Anda di halaman 1dari 80

KEWARGANEGARAAN PANCASILA PENGERTIAN POKOK PANCASILA

1. PENGERTIAN PANCASILA SECARA ETIMOLOGI yaitu :


 Dari sudut pandang tata bahasa bahwa Pancasila berasal dari bahasa SANSEKERTA ,
 Panca artinya: Lima
 dan Sila artinya: Dasar,istilah Pancasila itu sendiri adalah merupakan salah satu ajaran dari
Agama Hindu yang menyangkut tentang ajaran moral yang meliputi lima larangan atau yang di
Kenal dengan istilah INTERNASIONAL yaitu: FIVE MORAL PRINSIPLES atau lima aturan
bertingkah laku berupa: (membunuh) (mencuri) (berzinah) (mabuk) (narkotika)
 Ajaran Pancasila ini terdapat didalam kitab suci agama Hindu yaitu: WEDA

2. PENGERTIAN PANCASILA SECARA HISTORIS


 Bahwa pada tanggal 1- Juni – 1945 Ir SUKARNO berpidato tanpa tek dihadapan siding BPUPKI
dan pada kesempatan itu Ir SUKARNO mengusulkan tentang rancangan dasar Negara yang
terdiri dari lima Azas dan pada akhir menutup pidatonya juga diusulkan agar dasar Negara
Indonesia pada saatnya nanti diberi nama: PANCASILA , yaitu: yang berasal dari bahasa
SANSEKERTA ; atas usulannya ini sidang BPUPKI secara serempak menyetujuinya

3. PENGERTIAN PANCASILA SECARA TERMINOLOGIS


 Bahwa di negara Indonesia pernah diberlakukan 3 undang- undang dasar yaitu:
a. Dari tanggal 18- Agustus – 1945 s/d 27 – Desember – 1949 berlaku UUD 1945
b. Dari tanggal 27 – Desember – 1949 s/d 19 – Agustus – 1950 berlaku Konstitusi RI
c. Dari tanggal 19 – Agustus – 1950 s/d 5 – Juli – 1959 berlaku undang-undang dasar
sementara tahun 1950
d. Tanggal 5 – Juli – 1959 hingga saat ini berlaku UUD 1945
 Didalam ketiga undang-undang dasar tersebut diatas yaitu: Didalam Pembukaan/ Mukadimahnya/
Konsiderannya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila walaupun satu sama lain berbeda

4. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA


 Diera orde baru kedudukan dan fungsi Pancasila pengertiannya dapat disimpulkan menjadi 2
pengertian kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu:
a. Bersifat Obyektif terkait dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku dan
mengandung sanksi hokum terhadap siapapun yang melanggarnya; dalam kedudukan ini
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hokum
b. Bersifat Subyektif tergantung kepada Individu masing- masing dan tidak mengandung sanksi
Hukum

5. PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT


 Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu: FILOSOFIA yang memiliki asal kata
 Filos yang artinya Cinta dan Sofia yang artinya Kebijaksanaan; secara Harfiah FILSAFAT
adalah: Cinta kebijaksanaan Dan ataupun Cinta kepada Ilmu Pengetahuan
 SISTEM adalah: Suatu kesatuan bagian- bagian yang memiliki fungsi- fungsi sendiri, yang saling
ketergantungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dalam hal ini adalah: tujuan Sistem
 Pancasila sebagai suatu sistem Filsafat bahwa Pancasila terdiri atas bagian- bagian yaitu: sila- sila
Pancasila dimana setiap sila pada hakekatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri, namun
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang Sistematis atau dengan kata lain Pancasila
merupakan : Satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh serta merupakan suatu TOTALITAS
 Apabila orang berpendapat bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah: mengaplikasikan Nilai
Religius, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan dan nilai Keadilan Sosial maka
Orang tersebut berFilsafat PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM ETIKA

 Bahwa apabila kita berbicara Etika maka pokok bahasannya adalah: Sekitar nilai- nilai yang
bersifat Susila atau tidak Susila
 NILAI adalah Konsepsi ABSTRAK yang ada dalam diri manusia tentang apa yang baik dan apa
yang tidak baik, apa yang benar dan apa yang tidak benar,apa yang indah dan apa yang tidak
indah serta apa yang Religius dan apa yang tidak Religius
 Prof NOTONEGORO membagi nilai menjadi 3 macam yaitu:
1. Nilai MATERIAL yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia
2. Nilai VITAL yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan kegiatan
3. Nilai KEROHANIAAN yaitu: Segala sesuatu yang berguna bagi Rohani Manusia
 Selanjutnya nilai kerohanian dibedakan menjadi:
1. Nilai kebaikan yang berasal dari unsur Kehendak
2. Nilai kebenaran yang berasal dari unsur Perasaan
3. Nilai keindahan yang merupakan unsur Estetika
4. Nilai Religius yang merupakan nilai tertinggi dan mutlak serta tergantung kepada keyakinan
Individu masing- masing
 Nilai perlu ditegakkan dan didalam hal inilah kita mengenal adanya 2 norma yaitu:
1. Norma MORAL yang terdiri dari :Norma AGAMA, Norma KESUSILAAN, Norma
KESOPANAN
2. Norma Hukum yaitu : Ketentuan perundang- undangan yang berlaku disuatu Negara dalam hal ini
Negara Indonesia

 KESIMPULAN : Bahwa nilai dalam PANCASILA memberikan dasar- dasar yang bersifat
FUNDAMENTAL dan UNIVERSAL bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara Pancasila sebagai bahan dasar dan etika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

3.1 Landasan Filosofis Pancasila


3.1.1 Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya“philosophi” adalah
berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta
kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata“philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan).
Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga
berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan.
Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk
mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat
bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh
Herakleitos. Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:
• Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan
terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan
mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara
obyektif
• Plato (472 – 347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta
pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan
mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang
bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini
kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

Pengertian Pancasila Secara Etimologis


Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu dalam
Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu ajaran moral untuk mencapai
nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 J [idem].

Pengertian secara Historis


· Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai rumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara
· Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokan
harinya 18 Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana didalamnya
terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama Pancasila. Sejak saat itulah
Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD
45 tidak termuat istilah Pancasila namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah
Pancasila hal ini didaarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam rangka
pembentukan Rumusan Dasar Negara.

Pengertian Pancasila Secara Termitologis


Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk melengkapai alat2 Perlengkapan
Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45
dimana didalam bagian Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan
Pancasila. Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara RI
yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia Pancasila Berbentuk:
1. Hirarkis (berjenjang);
2. Piramid.
A. Pancasila menurut Mr. Moh Yamin adalah yang disampaikan di dalam sidang BPUPKI pada
tanggal 29 Mei 1945 isinya sebagai berikut:
1. Prikebangsaan;
2. Prikemanusiaan;
3. Priketuhanan;
4. Prikerakyatan;
5. Kesejahteraan Rakyat
B. Pancasila menurut Ir. Soekarno yang disampaikan pada tangal 1 Juni 1945 di depan sidang
BPUPKI, sebagai berikut:
1. Nasionalisme/Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme/Prikemanusiaan;
3. Mufakat/Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial;
5. Ketuhanan yang berkebudayaan;
Presiden Soekarno mengusulkan ke-5 Sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila yaitu:
1. Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme;
2. Sosio Demokrasi : Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat;
3. Ketuhanan YME.
Dan masih menurut Ir. Soekarno Trisila masih dapat diperas lagi menjadi Ekasila atau Satusila yang
intinya adalah Gotong Royong.
C. Pancasila menurut Piagam Jakarta yang disahkan pada tanggal 22 Juni 1945 rumusannya sebagai
berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dan permusyawaratan perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia;

Kesimpulan dari bermacam-macam pengertian pancasila tersebut yang sah dan benar
secara Konstitusional adalah pancasila yang tercantum dalam Pembukaan Uud 45, hal ini diperkuat
dengan adanya ketetapan MPRSNO.XXI/MPRS/1966 dan Inpres No. 12 tanggal 13 April 1968 yang
menegaskan bahwa pengucapan, penulisan dan Rumusan Pancasila Dasar Negara RI yang sah dan
benar adalah sebagai mana yang tercantum dalam Pembukaan Uud 1945.

3.2 Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa Dan Negara Indonesia
3.2.1 Filasafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Kita merasa bersyukur bahwa pendahulu-pendahulu kita, pendiri-pendiri Republik ini dat
memuaskan secara jelas apa sesungguhnya pandangan hidup bangsa kita yang kemudian kita
namakan Pancasila. Seperti yang ditujukan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1979, maka Pancasila
itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar negara kita.

3.2.2 Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPPK pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di
kandung maksud untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah
berupa suatu filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang
merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
kemerdekaan politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara Indonesia
merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum
secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi
seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa.

3.2.3 Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia


Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian Indonesia
ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa. Demikianlah, maka Pancasila
yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan :
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta memberi petunjuk
dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada
bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang
dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-
tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa
lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat adil dan makmur
yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana
perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang
dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia
ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan
kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka
yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita
gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia
pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang
bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti
secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap
sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang
Pancasila.
3.3 Falsafah Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Indonesia
Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapatlah kita temukan dalam
beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini :
a. Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945.
b. Dalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian
dijadikan naskah rancangan Pembukaan UUD 1945 (terkenal dengan sebutan Piagam
Jakarta).
c. Dalam naskah Pembukaan UUD Proklamasi 1945, alinea IV.
d. Dalam Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) tanggal 27 Desember
1945, alinea IV.
e. Dalam Mukadimah UUD Sementara Republik Indonesia (UUDS RI) tanggal 17 Agustus
1950.
f. Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea IV setelah Dekrit Presiden RI tanggal 5 Juli 1959.

Mengenai perumusan dan tata urutan Pancasila yang tercantum dalam dokumen historis dan
perundang-undangan negara tersebut di atas adalah agak berlainan tetapi inti dan fundamennya adalah
tetap sama sebagai berikut :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafat Negara Dalam Pidato Tanggal 1 Juni 1945 Oleh Ir. Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk pertamakalinya
mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :
v Kebangsaan Indonesia.
v Internasionalisme atau Prikemanusiaan.
v Mufakat atau Demokrasi.
v Kesejahteraan sosial.
v Ketuhanan.

2. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Naskah Politik Yang Bersejarah (Piagam
Jakarta Tanggal 22 Juni 1945)
Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan (BPPK) yang Istilah Jepangnya Dokuritsu
Jumbi Cosakai, telah membentuk beberapa panitia kerja yaitu :
 Panitia Perumus terdiri atas 9 orang tokoh, pada tanggal 22 Juni 1945, telah berhasil menyusun
sebuah naskah politik yang sangat bersejarah dengan nama Piagam Jakarta, selanjutnya pada
tanggal 18 Agustus 1945, naskah itulah yang ditetapkan sebagai naskah rancangan Pembukaan
UUD 1945.
 Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno yang kemudian
membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo, Panitia ini
berhasil menyusun suatu rancangan UUD-RI.
 Panitia Ekonomi dan Keuangan yang diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta.
 Panitia Pembelaan Tanah Air, yang diketuai oleh Abikusno Tjokrosujoso.

Untuk pertama kalinya falsafah Pancasila sebagai falsafah negara dicantumkan autentik
tertulis di dalam alinea IV dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
v Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
v Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan.
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945


Sesudah BPPK (Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan) merampungkan tugasnya dengan baik,
maka dibubarkan dan pada tanggal 9 Agustus 1945, sebagai penggantinya dibentuk PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada tanggal 17 Agustus 1945, dikumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir.
Soekarno di Pengangsaan Timur 56 Jakarta yang disaksikan oleh PPKI tersebut.
Keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya yang pertama dengan
mengambil keputusan penting :
a. Mensahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.
b. Mensahkan dan menetapkan UUD 1945.
c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir. Soekarno dan Drs.

Mohammad Hatta, masing-masing sebagai Presiden RI dan Wakil Presiden RI.


 Tugas pekerjaan Presiden RI untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah badan yaitu KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) dan pada tanggal 19 Agustus 1945 PPKI memutuskan,
Pembagian wilayah Indonesia ke dalam 8 propinsi dan setiap propinsi dibagi dalam karesidenan-
karesidenan. Juga menetapkan pembentukan Departemen-departemen Pemerintahan.
 Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang disahkan oleh PPPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 itulah Pancasila dicantumkan secara resmi, autentik dan sah menurut hukum
sebagai dasar falsafah negara RI, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
v Kemanusiaan yang adil dan beradab.
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah Konstitusi RIS 1949
Bertempat di Kota Den Haag (Netherland / Belanda) mulai tanggal 23 Agustus sampai
dengan tanggal 2 September 1949 diadakan KMB (Konferensi Meja Bundar). Adapun delegasi RI
dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta, delegasi BFO (Bijeenkomstvoor Federale Overleg) dipimpin
oleh Sutan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Marseveen.
Sebagai tujuan diadakannya KMB itu ialah untuk menyelesaikan persengketaan antara
Indonesia dengan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan akan kedaulatan yang
penuh, nyata dan tanpa syarat kepada RIS (Republik Indonesia Serikat).
Salah satu hasil keputusan pokok dan penting dari KMB itu, ialah bahwa pihak Kerajaan
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali
oleh Kerajaan Belanda dengan waktu selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam Belanda, Ratu Yuliana
menandatangani Piagam Pengakuan Kedaulatan Negara RIS.
Pada waktu yang sama dengan KMB di Kota Den Haag, di Kota Scheveningen
(Netherland) disusun pula Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember 1949.
Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS
dan Konstitusi RIS telah disusun di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila
tetap tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea IV Konstitusi RIS
1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Prikemanusiaan.
v Kebangsaan.
v Kerakyatan.
v Keadilan Sosial.

5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD Sementara RI (UUDS-RI
1950)
Sejak Proklamasi Kemerdekaannya, bangsa Indonesia menghendaki bentuk negara
kesatuan (unitarisme) oleh karena bentuk negara serikat (federalisme) tidaklah sesuai dengan cita-cita
kebangsaan dan jiwa proklamasi.
Demikianlah semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap membara dan
meluap, sebagai hasil gemblengan para pemimpin Indonesia sejak lahirnya Budi Oetomo pada tanggal
20 Mei 1908, kemudian dikristalisasikan dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Satu Nusa, Satu
Bangsa dan Satu Bahasa.
Oleh karena itu pengakuan kedaulatan negara RIS menimbulkan pergolakan-pergolakan
di negara-negara bagian RIS untuk bersatu dalam bentuk negara kesatuan RI sesuai dengan
Proklamasi Kemerdekaan RI.
Sesuai KOnstitusi, negara federal RIS terdiri atas 16 negara bagian. Akibat pergolakan
yang semakin gencar menuntut bergabung kembali pada negara kesatuan Indonesia, maka sampai
pada tanggal 5 April 1950 negara federasi RIS, tinggal 3 (tiga) negara lagi yaitu :
1. RI Yogyakarta.
2. Negara Sumatera Timur (NST).
3. Negara Indonesia Timur (NIT).
Negara federasi RIS tidak sampai setahun usianya, oleh karena terhitung mulai tanggal
17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyampaikan Naskah Piagam, pernyataan terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang berarti pembubaran Negara Federal RIS (Republik Indonesia
Serikat).
Pada saat itu pula panitia yang diketuai oleh Prof. Mr. Dr. Soepomo mengubah konstitusi
RIS 1949 (196 Pasal) menjadi UUD RIS 1950 (147 Pasal).
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak mempengaruhi dasar falsafah
Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan
dan tata urutan yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Prikemanusiaan.
v Kebangsaan.
v Kerakyatan.
v Keadilan Sosial.

6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD 1945 Setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum
untuk memilih anggota-anggota DPR dan Konstituante yang akan menyusun UUD baru.
Pada akhir tahun 1955 diadakan pemilihan umum pertama di Indonesia dan Konstituante
yang dibentuk mulai bersidang pada tanggal 10 November 1956.
Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan selanjutnya. Konstituante gagal membentuk
suatu UUD yang baru sebagai pengganti UUDS 1950.
Dengan kegagalan konstituante tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI
mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyatan :
a. Pembubaran Konstuante.
b. Berlakunya kembali UUD 1945.
c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis, Pancasila tetap menjadi dasar
falsafah negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan tata
urutan seperti berikut :
v Ketuhanan Yang Maha Esa.
v Kemanusiaan yang adil dan beradab.
v Persatuan Indonesia.
v Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
v Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan instruksi Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1968, tertanggal 13 April
1968, perihal : Penegasan tata urutan/rumusan Pancasila yang resmi, yang harus digunakan baik
dalam penulisan, pembacaan maupun pengucapan sehari-hari. Instruksi ini ditujukan kepada : Semua
Menteri Negara dan Pimpinan Lembaga / Badan Pemerintah lainnya.
Tujuan dari pada Instruksi ini adalah sebagai penegasan dari suatu keadaan yang telah
berlaku menurut hukum, oleh karena sesuai dengan asas hukum positif (Ius Contitutum) UUD 1945
adalah konstitusi Indonesia yang berlaku sekarang. Dengan demikian secara yuridis formal
perumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang harus digunakan,
walaupun sebenarnya tidak ada Instruksi Presiden RI No. 12/1968 tersebut.
Prof. A.G. Pringgodigdo, SH dalam bukunya “Sekitar Pancasila” peri-hal perumusan
Pancasila dalam berbagai dokumentasi sejarah mengatakan bahwa uraian-uraian mengenai dasar-
dasar negara yang menarik perhatian ialah yang diucapkan oleh :
1. Mr. Moh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945.
2. Prof. Mr. Dr. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945.
3. Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
Walaupun ketiganya mengusulkan 5 hal pokok untuk sebagai dasar-dasar negara
merdeka, tetapi baru Ir. Soekarno yang mengusulkan agar 5 dasar negara itu dinamakan Pancasila dan
bukan Panca Darma.
Jelaslah bahwa perumusan 5 dasar pokok itu oleh ketiga tokoh tersebut dalam redaksi
kata-katanya berbeda tetapi inti pokok-pokoknya adalah sama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Prikemanusiaan atau internasionalisme, Kebangsaan Indonesia atau persatuan Indonesia, Kerakyatan
atau Demokrasi dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 menegaskan : Maksud Pancasila
adalah philosophschegrondslag itulah fundament falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”.
Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis Universitas Airlangga Surabaya
pada tanggal 10 November 1955 menegaskan : “Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang
bersifat hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan organis di antara 5 sila
negara kita”.
Prof. Mr. Muhammad Yamin dalam bukunya “Proklamasi dan Konstitusi” (1951)
berpendapat : “Pancasila itu sebagai benda rohani yang tetap dan tidak berubah sejak Piagam Jakarta
sampai pada hari ini”.
Kemudian pernyataan dan pendapat Prof. Mr. Drs. Notonagoro dan Prof. Mr.
Muhamamd Yamin tersebut diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam Ketetapan No.
XX/MPRS/1960 jo Ketetapan No. V/MPR/1973.

Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara dan Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara

 Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam
pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas Pengertian
Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung
tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung
tinggi nilai keadilan.

 Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara tercantum dalam
ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR No. 2 tahun 1978
mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pasal 1 ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan UUD 45 ialah dasar negara dari negara
NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR
tersebut dapat kita ketahui bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional,
selain kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif, sehingga tidak
hanya dijadikan slogan belaka. Dalam ketetapan MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu
diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsistem dalam kehidupan bernegara.

| Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Negara |

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai sarana pemersatu masyarakat,
sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik, dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri
negara Indonesia tentang pentingnya mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai
golongan masyarakat di Indonesia.

Pada awal mulanya, konsep pancasila dapat dipahami sebagai common platform atau platformbersama
bagi berbagai ideologi politik yang berkembang saat itu di Indonesia. Pancasila merupakan tawaran
yang dapat menjembatani perbedaan ideologis di kalangan anggota BPUPKI. Pancasila dimaksudkan
oleh Ir. Soekarno pada waktu itu yaitu sebagai asas bersama agar dengan asas itu seluruh kelompok
yang terdapat di negara Indonesia dapat bersatu dan menerima asas tersebut.

Menurut Adnan Buyung Nasution, telah terjadi perubahan fungsi pancasila sebagai ideologi negara.
Pancasila yang sebenarnya dimaksudkan sebagai platform demokratis bagi semua golongan
Indonesia. Perkembangan doktrinal pancasila telah mengubahnya dari fungsi awal pancasila
sebagai platformbersama bagi ideologi politik dan aliran pemikiran sesuai dengan rumusan pertama
yang disampaikan oleh Soekarno menjadi ideologi yang komprehensif integral. Ideologi Pancasila
menjadi ideologi yang khas, berbeda dengan ideologi lain.

Pernyataan Soekarno ini menjadi jauh berkembang dan berbeda dengan pernyataan yang disampaikan
oleh Prof. Notonagoro. Beliau melalui interprestasi filosofis memberi status ilmiah dan resmi tentang
ideologi bagi masyarakat Indonesia. Yang pada mulanya pancasila sebagai ideologi terbuka sebuah
konsensus politik, pancasila menjadi ideologi yang benar-benar komprehensif. Interprestasi ini
berkembang luas, masif bahkan monolitik pada masa pemerintahan orde baru.

Pancasila dilihat dari sudut politik merupakan sebuah konsensus politik, yaitu suatu persetujuan
politik yang disepakati bersama oleh berbagai golongan masyarakat di negara Indonesia. Dengan
diterimanya pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran bersedia bersatu dalam negara
kebangsaan Indonesia. Dalam istilah politiknya, Pancasila merupakan common platform, atau
common denominator masyarakat Indonesia yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting
untuk bangsa Indonesia sekarang ini. Jadi, sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai doktrin dan
pandangan dunia yang khas tidak menguntungkan kalau dinilai dari tujuan mempersatukan bangsa.

Banyak para pihak sepakat bahwa pancasila sebagai ideologi negara atau bangsa merupakan
kesepakatan bersama, common platform dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan
bersama bahwa pancasila sebagai ideologi negara inilah yang harus kita pertahankan dan tumbuh
kembangkan dalam kehidupan bangsa yang plural ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka makna pancasila sebagai ideologi negara Indonesia sebagai berikut :

(1) Nilai-nilai dalam pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari penyelenggaraan bernegara di
Indonesia.
(2) Nilai-nilai dalam pancasila merupakan nilai yang telah disepakati bersama dan oleh karenanya
menjadi salah satu sarana untuk menyatukan masyarakat Indonesia.

Implementasi pancasila sebagai ideologi negara atau nasional, sebagai berikut :

1. Perwujudan Pancasila Sebagai Cita-cita Bernegara

Perwujudan pancasila sebagai ideologi negara yang berarti menjadi cita-cita penyelenggaraan
bernegara terwujud melalui ketetapan MPR No.7 tahun 2001 mengenai Visi Indonesia Masa Depan.
Dalam ketetapan tersebut menyatakan bahwa Visi Indonesia Masa Depan terdiri atas 3 visi, yaitu :
- Visi ideal ialah cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam UUD 45 yaitu
pada alinea kedua dan keempat.

- Visi antara, yaitu visi bangsa Indonesia pada tahun 2020 yang berlaku samapai dengan tahun 2020.

- Visi lima tahunan, yaitu sebagaimana dimaksudkan dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara).

Menurut Hamdan Mansoer, mewujudkan bangsa yang religius, manusiawi, demokratis, bersatu, adil
dan sejahtera pada dasarnya merupakan upaya menjadikan nilai-nilai pancasila sebagai cita-cita
bersama. Bangsa yang demikian merupakan ciri dari masyarakat madani Indonesia. Sebagai suatu
cita-cita, nilai-nilai pancasila diambil dimensi idealismenya. Sebagai nilai-nilai ideal,
penyelenggaraan negara hendaknya berupaya bagaimana menjadikan kehodupan bernegara Indonesia
ini semakin dekat dengan nilai-nilai ideal tersebut.

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Ditinjau dari arti bahasa/etimologi, perkataan filsafat merupakan bentuk kata “Falsafat”, yang semula
berasal dari kata Yunani Philosophia, dengan uraian sebagai berikut:
Philos/philein berarti suka, cinta, mencintai.
Sophia berarti kebijaksanaan, hikmah, kepandaian, ilmu.

Dalam kamus bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1987)
mengartikan kata “filsafat” sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya daripada segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu.

Selain pengertian menurut bahasa, juga terdapat perumusan atau defenisi tentang filsafat yang
diberikan oleh para sarjana atau filsuf seperti:
1. Aristoteles (382-322 S.M)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya dalam ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik, dan sostetika.
2. Immanuel Kant (1724-1804)
3. Darji Darmodihardjo
Filsafat adalah pemikiran manusia dalam usahanya mencari kebijaksanaan dan kebenaran yang
sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya (radikal, radik=akar), teratur (sistematis) dan menyeluruh
(universal). Dari berbagai ragam pengertian tentang filsafat, maka filsafat disebut sebagai Queen of
Knowledge (ibu/induk dari ilmu pengetahuan).

B. OBYEK FILSAFAT
1. Obyek Materia, yaitu mengenai segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada,
2. Obyek Forma, yaitu untuk mengerti segala sesuatu yang ada sedalam-dalamnya, hakikatnya,
metafisis.
Dengan ruang lingkup demikian, filsafat mempunyai sistematika yang amat luas, yang meliputi
bidang-bidang/cabang-cabang diantaranya Ontologi (menyelidiki hakikat dari realita yang ada),
Epistemologi (membahas sumber, batas, proses hakikat dan validitas pengetahuan), dan Aksiologi
(menyelidiki nilai).

C. TUJUAN FILSAFAT
Tujuan filsafat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tujuan yang teoritis
Dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau untuk mencapai hal yang nyata.
2. Tujuan praktis
Dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoritis tersebut untuk memperoleh
pedoman-pedoman hidup, guna dipraktikkan dan dijadikan pedoman dalam praktik kehiduoan.
Tujuan praktis inilah yang umumnya dia anut oleh dunia Timur, termasuk Indonesia.

D. KEGUNAAN FILSAFAT

Secara singkat kegunaan filsafat ialah untuk memberikan dinamika dan ketekunan dalam mencari
kebenaran, arti dan makna hidup.

E. FALSAFAH HIDUP BANGSA INDONESIA


Menurut Notonegoro, nilai dapat dibedakan ke dalam 3 macam:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan kegiatan atau
aktifitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian ini
dapat dibedakan menjadi nilaii kebenaran, nilai keindahan, nilai kebaikan, dan nilai religius.

Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanian, yakni di dalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap
dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai esthetis, nilai etis, maupun religius.
Seperti yang tampak pada susunan Pancasila yang sistematis-hierarkis, dari sila pertama sampai sila
kelima.

1. Sila Ketuhanan yang Mahaesa


Dengan keyakinan demikian, negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan yang Mahaesa, yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga
negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. Hal tersebut dibuktikan sebagai berikut:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, antara lain berbunyi:
“Atas berkat rakhmat Allah yang Maha Kuasa….”
b. Pasal 29 UUD 1945
Untuk memperekat persatuan bangsa, maka diwujudkan 3 model kerukunan hidup yang meliputi:
a. Kerukunan hidup antar umat seagama
b. Kerukunan hidup antar umat beragama
c. Kerukunan hidup antar umat beragama dengan Pemerintah.
Sila I, Ketuhanan Yang Mahaesa ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia,
yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dari sila II sampai dengan sila V.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang
Mahaesa, yaitu sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaan-Nya. Hal ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama.
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
b. Pasal-pasal 27, 28, 28A, s/d 28J, 29, 30 dan 31 UUD 1945.
Dengan menyadari akan hakikat kemanusiaan yang adil dan beradab, setiap warga negara mempunyai
kedudukan yang sederajat dan sama terhadap hukum dan Undang-Undang Negara.
3. Sila Persatuan Indonesia
Persatuan indonesia merupakan perwujudan dari paham kebangsaan yang dijiwai oleh Sila I dan Sila
II sehingga paham kebangsaan Indonesia bukan paham kebangsaan yang sempit, tetapi paham
kebangsaan yang menghargai bangsa lain sesuai dengan sifat kehidupan kebangsaan yang
bersangkutan.
Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat.
b. Pasal-pasal 1, 32, 35, dan 36 UUD 1945.
Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dilukiskan dalam lambang Garuda pancasila dengan
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Permusyawaratan adalah ciri khas kepribadian bangsa Indonesia. Perwakilan adalah sistem dengan
mengusahakan rakyat untuk mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui badan-badan
perwakilan yang ada.
Dengan demikian yang dimaksud kerakyatan dipimpin oleh hukmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan ini ialah bahwa rakyat di dalam menjalankan kekuasaan harus dengan
mengatasnamakan rakyat yang ditempuh dengan sistem perwakilan, dan keputusan diambil dengan
jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta rasa tanggung jawab bik kepada
Tuhan, maupun kepada rakyat yang diwakili
Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
b. Pasal 1, 2, 3, 22E, 28, dan 37 UUD 1945.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Sila keadilan sosial ini merupakan tujuan dari empat sila sebelumnya sebagai tujuan bangsa Indonesia
dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata cara masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Hakikat pengertian sila ini selaras dengan:
a. Pembukaan UUD 1945 alinea kedua.
b. Pasal 23, 23A s/d 23G, 27, 28, 29, 31, 33, dan 34 UUD 1945.

Hak Asasi Menurut Pancasila

Hak Asasi Manusia menurut Pancasila

Hak asasi manusia ditinjau dari sila-sila Pancasila mempunyai definisi sebagai berikut :

1. Hak Asasi Manusia menurut Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pada sila pertama ini terdapat pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjamin setiap orang
untuk melakukan ibadah menurut keyakinannya masing-masing. Dan menjamin kemerdekaan
beragama bagi setiap orang untuk memilih serta menjalankan agamanya masing-masing.

2. Hak Asasi Manusia menurut Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan sikap yang menghendaki terlaksananya nilai-nilai
kemanusiaan (human values), dalam arti pengakuan terhadap martabat manusia (dignity of man), hak
asasi manusia (human rights) dan kebebasan manusia (human freedom). Sila kemanusiaan yang adil
dan beradab sangat erat kaitannya dengan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental. Hubungan
antar manusia dalam bermasyarakat dan bernegara diatur agar berlandaskan moralitas secara adil dan
beradab.

3. Hak Asasi Manusia menurut Sila Persatuan Indonesia

Kesadaran kebangsaan Indonesia lahir dari keinginan untuk bersatu dari suatu bangsa agar setiap
orang menikmati hsak-hak asasinya tanpa pembatasan dan belenggu dari manapun datangnya. Hal ini
memiliki nilai kelokalan yang terinspirasi dari negara Jerman. Sila ini mengandung ide dasar bahwa
rakyat Indonesia meletakan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan dan keselamatan
pribadi.
4. Hak Asasi Manusia menurut Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan

Sila ini merupakan inti ajaran demokrasi Pancasila, baik dalam arti formal maupun material.
Kedaulatan rakyat berarti kekuasaan dalam negara berada di tangan rakyat. Kedaulatan rakyat
disalurkan secara demokratis melalui badan perwakilan yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Kedaulatan rakyat itu terwujud dalam bentuk hak asasi manusia antara lain : 1. Hak
mengeluarkan pendapat 2. Hak berkumpul dan mengadakan rapat 3. Hak ikut serta dalam
pemerintahan 4. Hak menduduki jabatan Demokrasi yang dikembangkan di Indonesia berintikan
nilai-nilai agama, kesamaan budaya, pola pikir bangsa serta sumbangan nilai-nilai kontemporer,
dengan mengedepankan pengambilan keputusan secara musyawarah, bukan pada suara mayoritas.

5. Hak Asasi Manusia menurut Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sila ini berkaitan erat dengan nilai-nilai kemanusiaan dimana setiap warga negara memiliki kebebasan
hak milik dan jaminan sosial, serta berhak mendapatkan pekerjaan dan perlindungan kesehatan. Sila
ini mengandung prinsip usaha bersama dalam mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur

Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda


Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung den
gan rantai pada leher Garuda, dan SemboyanBhinneka Tunggal Ika ditulis diatas pita yang
dicengkeram oleh Garuda.
1. Arti dari Lambang Garuda Pancasila
Beberapa hal penting yang harus diketahui oleh setiap Warga NegaraIndonesia tentang arti dan makna
dari Garuda Pancasila diantaranya terdiri
dari:Sayap = 17Ekor = 8Pangkal Ekor = 19Leher = 45Sedangkan jumlah Bulu-bulu Burung Garuda
melambangkan HariProklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu 17 Agustus 1945.(UU. No. 24
Tahun 2009 Pasal 47 ayat (2))

2. Perisai PANCASILA
Perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai padaleher Garuda yang terdapat
gambar-gambar untuk melambangkan 5 (lima) Dasar Sila dalamPancasila, sebagai berikut
 Bintang = Ketuhanan Yang Maha Esa
 Rantai Baja = Kemanusian yang Adil dan Beradab
 Pohon Beringin = Persatuan Indonesia
 Kepala Banteng = Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan
/perwakilan
 Padi dan Kapas = Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Tulisan BHINNEKA TUNGGAL IKA


Tulisan kalimat Bhinneka Tunggal Ika dalam pita yang dicengkeram olehkaki Burung Garuda,
memiliki arti bagi bangsa Indonesia. Kata Bhinneka TunggalIka diambil dari buku Sutasoma
karangan Empu Tantular. Dalam Wikipedia(2014) dijelaskan bahwa:Semboyan Bhinneka Tunggal
Ika adalah kutipan dari KakawinSutasoma karyaMpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka
ragam

atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata "ika" berarti itu.Secara harfiah Bhinneka Tunggal
Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-
beda tetapi pada hakikatnya tetapadalah satu kesatuan, bahwa di antara pusparagam bangsa
Indonesiaadalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkanpersatuan dan
kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, sukubangsa, agama dan
kepercayaan.
4. Warna Utama Garuda Pancasila
Berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009, warna Pokoklambang Negara terdiri dari:a.
warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;b. warna putih di bagian kiri atas dan kanan
bawah perisai;c. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;d. warna hitam di tengah-tengah
perisai yang berbentuk jantung; dane. warna alam untuk seluruh gambar lambang.(UU No. 24 Tahun
2009 Pasal 49)

A. Pancasila Era Pra Kemerdekaan

Asal mula Pancasila secara budaya

Secara historis rumusan- rumusan Pancasila dapat dibedakan dalam tiga kelompok (Bakry, 1998: 20) :

1. Rumusan Pancasila yang terdapat dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha


Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang merupakan tahap pengusulan sebagai dasar negara
Republik Indonesia, termasuk Piagam Djakarta.

2. Rumusan Pancasila yang ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia yang sangat erat hubungannya dengan Proklamasi
Kemerdekaan.

3. Beberapa rumusan dalam perubahan ketatanegaraan Indonesia selama belum berlaku kembali
rumusan Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Masa Pengusulan

Dalam sidang Teiku Gikoi (Parlemen Jepang) pada tanggal 7 September 1944, perdana
menteri Jepang Jendral Kuniaki Koisi, atas nama pemerintah Jepang mengeluarkan janji kemerdekaan
Indonesia yang akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945, sebagai janji politik. Sebagai realisasi
janji ini, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuknya Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai). Badan ini baru
terbentuk pada tanggal 29 April 1945.

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dilantik pada tanggal 28


Mei 1945 oleh Gunseikan (Kepala Pemerintahan bala tentara Jepang di Jawa), dengan susunan
sebagai berikut Ketua Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, ketua muda Ichibangase Yosio (anggota
luar biasa, bangsa Jepang), Ketua Muda R. Panji Soeroso (merangkap Tata Usaha), sedangkan
anggotanya berjumlah 60 orang tidak termasuk ketua dan ketua muda.

Adanya badan ini memungkinkan bangsa Indonesia dapat mempersiapkan kemerdekaannya


secara legal, untuk merumuskan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sebagai negara yang merdeka.
Oleh karena itu, peristiwa ini dijadikan sebagai suatu tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-citanya.
Badan penyelidik ini mengadakan sidang hanya dua kali. Sidang pertama pada tanggal 29
Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sedangkan sidang kedua pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli
1945.

Masa Sidang Pertama BPUPKI

Pada sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 M. Yamin mengemukakan usul yang
disampaikan dalam pidatonya yang berjudul asas dan dasar negara Kebangsaan Indonesia di hadapan
sidang lengkap BPUPKI. Beliau mengusulkan dasar negara bagi Indonesia Merdeka yang akan
dibentuk meliputi Peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri Ketuhanan, peri kerakyatan, dan
kesejahteraan rakyat.

Selain usulan dalam bentuk pidato, usulan M. Yamin juga disampaikan dalam bentuk tertulis
tentang lima asas dasar negara dalam rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia yang berbeda rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan isi pidatonya. Rumusannya
yang tertulis adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa,

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia,

3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tangaal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan perihal yang pada dasarnya bukan dasar negara
merdeka, akan tetapi tentang paham negaranya yaitu negara yang berpaham integralistik. Soepomo
mengusulkan tentang dasar pemikiran negara nasional bersatu yang akan didirikan harus berdasarkan
atas pemikiran integralistik tersebut yang sesuai dengan struktur sosial Indonesia sebagai ciptaan
budaya bangsa Indonesia yaitu: struktur kerohanian dengan cita-cita untuk persatuan hidup, persatuan
kawulo gusti, persatuan dunia luar dan dunia batin, antara mikrokosmos dan makrokosmos, antara
rakyat dan pemimpin-pemimpinnya.

Syarat mutlak bagi adanya negara menurut Soepomo adalah adanya daerah, rakyat, dan
pemerintahan. Mengenai dasar dari negara Indonesia yang akan didirikan, ada tiga persoalan yaitu:

1. Persatuan negara, negara serikat, persekutuan negara,

2. Hubungan antara negara dan agama,


3. Republik atau monarchie.

Pada hari berikutnya, tanggal 1 juni 1945 Ir. Soekarno juga mengusulkan lima dasar bagi
negara Indonesia yang disampaikan melalui pidatonya mengenai Dasar Indonesia merdeka. Lima
dasar itu atas petunjuk seseorang ahli bahasa yaitu Mr. M. Yamin. Lima dasar yang diajukan Bung
Karno ialah Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau perikemanusiaa, Mufakat atau demokrasi,
Kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan. Lima rumusan tersebut menurutnya dapat
diringkas menjadi tiga rumusan yang diberi nama Tri-Sila yaitu dasar pertama, kebangsaan dan
perikemanusiaan (nasionalisme dan internasionalisme) diringkas menjadi satu diberi nama sosio-
nasionalisme. Dasar kedua, demokrasi dan kesejahteraan diringkas menjadi menjadi satu dan biberi
nama sosio-demokrasi. Sedangkan dasar yang ketiga, ketuhanan yang berkebudayaan yang
menghormati satu sama lain disingkat menjadi ketuhanan.

