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
5. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan
rakyatnya sangat makmur.
2. Masa kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
secara silih berganti, yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai
refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama
Budha pada abad ke-IX) dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X). Pada abad ke-
XIII, berdiri kerajaan Singasari di Kediri, Jawa Timur, yang ada hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit (1293). Zaman keemasan Majapahit terjadi pada pemerintahan Raja Hayam
Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang
dari Semenanjung Melayu sampai ke Irian Jaya.
Pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang di dalamnya
telah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku itu
terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang
berbeda. Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu, juga mengadakan persahabatan
dengan negara-negara tetangga atas dasar Mitreka Satata. Perwujudan nilai-nilai sila persatuan
Indonesia telah terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya sumpah palapa yang diucapkan oleh
Gajah Mada yang diucapkannya pada sidang Ratu dan menteri-menteri pada tahun 1331 yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi: “saya baru akan berhenti berpuasa
makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jika gurun, seram,
Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.” (Muh
Yamin, 1960: 60).
Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah dilakukan oleh
sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Menurut prasasti Brumbung (1329), dalam tata
pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan, dan I Halu yang berarti memberikan nasihat kepada raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam
memutuskan masalah bersama. Sedangkan perwujudan sila keadilan sosial adalah sebagai wujud dari
berdirinya kerajaan beberapa abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
1. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah yang sangat
dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke
indonesia. Bangsa eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki indonesia, yaitu
Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Masuknya bangsa Eropa seiring keruntuhan Majapahit
sebagai akibat perselisihan dan perang saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah
ditinggalkan, walaupun abad ke-XVI agama islam berkembang dengan pesat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, tampaknya tidak mampu membendung
tekanan bangsa Eropa memasuki Indonesia. Bangsa-bangsa eropa berlomba-lomba memperebutkan
kemakmuran bumi indonesia ini. Sejak itu, mulailah lembaran hitam sejarah indonesia dengan
penjajahan eropa, khususnya belanda. Masa penjajahan belanda itu dijadikan tonggak sejarah
perjuangan bangsa indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab pada zaman penjajahan ini apa yang
telah dicapai oleh bangsa indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang.
Kesejahteraan rakyat.
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Racangan UUD Republik Indonesia.
Di dalam pembukaan dari rancangan itu tercantum perumusan lima asas dasar negara yang berbunyi
sebagai berikut.
Kebangsaan indonesia.
Intenasionalisme (Perikemanusiaan).
Mufakat (Demokrasi).
Kesejahteraan sosial.
Ketuhanan yang berkebudayaan.
Untuk lima dasar negara itu, beliau usulkan pula agar diberi nama Pancasila, yang menurut beliau
diusulkan oleh kawan beliau seorang ahli bahasa. Lima prinsip sebagai dasar negara itu selanjutnya
dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu, (1) sosionasionalisme (kebangsaan), (2) sosio demokrasi
(mufakat), dan (3) ketuhanan. Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi Eka Sila yang berinti
gotong-royong.
8. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai titik puncak perjuangan bangsa Indonesia.
Kemerdekaan indonesia merupakan buah perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan secara
bertahap-tahap. Pertama, perlawanan terhadap penjajahan barat sebelum tahun 1908. Kedua,
perjuangan dengan menggunakan organisasi. Ketiga, perlawanan dengan melahirkan rasa
nasionalisme. Keempat, perjuangan melalui taktik kooperasi dan nonkooperasi. Kelima,
perlawanan bangsa menentang penjajahan sampai kepada puncak, yaitu Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945.
9. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai sumber lahirnya Republik Indonesia.
Proklamasi bermakna bahwa bangsa indonesia yang selama berabad-abad dijajah telah berhasil
melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan sekaligus membentuk perubahan baru, yaitu negara
Republik Indonesia, dengan membawa dua akibat. Pertama, lahirlah tata hukum indonesia
sekaligus dihapusnya tata hukum colonial. Kedua, merupakan sumber hukum bagi pembentukan
negara kesatuan Republik Indonesia.
10. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan norma pertama dari tata hukum Indonesia.
Dengan dinyatakan kemerdekaan bangsa indonesia dilihat dari segi hukum berarti bangsa indonesia
telah memutuskan ikatan dengan tata hukum sebelumnya. Dengan demikian, bangsa indonesia saat
ini telah mendirikan tata hukum yang baru, yaitu tata hukum indonesia yang ditentukan dan
dilaksanakan sendiri oleh bangsa indonesia. Proklamasi kemerdekaan merupakan perwujudan
formal dari salah satu revolusi bangsa indonesia untuk menyatakan, baik kepada diri sendiri
maupun kepada dunia luar (internasional).
3. Proses pengesahan UUD 1945
Sehari setelah proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama
dengan menyempurnakan dan mengesahkan UUD 1945. UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian pembukaan dan bagian batang tubuh UUD. Hasil sidang pertama menghasilkan keputusan
sebagai berikut.
1. Mengesahkan undang-undang dasar 1945 yang meliputi sebagai berikut.
Melakukan beberapa perubahan pada piagam jakarta yang kemudian berfungsi sebagai pembukaan
UUD 1945.
Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli
1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam Jakarta,
kemudian berfungsi sebagai Undang-undang dasar 1945.
1. Memilih presiden dan wakil presiden pertama.
2. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan Musyawarah Darurat.
Rumusan dasar negara pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sah dan benar,
karena di samping mempunyai kedudukan konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang
mewakili seluruh bangsa indonesia (Panitia Persiapan Kemerdekaan) yang berarti telah disepakati
oleh seluruh bangsa indonesia.
Beberapa daerah di mana Belanda mendudukinya diusahakan terbentuknya negara-negara kecil yang
bersifat kedaerahan beserta dengan pemerintahannya. Sejak saat itu wilayah negara Republik
inndonesia berkembang menjadi dua pemerintahan, yaitu :
1. Membubarkan Konstituane.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
4. Masa orde baru
Orde baru adalah era pemerintahan pengganti pemerntah orde lama. Pemerintahan orde lama
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka “Revolusi Indonesia Belum Selesai”. Orde
baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal kebijakan ekonomi. Akan tetapi, dalam hal sistem
dan kebijakan politik cenderung otoriter dan monopolistic sebagai pelanjut dari rezim orde lama.
Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan
control. Pemerintah menganut kebijakan ekonomi campuran sehingga ekonomi nasional meningkat
rata-rata 7 persen dari tahun 1969 hingga decade 1980-an, tetapi kemudian membuka praktik
monopoli, korupsi, dan kolusi yang berskala massif antara penguasa dengan penguasa. Penyimpangan
serta skandal raksasa di bidang ekonomi banyak terjadi, seperti pada kasus Bank Duta, Bapindo, dan
lain-lain. Menurut Didik Rachbini, pada tahun 1993 sekitar 1 persen penduduk memperoleh 80 persen
pendapat nasional, sedaangkan 99 persen penduduk di tingkat bawah dan menengah menerima 20
persen.
Sedikitnya ada dua faktor yang mengakibatkan penduduk Nusantara ini dijajah oleh
bangsa Barat, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internaladalah kondisi
politik, ekonomi, social, dan budaya sehingga bangsa lain dapat masuk dan menguasai
serta memonopoli perdagangan sedangkan faktor eksternaladalah kondisi yang terjadi di
negara-negara penjajah khususnya di Eropa sehingga mereka melakukan ekspedisi dan
ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah Indonesia. Sebenarnya ada sejumlah
faktor yang menyebabkan bangsa Barat atau Eropa datang ke wilayah nusantara atau
Indonesia.
Ketiga, munculnya Islam sebagai kekuatan baru di Timur Tengah, Afrika Utara yang
berhasil menguasai jalur perdagangan atau pintu yang menghubungkan antara dunia Timur
dan Barat.