Setelah selesai masa sidang pertama, dengan usulan dasar negara baik dari M. Yamin dan
Soekarno, dan paham negara integralistik dari Soepomo maka untuk menampung perumusan-
perumusan yang bersifat perorangan, dibentuklah panitia kecil penyelidik usul-usul yang terddiri atas
Sembilan orang yang diketuai oleh Soekarno, yang kemudian disebut dengan panitia Sembilan.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan pembukaan
Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Di dalam
rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila yang tata urutannya tersusun secara
sistematis:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan hati
nurani bangsa Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat disebut
sebagai declaration of Indonesian Independence.

Masa Sidang Kedua BPUPKI

Masa sidang kedua BPUPKI yaitu pada tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945,
merupakan masa sidang penentuan perumusan dasar negara yang akan merdeka sebagai hasil
kesepakatan bersama. Anggota BPUPKI dalam masa sidang kedua ini ditambah enam orang anggota
baru. Sidang lengkap BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945 menerima hasil panitia kecil atau panitia
Sembilan yang disebut dengan piagam Jakarta. Disamping menerima hasil rumusan Panitia Sembilan
dibentuk juga panitia-panitia Hukum Dasar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok panitia
perancang Hukum Dasar yaitu:

1. Panitia Perancang Hukum Dasar diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota yang berjumlah 19
orang,
2. Panitia Pembela Tanah Air dengan ketua Abikusno Tjokrosujoso beranggotakan 23 orang,
3. Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Moh. Hatta bersama 23 orang anggota.

Panitia perancang Hukum Dasar kemudian membentuk lagi panitia kecil. Perancang Hukum
Dasar yang dipimpin oleh Soepomo. Panitia-panitia kecil itu dalam rapatnya tanggal 11 dan 13 Juli
1945 telah menyelesaikan tugasnya menyusun Rancangan Hukum Dasar. Selanjutnya pada tanggal 14
Juli 1945 sidang BPUPKI mengesahkan naskah rumusan panitia Sembilan yang dinamakan Piagam
Jakarta sebagai Rancangan Pembukaan Hukum Dasar, dan pada tanggal 16 Juli 1945 menerima
seluruh Rancangan Hukum Dasar yang sudah selesai dirumuskan dan di dalamnya juga memuat
Piagam Jakarta sebagai pembukaan.

Hari terakhir sidang BPUPKI tanggal 17 Juli 1945, hanya merupakan sidang penutupan Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia secara resmi. Dengan berakhirnya sidang
ini maka selesailah tugas badan tersebut, yang hasilnya akan dijadikan dasar bagi negara Indonesia
yang akan dibentuk sesuai dengan janji Jepang. Sampai akhir sidang BPUPKI ini rumusan Pancasila
dalam sejarah perumusannya ada empat macam:

1. Rumusan pertama Pancasila adalah usul dari Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yaitu usul
pribadi dalam bentuk pidato,
2. Rumusan kedua Pancasila adalah usul Muh. Yamin tanggal 29 Mei 1945, yakni usul pribadi dalam
bentuk tertulis,
3. Rumusan ketiga Pancasila usul bung Karno tanggal 1 Juni 1945, usul pribadi dengan nama
Pancasila,
4. Rumusan keempat Pancasila dalam piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, hasil kesepakatan bersama
pertama kali.

Meskipun Pancasila secara formal belum menjadi dasar negara Indonesia, namun unsur-unsur
sila-sila Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia telah menjadi dorongan perjuangan bangsa
Indonesia pada masa silam. Pada saat proklamasi, semua kekuatan dari berbagai lapisan masyarakat
bersatu dan siap mempertahankan serta mengisi kemerdekaan yang telah diproklamasikan. Oleh
karena itu, dapat dinyatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah revolusi
Pancasila.
Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, diadakan
sidang pleno PPKI untuk membahas Naskah Rancangan Hukum Dasar yang akan ditetapkan sebagai
Undang-Undang Dasar (1945). Tugas PPKI semula hanya memeriksa hasi sidang BPUPKI, kemudian
anggotanya disempurnakan. Penambahan keanggotaan ini menyempurnakan kedudukan dan fungsi
yang sangat penting sebagai wakil bangsa Indonesia dalam membentuk negara Republik Indonesia
setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam sidang pertama PPKI tanggal 18 Agustus
1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dengan menetapkan
(Kaelan, 1993: 43-45) :

1. Piagam Jakarta yang telah diterima sebagai rancangan Mukaddimah Hukum Dasar oleh BPUPKI
pada tanggal 14 Juli 1945 dengan beberapa perubahan, disahkan sebagai Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia.

2. Rancangan Hukum Dasar yang telah diterima oleh BPUPKI pada tanggal 16 Juli 1945 setelah
mengalami berbagai perubahan, disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

3. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama, yaitu Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Moh.
Hatta sebagai Wakil Presiden.

4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah darurat.

Dengan disahkan dan ditetapkan Piagam Jakarta sebagai Pembukaan UUD 1945, maka lima
dasar yang diberi nama Pancasila tetap tercantum di dalamnya. Hanya saja sila Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, diubah menjadi Ketuhanan Yang
Maha Esa, atas prakarsa Drs. Moh. Hatta. Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai
rumusan kelima dalam sejarah perumusan Pancasila, dan merupakan rumusan pertama yang diakui
sebagai dasar filsafat negara secara formal.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah
baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau UUD, maupun
yang tidak tertulis atau konvensi. Oleh karena itu, kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini
memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum. Seluruh bangsa Indonesia tak terkecuali dengan
demikian wajib mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum Indonesia, ia tercantum dalam ketentuan
tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan lebih lanjut di dalam pokok pikiran, yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikonkrietisasikan dalam pasal-pasal
UUD 1945 maupun dalam hukum positif lainnya. Konsekuensi kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara ini lebih lanjut dapat dirinci sebagai berikut: Pertama; Pancasila sebagai dasar negara
merupakan sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia. Kedua; Pancasila
sebagai dasar negara meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.Ketiga; Pancasila sebagai dasar
negara mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara Indonesia. Keempat; Pancasila sebagai
dasar negara mengandung norma yang mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah maupun para penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

B. Pancasila Era Kemerdekaan


Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan, Pancasila mengalami
banyak perkembangan. Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati masa-
masa percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan demokrasi
multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik pada masa itu tumbuh sangat
subur, dan proses politik yang ada cenderung selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai
dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya,
pada akhir tahun 1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan
sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka tetap memegang kendali politik
terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri,
2006). Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri,
salah satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah
di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965,
Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era
awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu menjadi
kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden Soeharto kemudia
menjadi core-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali menodai nilai-nilai dasar yang
sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada 1998, pemerintahan presiden Suharto
berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

C. Pancasila Era Orde Lama


Kedudukan pancasila sebagai idiologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan
dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa warsa
setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan hidup berbangsa
dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kahendak seorang kepala pemerintahan yang terlalu
gandrung pada persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut diwujudkan dalam bentuk
membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi pemimpin bangsa yang dapat
menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah (nekolim, neokolonialisme) serta ikut
menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas bangsa dan penghisapan manusia dengan
manusia.
Orde lama berlangsung dari tahun 1959-1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin.
Setelah menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar
kepemimpinannya. Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam
prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal
menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu.
Pada masa pemerintahan Orde Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi
penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan
UUD 1945. Artinya pelaksanaan UUD1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Hal ini terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya control yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan.
Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi
politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut adalah
munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara.
Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden RI memberikan
perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969 (Supersemar) untuk
mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanaan, ketertiban dan ketenangan
serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa
Orde Baru.

D. Pancasila Era Orde Baru


Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang terlama, dan bisa
juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam artian tidak banyak
gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya
pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme
dari banyak kalangan.
Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan
Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di
Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan
hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.
Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan
“menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk
memperoleh kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru
juga dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antarwarga
sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong sangat
dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan Pancasila
sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa semua organisasi,
apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah
mengunakan Pancasila sebagai asas utamanya.

Romantisme Pelaksanaan P4

Di era Orde Baru, terdapat kebijakan Pemerintah terkait penanaman nilai-nilai Pancasila, yaitu
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Materi penataran P4 bukan hanya Pancasila,
terdapat juga materi lain seperti UUD 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Wawasan
Nusantara, dan materi lain yang berkaitan dengan kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme.
Kebijakan tersebut disosialisaikan pada seluruh komponen bangsa sampai level bawah termasuk
penataran P4 untuk siswa baru Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang lalu dilanjutkan di perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Pelaksanaannya dilakukan secara
menyeluruh melalui Badan Penyelenggara Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7) dengan metode indoktrinasi.
Visi Orde Baru pada saat itu adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara yang melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Sejalan dengan semakin dominannya kekuatan negara, nasib Pancasila dan UUD 1945 menjadi
semacam senjata bagi pemerintahan Orde Baru dalam hal mengontrol perilaku masyarakat. Seakan-
akan ukurannya hanya satu: sesuatu dianggap benar kalau hal tersebut sesuai dengan keinginan
penguasa, sebaliknya dianggap salah kalau bertentangan dengan kehendaknya. Sikap politik
masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya malah dengan
mudahnya dikriminalisasi.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta yang terjadi
di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang
meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat.
Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-nilai kehidupan tidak disertai dengan
keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga banyak masyarakat pun tidak menerima adanya
penataran yang tidak dibarengi dengan perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.

E. Pancasila Era Reformasi


Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau
pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap perbuatan baik dari warga masyarakat
maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Dalam kaitannya dalam pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum
yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi
produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung arti bahwa
nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di implementasikan sebagai berikut :
· Penerapan dan pelaksanaan keadilaan sosial mencakup keadilan politik, agama, dan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari.
· Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pengambilan keputusan.
· Melaksanakan keadilaan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan.
· Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil
dan beradab.
· Nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan toleransi bersumber pada nilai ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian bagaimana


suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis dalam kehidupan nyata.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan mengandung
pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana pembangunan kebudayaan sebagai
sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk. Oleh karena itu smeboyan Bhinneka Tunggal
Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya
menjadi prioritas, karena kebudayaan nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang
memperkuat persatuan. Dalam hal ini bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa persatuan.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional Bidang Hankam, maka paradigma baru
TNI terus diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya
atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.

Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, dengan memasuki kawasan filsafat ilmu
(philosophy of science) ilmu pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya
perlu difahami dasar dan arah penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan
aksiologis. Ontologis, yaitu bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal
titik henti dalam upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu
pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai proses menggambarkan suatu
aktivitas warga masyarakat ilmiah yang melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi,
eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai
produk, adanya hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya ilmiah beserta
aplikasinya yang berwujud fisik ataupun non fisik. Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-
nilai yang terkandung didalamnya dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah
didalam pengembangan ilmu pengetahuan yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil
yang dicapainya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri.Aksilogis, yaitu bahwa
dengan menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu
pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif mendukung atau
mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila.

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar negara
dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki
pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan,
peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semenjak
ditetapkan sebagai dasar negara (oleh PPKI 18 Agustus 1945), Pancasila telah mengalami
perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa Indonesia (Koento Wibisono, 2001)
memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :

1. Tahap 1945 – 1968 Sebagai Tahap Politis


Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada Nation and Character Building. Hal ini
sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari berbagai tantangan yang muncul
baik dalam maupun luar negeri, sehingga atmosfir politik sebagai panglima sangat dominan. Pancasila
sebagai Dasar Negara misalnya menurut Notonagoro dan Driarkara. Kedua ilmuwan tersebut
menyatakan bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandang dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan
ditegaskan bahwa Pancasila merupakan rumusan ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas,
sehingga Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif melainkan menjadi suatu imperatif dan suatu
philosophical concensus dengan komitmen transenden sebagai tali pengikat kesatuan dan persatuan
dalam menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Bahkan Notonagoro
menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan staatfundamental Norm yang tidak dapat
diubah secara hukum oleh siapapun. Sebagai akibat dari keberhasilan mengatasi berbagai tantangan
baik dari dalam maupun dari luar negeri, masa ini ditandai oleh kebijakan nasional yaitu
menempatkan Pancasila sebagai asas tunggal.

2. Tahap 1969 – 1994 Sebagai Tahap Pembangunan Ekonomi


Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui program-program ekonomi. Orientasi pengembangan
Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan ekonomi sebagai
ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukkan keberhasilan secara spektakuler,
walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala ketidakmerataan dalam pembagian hasil
pembangunan. Kesenjangan sosial merupakan fenomena yang dilematis dengan program penataran P4
yang selama itu dilaksanakan oleh pemerintah. keadaan ini semakin memprihatinkan setelah
terjadinya gejala KKN dan Kronisme yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Bersamaan
dengan itu perkembangan perpolitikan dunia, setelah hancurnya negara-negara komunis, lahirnya tiga
raksasa kapitalisme dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Oleh karena itu Pancasila sebagai
dasar negara tidak hanya dihantui oleh supersifnya komunisme melainkan juga harus berhadapan
dengan gelombang aneksasinya kapitalisme, disamping menhadapi tantangan baru yaitu KKN dan
kronisme.

3. Tahap 1995 – 2020 Sebagai Tahap Repositioning Pancasila


Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat, mendasar, spektakuler,
sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru dunia, khususnya di abad XXI
sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Reformasi
telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar, maka semakin terasa orgensinya untuk
menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan
persatuan dan kesatuan nasional, lebih-lebih kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di
era reformasi ini. Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila
sebagai dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan
Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.
Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung didalamnya dikonkritisasikan sebagai ceminan
kondisi obyektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian nilai-nilai yang
bersifat “sein im sollen dan sollen im sein”.
Idealitasnya bahwa idealisme yang terkandung didalamnya bukanlah sekedar utopi tanpa
makna, melainkan diobyektifitasikan sebagai akta kerja untuk membangkitkan gairah dan optimisme
para warga masyarakat guna melihat hari depan secara prospektif.
Fleksibilitasnya dalam arti bahwa Pancasila bukanlah barang jadi yang sudah selesai dan dalam
kebekuan dogmatis dan normatif, melainkan terbuka bagi tafsi-tafsir baru untuk memenuhi kebutuhan
zaman yang terus menerus berkembang, dengan demikian tanpa kehilangan nilai hakikinya Pancasila
menjadi tetap aktual, relevan serta fungsional sebagai penyangga bagi kehidupan bangsa dan negara.
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun
masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan
masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila memang sedang kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya. Sebab
utamannya karena rejim Orde Lama dan Orde Baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan
yang otoriter.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, sebagai konsensus dasar dari berdirinya bangsa ini, yang
diperlukan dalam konteks era reformasi adalah pendekatan-pendekatan yang lebih konseptual,
komprehensif, konsisten, integratif, sederhana dan relevan dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

1. Dasar Negara
1.1. Pengertian Dasar Negara

Dasar negara berasal dari kata dasar dan negara. Arti kata dasar adalah landasan atau foundamental.
Arti kata negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang didalamnya harus ada rakyat, wilayah, dan
pemerintahan yang berdaulat. Arti kata dasar negara bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila seperti
yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945.

1.2. Fungsi dan Kedudukan Dasar Negara

Dalam tinjauan yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara mempunyai kedudukan sebagai
norma obyektif dan norma tertinggi di dalam negara serta sebagai sumber dari segala sumber hukum
dan sumber tertib hukum negara RI hal ini sesuai dengan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 jo Tap
MPR No. V/MPR/1973 jo Tap MPR No. IX/MPR/1978, selanjutnya dipertegas lagi mengenai
kedudukan Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan Tap. MPR No. XVII/MPR/1998 yang
kemudian dicabut dengan Tap. MPR RI No. II/MPR/2000.

Dalam Tap. MPR RI No. II/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum disebutkan bahwa Pancasila dan
Batang Tubuh UUD 1945 (setelah diamandemen dibaca pasal-pasal) menjadi Sumber Hukum Dasar
Nasional, dan dengan ditetapkannya ketetapan ini maka Pancasila tidak lagi sebagai Sumber dari
segala sumber hukum melainkan menjadi Sumber Hukum Dasar Nasional.

Fungsi Pancasila sebagai dasar negara dalam tinjauan sosiologis berarti sebagai pengatur hidup
kemasyarakatan, sedangkan tinjauan yang bersifat etis filosofis berarti sebagai pengatur tingkah laku
pribadi dan cara-cara mencari kebenaran.

2. Konstitusi
2.1. Pengertian Konstitusi

Konstitusi negara atau Undang-Undang Dasar adalah peraturan negara yang memuat ketentuan-
ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber dari peraturan perundangan lainnya yang berada di
bawahnya.
Istilah konstitusi sebenarnya telah dikenal sejak zaman Yunani kuno dengan istilah politeia yang
memiliki arti sama dengan konstitusi dan terdapat juga istilah nomia yang diartikan sama dengan
undang-undang. Kedua istilah ini dikemukakan oleh Aristoteles.

Istilah Konstitusi berasal dari bahasa latin Constitutio atau Constituere, kemudian berkembang di
Prancis dengan istilah constituer, dalam bahasa Inggrisnya dengan istilah constitution.

2.2. Macam-Macam Konstitusi

Menurut C. F. Strong membedakan konstitusi menjadi dua macam yaitu konstitusi tertulis (bila dibuat
oleh yang berwenang dalam bentuk naskah) dan konstitusi tidak tertulis (tradisi).

2.3. Sifat dan Fungsi Konstitusi Negara

Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan juga rigid (kaku). Konstitusi dikatakan
fleksibel apabila konstitusi itu memungkinkan adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Konstitusi dikatakan kaku apabila konstitusi itu sulit diubah kapanpun
kecuali melalui amandemen.

Fungsi pokok konstitusi negara adalah untuk membatasi kekuasaan pemerintahan negara sedemikian
rupa agar penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan negara tidak bersifat sewenang-wenang, sehingga
hak-hak warga negara terlindungi atau terjamin. Gagasan ini selanjutnya dinamakan
konstitusionalisme.

2.4. Kedudukan Konstitusi

Undang-Undang Dasar memiliki kedudukan tertinggi dalam peraturan perundang-undangan, karena


setiap perundangan yang berada dibawahnya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan
yang ada di atasnya dan apabila ada peraturan perundangan yang tidak sesuai dengan Undang-Undang
Dasar harus dicabut. Undang-Undang Dasar juga dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan
peraturan perundangan yang ada di bawahnya.

UUD yang memiliki kedudukan tertinggi sebagai fundamental law (hukum dasar). Sebagai hukum
dasar yang tertulis, konstitusi mengatur tiga masalah pokok:

1. Jaminan terhadap hak asasi manusia


2. Ditetapkan susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar
3. Adanya pembagian atau pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga bersifat
mendasar

3. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi

Hubungan atau keterkaitan dasar negara dengan konstitusi suatu negara nampak pada gagasan dasar,
cita-cita, dan tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan atau Mukadimah Undang-Undang Dasar
suatu negara. Dari dasar negara inilah kehidupan negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan
perundang-undangan diatur dan diwujudkan. Salah satu perwujudan dalam mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan ketatanegaraan suatu negara adalah dalam bentuk konstitusi atau
Undang-Undang Dasar.
3.1. Dasar Negara dan Pembukaan UUD 1945

Hubungan dasar negara dengan Pembukaan UUD 1945 dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Falsafah dasar negara Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945
yang merupakan uraian terperinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan
yang utuh dan tersusun secara teratur (sistematis) dan bertingkat (hierarkis). Sila yang satu
menjiwai dan meliputi sila yang lain secara bertingkat.
3. Jiwa Pancasila yang abstrak, setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945 tercermin dalam pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945.
4. Kesatuan tafsir sila-sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan
pasal-pasal UUD 1945
5.
3.2. Dasar Negara dan Pasal-Pasal UUD 1945

Sila-sila Pancasila dalam kaitannya dengan pasal-pasal UUD 1945 sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berhubungan erat dengan pasal 29 (1,2) UUD 1945
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab berhubungan erat dengan pasal 27, 28, 28
A-28 J, 29, 30, 31, 32, 33, 34 UUD 1945
3. Sila Persatuan Indonesia berhubungan erat dengan pasal 1 (1), 32, 35, 36 UUD 1945
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan berhubungan erat dengan pasal 1 (2), 2, 3, 22 E, 28, 37 UUD 1945
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berhubungan erat dengan pasal 23,
27 (2), 31, 33, 34 UUD 1945

1. Pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI (Dinamika Pelaksanaan UUD 1945)


1.1 Pengertian,kedudukan,sifat,dan fungsi UUD 1945
Pengertian hukum dasar UUD 1945
dalam penjelasan UUD 1945 dinnyatakan,bahwa UUD suatu Negara adalah sebagian dari hukum
dasar Negara itu.UUD ialah hukum dasar yang tertulis, sedangkan disampingnya UUD itu berlaku
juga hukum dasar yang tidak tertulis,ialah aturan aturan yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis.

1.1 Pengertian UUD 1945


UUD ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang
mendasar,atau pokok ketatanegaraan suatu Negara , sehingga kepadanya bersifat kekal dan leluhur,
sedangkan untuk mengubahnya di perlukan cara yang istimewah serta lebih berat dibandingkan
dengan pembuaUUD ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam suatu kondifikasi mengenai hal-hal
yang mendasar,atau pokok ketatanegaraan suatu Negara , sehingga kepadanya bersifat kekal dan
leluhur, sedangkan untuk mengubahnya di perlukan cara yang istimewah serta lebih berat
dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan perundang-undangan sehari hari.

1.2 Kedudukan UUD 1945


Undang undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan landasan struktural dalam
pelaksanaan pemerintahan Negara. Sebagai landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan
Negara yang berisi aturan untuk ketentuan pokok atau dasar ketatanegaraan, bahkan lebih dari itu,
yaitu untuk menjamin suatu sistem atau bentuk Negara serta cara penyelenggaraan beserta hak-hak
dan kewajiban rakyatnya , maka undang-undang dasar harus diberikan sifat yang kekal dan leluhur.

1.3 Sifat UUD 1945


Bedasarkan sifatnya sebagian hukum Negara tertinggi , yang berisi aturan pokok atau dasar , undang
undang dasar seharusnya di berikan sifat untuk tidak diganti-ganti dengan undang-undang dasar lain,
apabila dengan pergantian tersebut akan membawa dampak fundamental sehingga hakekatnya akan
merupakan pergantian Negara. Tentu saja undang-undang dasar tidak boleh ketinggalan dengan
perkembangan zaman.
1.4 Fungsi UUD 1945
Apabila kita melihat UUD 1945 telah dinyatakan dalam penjelasan bahwa undang undang dsar juga
mempunyai fungsi sebagaialatcontrol alam mengecek apakah norma hukum lebih rendah yang
berlaku itu sesuai atau sesuai dengan ketentuan undang-undang dasar.

1.5 Dinamika pelaksanaan UUD 1945


Dinamika pelaksanaan UUD 1945 yang meliputi hal-hal berikut :
 Masa awal kemerdekaan
 Masa orde lama
 Masa orde baru
 Masa era global

1. Masa awal kemerdekaan


Sejak berlakunya UUD 1945, pada tanggal 18 agustus 1945, maka mulai saat itu berlaku tata hukum
baru bersumber dari proklamasi kemerdekaan Indonesia dan tidak berlaku lagi tata hukum lama
(zaman colonial). Untuk mengganti seluruh tata hukum peninggalan colonial dalam UUD 1945 , pasal
II aturan peralihan menyatakan , “ segala badan Negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang Undang dasar ini.”
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaanya pada kurun waktu 1945-1949 ,
jelas tidak dilaksanakan dengan baik , karena kita memang dalam masa pancaroba , dalam usaha
membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamirkan , sedangkan pihak
colonial belanda justru ingin menjajah kembali Indonesia yang telah merdeka. Segala perhatian
bengsa dan Negara diarahkan untuk memenangkan perang kemerdekaan. Oleh karena itu,dalam
pelaksanaanya UUD 1945 terjadi penyimpangan-penyimpangan kostitusional.
Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD 1945 jelas belum dapat
dilaksanakaan. Dalam masa ini sempat diangkat anggota DPA sementara, sedangkan MPR dan DPR
belum sempat di bentuk. Pada waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan pasal IV yang
menyatakan, “ sebelum majelis permusyawaratan rakyat , dewan perwakilan rakyat , dan dewan
pertimbangan agung dibentuk menurut Undang Undang dasar ini segala kekuasaaanya di jalankan
oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional.
Penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu 1945-1949. Pertama ,
berubahnya fungsi komite nasional pusat dari pembantu presiden menjadi badan yang diserahi
kekuasaaan legislative dan ikut menentukan garis-garis besar haluan Negara bedasarkan maklumat
wakil presiden no.X tanggal 16 oktober 1945 , kedua bedasarkan perubahan sistem cabinet
presidensial menjadi cabinet parlementer bedasarkan usul Badan Pekerja Komite Nasional Pusat
(BPKNIP) pada 11 oktober 1945 , yang kemudian dinyatakan oleh presiden dan diumumkan dengan
makkunat Pemerintahan tanggal 14 november 1945 , sistem cabinet presidensial bedasarkan UUD
1945 diganti dengan sistem cabinet parlementer.
Kemudian pada tanggal 3 november 1945 atas usul BP-KNIP , pemerintahan mengeluarkan suatu
maklumat yang di tandatangani oleh wakil presiden tentang pembentukan partai-partai politik. Tujuan
pemerintahan ialah agar dengan adanya partai partai politik itu dapat di pimpin segala aliran paham
yang ada di masyarakat ke jalan yang teratur.Maklumat ini ikut memperkuat kedudukan sistem
cabinet parlementer.

2.1 Sistem presidensial


Sistem pemerintahan RI menurut UUD 1945 tidak menganut suatu sistem dari Negara manapun,
tetapi adalah suatu sistem khas bangsa Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari isi , baik pembukaan,
batang tubuh dan penjelasan,maupun dari pembicaraan-pembicaraan pada waktu
perencanaan,penetapan, dan penesahaan Undang-Undang dasar 1945 tersebut.menurut UUD 1945
disamping berkedudukan sebagai kepala Negara, presiden juga sebagai kepala pemerintahan. Presiden
memegang kekuasaan pemerintahaan tertinggi di bawah MPR. Presiden adalah mandataris MPR
kepala pemerintahaan adalah presiden, sehingga menurut konstitusi ketatanegaraan ini, pemerintahan
pada hakikatnya adalah presiden dinamakan sistem presidensial,UUD 1945 mempergunakan sistem
sistem presidensial sistem presidensial ini berlangsung untuk pertama kalinya pada tanggal 18 agustus
sampai dengan 14 november 1945.
Ketatanegaraan Amerika Serikat menurut undang undang dasarnya juga menyatakan, bahwa kepala
pemerintahannya ada di tangan presiden pula. Oleh karena itu, dikatakannya pula bahwa Amerika
Serikat dan ketatanegaraan RI menurut UUD 1945 sama-sama mempergunakaan sistem kepala
pemerintahaan di tangan presiden,namun tidak berarti sistem kedua Negara itu adalah sama.
Sebenarnya, persamaannya adalah dalam hal kepala pemerintahaannya saja yaitu di tangan presiden,
lebih dari itu tidak ada lagi persamaannya. Hal ini perlu ditegaskan ,karena banyak orang
mempergunakaan pengertian sistem presidensial untuk menunjuk kepada sistem ketatanegaraan yang
sepenuhnya seperti digunakan oelh Undang-Undang Dasar Amerika Serikat dan Negara lain
mempergunakan system itu.

2.2 Penyimpangan UUD 1945


Pasal 4 dan 17 UUD 1945 telah menunjukan, bahwa UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
presidensial. Presiden memegang kekuasaan pemerintahan, mengangkat serta memberhentikan
para menteri.Para menteri bertanggung jawab kepada presiden. Atas dasar itu , maka tanggal 2
september 1945 dilantik cabinet yang pertama Negara Replubik Indonesia , yaitu cabinet yang akan
membantu presiden dan wakilnya dalam menyelenggarakan pemerintahaan. Pada tanggal 11
november 1945, badan pekerja KNIP mengusulkan kepada presiden agar sistem pertanggungjawaban
menteri kepada parlemen denganpertimbangan sebagai berikut :
1. Dalam UUD 1945 tidak terdapat satu pasal pun yang mewajibkan atau melarang menteri bertanggung
jawab
2. Pertanggungjawaban kepada bedan perwakilan rakyat itu adalah suatu jalan untuk memperlakukan
kedaulatan rakyat
Usul badan pekerja KNIP itu diterima oleh presiden dengan mengeluarkan Maklumat Pemerintahan
tanggal 14 november 1945. Konsekwensi dikeluarkannya Maklumat Pemerintahan tersebut ialah
sistem pemerintahaan bedasarkan parlementer.Disinilah letak penyimpangan kostitusional yang
prinsipil, karena Maklumat tersebut melanggar pasal 17 UUD 1945.
Perkembangan pemerintahaan parlementer tidak berjalan sebagaimana diharapkan dalam Maklumat
Pemerintahaan 14 november 1945. Hal ini disebabkan keadaan oleh politik dalam negeri dan
keamanan Negara , seperti terjadi penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir tanggal 2 oktober 1946,
serangan umum belanda terhadap RI tahun 1947, dan pemberontakan PKI di madiun. Keadaan politik
ini memaksa Presiden mengambil alih kekuasaan menjadi sistem pemerintahan presidensial.

2.3 UUD 1945 sebagai UUD Negara bagian


Bedasarkan hasil Konferensi Meja Bundar(KMB) yang menyatakaan :
1. Didirikannya Negara republic Indonesia Serikat
2. Pengakuan kedaulataan oleh pemerintahaan kerajaan belanda kepada Negara Replubik Indonesia
Serikat,
3. Didirikannya uni antara RIS dan kerajaan Belanda.
Untuk Negara RIS akan dibuat sebuah perancangaan UUD yang baru oleh delegasi RI dan delegasi
BFO(Bijeenkomst voor Federal Overleg). Setelah rancangan undang undang dasar yang
dibuat,disetujui,dan diterimaoleh kedua belah pihak,maka Undang-Undang Dasar tersebut mulai
berlaku sejak 27 Desember 1949 yang dikenal dengan nama konstitusi RIS,terdiri atas Mukaddimah(4
alinea),6 bab,197 pasal dan lampiran.
Berdirinya Negara Replublik Indonesia Serikat dengan Konstitusi RIS sebagai undang-undang
dasarnya,maka Negara RI hanya berstatus sebagai salah satu bagian saja,dengan wilayah kekuasaan
daerah yang disebut dalam persetujuan Renville dan sesuai dengan bunyi pasal 2 konstitusi RIS,
sedangkan UUD 1945 sejak tanggal 27 desember 1949, hanya berstatus sebagai UUD Negara bagian
Republik Indonesia.

2.4 UUD 1945 tidak berlaku lagi


Terbentuknya Negara RIS bukanlah suatu bentuk Negara yang di cita-citakan seluruh rakyat
Indonesia ,melainkan siasat politik belanda yang memecah-belah persatuan bangsa. Oleh karena itu,
setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda di daerah daerah timbul pergolakaan dan pernyataan
spontan dari rakyat untuk duperintah sehinga kewibawaan pemerintahan Negara federal menjadi
makin berkurang.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk merealisasikan tuntutan kembali ke Negara kesatuan, satu
per satu Negara bagian menggabungkan diri kepada Negara republic Indonesia. Penggabungan ini
memang dimungkinkan oleh pasal 44 konstutusi RIS 1949,yang kemudian dibentuk undang undang
organiknya, yaitu Undang-Undang Darurat no 11 tahun 1950 tentang Tata Cara perubahan susunan
kenegaraan wilayah republic Indonesia serikat, lembaran Negara no.16 tahun 1950 mulai berlaku
pada tanggal 9 maret 1950. Akibat penggabungan itu, maka Negara yang berbentuk federal itu hanya
tinggal tiga Negara saja, yaitu sebagai berikut:
 Negara Republik Indonesia
 Negara Indonesia Timur
 Negara Sumatra Timur

Kemudian, Negara Republik Indonesia dan RIS (mewakili Negara Indonesia timur dan Negara
Sumatra timur) mengadakan musyawarah untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pada tanggal 19 mei 1950 tercapai kata kesepakatan antara RIS dan negaa Republik Indonesia yang
dituangkan dalam suatu piagam persetujuan RI-RIS untuk membentuk Negara kesatuan sebagai
penjelma dari Negara republic Indonesia bedasarkan proklamasi 17 Agustus 1945. Piagam
persetujuan itu ditandatangani oleh kedua belah pihak ,yaitu perdana menteri
RIS Dr.Moh.Hatta selaku pemegang mandate dari dua Negara bagian dan pemerintahan RI diwakili
oleh Mr.A.Halim.
Tanggal 15 agustus 1950 memulai undang-undang federal No.7 tahun 1950 ditetapkan perubahan
konstitusi RIS menjadi UUD sementara. Bedasarkan Pasal 1 UU No 7 tahun 1950 dikatakan bahwa
kostitusi RIS diubah menjadi Undang-Undang Dasar sementara Replublik Indonesia (dikenal UUDS
1950) sehingga naskahnya berbunyi sebagai berikut ,”…lalu,dimuat naskah UUDS selengkapnya,
mulai bagian mukaddimah yang terdiri atas 4 alinea dan batang tubuh terdiri 6 bab serta 146 pasar.”
Pada tanggal 17 agustus 1950 UUDS 1950 mulai berlaku yang diumumkan Jakarta pada tanggal 15
Agustus 1950. Dengan demikian, mulai 17 Agustus 1950 terjadilah perubahan bentuk susunan Negara
serikat menjadi bentuk susunan Negara kesatuan dengan cara mengubah (mengganti) konstitusi RIS
dengan UUDS dan berlakulah bentuk susunan kesatuan Negara UUDS sebgai konstitusi atau hukum
dasarnya. Bedasarkan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia ini, maka sejak berlakunya
UUDS 1950 dengan sendirinya tidak berlaku lagi UUD 1945 di dalam masyarakat Indonesia,karena
bentuk Negara kesatuan tidak mengenal lagi UUD lain, sekalipun berlaku di suatu daerah tertentu.
UUD 1945 dalam kurun waktu ini hanya dikenal sebagai dokumen sejarah sampai dikeluarkanya
Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2.5 UUD Pada Masa Orde Lama