Dalam bidang ekonomi, pejajahan telah mengakibatkan tatanan ekonomi yang telah
berjalan baik, khusunya sistem yang telah disepakati oleh pihak penguasa dan rakyat
menjadi hancur. Kondisi perekonomian penduduk nusantara sangat parah pada masa
penjajahan terutama sejak diberlakukannya Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Hindia
Belanda.
Dalam bidang politik dan ideologi, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan
yang keras terhadap para aktivis atau kaum pejuang yang berjuang melalui partai politik.
Ada upaya-upaya pembatasan ruang gerak bagi kaum aktivis-pejuang agar perjuangan
kaum pribumi tidak berkembang, sehingga dapat membahayakan pemerintah jajahan.
Dalam bidang sosial budaya, akibat penjajahan ditandai oleh semakin melemahnya
kekuasaan feodal atau raja-raja dan bangsawan. Kelompok raja-raja dan bangsawan telah
kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan penggerak perlawanan. Perjuangan dilanjutkan
melalui jalur keagamaan karena melalui perjuangan yang dilandasi oleh keimanan terhadap
ajaran agama (Islam) inilah maka perjuangan mereka tidak akan sia-sia.
Merupakan awal kontak dengan bangsa-bangsa Barat. Kedatangan mereka ke daratan nusantara
karena kesuburan Indonesia dengan hasil bumi, mereka berlomba-lomba merebut kemakmuran bumi
Indonesia.
Masa penjajahan Belanda menuju ke arah penguasaan terhadap seluruh kehidupan bangsa
maupun wilayah nusantara. Masa penjajahan Belanda, dijadikan tonggak sejarah perjuangan bangsa
dalam mencapai cita-cita.
Hampir semua orang yang berada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana sakit dan
penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya, pengalaman penderitaan selama diterapkannya
peraturan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828, Seorang Gubernur Jenderal
kepercayaan Ratu Wilhelm I dalam pemerintahan Hindia Belanda.
Kedua, Eduard Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas
Asisten Residen Lebak yang meminta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan
rakyat Lebak akibat penjajahan Belanda.
Ketiga, Mr. Van Deventer, yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan
berpendapat bahwa Belanda mempunyai Hutang Budi kepada rakyat Indonesia. Hutang
budi ini harus dibayar oleh Belanda dan Ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etisce
Politic, ialah politik balas budi yang terdiri atas tiga program : Edukasi, Transmigrasi
dan Irigasi.
Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas budi ini, terbukti
dibangunnya sekolahan-sekolahan, rumah sakit, irigasi namun ternyata bukan untuk
kepentingan rakyat Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri.
Efek samping dari upaya Belanda dalam menjalankan politik balas budi ini bagi
bangsa Indonesia todak dapat diingkari. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada
rakyat Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya dimana banyak kepincangan sosial,
kebodohan dan kemiskinan yang merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan
sadar akan nasib bangsanya inilah yang selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan dan
kebangkitan Nasional.
Merupakan awal tonggak kebangkitan bangsa yang telah sekian lamanya terbenam
dalam penjajahan. Perlawanan secara fisik yang tidak ada koordinasi, mendorong pemimpin
Indonesia untuk merubah perlawaan yaitu dengan menyadarkan bangsa Indonesia akan
pentingnya bernegara.
Sejak inilah muncul kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat Nusantara
yang sama-sama ada dalam penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa
perjuangan kebangsaan di Indonesia atas lima dimensi, yakni : (1) Pergerakan Politik; (2)
Pergerakan Serekat Kerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; (5)
Pergerakan Pemuda. Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi
lagi menurut kurun waktu sebagai berikut :
1. Masa 1908-1920
2. Masa 1920-1930
3. Masa 1930-1942
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah :
Organisasi-organisasi Indonesia yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan-
perkumpulan berdasarkan kedaerahan.
Perkumpulan campuran yang bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri
Belanda.