Pelaksanaan UUD 1945Pada masa orde lama 5/7/1959 s/d 11/3/1966, UUD 1945 berlaku di indonesia
dalam dua kurun waktu. Yang pertama antara tahun 1945 sampai 27 des 1949. Yaitu sejak ditetapkan
oleh panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) pada tanggal 18 agustus 1945 s/d mulai
berlakunya konstitusi RIS pada saat pengakuan kedaulatan dalam bulan desember 1949. Yang kedua
adalah dalam kurun waktu sejak tahun 1949 sampai sekarang yaitu sejak diumumkannya dekrit
presiden 5 juli 1959.
Dalam kedua kurun waktu berlakunya UUD 1945 itu kita telah dapat mencatat dan menarik
pengalaman-pengalaman tentang gerak pelaksanaan dari UUD 1945 itu, termasuk juga
penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 itu.
Dalam kurun waktu 1945-1949, jelas UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita memang
sedang dalam pancaroba, dalam usaha membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru saja
kita proklamasikan, sedangkan pihak kolonialis belanda justru ingin menjajah kembali bekas jajahan
yang telah merdeka itu. Segala perhatian bangsa dan negara diarahkan untuk memenangkan peran
kemerdekaan.
Sistem pemerintah dan kelembagaan ditentukan dalam UUD 1945 jelas belum
dapatdilaksanakan.Dalam kurun waktu ini sempat diangkat anggota DPR sementara, sedangkan MPR
dan DPR belum dapat dibentuk. Waktu itu masih diberlakukan ketentuan aturan peralihan pasal 4
yang menyatakan bahwa : “sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala
kekuasaannya dijalankan oleh presiden dengan bantuan komite nasional”.
Namun ada satu penyimpangan konstitusional yang prisipil yang dapat dicatat dalam kurun waktu
1945 s/d 1949 itu, ialah perubahan sistem kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer.
Berdasarkan usul badan kerja komite nasional indonesia pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11 november
1945 yang kemudian disetujui oleh presiden dan diumumkan dengan maklumat pemerintah tanggal 14
november 1945, sistem kabinet presidensial tersebut diganti dengan sistem kabinet parlementer.
Sejak saat itu kekuasaan pemerintahan (eksekutive) dipegang oleh perdana menteri sebagai pimpinan
kabinet dengan para menteri sebagai anggota kabinet.Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri,
perdana menteri dan para menteri bertanggung jawab kepada KNIP, yang berfungsi sebagai DPR,
tidak bertanggung jawab pada presiden seperti yang dikehendaki oleh sostem UUD 1945.Dengan
penyimpangsn sistem ini jelas pengaruhnya terhadap stabilitas politik dan stabilitas nasional.
Akhirnya belanda mengakui kemerdekaan indonesia, namun republik proklamasi terpaksa menerima
berdirinya negara indonesia yang lain dari yang kita proklamasikan pada tanggal 17 agustus 1945 dan
didirikan berdasarkan UUD 1945 yang kita tetapkan pada tanggal 18 agustus 1945. NKRI terpaksa
menjadi negara federasi RIS.Berdasarkan pada konstitusi RIS. UUD 1945 berlaku hanya dinegara
bagian RI yang meliputi bagian pulau jawa dan sumatera dengan ibukota yogyakarta.
Untunglah negara federasi RIS ini hanya berlangsung sangat sementara. Berkat kesadaran para
pemimpin RIS dengan dipelopori oleh pimpinan-pimpinan yang “republikan”, maka pada tanggal 17
agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi NKRI. Tetapi dengan landasan UUD yang lain
dari UUD 1945. Negara NKRI telah menetapkan UUDS dan diberi nama UUDS RI (1950). Menurut
UUD ini, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer, bukan sistem
kabinet presdiensial. Menurut sistem pemerintahan parlementer itu maka presiden dan waki presiden
adalah sekedar presiden konstitusional dan tidak dapat di ganggu gugat.Yang bertanggung jawab
adalah para mentri,ialah bertanggung jawab pada parlemen.
Penentuan sistem yang demikian ini sebenarnya bersumber pada landasan pemikiran yang lain dari
yang terkandung dalam UUD 1945.UUDS 1950,yang menganut sistem parlementer berpijak pada
landasan pemikiran demokrasi liberal yang mengutamakan pada kebebasan individu,sedangkan UUD
1945 yang menganut sistem presidensial berpijak pada landasan demokrasi pancasila,yang berintikan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,dimana
presiden bertanggungjawab kepada pemberi mandat,MPR,tidak kepada parlemen.
Pelaksanaan dari UUDS 1950 dan akibatnya jelas kita saksikan bersama,berupakekacauan baik
dibidang politik keamanann maupun ekonomi.Konstituante yang berdasarkan UUDS 1950 bertugas
menyususun UUD yang tetap,ternyata telah mengalami kemacetan total dan bahkan mempunyai
akibat yang sangat membahayakn keutuhan bangsa dannegara.Maka dengan dasar alsan yang kuat dan
dengan dukdungan dari sebagian besar rakyat indonesia dikeluarkanlah dekrit presiden 5 juli 1959
tentang kembali kepada UUD 1945.
Diktun sekrit presiden itu adalah:
1. Menetapkan pembubaran Kontituante
2. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia,terhitung mulai hari tanggal penentapan dekrit ini,dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
3. Pembentukan MPR sementara yang terdiri atas anggota DPR ditambag dengan utusan utusan
dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta dewan pertimbangan agung sementara,akan
diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya.
Jadi 5 juli 1959 itu berlaku kembali UUD 1945 sampai sekarang Dalam orde lama lembaga lembaga
negara seperti MPR,DPR,DPA dan BPK belum dibentuk berdasarkan uu seperti yang ditentukan
dalam UUD 1945.Karenanya lembaga lembaga tersebut masih dalam bentuk sementara.dalam masa
orde lama itu presiden selaku pemegang kekuasaan tersebut dan pemegang kekuasaan leglislatif—
bersama sama dengan DPR –telah menggunakan kekuasaanya dengan tidaksemestinya.presiden telah
mengeluarkan produk-produk leglislatif yang semestinya berbentuk UU(artinya dengan persetujuan
DPR)dalam bentuk penetapan tanpa persetujuan DPR.
MPRS telah mengambil keputusan untuk menganggkat seseorang sebagai presiden seumur
hidup,yang jelas bertentangan dengan UUD 1945 yang menetapkan masa jabatan presiden
5 Tahun.Hak buget DPR tidak berjalan,karena pemerintah tidak mengajukan RUU APBN untuk
mendapatkan persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.Bahkan dalam
tahun 1960 DPR tidak dapat menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah ,maka presiden
waktu itu membubarkan DPR.itulah bebrapa kasus penyimpangan yang serius terhadap UUD 1945.
Penyimpangan-peyimpangan ini jelas bukan saja telah mengakibatkan tidak berjalanya sistem yang
ditetapkan dalam UUD 1945,melainkan ternyata telah mengaklibatkan memburuknya keadaan politik
dan leamanan serta kemrosotan dibidang ekonomi,yang mencapai puncaknya dengan pemberontakan
G-30-SPKI.
Pemberontakan G-30-SPKI yang dapat digagalkan berkat kewaspadaan dan kesigapan ABRI dengan
dukungn kekuatan rakyat,telah mendorong lahirnya orde baru yang bertekad untuk melaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Jatuhnya legitimasi presiden Soekarno dalam memgang kekuasaan negara ditandai oleh peristiwa G-
30-SPKI hingga beralibat pembunuhan besar-besaran terhadap anggota partai komunis indonesia
diberbagai daerah serta dukeluarkanya Supersemar yang pada hakekatnya merupakan bentuk
penyerahan kekuasaan soeharto.

1. Pelaksanaan UUD 1945 Pada Masa Orde Baru

3.1 Lahirnya Orde Baru


Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan masa
Sukarno(Orde Lama) dengan masa Suharto. Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah
pemberontakan PKI tahun 1965.
Orde baru lahir sebagai upaya untuk :
– Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama.
– Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia.
– Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
– Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat
proses pembangunan bangsa.

3.2 Latar belakang lahirnya Orde Baru :


1. Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
2. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September 1965
ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
3. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya
keresahan masyarakat.
4. Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-besaran yang
dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya
dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
5. Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabung membentuk
Kesatuan Aksi berupa “Front Pancasila” yang selanjutnya lebih dikenal dengan “Angkatan 66” untuk
menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965.
6. Kesatuan Aksi “Front Pancasila” pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan
tuntutan”TRITURA”(Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
– Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
– Pembersihan Kabinet Dwikora
– Penurunan Harga-harga barang
1. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri
tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinet tersebut duduk tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
2. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-
tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan meskipun
Atelah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).
3. Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak
juga berhasil.Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR)
yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi
keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

3.3 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :


1. Setelah dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga
tertinggi negara dan pemerintahan.
2. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah
karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.
3. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu
Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan.
4. Konflik Dualisme inilah yang membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya
Sukarno mengundurkan diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.
5. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan
pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan
Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali
mandat MPRS dari Presiden Sukarno .
6. 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
7. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik
Indonesia.

1. Aktualisasi Pengamatan Pancasila Dan UUD 1945 Dalam Era Globalisasi


Sebagai suatu paradigma, Pancasila merupakan model atau pola berpikir yang mencoba memberikan
penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai manusia personal dan komunal dalam bentuk
bangsa.Pancasila yang merupakan satuan dari sila-silanya harus menjadi sumber nilai, kerangka
berfikir, serta asas moralitas bagi pembangunan.
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi secara obyektif dan
subyektif.Aktualisasi pancasila secara obyektif yaitu aktualisasi pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan Negara, bidang politik, bidang ekonomi dan
bidang hukum. Sedangkan aktualisasi pancasila secara subyektif yaitu aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
Pancasila itu menggambarkan Indonesia, Indonesia yang penuh dengan nuansa plural, yang secara
otomatis menggambarkan bagaiaman multikulturalnya bangsa kita. Ideologi Pancasila hendaknya
menjadi satu panduan dalam berbangsa dan bernegara.
Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula alat perekat yang sangat
ampuh bagi negara bangsa yang spektrum kebhinekaannya teramat lebar (multfi-facet natio state)
seperti Indonesia. Alat perekat tersebut tiada lain daripada Pancasila yang berfungsi pula sebagai
ideologi, dasar negara serta jatidiri bangsa. Sampai kini Pancasila diyakini sebagai yang terbaik dari
sekian alternatif yang ada,merupakan ramuan yang tepat dan mujarab dalam mempersatukan bangsa,
sehinggaProf. Dr. Syafi’i Maarif menyebutnya sebagai “Indonesia Masterpiece” (Karya Agung
Bangsa Indonesia). Namun demikian Pancasila tidak akan dapat memberi manfaat apapun manakala
keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau software belaka. Untuk dapat berfungsi penuh
sebagai perekat bangsa.Pancasila harus diimplementasikan dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek
meliputi politik, ekonomi, budaya, hukum dan sebagainya.

4.1 Bidang Politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada dasar
ontologymanusia.Hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai subjek
negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar-benar untuk menrealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak dasar kemanusiaan yang di dalam
istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak atas
martabat kemanusiaan sehingga system politik negara harus mampumenciptakan system yang
menjamin atas hak-hak tersebut.
Dalam system poltik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada penjelmaan
hakikat manusia sebagai individu-makluk sosial yang menjelma sebagai rakyat. Maka kekuasaan
negara merupakan asal mula kekuasaan negara.Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan
kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Selain system politik negara Pancasila meberikan dasar-dasar moralitas
politiknegara.Telah diungkapkan oleh para pendiri negara Majelis Permusyawaratan Rakyat,
misalnya Drs.Moh.Hatta, menyatakan bahwa ‘negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa, atas
dasar kemanusiaan yang dan berdab.Hal ini menurut Moh.Hatta agar memberikan dasar-dasar moral
supaya negara tidak berdasarkan kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit
politik dan para penyelenggara negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang
teguh cita-cita moral rakyat.

4.2 Bidang Ekonomi


Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan
pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan.Sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah
yang menang.Hal ini sebagai implikasi dar perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18
menumbuhkan ekonomi kapitalis.Atas dasar kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal abad-
19 muncullah pemikiran sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yakni sosialisme
komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletas yang di tindas kaum kapitalis.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya walaupun
terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi persaingan
bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam menjalankan usahanya
tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan mendapat keuntungan yang
lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan dalam bidang ekonomi harus
berdasarkan kekeluargaan.Jadi interaksi antar pelaku ekonomi sama-sama menguntungkan dan tidak
saling menjatuhkan.

Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:


– Ekonomika etik dan ekonomika humanistik
– Nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
– Ekonomi berkeadilan social.

4.3 Bidang Sosial dan Budaya


Dalam pembangunan perkembangan aspek sosial budaya hendaknya didasarkan atas system nilai
yang sesuai dengan nilai-nilai budaya ayng dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama dlam rangka
bangsa Indonesia melakukanreformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti klimaks proses
reformasi dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat
sehingga tidak mengherankan jikalau diberbagai wilyah Indonesia saa ini terjadi berbagai macam
gejolak yang sangat memperhatikan antara lain amuk massa yang cendrung anarkis, bentrok atar
kelompok masarakat stu dengan lainnya yang muaranya adalah pada masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa refromasi dewasa ini kita harus
mengangkat niali-nilai yang dimiliki bangsa Indonesi \a sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila
itu sendiri. Dalam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai
pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua Pancasila yaitu “kemanusiaan yang adil dan
beradab” .dalam rangka pengembangan sosial budaya, pancasila merupakan sumber normative bagi
peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka kesadaran pancasila dapat
merupakan dorongan untutk (1) universalisasi, yaitu melepaskan symbol-simbol dari keterkaitan
struktur, dan (2) transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajad kemerdekaan manusia, dan
humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok
sosial tertentu sehingga mencipakan system sosial budaya yang beradab.

4.4 Bidang Hukum


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum.Demi tegaknya hak-hak warga
negara maka diperlukan peraturan perundang-undang negara. Baik dalam rangka mengatur ketertiban
warga maupun dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-
hak warganya.oleh karena itu negara bertujuan melindungi segenap wilayah negara dan bangsanya.
Atas dasar pengertian demikian ini maka keamanan merupakan syarat mutlak tercapainya
kesejahteraan warga negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat negara diperlukan
suatu pertahanan negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan negara dan aparat penegak hukum
negara.
Oleh karena pancasila sebgai dasar negara dan mendasari diri pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis maka pertahan dan keamana negara harus dikembalikan pada tercapinya harkat dan
martabat manusia sebgai pendukung pokok negara.Dasar-dasarkemanusiaan yang beradab merupakan
baris moralitas pertahanan dan keamanan negara.Dengan demikian pertahanan dan keamanan negara
harus berdasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat dan martabat manusia, tertama secara rinci
terjaminnya hak-hak asasi manusia. Pertahan dan keaamanan negara bukanlah hanya kekuasaan sebab
klau demikian sudah dapat dioastikan akan melanggar hak asasi manusia.

Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesudah amandemen terdiri dari
pembukaan dan pasal-pasal. Bagian pasal-pasal terdiri dari 20 BAB, 37 pasal, 3 pasal peralihan, dan 2
aturan tambahan.

Untuk dapat mengerti dan paham seluruh isi dari konstitusi ini harus kita pelajari satu-persatu pasal
demi pasal mulai dari awal.
Kali ini saya akan berbagi cara mempelajari cara belajar pasal-demi pasal UUD 1945 agar lebih
mudah diingat.

Terlebih dahulu sebaiknya anda download UUD 1945 > UUD 1945
Saya tidak memposting ulang pasal-demi pasal. silakan buka UUD 1945 sendiri agar lebih mudah

Untuk lebih mudah mengingat, sebaiknya dimulai dari mengingat inti dari setiap pasal.
Inti dari setiap pasal adalah bagian yang diberi garis bawah
BAB I Bentuk dan Kedaulatan( Hanya 1 pasal)
Pasal 1 ayat 1> Indonesia> negara kesatuan berbentuk republik
ayat 2> Kedaulatan di tangan rakyat dilaksanakan berdasarkan UU
ayat 3> Indonesia negara hukum

BAB II MPR
Pasal 2 ayat 1> MPR terdiri dari DPR dan DPD yg dipilih melalui PEMILU
ayat 2> bersidang minimal 1 kali dalam 5 tahun
ayat 3> keputusan berdasarkan suara terbanyak
Pasal 3 ayat 1> berwenang mengatur dan mengubah UUD
ayat 2> melantik presiden dan wapres
ayat 3> memberhentikan presiden dan wapres

BAB III Kekuasaan Pemerintahan Negara


Pasal 4 ayat 1> Presiden memegang kekusaaan pemerintahan berdasarkan UUD
ayat 2> Presiden dibantu wakil
Pasal 5 ayat 1> Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR
ayat 1> Presiden menetapkan peraturan pemerintah u/ menjalankan UU
Pasal 6 > (Syarat Presiden)
Pasal 6A ayat 1> (Tata cara pemilihan Presiden) secara pasangan dipilih langsung oleh rakyat
ayat 2> Di usung oleh parpol/gabungan parpol
ayat 3> Meraih suara >50% dengan minimal suara 20% ditiap provinsi
ayat 4> Dalam hal tidak ada yang memenuhi
ayat 5> Ketentuan lebih lanjut

Pasal 7 > Masa jabatan presiden


Pasal 7A > DPR dapat memberhentikan Presiden
Pasal 7B ayat1 > (Tata cara pemberhentian Presiden) DPR dapat mengajukan kepada MPR dengan
terlebih dulu meminta MK untuk memeriksa
ayat2 > Maksud ini adalah fungsi pengawsan DPR
ayat 3 > Syarat pengajuan ke MK , 2/3 jumlah hadir dari 2/3 dari 2/3 jumlah anggota DPR
ayat 4 > Jangka waktu pemeriksaan oleh MK(90 hari setelah permintaan diterima)
ayat 5 > Apabila terbukti, DPR sidang untuk meneruskan usul ke MPR
ayat 6 > MPR wajib sidang maksimal 30 setelah menerima permintaan
ayat 7 > Keputusan MPR harus dihadiri 3/4 jumlah anggota dan disetujui min 2/3 jumlah
hadir
Pasal 7C > Presiden tidak bisa membubarkan parlemen
Pasal 8 > (Setelah Presiden berhenti)
Pasal 9 > (Sumpah dan janji Presiden)
Pasal 10 > Presiden memegang kekusaaan tertinggi TNI
Pasal 11 ayat 1> Presiden menyatakan perang, perdamaian, dan perjanjian dengan persetujuan DPR
ayat 2> Presiden membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR
ayat 3> lebih lanjut
Pasal 12 > Presiden menyatakan keadaan bahaya
Pasal 13 ayat 1> (DUTA dan KONSUL) mengangkat duta konsul
ayat2 > dengan pertimbangan DPR
ayat 3> menerima duta dan konsul
Pasal 14 ayat 1> Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dgn pertimbangan MA
ayat 2> Presiden memberikan amnesti dan abolisi dgn pertimbangan DPR
Pasal 15 > Presiden memberikan gelar dll
Pasal 16 > Presiden membentuk dewan pertimbangan

BAB IV DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG


dihapus

BAB V KEMENTERIAN NEGARA


Pasal 17 ayat 1> Presiden dibantu menteri
ayat 2> diangkat dan diberhentikan Presiden
ayat 3> menteri membidangi urusan tertentu
ayat 4> lebih lanjut

BAB VI PEMDA
Pasal 18 ayat 1> NKRI dibagi atas daerah
ayat 2> asas otonomi dan tugas pembantuan
ayat 3> DPRD dipilih melalui pemilu
ayat 4> Kepala daerah dipilih secara demokratis
ayat 5> otonomi seluas-luasnya dengan kecuali
ayat 6> peraturan daerah
ayat 7> lebih lanjut
Pasal 18A> (Hubungan pemerintah pusat daerah) wewenang berdasarkan kekhususan/keragaman,
keuangan dll secara adil dan selaras
Pasal 18B> Negara mengakui daerah khusus/istimewa

BAB VII DPR (Pasal 19-22b)


Pasal 19 ayat 1> DPR dipiluh melalui pemilu
ayat 2> susunan
ayat 3> bersidang min sekali setahun
Pasal 20 ayat 1> (kekuasaan membuat UU)
ayat 2> RUU dibahas antara Presiden dan DPR
ayat 3> Jika ditolak, tidak bisa diajukan lagi pada masa itu
ayat 4> Presiden mengesahkan RUU yang disetujui
ayat 5> Jika Presiden tidak mengesahkan, dalam 30 hari RUU sah menjadi UU
Pasal 20A ayat 1> DPR memiliki fungsi anggaran, legislasi, dan pengawasan
ayat 2> Hak DPR Interpelasi, angket, menanyakan pendapat
ayat 3> Hak anggota DPR hak mengajukan pertanyaan, hak menyatakan pendapat, hak
imunitas
ayat 4> lebih lanjut
Pasal 21 ayat 1> Anggota DPR berhak mengajukan RUU
Pasal 22 ayat 1> Ihwal memaksa Perpu
ayat 2> Perpu persetujuan DPR
ayat 3> tidak disetujui dicabut
Pasal 22A > perpu lebih lanjut
Pasal 22B > Anggota DPR dapat diberhentikan

BAB VIIA DPD ( Pasal 22C-22d)


Pasal 22C ayat 1> dipilih melalui Pemilu
ayat 2> jumlah tiap daerah sama, jumlah seluruh tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR
ayat 3> bersidang min 1 kali setahun
ayat 4> lebih lanjut
Pasal 22D ayat 1> Mengajukan RUU tentang daerah
ayat 2> ikut membahas
ayat 3> mengawasi pelaksanaan uu tentang daerah
ayat 4> dapat diberhentikan

BAB VIIB PEMILU


Pasal 22E ayat 1>Asas Pemilu
ayat 2> untuk memilih siapa
ayat 3> diikuti oleh siapa
ayat 4> Peserta DPD adalah perseorangan
ayat 5> diselenggarakan oleh KPU
ayat 6> lebih lanjut

BAB VIII HAL KEUANGAN( Pasal 23, A, B, C, D)


Pasal 23 ayat 1> APBN ditetapkan tiap tahun dengan terbuka dan bertanggung jawab
ayat 2> RAPBN diajukan Presiden, dibahas bersama DPR, dengan pertimbangan DPD
ayat 3> Jika tidak disetujui
Pasal 23A > Pajak dan pungutan lain diatur UU
Pasal 23B > Mata uang
Pasal 23C > Hal lain
Pasal 23D > Negara memiliki bank sentral

BAB VIIIA BPK (Pasal 23 E, F, G)


Pasal 23 E ayat 1> BPK bebas mandiri
ayat 2> hasil pemeriksaan diserahkan kepada
ayat 3> tindak lanjut
Pasal 23F ayat 1> Anggota BPK dipilih DPR
ayat 2> Pimpinan BPK dipilih anggota
Pasal 23G ayat 1> Berkedudukan di Ibukota dan memiliki perwakilan di daerah
ayat 2> Lebih lanjut

BAB IX Kehakiman(Pasal 24-25)


Pasal 24 ayat 1> Kekuasaan kehakiman merdeka
ayat 2> dilakukan oleh Mahkamah Agung
ayat 3> badan lain
Pasal 24A ayat 1>Mahkamah Agung mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya
yang diberikan oleh undang-undang.
ayat 2>

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Negara Indonesia salah satu negara yang berada di Asia Tenggara, dan menjadi salah satu perintis,
pelopor, dan pendiri berdirinya ASEAN. Letak geografis Indonesia yang berada di antara dua
samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Atlantik, serta diapit oleh dua benua, yaitu Benua
Asia dan Benua Australia.
Menurut Pasal 1 ayat 1, Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Menurut
Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD.
Sistem pemerintahannya yaitu negara berdasarkan hokum (rechsstaat). Dengan kata lain,
penyelenggara pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat). Dengan
berlandaskan pada hokum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat absolutisme (kekuasaan
yang tidak terbatas). Semenjak lahirnya reformasi pada akhir tahun 1997, bangsa dan negara
Indonesia telah terjadi perubahan sistem pemerintahan Indonesia, yaitu dari pemerintahan yang
sentralistik menjadi desentralisasi atau otonomi daerah.
Setelah ditetapkannya UUD No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah, serta UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas
KKN, merupakan tonggak awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa alat penyelenggara negara yang ada di Indonesia yang menjadi penentu
keberhasilan negara Indonesia dalam membangun dan menciptakan tujuan negara yang dikehendaki
berdasarkan UUD 1945.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dapat diartikan dalam dua bagian, yaitu dalam arti sempit dan
dalam arti luas. Dalam arti sempit pemerintahan terdiri dari lembaga eksekutif saja, yaitu :
1. Tingkat pusat. Meliputi presiden dan wakil presiden, menteri-menteri dan instansi yang berada
dalam ruang lingkupnya.
2. Tingkat daerah meliputi :
a. Provinsi terdiri dari gubernur dan wakil gubernur yang dibantu oleh dinas-sinas
b. Kota dan kabupaten dipimpin oleh walikota dan wakil walikota atau bupati dan wakil bupati,
dibantu oleh dinas-dinas, camat, lurah atau kepala desa, serta rw, rt atau kadus.
Sedangkan dalam arti luas dalah meliputi semua alat kelengkapan negara, yaitu MPR, DPR, DPD,
Presiden dan Wapres, BPK, MA, MK, KY, dan lembaga khusus (KPK, KPU, dan Bank Sentral)
Pemerintahan NKRI tidak terlepas dari Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD sebagai Konstitusi.
Antara Pancasila dan UUD terjalin hubungan yang berkaitan, Pancasila yang digunakan adalah
Pancasila yang dicantumkan dalam Pembukaan UUD. Dalam ketatanegaraan UUD adalah penjabaran
dari hakikat pokok Pancasila.
Sistem pemerintahan didunia saat ini terdiri dari Presidensiil dan Parlementer. Terdapat beberapa
perbedaan antara kedua sistem itu. Pada sistem presidensiil fokus kekuasaan ada pada presiden,
sedangkan negara yang menganut parlementer fokus kekuasaan ada pada parlemen, bukan pada
Presiden atau Perdana Menteri.
Di Indonesia alat kelengkapan negara terdiri dari :
1. Eksekutif, yaitu lembaga negara yang mengelolah lembaga pemerintahan baik dalam tingkat
pusat maupun tingkat daerah. Pada tingkat pusat dikepalai oleh Presiden dan wapres. Sedangkat
tingkat provinsi oleh gubernur dan wagub, untuk tungkat berikutnya pemerintahan kota dipimpin oleh
walikota dan wawako serta kabupaten oleh bupati dan wabub. Tugas pokok dari lembaga ini adalah
melaksanakan pemerintahan.
2. Legislatif yang meliputi DPR, DPRD provinsi, DPRD kota/kabupaten serta DPD. DPR dan
DPD dipilih melalui parpol dalam pemilu, sedangkan DPD dipilih melalui nonparpol dan non militer
dalam pemilu. Tugas pokok DPR adalah membuat UU bersama dengan pemerintah, sedangkan DPD
mengajukan RUU kedaeraan untuk dibahas bersama DPR.
3. Konstitutif. Lembaga ini adalah penjelmaan dari penggabungan kekuatan dari lembaga legislatif.
Jika DPR dan DPD mengabungkan diri dan bersidang sesuai UU, maka akan terbentuk MPR. MPR
memfunyai banyak tugas dan yang terpenting adalah mengubah dan menentapkan UUD
4. Eksaminatif atau BPK adalah lembaga yang berwenang menaudit kondisi keuangan negara.
Hasil pengawasan ini akan dilaporkan kepada DRP untuk dipelajari.
5. Yudikatif. Lembaga yudikatif terdiri dari MA, MK, dan KY. Setiap lembaga-lembaga itu
memiliki fungsi masing-masing sesuai UU. MA berfungsi mengadili perkara pada tingkat kasasi dan
menguji produk hukum dibawah UU. Sedangkan MK memiliki fungsi menguju produk hukum diatas
UU dan membubarkan parpol. Sementara KY berguna untuk menentukan calon hakim agung.
Dalam pemerintahan RI jika presiden mangkat atau berhalangan maka wapres yang
menggantikannya. Tetapi jika keduanya berhalangan atau mangkat maka terdapat 3 menteri yang
harus menggantikanya secara bersamaan, yaitu mendagri, menlu, dan menhankam dalam tenggat
waktu diatur oleh UU. Masa jabat seorang presiden atau wakil presiden adalah 5 tahun atau 1 periode.
Baik presiden maupun wapres dapat dipilih kembali untuk masa jabat yang sama juga hanya untuk 1
periode. Jadi presiden dan wapres dapat memangku jabatan yang sama untuk 2 periode.
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Berdasarkan naskah asli UUD 1945 dinyatakan bahwa kedaulatan ada di tanganrakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Dengan kata lain MPR adalah penyelenggara dan
pemegag kedaulatan rakyat. MPR dianggap sebagai penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan
negara (Vertretungsorgan des Willems des Staatvolkes).
Akan tetapi setelah dilakukan Amandemen terhadap UUD 1945, maka bunyi Pasal 1 ayat (2) tersebut
menjadi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Jadi setelah dilakukan
Amandemen kedaulatan murni berada ditangan rakyat yang ketentuan lebih lanjut diatur didalam
Undang-undang.
Sedangkan dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui
pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Keanggotaan MPR ini diresmikan
dengan Keputusan Presiden (Pasal 3 UU SUSDUK MPR). Masa jabat keanggotaan MPR adalah lima
tahun dan akan berakhir pada saat keanggotaan MPR yang baru mengucapkan sumpah atau janjinya.
Dalam struktur kepemimpinan dalam Majslis Permusyawaratan Rakyat, MPR terdiri dari satu orang
pimpinan dan tiga orang wakil ketua yang terdiri dari unsur DPR dan DPD yang dipilih dari anggota
dan oleh anggota MPR dalam Sidang Paripurna MPR. Menurut Pasal 7 UU SUSDUK MPR, jika
pimpinan MPR belum terbentuk, maka pimpinan siding dipimpin oleh pemimpin sementara MPR,
yaitu ketua DPR, ketua DPD dan satu wakil ketua sementara MPR.
Apabila ketua DPR dan DPD berhalangan maka dapat digantikan oleh wakil ketua DPR dan wakil
ketua DPD. Peremian sebagai ketua MPR sementara ini dilakukan melalui Keputusan MPR. Majelis
Permusyawaratan Rakyat menurut Pasal 2 UUD 1945, bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun.
Dengan kata lain jika dimungkinkan atau dipandang perlu, maka selama lima tahun itu majelis dapat
melakukan persidangan lebih dari satu kali.

Persidangan-persidangan itu dapat dilakukan dalam kondisi-kondisi tertentu. Jenis persidangan dalam
MPR adalah sebagai berikut :
1) Sidang Umum Majelis yaitu Sidang yang dilakukan pada permulaan masa jabatan keanggotaan
Majelis.
2) Sidang Tahunan Majelis yaitu Sidang yang dilakukan setiap tahun.
3) Sidang Istimewa Majelis yaitu Sidang yang diadakan diluar Sidang Umum dan Sidang Tahunan.
Atau sidang yang dilakukan dalam kondisi khusus.

Selain mengenal 3 jenis persidangan diatas, MPR juga mengenal 7 jenis rapat majelis. Rapat-rapat
yang dilakukan oleh Majelis itu adalah :
1) Rapat Paripurna Majelis
2) Rapat Gabungan Pimpinan Majelis dengan Pimpinan-pimpinan Komisi atau Panitia Ad Hoc
Majelis
3) Rapat Pimpinan Majelis
4) Rapat Badan Pekerja Majelis
5) Rapat Komisi Majelis
6) Rapat Panitia Ad Hoc Majelis
7) Rapat Fraksi Majelis

Selain dari penjelasan diatas, Majelis juga memiliki kekuatan hukum yang berbeda dalam
mengeluarkan peraturan. Dalam mengeluarkan peraturan majelis memiliki kekuatan yang berbeda,
yaitu ketetapan dan keputusan.
1) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki kekuatan hukum yang mengikat ke dalam dan
keluar majelis. Dengan demikian ketetapan MPR berlaku harus ditaati oleh lembaga-lembaga negara
beserta seluruh subjek negara Indonesia secara keseluruhan.
2) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan MPR adalah putusan majelis yang mempunyai kekuatan hukum mengikat ke dalam
majelis. Keputusan MPR hanya memiliki kekuatan hukum yang mengikat lembaga MPR saja,
sehingga suatu keputusan MPR tidak mengikat alat kelengkapan negara lain, termasuk warga negara.

Untuk melaksanakan tugas yang diembankan rakyat kepadanya, maka MPR memiliki beberapa tugas
dan wewenang.
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilu dalam sidang paripurna MPR
3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan mahkamah konstitusi untuk memberhentikan
presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya setelah presiden dan wakil presiden diberi
kesempatan untuk menyampaikan penjelasan didalam sidang paripurna MPR
4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,
atau tidak dapat melakukan kewajiban dalam masa jabatannya
5) Memilih wakil presiden dari dua calon yang diajukan presiden apabila mengalami kekosongan
jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya, selambat-lambatnya dalam masa 60 hari
6) Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa
jabatanya, dari dua paket calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik, yang
paket calon presiden dan wakil presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan sebelumnya, sampai habis masa jabatannya selambat-lambatnya dalam waktu 30 hari
7) Menetapkan kode etik dan tata tertib MPR

Jika dibandingkan UUD 1945 sebelum diamandemen, maka dapat dilihat terdapat sejumlah
perbedaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut ini.

No
Keterangan
Pra Amandemen
Pasca Amandemen
1

2
3

Rekruitmen

Kewenangan

Keanggotan

Legislatif
ü DPR dipilih rakyat melalui pemilihan umum
ü UD, UG, TNI/POLRI diangkat oleh presiden

ü Tidak terbatas

ü DPR
ü Utusan Daerah
ü Utusan Golongan
ü TNI/POLRI

ü Oleh DPR dan Presiden


µ DPR dipilih rakyat melalui Pemilu
µ DPD dipilih rakyat melalui Pemilu

µ Terbatas, yaitu hanya :


Ø Mengubah UUD
Ø Melantik presiden dan wakil presiden
Ø Memberhentikan presiden atau wakil presiden atas usul DPR

µ DPR
µ Dewan Perwakilan
µ Daerah

µ Oleh DPR, Presiden dan DPD

Tabel 2
Kedudukan, Tugas, dan Wewenang MPR Sebelum dan Sesudah Amandemen UUD 1945

2. Presiden

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Dalam


melaksanakan tugasnya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden. Sebelum tahun 2004, presiden
di Indonesia dipilih oleh MPR. Sedangkan pasca 2004 presiden Republik Indoneisa dipilih secara
langsung oleh rakyat Indonesia.
Jika terjadi suara berimbang, maka pemilihan presiden pada di lanjutkan pada putaran kedua. Dan
yang dalam pemilihan kedua ini merupakan pemilihan saringan untuk menentukan calon pasangan
presiden. Apabila terjadi persamaan atau perimbangan suara, maka keputusan dapat diambil oleh
MPR melalui musyawarah dengan pengambilan suara terbanyak.
Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, diberikan sejumlah kekuasaan dan kewenangan kepada
presiden tanpa harus mendapatkan persetujuan dari DPR.

Adapun kekuasaan dan kewenangan Presiden adalah sebagai berikut.


1) Menjalankan kekuasaan pemerintahan [4 (1)]
2) Mengajukan RUU kepada DPR [5 (1)]
3) Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan suatu undang-undang [5 (2)]
4) Memegang kekuasaan tertinggi atas AD, AL, dan AU [10 ]
5) Mengangkat konsul [13 (2)]
6) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan [15 ]
7) Memeberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung
[14 (1)]
8) Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada
presiden
9) Mengangkat dan memberhentikan menteri [17 ]
10) Menetapkan peraturan pemerintah penganti undang-undang (perpu).

Sementara itu, kekuasaan dan kewenagan presiden yang harus mendapat persetujuan DPR adalah
sebagai berikut.
1) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain [11 (1) ]
2) Mengangkat duta [13 (1)]
3) Menerima duta dari negara lain [13 (3)]
4) Memberikan amnesty dan abolisi [14 (2)]
5) Tidak dapat memberhentikan atau membekukan DPR [7c ]
Menurut UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilihan presiden dan wakil presiden. Bahwa seorang
calon presiden dan wakil presiden harus memiliki syarat-syarat khusus, yaitu :
1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) WNI sejak kelahirannya dan tidak pernah berkewarganegaraan lain atas kehendaknya sendiri
3) Tidak pernah menghianati negara
4) Mampu secara rohani dan jasmani melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang presiden
5) Bertempat tinggal di wilayah NKRI
6) Telah melaporkan kekayaan kepada instansi yang berwenang meyelidiki kekayaan pejabat
7) Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan atau secara badan hukum
yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara
8) Tidak sedang dinyatakan pailit yang dinyatakan oleh pengadilan
9) Tidak pernah melakukan perbuatan tercelah
10) Terdaftar sebagai pemilih
11) Memiliki nomor pokok wajib pajak, dan melksanakan wajib pajak selama 5 tahun terakhir
12) Memiliki daftar riwayat hidup
13) Belum pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden selama dua kali masa jabatan dalam
jabatan yang sama
14) Setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi
15) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan maker berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
16) Berusia sekuarang-kurangnya 35 tahun
17) Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat
18) Bukan bekas organisasi terlarang PKI, organisasi massa atau terlibat langsung dalam G 30 S/PKI
19) Tidak pernah dijatuhi hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindakan pidana yang diancam dengan pidana penjara
limaahun atau lebih

Setelah amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan
dipilih langsung oleh rakyat.
Prinsip-prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden diatur dalam Pasal 6A ayai (1) sampai ayat (5).
Yang secara jelas adalah sebagai berikut.
1) Presiden dan wakil presiden sebagai suatu pasangan dipilih langung oleh rakyat
2) Pasangan presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik
3) Presiden dan wakil presiden terpilih apabila :
a) mendapat suara lebih dari 50%
b) dari 50% suara tersebut sedikitnya terdiri atas 20% di setiap provinsi yang tersebar lebih
setengah dari jumlah provinsi
4) apabila tidak ada calon yang memenuhi poin c, maka :
a) dua calon pasangan presiden dan wakil presiden yang mendapat suara terbanyak pertama dan
kedua dipilih kembali oleh rakyat
b) calon pasangan presiden dan wakil presiden terpilih adalah yang mendapat suara paling banyak
5) pasangan presiden dan wakil presiden terpilih dilantik oleh MPR

Selain dari ketentuan diatas, presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan oleh MPR dalam massa
jabatannya apabila presiden dan wakil presiden melakukan :
1) pelanggaran hukum, yang berupa
a) penghianatan terhadap negara
b) korupsi
c) penyuapan
d) tindak pidana berat lainya
2) melakukan perbuatan tercelah
3) terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden.

Sedangkan untuk memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam massa jabatannya, MPR harus
menerima usulan dari DPR dengan mekanisme kerja sebagai berikut.
1) DPR menganggap atau menuduh presiden melanggar hukum
2) Tuduhan DPR diajukan kepada Mahkamah Konstitusi
3) Tuduhan DPR dapat diajukan pada MK apabila didukung oleh sekurang-kurangnya dua pertiga
dari anggota DPR yang hadir dan batas kuota hadir adalah dua pertiga anggota DPR
4) MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan tuduhan DPR paling lama 90 hari
5) Apabila MK memutuskan presiden dan wakil presiden bersalah, maka DPR mengusulkan MPR
untuk menyelenggarakan sidang paripurna
6) MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna paling lambat selama 30 hari
7) Presiden diberikan kesempatan menyampaikan penjelasan
8) Keputusan MPR memberhentikan prresiden dan wakil presiden diambil dalam rapat paripurna
dihadiri sekurang-kurangnya tiga perempat anggota MPR dan disetujui dua perempat anggota yang
hadir

Akan tetapi apabila presiden mangkat, atau berhenti karena tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam massa jabatannya, maka harus dilakukan seperti ketentuan berikut ini.
1) Digantikan oleh wakil presiden sampai habis massa jabatannya
2) Jika terjadi kekosongan wakil presiden, MPR memilih wakil presiden dari dua calon untuk
diangkat menjadi presiden
3) Apabila presiden dan wakil presiden secara bersamaan mangkat, berhenti, atau diberhentikan,
maka tugas kepresidenandijabat oleh menteri luar negeri, menteri dalam negeri dan menteri
pertahanan secara bersama-sama paling lama satu bulan
4) Setelah itu MPR memilih presiden dan wakil presiden dari dua calon pasangan yang diajukan
partai politik
5) Dua pasangan calon tersebut berasal dari calon yang meraih suara terbanyak pertama dan kedua
pada pemilihan sebelumnya
Dengan mencermati sejumlah pasal-pasal dalam UUD 1945 ini, maka dapat dikemukakan bahwa
kekuasaan presiden harus dibatasi oleh sebagai peraturan atau mekanisme tertentu. Dengan demikian,
maka pernyataan inilah yang dimaksud dengan Negara Indonesia yang bercita-cita untuk membangun
pemerintahan yang bersih dan berwibawa sebagai negara demokratis.