Pergerakan politik pada masa 1920-1930 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai
Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia,Studieclub-
studieclub , Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, dan
golongan berdasarkan keagamaan. Sedangkan pergerakan politik pada masa 1930-1942
meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan
Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai
Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan
kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.
Sarekat Islam, didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Simanhudi. Lahirnya Sarekat Islam
lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
2. Semakin meningkatnya penyebaran agama kristen di tanah air dan adanya ucapan
penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia.
3. Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama
makin dirasakan sebagai penghinaan.
Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang berdasarkan sosialisme kiri
yang tidak banyak mendapatkan anggota mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam sebagai
organisasi rakyat dan berusaha mendapatkan pengaruh dalam Sarekat Islam (SI).
Selain organisasi yang bersifat Nasional, pada dekade tersebut muncul pula
organisasi/perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan, Serikat
Sumatera, perkumpulan orang-orang Ambon dan perkumpulan orang-orang Minahasa.
Pada periode tahun 1920-1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi yang
bersifat kedaerahan dan organisasi yang cukup besar pengaruhnya dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berasaskan
menolong diri sendiri (selfhelp), non-kooperatifdan marhaenisme yang bertujuan :
Bidang Politik, memajukan penghidupan yang merdeka, memperkuat rasa kebangsaan
dan rasa kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, khususnya dan memperkokoh
perhubungan bangsa-bangsa Asia.
Pada tahun 1920-an ini, adalagi peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi
pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu
sebagai suatu bangsa. Gerakan pemuda ini diawali dengan berdirinya Jong Java yang
disebut juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia).
Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam
suatu kongres pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28 oktober 1928.
Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Sejak tahun 1932 organisasi ini dipimpin
oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemerdekaan
dan menjunjung tinggi sikap non-koperasi dengan pihak Pemerintah Belanda.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro). Didirikan di Jakarta tahun 1937 oleh mantan
anggota Partindo, sehingga tujuannya sama dengan Partindo. Perbedaanya Gerindro
menjunjung asas kooperasi, ialah mau bekerja sama dengan pihak Hindia Belanda.
Partai Persatuan Indonesia (Partindo). Organisasi ini dipimpin oleh Mr. Sartono dan
pada hakekatnyamerupakan kelanjutan dari PNI lama sehingga tujuannya pun sama ialah
Indonesia Merdeka. Secara spesifik, tujuannya (1) perluasan hak-hak politik dan perteguhan
keinginan menuju suatu pemerintahan rakyat berdasarkan demokrasi; (2) perbaikan
hubungan komunikasi dalam masyarakat; dan (3) perbaikan ekonomi rakyat.
Organisasi politik lainnya yang tumbuh sejak tahun 1930-an hingga menjelang
kemerdekaan yang mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan antara lain Partai
Rakyat Indonesia (PRI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Partai Indonesia Raya
(Parindra), PSSI, Partai Islam Indonesia (Parii), Penyedar, dll.
Kenyataan yang dialami bangsa Indonesia, Jepang sesungguhnya tidak kurang kejam dari pada
penjajah Belanda, dimana bangsa Indonesia mengalami penderitaan yang mengakibatkan kekecewaan
rakyat Indonesia atas perlakuan Jepang, sehingga menimbulkan perlawanan.
Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan. Jepang menjanjikan akan
memberikan kemerdekaan di kemudian hari, apabila perang telah selesai.Untuk mewujudkan janji tersebut,
tanggal 29 April 1945 Jepang membolehkan rakyat Indonesia membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, yang
kemudian memulai sidang pertama untuk merumuskan konsep dasar Negara
yaitu Pancasila. Janji kedua diumumkan lagi, berupa “kemerdekaan tanpa syarat”. Tanggal 14 Agustus
1945, Jepang menyerah kalah pada sekutu, saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.