3. Pemerintahan Daerah
Indonesia adalah negara nusantara atau negara kepulauan, memiliki sejumlah hambatan dan masalah,
khususnya jika dikaitkan dengan luas wilayah dan jarak geografis yang tidak mudah dijangkau. Oleh
karena itu, pasca reformasi pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Otonomi Daerah.
Hingga akhir tahun 2005 di Indonesia telah berdiri sebanyak 32 provinsi. Hal ini berbeda jauh dengan
kondisi Indonesia sebelum reformasi, dimana negara Indonesia terdiri dari 27 provinsi yang kemudian
menjadi 26 provinsi karena provinsi Timor-Timur memisahkan diri menjadi Negara Republik Timor
Leste akibat diberlakukannya Undang-undang referendum yang berujung jajak pendapat. Indonesia
dibagi menjadi beberapa provinsi, kabupaten, dan kota yang memiliki kewenagan untuk mengatur
sendiri pemerintahannya. Pada tingkat pemerintahan daerah ini, dibentuk pula Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Urusan otonomi daera tidaklah statis, tetapi berkembang dan berubah. Hal ini terrutama disebabkan
o/leh keadaan yang timbul dan berkembang didalam masyarakat itu sendiri. Urusan pemerintahan
daerah dimungkinkan bertambah dan berkembang. Bahkan mungkin juga ada penghapusan sesuatu
daerah dan pembentukan daerah-daerah baru.

Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah

Pemerintah daerah menjalankan pemerintahan di daerah dengan seluar-luasnya, kecuali masalah


pemerintahan yang sudah ditangani oleh pemerintah pusat. Dengan adanya DPRD, pemerintah daerah
mempunyai kewenangan untuk merumuskan peraturan daerah yang akan berlaku didaerah masing-
masing. Sejak 1 Januari 2001 pemerintahan daerah di Indonesia menggunakan UU No. 22 Tahun
1999, yang mana didalamnya terdapat daerah otonom untuk menyelanggarakan kebijakan untuk
masyarakat daerah itu.

Dalam UU No. 22 Tahun 1999 di jelaskan bahwa ada beberapa ketentuan yang terdapat di dalam
pemerintahan daerah.
1) Pemerintah daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom lain sebagai badan
eksekutif daerah
2) Badan legislatif daerah adalah DPRD
3) Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
4) Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah
kota di bawah kecamatan
5) Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di Daerah Kabupaten

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Menurut UUD 1945 Pasal 19 ayat (1), susunan keanggotaan ditetapkan dengan undang-undang (UU
No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPRD, dan DPD). Bahwa anggota
DPR secara otomatis juga menjadi anggota MPR (pasal 2 ayat (1)).
Dalam melaksanakan tugasnya DPR merupakan lembaga yang berkedudukan seabagai lembaga
negara dan merupakan lembaga legislatif. Anggota DPR adalah anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Berdasarkan UU SUSDUK pasal 17, bahwa anggota DPR berjumlah 550 orang dan berdomisili di
Ibukota Negara. Masa jabat keanggota DPR adalah untuk lima tahun dan akan berakhir pada saat
anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah dan janji. Pengucapan sumpah dan janji dilakukan
secara bersamaan dengan dipandu oleh Ketua MAhkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPR. Jika
ada anggota DPR yang berhalangan hadir untuk membaca sumpah atau janji secara bersamaan, maka
pembacaan sumpah dan janji, dilakukan di Sidang Paripurna dengan panduan ketua DPR.
Pimpinan DPR terdiri atas seorang ketua dan tiga orang wakil ketua yang dilpilih dari dan oleh
anggota DPR. Sebelum terbentuknya ketua DPR, maka pimpinan sidang dipimpin oleh Pemimpin
Sementara DPR. Pimpinan sementara ini terdiri dari dua orang wakil partai politik yang memperoleh
suara terbanyak dalam pemilihan umum. Jika pemenang pemilihan itu berimbang, maka dilakukan
musyawarah dalam pemilihan anggota DPR tersebut.
Menurut Pasal 25 UU SUSDUK MPR, DPR dan DPD memiliki fungsi legislasi, anggaran dan
pengawasan. Selain itu, menurut pasal 27 SUSDUK MPR, DPR, dan DPD, DPR juga memiliki hak
untuk interpelasi, angket dan menyatakan pendapat, sedangkan fungsi DPR, yaitu :
1) Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama,
2) Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
3) Menerima dan membahas usulan rancangan Undang-undang yang diajukan DPD yang berkaitan
dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam pembahasan,
4) Memperhatihan pertimbangan DPD atas rancangan Undang-undang APBN dan rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
5) Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
6) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negera serta kebijakan pemerintah,
5. Dewan Perwakikilan Daerah (DPD)

DPD merupakan anggota MPR yang terdiri atas wakil-wakil daerah provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum. Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Seluruh
anggota DPD ini, tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota DPR. Keanggotaan DPD, selama
persidangan harus berdomisili di ibukota Negara Republik Indonesia.
Masa jabatan anggota DPD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan dengan saat anggota DPD yang
baru membacakan sumpah atau janji. Pembacaan sumpah atau janji anggota DPD dilakukan dalam
sidang Paripurna DPD, dengan dipandu oleh ketua Mahkamah Agung. Jika ada anggota DPD yang
berhalangan hadir untuk membacakan sumpah atau janji dilaksanakan dalam Sidang Paripurna DPD
dengan dipandu oleh pimpinan DPD.
Pimpinan DPD terdiri atas seorang ketua,dan sebanyak-banyaknya dua orang wakil ketua yang dipilih
dari dan oleh anggota DPD. Sebelum terbentuk ketua DPD, maka pimpinan sidang dipilih oleh
Pimpinan Sementara DPD, yang dipilih dari seorang anggota tertua dan anggota termuda.
Menurut Pasal 41 UU SUSDUK MPR-DPR dan DPD, DPD mempunyai fungis mengajukan usul, ikut
dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang legislasi tertentu.
DPD juga mempunyai fungsi pengawasan atas pelaksanaan Undang-undang tertentu.
Tugas dan wewenang DPD adalah :
a. Mengajukan rencana undang-undang kepada DPR, yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran, penggabungan daerah, pengelolaan
Sumber Daya Alam, dan Sumber Daya Ekonomi lainnya, serta yang bekaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.
b. Memberikan pertimbangan kepada DPR atas rancangan Undang-undang APBN dan rancangan
Undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.
c. Memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK.
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah.
6. Kekuasaan Kehakiman

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan


hokum dan keadilan. Mahkamah Agung mempunyai fungsi untuk melaksanakan kekuasaan yang
Yudikatif atau kekuasaan hakim. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan
merdeka, artinya tidak ada turut camput tangan dari badan pemerintah atau legislatif. Kekuasaan
kehakiman dijalankan atas dasar penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, jika
ada pejabat yang melanggar hak asasi manusia, maka dapat dikategorikan sebagai inkonstitusional
dan melanggar hukum.
Lembaga kehakiman yang ada di Indonesia berada pada tingkat nasional dan tingkat kabupaten atau
kota. Menurut UUD 1945, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan-badan lainnya. Adapun badan-badan penyelenggara peradilan peradilan menurut ketentuan
pokok-pokok kehakiman di Indonesia terdiri dari :
a. Peradilan umum, yaitu peradilan yang menangani masalah pidana masyarakat sipil Indonesia,
b. Peradilan agama, yaitu peradilan yang menangani masyarakat Islam, seperti pernikahan,
c. Peradilan militer, yaitu peradilan khusus yang menangani masalah hukum para petugas selama
melaksanakan tugas dilingkungan kemiliterannya, dan
d. Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN), yaitu peradilan yang menangani masalah-masalah
perdata di masyarakat
Secara hirarki, tingkat pengadilan ialah sebagai berikut, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung,
Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri. Jika memperhatikan susunan kedudukannya, maka dapat
dikatakan bahwa Mahkamah Agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman yang tertinggi di
Indonesia.
Mahkamah Agung, berwenang mengadili pada tingkat kasasi, mengkaji peraturan perundang-
undangan di bawah undang –undang terhadap undang-undang. Ketua dan wakil MA dipilih dari dan
oleh hakim agung, sedangkan calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada DPR untuk
mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden. Hakim
agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, professional dan
berpengalaman di bidang hakim.
Sementara itu, Mahkamah Konstitusi mempunyai kekuasaan dan kewengangan sebagai berikut :
a. Mengadili tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-
undang terhadap UUD.
b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga negera
c. Memutuskan pembubaran partai politik
d. Memutuskan perselisihan hasil pemilu
e. Memutuskan pendapat DPR tentang pelanggaran yang dilakukan presiden.

Jumlah anggota MK sebanyak 9 orang sebagai hakim konstitusi. Keanggotaan MK terdiri atas 3 orang
diajukan oleh presiden, 3 orang diajukan oleh DPR, dan 3 orang diajukan oleh MA. Setelah terpilih,
penetapan keanggotaan sebagai anggota MK dilakukan oleh presiden.
Komisi Yudisial (KY), yaitu sebuah komisi yang mandiri dan memiliki kewenangan untuk
mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, menjaga dan menegakkan kehormatan, martabar serta
perilaku hokum. Seorang anggota KY, harus memiliki pengalaman, integritas dan kepribadian yang
tidak tercela. Anggota KY diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan
HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Sebagai negara yang besar dan terdiri dari lautan dan daratan, dalam melaksanakan kebijakan
pemerintahan. Negara Indonesia mengunakan beberapa konsep yang menghubungkan tata kerja antara
pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah.

Asas Sentralisasi
Negara kesatuan dengan asas sentralisasi adalah negara yang segala sesuatunya langsung diatur dan
diurus oleh Pemerintah Pusat sendiri, termasuk segala sesuatu yang menyangkut pemerintah dan
kekuasaan daerah (negara tidak melakukan pembagian tugas).
Sedangkan keuntungan dari asas ini adalah.
1) dapat menghemat biaya
2) adanya keseragaman peraturan
3) adanya kemajuan yang merata
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah sebagai berikut :
1) birokrasi yang bertele-tele
2) terhambatnya demokrasi
3) daerah tidak bertanggung jawab terhadap daerahnya sendiri

Asas Desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah
Otonom dalam kerangkam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keuntungan menggunakan asas desentralisasi adalah sebagai berikut :
1) daerah diberi wewenang membuat peraturan sendiri sesuai dengan daerahnya, terutama dalam
menunjang kemajuan
2) pengurusannya jauh lebih efisien dan efektif
3) bertele-telenya birokrasi menjadi berkurang
4) daerah dapat mengembangkan peraturan dan pembangunan selama tidak bertentangan dengan
undang-undang dan kebijakan pusat

Asas Dekosentrasi
Asas dekosentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah dan atau perangkat pusat didaerah. Dalam asas ini urusan-urusan yang dilimpahkan
oleh pemerintah pusat kepada pejabat-pejabat didaerah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat,
baik tentang sarana prasarana, pelaksanaan maupun pembiayaannya.

Asas Tugas Perbantuan (medebewind)


Tugas perbantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan desa dan dari daerah ke
desa, untuk melaksanakan tugas tertentu yang diserta dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia. Dalam hal pertanggung jawaban maka mereka harus mempertanggung
jawabkan kerjanya kepada yang menugaskan.

Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah kewanagan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyrakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan otonomi daerah di daerah otonom dilengkapi dengan perangkat-perangkat
seperti pada bagan 3.

Materi 2 (Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia)

PEMBAHASAN

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai cita-citanya berjalan berabad-abad, dengan cara
bermacam-macam dan bertahap. Sejarah perjuanagan bangsa indonesia yang panjang itu, maka
perlulah ditetapkan tonggak-tonggak sejarah tersebut, yaitu peristiwa-peristiwa yang menonjol,
terutama dalam hubungannya denga nilai-nilai perumusan Pancasila.

1. Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional


Menurut sejarah, kira-kira pada abad VII-XII, bangsa indonesia telah mendirikan kerajaan Sriwijaya
di Sumatera Selatan dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan pula kerajaan Majapahit di Jawa
Timur. Kedua zaman itu merupakan tonggak sejarah bangsa indonesia karena bangsa indonesia pada
masa itu telah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara.

Menurut Mr. Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang bangsa indonesia. Negara
kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap. Pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa
Syailendra (600-1400). Kedua, Negara kebangsaan zaman majapahit (1293-1525). Kedua tahap
negara kebangsaan tersebut adalah negara kebangsaan lama. Ketiga, negara kebangsaan modern, yaitu
negara indonesia merdeka 17 Agustus 1945 (Sekertariat Negara RI. 1995: 11).

1. Masa Kerajaan Sriwijaya


Pada abad ke VII, berdirilah kerajaan sriwijaya di bawah kekuasaan wangsa Syailendra di Sumatera.
Kerajaan yang berbahasa Melayu Kuno dan menggunakan huruf pallawa tersebut dikenal juga sebagai
kerajaan maritime yang mengandalkan jalur perhubungan laut. Kekuasaan Sriwijaya menguasai Selat
Sunda (686), kemudian Selat Malaka (775). Sistem perdagangan telah diatur dengan baik, dimana
pemerintah melalui pegawai raja membentuk suatu badan yang dapat mengumpulkan hasil kerajiinan
rakyat sehingga rakyat mengalami kemudahan dalam pemasarannya.

Pada zaman Sriwijaya telah didirikan universitas agama Budha yang sudah dikenal di Asia. Pelajar
dari universitas ini dapat melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu yang mengajar disini
dari India, seperti Dharmakitri. Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin
pada kerajaan Sriwijaya, sebagaimana tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya
Siddhayatra Subhiksa” (Suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). (Kaelan, 1999: 27).

Unsur-unsur yang terdapat di dalam pancasila, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, tata
pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang
menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati serta dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum
dirumuskan secara konkret. Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut
ialah prasasti-prasasti di Talaga batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo, dan Kota Kapur
(Dardji Darmodihardjo,1974:22-23). Pada hakikatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan
Sriwijaya telah menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu hidup berdampingan
secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan
agama Budha.
2. Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman
para pemuda untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas dan
aktif.
3. Nilai sila ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep negara kepulauan
sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.
4. Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas, meliputi (Indonesia
sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
5. Nilai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan, sehingga kehidupan
rakyatnya sangat makmur.
2. Masa kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
secara silih berganti, yaitu Kerajaan Kalingga (abad ke-VII) dan Sanjaya (abad ke-VIII), sebagai
refleksi puncak budaya dari kerajaan tersebut adalah dibangunnya candi Borobudur (candi agama
Budha pada abad ke-IX) dan candi Prambanan (candi agama Hindu pada abad ke-X). Pada abad ke-
XIII, berdiri kerajaan Singasari di Kediri, Jawa Timur, yang ada hubungannya dengan berdirinya
kerajaan Majapahit (1293). Zaman keemasan Majapahit terjadi pada pemerintahan Raja Hayam
Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada. Wilayah kekuasaan Majapahit semasa jayanya membentang
dari Semenanjung Melayu sampai ke Irian Jaya.

Pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada waktu agama Hindu dan Budha hidup
berdampingan secara damai. Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang di dalamnya
telah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma di mana dalam buku itu
terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika Hana Dharma Mangrua”,
artinya walaupun berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujuan yang
berbeda. Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja Hayam Wuruk dengan baik dengan
kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu, juga mengadakan persahabatan
dengan negara-negara tetangga atas dasar Mitreka Satata. Perwujudan nilai-nilai sila persatuan
Indonesia telah terwujud dengan keutuhan kerajaan, khususnya sumpah palapa yang diucapkan oleh
Gajah Mada yang diucapkannya pada sidang Ratu dan menteri-menteri pada tahun 1331 yang berisi
cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi: “saya baru akan berhenti berpuasa
makan palapa, jika seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jika gurun, seram,
Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan.” (Muh
Yamin, 1960: 60).

Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga telah dilakukan oleh
sistem pemerintahan kerajaan Majapahit. Menurut prasasti Brumbung (1329), dalam tata
pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan, dan I Halu yang berarti memberikan nasihat kepada raja. Kerukunan dan gotong royong
dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat bermusyawarah untuk mufakat dalam
memutuskan masalah bersama. Sedangkan perwujudan sila keadilan sosial adalah sebagai wujud dari
berdirinya kerajaan beberapa abad yang tentunya ditopang dengan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
1. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama rempah-rempah yang sangat
dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia, menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke
indonesia. Bangsa eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki indonesia, yaitu
Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Masuknya bangsa Eropa seiring keruntuhan Majapahit
sebagai akibat perselisihan dan perang saudara, yang berarti nilai-nilai nasionalisme sudah
ditinggalkan, walaupun abad ke-XVI agama islam berkembang dengan pesat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan islam, seperti Samudra Pasai dan Demak, tampaknya tidak mampu membendung
tekanan bangsa Eropa memasuki Indonesia. Bangsa-bangsa eropa berlomba-lomba memperebutkan
kemakmuran bumi indonesia ini. Sejak itu, mulailah lembaran hitam sejarah indonesia dengan
penjajahan eropa, khususnya belanda. Masa penjajahan belanda itu dijadikan tonggak sejarah
perjuangan bangsa indonesia dalam mencapai cita-citanya, sebab pada zaman penjajahan ini apa yang
telah dicapai oleh bangsa indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang.

1. Perjuangan sebelum abad ke-XX


Penjajahan eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa indonesia itu tidak dibiarkan begitu saja
oleh segenap bangsa indonesia. Sejak semula, imprialis itu menjejakkan kakinya di indonesia, di
mana-mana bangsa indonesia melawannya dengan semangat patriotik melalui perlawanan secara fisik.
Kita mengenal nama-nama pahlawan bangsa yang berjuang dengan gigih melawan penjajah. Pada
abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajahan digerakkan oleh Sultan Agung (Mataram
1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa di banten (1650), Hasanuddin di makassar 1660),
Iskandar Muda di aceh (1635), untung Surapati dan Trunojoyo da jawa timur (1670), Ibnu Iskandar di
Minangkabau (1680), dan lain-lain. Pada permulaan abad ke- XIX penjajah belanda mengubah sistem
kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang partikelir yang bernama VOC beganti
dengan badan pemerintahan resmi, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Semula pernah terjadi
pergeseran pemertintahan penjajahan dari Hindia Belanda kepada Inggris, tetapi tidak berjalan lama
dan segera kembali kepada belanda lagi. Dalam usaha memperkuat kolonialismenya, belanda
menghadapi perlawanan bangsa indonesia yang dipimpin oleh Patimura (1817), Imam Bonjol di
Minangkabau (1822—1837), Diponegoro di mataram (1825-1830), Badaruddin di Palembang (1817),
Pangeran Antasari di Kalimantan (1860), Jelantik di bali (1850), Anang Agung made di Lombok
(1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di
batak (1900).

2. Kebangkitan Nasional 1908


Pada permulaan abad ke-XX bangsa indonesia mengubah cara-caranya dalam melakukan perlawanan
terhadap penjajahan belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada
masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin indonesia abad ke-XX itu untuk mengubah bentuk
perlawanan yang lain. Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan kesadaran bangsa
indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai
macam organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.
Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Mereka yang
tergabung dalam organisasi itu mulai merintis jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangan
bangsa indonesia, tokohnya yang terkenal adalah dr. Wahidin Sudirohusodo. Kemudian bermunculan
organisasi pergerakan lain , yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah bentuknya menjadi
pergerakan politik dengan mengganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di bawah pimpinan H.O.S
Tjokroaminoto. Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913) dengan pimpinan Douwes Deker,
Ciptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara. Namun karena terlalu radikal, pemimpinnya dibuang
keluar negeri (1913). Akan tetapi, perjuangan tidak kendur karena kemudian berdiri Partai Nasional
Indonesia (1927) yang dipelopori oleh Soekarno dan kawan-kawan.