5. Apoteker : Obat (apoteker meracik obat) 16. Kaka Tua : Merpati (sama2 burung)
33. Pelukis : gambar (hasil karya pelukis 44. Susu : Gelas (susu wadahnya gelas)
o jangan pilih kata yang punya bunyi mirip dengan soal...karena sebagian besar itu salah (ga
semua ya, sebagian besar,hehe)
o nah jawaban A dan E ini kan mirip ama soalnya, jadi mending pilih antara C,D dan E
o amati pilihan jawabannya, cari jawaban yang berlawanan, jawaban sering berada pada salah
satu dari dua kata yang berlawanan tersebut
o Untuk kata-kata latin/ilmiah, utamakan memilih jawaban yang mirip dengan soal
contoh :
o hati2...diingat2 bahwa yang kamu kerjain itu, antonim, bukan sinonim...soalnya kebanyakan
peserta tergesa2 trus kan pertanyaan sinonim ama antonim deketan, jadi peserta masih mikir
ngerjain soal sinonim
o semakin khusus hubungan maka semakin mudah untuk menemukan hubungan yang paling
sesuai
o kalo udah nemuin hubungan tapi masih bingung, coba buat jadi kalimat
o hubungan harus punya urutan yang searah, tidak di bolak balik
misal : Kaki : Sepatu --> kaki memakai sepatu kalo ada jawaban anting : telinga berarti
salah, karena anting tidak memakai telinga...kalo ada jawaban telinga : anting baru betul
Kemampuan Numerik
1. 9-5-1-2-10-6-2-3-11-7-...
o 3
2. G H I M N J K L M N ... ...
o hehe saya susah kalo ngeliat huruf...jadi saya pindah dulu dari huruf ke angka
o 7 8 9 13 14 10 11 12 13 14 ... ...
3. 81 64 72 56 ... ... 54 40 45 32 36
o loncat 2 2
o jadi jawabannya 63 48
4. 1 3 7 15 ... ...
o perhatikan...
o 1+2=3
o 3+4=7
o 7 + 8 = 15
o 15+16=31
o 31+32=63
5. 9 9 9 6 9 3 ... ...
o loncat 2 2
o 9,9,9,... selalu 9
o jawabannya 9 0
6. 54 40 45 ... ...
o loncat 2 2
o 81,72,63,54,45,...
o 64,56,48,40,...
o jawaban : 32,36
o loncat 2 2
o 13 1/2 - 3 ½
1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + .......... +29 =
o bisa di kerjain pake 2 cara
o kelompokkan
(1+29)+(2+28)+...(14+16)+15=30*14+15=435
o rumus
penjumlahan bilangan asli --> ½N x (N+1)
(29/2)*(29+1)=435
2. 1² + 2² + 3² + 4² + 5² + .......... + 9² =
o nah pake itungan biasa aja lebih simpel
1 + 4 + 9 + 16 + 25 +36 + 49 +64+ 81 =
(1+49)+(4+36)+(9+81)+(16+64)+25 = 285
4. (882 + 115)² =
o 997², capek kan itungnya? buletin aja jadi 1000², nah berarti jawabannya yg mendekati 1jt,
trus angka terakhirnya 9, kenapa 9? 997, 7 kuadrat kan 49
o kalo ga yakin, trus pengen jawaban pastinya (anak stis bgt yak -___-) ubah aja jadi
(1000-3)²=1jt-6rb+9=994.009
o 3/8 * x=15
o x=40
12. 3 itu berapa persennya 20?
o (3/20)* 100% =15%
13. p = 2, dan q =3 , lalu r ² + 2pq+q², berapa pqr ?
o r p+q)² =25 ,
o pqr=2*3*25=150
14. 4,036 : 0,04 = 100,9
15. Jika x=1/16 dan y=16%, maka ...
o x<y
o 1/16 = 0,0625 , 16%=0,16
16. (1/4) : (3/5) adalah ...
o 5 : 12
17. Jika a = 2 dan b = -2 ,X a-b)² dan y b-a)², maka ...
o x =y
18. Jika x rupiah dibagi merata kepaa n orang. Setiap orang akan memperoleh bagian Rp.60.000,-.
Jika seorang lain bergabung pada kelompok diatas dan jika x rupiah dibagi merata, setiap orang
sekarang memperoleh Rp.50.000,-. Berapa rupiah kah x ?
o 300.000
o x/n=60000 , x/(n+1) = 50000
o n=5, x=300000
19. Seorang pekerja dibayar Rp.800,- perjam. Dia bekerja dari pukul 8:00 sampai pukul 16:00. Dia
akan dibayar tambahan 50% per jam untuk selewatnya pukul 16:00. Jika dia memperoleh bayaran
Rp.8.000,- pada hari itu, pukul berapa dia pulang?
o pukul 8:00 sampai pukul 16:00 --> 8 jam --> 8*800=6.400
o gaji yang didapat abis lembur 8000-6400=1600
o gaji lembur perjam 800+(800*50%)=1200
o waktu lembur = 1600/1200 = 1,333 jam = 1 jam 20 menit
o jam pulang = 16.00 + 1 jam 20 menit= 17.20
1. Susilo paling pandai, Edy kalah pandai dibanding Leonardo,Leonardo sama pandainya dengan
Viki. Viki lebih pandai dari Natsir.
o nah setelah itu tinggal cari jawaban yang sesuai dengan gambar
2. Semua karyawan harus hadir dalam rapat rutin.Sementara office boy adalah karyawan
o jadi tidak semua OB ikut rapat rutin, tinggal cocokin deh ama jawaban
3. Ketika ayah dan ibu Hermawan menikah, masing-masing telah memiliki seorang anak.
Hermawan lahir persis setahun setelah perkawinan tersebut,dan memiliki 4 saudara.
mereka 5 bersaudara
5. Hesty, Belly, Penky, dan Melly adalah mahasiswa satu angkatan dari universitas yang sama.
Hesty lulus sebelum Belly tetapi sesudah Penky, dan Melly lulus sebelum Hesty
o belly lulus yg paling akhir. yang paling cepet lulusnya ga bisa dicari... antara penky dan melly
6. Pengurus koperasi seharusnya berjiwa sosial, Sebagian ketua RT pernah menjadi pengurus
koperasi.
7. Beberapa dosen bergabung dalam tim Karawitan. Tim Karawitan tidak ada yang menjadi pemain
tenis.
o Biasanya banyak yang terjebak untuk menarik kesimpulan bahwa Fido tidak pandai berbahasa
asing. Ini adalah kesimpulan yang tidak benar. Perhatikan kalimatnya: semua guide pandai
berbahasa asing. Kalimat tersebut tidak dapat dibalik, artinya yang pandai berbahasa asing
bukan hanya guide. Sehingga jika dikatakan Fido bukanlah seorang guide, maka belum tentu
ia tidak pandai berbahasa asing!
10. Selama semester ini Budi belum pernah mendapat nilai lebih baik daripada teman-temannya.
Heru termasuk diantara separuh siswa yang terpandai di kelas. Agus lebih pandai daripada dari
Heru dalam pelajaran Matematika. Hasil ulangan Biologi Agus lebih rendah daripada hasil
ulangan Budi.
o kesimpulan :
heru pandai
11. 1) Tidak semua sarjana yang pandai lolos ujian CPNS. 2) Semua sarjana yang bodoh tidak lolos
ujian CPNS. 3) Tidak semua sarjana yang pandai selalu mempunyai nilai ijazah yang lebih baik
daripada yang lebih bodoh. 4) Purdi mempunyai nilai ijazah yang lebih buruk dari pada Alan.
o kesimpulan :
keduanya belum tentu lolos ujian cpns, tapi mungkin saja lolos, karena kita tidak tau purdi
dan alan itu pinter apa nggak hehehe
12. Semua hewan adalah makhluk hidup. Semua makhluk hidup akan mati.
13. semua bayi minum ASI. Sebagian bayi diberi makanan tambahan.
15. Indah lebih tinggi dari Ade, dan Sulastri lebih pendek dari Indah. Kesimpulan yang dapat diambil
dari pernyataan di atas adalah ...