3. Sumpah Pemuda 1928


Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa sejarah perjuangan bangsa indonesia
mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda indonesia yang di pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro
Purbopranoto, dan lain-lain mengumandangkan sumpah pemuda yang berisi pengakuan akan adanya
bangsa, tanah air, dan Bahasa satu, yaitu indonesia. Melalui sumpah pemuda ini, makin tegaslah apa
yang diinginkan oleh bangsa indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. Oleh karena itu,
diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali
pengikat persatuan itu adalah bangsa indonesia. Sebagai realisasi perjuangan bangsa, pada tahun 1930
berdirilah Partai Indonesia yang disingkat Partindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan.
Kemudain golongan demokrat yang terdiri atas Moh. Hatta dan Sultan Syahrir mendirikan PNI baru,
dengan semboyan kemerdekaan indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

4. Perjuangan bangsa indonesia pada masa penjajahan jepang


Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah perang pasifik, dengan dibomnya Pearl Harbour oleh
jepang. Dalam waktu yang singkat, jepang dapat menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di daerah
pasifik. Kemudian pada tanggal 8 maret 1942, jepang masuk ke indonesia menghalau penjajah
belanda. Pada saat itu, jepang mengetahui keinginan bangsa indonesia, yaitu kemerdekaan bangsa dan
tanah air indonesia. Peristiwa penyerahan indonesia dari belanda kepada jepang terjadi di kalijati Jawa
Tengah tanggal 8 Maret 1942. Jepang mempropagandakan kehadirannya di indonesia untuk
membebaskan indonesia dari cengkraman belanda. Oleh karena itu, jepang memperbolehkan
pengibaran bendera merah putih serta menyanyikan lagu indonesia raya. Akan tetapi, hal itu
merupakan tipu muslihat agar rakyat indonesia membantu jepang untuk menghancurkan belanda. Hal
ini merupakan kenyataan yang dihadapi oleh bangsa indonesia, bahwa sesungguhnya jepang tidak
kurang kejamnya dengan penjajahan belanda. Bahkan pada zaman ini, bangsa indonesia mengalami
penderitaan dan penindasan yang sampai kepada puncaknya. Kemerdekaan tanah air dan bangsa
indonesia yang didambakan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kedatangannya, bahkan terasa
semakin menjauh, bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara jepang. Sejarah berjalan
terus, di mana perang pasifik menunjukkan tanda-tanda akan berakhirnya dengan kekalahan jepang di
mana-mana. Untuk mendapatkan bantuan dari rakyat indonesia, jepang berusaha membujuk hati
bangsa indonesia dengan mengumumkan janji kemerdekaan kelak di kemudian hari apabila perang
telah selesai.

1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Pembahasan pada sub bagian ini meliputi proses perumusan pancasila dan UUD 1945, proklamasi
kemerdekaan dan maknanya, dan proses pengesahan pancasila dasar negara dan UUD 1945.

1. Proses perumusan pancasila dan UUD 1945


Sebagai tindak lanjut dari janji jepang, maka tanggal 1 Maret 1945 jepang mengumumkan akan
dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Badan Penyelidik),
dalam Bahasa jepang disebut Dokuritu Zyunbi Tyoosakai. Badan penyelidik ini kemudian dibentuk
tanggal 29 April 1945 dengan susuan keanggotaanya, adalah sebagai berikut. Dengan adanya Badan
Penyelidik ini, bangsa indonesia dapat secara legal mempersiapkan kemerdekaannya, untuk
merumuskan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai negara merdeka. Pada tanggal 29 mei 1945,
badan penyelidik mengadakan sidangnya yang pertama. Beberapa tokoh berbicara dalam sidang
tersebut.

1. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muh. Yamin mendapat kesempatan pertama mengemukakan
pidatonya di hadapan sidang lengkap Badan penyelidik yang pertama. Pidatonya berisikan lima asas
dasar untuk negara indonesia merdeka yang diidam-idamkan, yaitu sebagai berikut.





 Kesejahteraan rakyat.
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai Racangan UUD Republik Indonesia.
Di dalam pembukaan dari rancangan itu tercantum perumusan lima asas dasar negara yang berbunyi
sebagai berikut.

 Ketuhanan Yang Maha Esa.


 Kebangsaan persatuan Indonesia.
 Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Perlu dicatat, bahwa usul lima asas dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Muh. Yamin secara
lisan dan yang dikemukakan secara tertulis terdapat perbedaan, hal itu sebagai bukti sejarah.

1. Soekarno (1 Juni 1945)


Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya di hadapan siding hari ketiga Badan
penyelidik. Dalam pidatonya diusulkan lima hal untuk menjadi dasar-dasar negara merdeka, dengan
rumusannnya sebagai berikut.

 Kebangsaan indonesia.
 Intenasionalisme (Perikemanusiaan).
 Mufakat (Demokrasi).
 Kesejahteraan sosial.
 Ketuhanan yang berkebudayaan.
Untuk lima dasar negara itu, beliau usulkan pula agar diberi nama Pancasila, yang menurut beliau
diusulkan oleh kawan beliau seorang ahli bahasa. Lima prinsip sebagai dasar negara itu selanjutnya
dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu, (1) sosionasionalisme (kebangsaan), (2) sosio demokrasi
(mufakat), dan (3) ketuhanan. Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi Eka Sila yang berinti
gotong-royong.

2. Proklamasi kemerdekaan dan maknanya


Pada tanggal 9 Agustus 1945, terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
disebut dalam bahasa jepang dokuritu zyunbi linkai. Ir. Soekarno diangkat sebagai ketua dan wakilnya
Drs. Moh. Hatta. Tetapi kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting, yaitu sebagai
berikut.

1. Mewakili seluruh bangsa indonesia.


2. Sebagai pembentuk negara.
3. Menurut teori hokum, badan ini mempunyai wewenang meletakkan dasar negara (pokok kaidah
negara fundamental).
Pada tanggal 14 Agustus 1945, jepang menyerah kalah kepada sekutu. Pada saat itu terjadilah
kekosongan kekuasaan di indonesia. Inggris diserahi oleh sekutu untuk memelihara keamanan di Asia
Tenggara, termasuk indonesia. Situasi kekosongan itu tidak disia-siakan oleh bangsa indonesia.
Pemimpin-pemimpin bangsa, terutama pada pemudanya, segera menanggapi situasi ini dengan
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan oleh PPKI sebagai wakil
bangsa indonesia. Naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa indonesia, bertanggal 17 Agustus 1945. Berdasarkan kenyataan sejarah tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kemerdekaan indonesia bukanlah hadiah dari jepang, melainkan sebagai suatu
perjuangan dari kekuatan sendiri. Proklamasi kemerdekaan negara republik indonesia tanggal 17
Agustus 1945 mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara indonesia, yaitu
sebagai berikut.

8. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai titik puncak perjuangan bangsa Indonesia.
Kemerdekaan indonesia merupakan buah perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan secara
bertahap-tahap. Pertama, perlawanan terhadap penjajahan barat sebelum tahun 1908. Kedua,
perjuangan dengan menggunakan organisasi. Ketiga, perlawanan dengan melahirkan rasa
nasionalisme. Keempat, perjuangan melalui taktik kooperasi dan nonkooperasi. Kelima,
perlawanan bangsa menentang penjajahan sampai kepada puncak, yaitu Proklamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945.
9. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai sumber lahirnya Republik Indonesia.
Proklamasi bermakna bahwa bangsa indonesia yang selama berabad-abad dijajah telah berhasil
melepaskan diri dari belenggu penjajahan dan sekaligus membentuk perubahan baru, yaitu negara
Republik Indonesia, dengan membawa dua akibat. Pertama, lahirlah tata hukum indonesia
sekaligus dihapusnya tata hukum colonial. Kedua, merupakan sumber hukum bagi pembentukan
negara kesatuan Republik Indonesia.
10. Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan norma pertama dari tata hukum Indonesia.
Dengan dinyatakan kemerdekaan bangsa indonesia dilihat dari segi hukum berarti bangsa indonesia
telah memutuskan ikatan dengan tata hukum sebelumnya. Dengan demikian, bangsa indonesia saat
ini telah mendirikan tata hukum yang baru, yaitu tata hukum indonesia yang ditentukan dan
dilaksanakan sendiri oleh bangsa indonesia. Proklamasi kemerdekaan merupakan perwujudan
formal dari salah satu revolusi bangsa indonesia untuk menyatakan, baik kepada diri sendiri
maupun kepada dunia luar (internasional).
3. Proses pengesahan UUD 1945
Sehari setelah proklamasi pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama
dengan menyempurnakan dan mengesahkan UUD 1945. UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian pembukaan dan bagian batang tubuh UUD. Hasil sidang pertama menghasilkan keputusan
sebagai berikut.
1. Mengesahkan undang-undang dasar 1945 yang meliputi sebagai berikut.
 Melakukan beberapa perubahan pada piagam jakarta yang kemudian berfungsi sebagai pembukaan
UUD 1945.
 Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima Badan Penyelidik pada tanggal 17 Juli
1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan dengan perubahan piagam Jakarta,
kemudian berfungsi sebagai Undang-undang dasar 1945.
1. Memilih presiden dan wakil presiden pertama.
2. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai Badan Musyawarah Darurat.
Rumusan dasar negara pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah sah dan benar,
karena di samping mempunyai kedudukan konstitusional, juga disahkan oleh suatu badan yang
mewakili seluruh bangsa indonesia (Panitia Persiapan Kemerdekaan) yang berarti telah disepakati
oleh seluruh bangsa indonesia.

1. Perjuangan Mempertahankan dan Mengisi Kemerdekaan Indonesia


Pembahasan subbagian ini tentang perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan indonesia,
meliputi periode (masa) revolusi fisik, demokrasi liberal, orde lama, orde baru, dan era global.

1. Masa revolusi fisik


Undang-undang dasar 1945 dibentuk dalam waktu singkat dan secara keseluruhan oleh badan
penyelidik usaha persiapan kemerdekaan dan panitia persiapan kemerdekaan indonesia. Oleh
pembentuk UUD 1945 disadari, bahwa untuk membentuk lembaga-lembaga negara tingkat pusat,
serta peraturan perundang-undangan sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 adalah membutuhkan
waktu lama.

2. Masa demokrasi liberal


Belanda mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka. Merka tidak tinggal diam, mereka ingin
menjajah kembali seperti tempo dahulu. Masuknya Belanda dan menduduki wilayah Republik
Indonesia, dilakukan dengan cara membonceng tentara Sekutu yang bertugas melucuti tentara Jepang
di Indonesia, setelah Jepang menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II.

Beberapa daerah di mana Belanda mendudukinya diusahakan terbentuknya negara-negara kecil yang
bersifat kedaerahan beserta dengan pemerintahannya. Sejak saat itu wilayah negara Republik
inndonesia berkembang menjadi dua pemerintahan, yaitu :

5. Pemerintahan Republik Indonesia yang mempertahankan kemerdekaannya serta kedaulatannya


baik terhadap pihak Belanda maupun terhadap pihak dunia luar berdasarkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
6. Pemerintahan negara-negara kecil yang didirikan oleh atau paling tidak atas bantuan Belanda.
Sikap dan usaha Belanda dimana-mana mendapatkan perlawanan sengit dari bangsa Indonesia.
Namun, Belanda telah berhasil membentuk negara-negara kecil, yaitu :

1. Negara Indonesia Timur (1946)


2. Negara Sumatera Timur (1947)
3. Negara Pasundan (1948)
4. Negara Sumatera Selatan (1948)
5. Negara Jawa Timur (1948)
6. Negara Madura (1948)
Negara-negara itulah yang kemudian bergabung dalam Bijeenkomst Voor Federal Overleg (BOF),
atau pertemuan untuk musyawaratan federal, yang merupakan aliran federalism atas usaha Belanda.
3. Masa orde lama
Pemilu tahun 1995, dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, bahkan
kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun hankam. Keadaan ini disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :

1. Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap perekonomian Indonesia.


2. Akibat silih bergantinya cabinet, maka pemerintah tidak mampu menyalurkan dinamika
masyarakat kea rah pembangunan, terutama pembangunan bidang ekonomi.
3. System liberal berdasarkan UUDS 1950 mengakibatkan cabinet jatuh bangun sehingga
pemerintahan tidak stabil.
4. Pemilu 1995 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan perimbangan kekuasaan politik yang
sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan di daerah-daerah belum
terwakili di DPR.
5. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru ternyata gagal.
Atas dasar hal tersebut Presiden (Ir. Soekarno) menyatakan, bahwa negara dalam keadaan
ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta keselamatan negara. Untuk
itu, Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959. Isi dekrit tersebut yaitu :

1. Membubarkan Konstituane.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS 1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
4. Masa orde baru
Orde baru adalah era pemerintahan pengganti pemerntah orde lama. Pemerintahan orde lama
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka “Revolusi Indonesia Belum Selesai”. Orde
baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal kebijakan ekonomi. Akan tetapi, dalam hal sistem
dan kebijakan politik cenderung otoriter dan monopolistic sebagai pelanjut dari rezim orde lama.
Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan
control. Pemerintah menganut kebijakan ekonomi campuran sehingga ekonomi nasional meningkat
rata-rata 7 persen dari tahun 1969 hingga decade 1980-an, tetapi kemudian membuka praktik
monopoli, korupsi, dan kolusi yang berskala massif antara penguasa dengan penguasa. Penyimpangan
serta skandal raksasa di bidang ekonomi banyak terjadi, seperti pada kasus Bank Duta, Bapindo, dan
lain-lain. Menurut Didik Rachbini, pada tahun 1993 sekitar 1 persen penduduk memperoleh 80 persen
pendapat nasional, sedaangkan 99 persen penduduk di tingkat bawah dan menengah menerima 20
persen.

5. Masa era global


Penyimpangan kehidupan bernegara era orde baru sampai kepada puncaknya dengan muncul krisis
moneter yang berakibat jatuhnya Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Pada masa
era grobal, telah tiga kali pergantian Presiden, yaitu Presiden B.J. Habibie dengan Kabinet Reformasi
Pembangunan, Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Presiden hasil Pemilu tahun 1999 dengan
Kabinet Persatuan Nasional, namun Presiden Abdurrahman Wahid diperhentikan oleh MPR karena
dianggap melanggar haluan negara, kemudian digantikan oleh Presiden Megawati dengan Kabinet
Gotong Royong. Pada masa orde global ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi seperti
orde baru yang dikenal dengan nama rencana pembangunan lima tahun (Repelita), melainkan dengan
nama program pembangunan nasional (Propenas). Propenas yang telah disusun oleh Bappenas,
berlaku untuk tahun 2000-2004. Propenas tersebut meliputi berbagai bidang.

Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan


Posted by Makalah Kuliah PGSD

[ Dosen Pengajar : Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd ]

[ Disusun Oleh : M. Husnul Ma’arif (A1E310010), Riza


Aszhari (A1E310217), Supiyanto(A1E310218), Disna Ariyanti (A1E310236), Dwi Alfiah (A1E310251) ]

Perjuangan Bangsa Indonesia Menuju Kemerdekaan (Perjuangan Sebelum 1908 dan


Sesudahnya Hingga Mencapai Kemerdekaan)

 Penjajahan di Indonesia dan Akibatnya

Sedikitnya ada dua faktor yang mengakibatkan penduduk Nusantara ini dijajah oleh
bangsa Barat, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internaladalah kondisi
politik, ekonomi, social, dan budaya sehingga bangsa lain dapat masuk dan menguasai
serta memonopoli perdagangan sedangkan faktor eksternaladalah kondisi yang terjadi di
negara-negara penjajah khususnya di Eropa sehingga mereka melakukan ekspedisi dan
ekspansi ke seluruh dunia hingga sampai di wilayah Indonesia. Sebenarnya ada sejumlah
faktor yang menyebabkan bangsa Barat atau Eropa datang ke wilayah nusantara atau
Indonesia.

Pertama, berkembangnya kepercayaan yang dilahirkan dari ajaran Copernicus


bahwa dunia ini bulat. Dengan kondisi bumi yang bulat ini memungkinkan bahwa orang yang
melakukan pelayaran, maka pada akhirnya ia akan kembali ketempat semula.
Kedua, adanya masa renaissance di Eropa yang ditandai oleh munculnya
kebebasan bagi setiap orang untuk berkreasi bagaikan lahirnya kembali jiwa yang bebas
dari segala macam kekangan yang membelenggu kehidupan mereka.

Ketiga, munculnya Islam sebagai kekuatan baru di Timur Tengah, Afrika Utara yang
berhasil menguasai jalur perdagangan atau pintu yang menghubungkan antara dunia Timur
dan Barat.

Keempat, Penjelajahan mereka ke Timur dilandasi oleh


semangatReconquesta, yakni perang salib dengan tujuan untuk menaklukkan orang-orang
yang dulu pernah mengalahkan mereka yaitu orang-orang Islam.

Kelima, adanya Perjanjian Tordessilas yang ditandatangani 7 Juni 1494. Perjanjian


ini lahir dilatarbelakangi oleh keputusan Paus Alexander VI di Roma yang
memberikan kesempatan kepada Spanyol dan Portugis untuk memperluas kekuasaan
melalui keputusan yang disebut Bull of Demarcation.

Bangsa Asing menjajah Indonesia tidak sepenuhnya disebabkan oleh faktor


eksternal melainkan karena faktor internal sebagai berikut:

Pertama, terjadinya kontak hubungan perdagangan antara penduduk pribumi dan


orang asing.

Kedua, penduduk nusantara termasuk Indonesia adalah penghasil rempah-rempah


yang sangat diperlukan oleh orang-orang Barat.

Ketiga, kondisi penduduk nusantara masih merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang


sangat rentan dengan persaingan dan diantara mereka terjadi ambisi untuk saling
menaklukan.

Penjajahan bangsa-bangsa asing terhadap penduduk yang ada di wilayah


nusantara, khususnya Indonesia, telah berpengaruh besar terhadap kehidupan bangsa
Indonesia baik dimasa kini dan mungkin dimasa yang akan datang dalam berbagai
kehidupan. Secara umum, akibat penjajahan itu berdampak pada aspek ekonomi, politik,
ideologi dan sosial budaya.

Dalam bidang ekonomi, pejajahan telah mengakibatkan tatanan ekonomi yang telah
berjalan baik, khusunya sistem yang telah disepakati oleh pihak penguasa dan rakyat
menjadi hancur. Kondisi perekonomian penduduk nusantara sangat parah pada masa
penjajahan terutama sejak diberlakukannya Sistem Tanam Paksa oleh Pemerintah Hindia
Belanda.

Dalam bidang politik dan ideologi, pemerintah Hindia Belanda menerapkan aturan
yang keras terhadap para aktivis atau kaum pejuang yang berjuang melalui partai politik.
Ada upaya-upaya pembatasan ruang gerak bagi kaum aktivis-pejuang agar perjuangan
kaum pribumi tidak berkembang, sehingga dapat membahayakan pemerintah jajahan.

Dalam bidang sosial budaya, akibat penjajahan ditandai oleh semakin melemahnya
kekuasaan feodal atau raja-raja dan bangsawan. Kelompok raja-raja dan bangsawan telah
kehilangan fungsinya sebagai pemimpin dan penggerak perlawanan. Perjuangan dilanjutkan
melalui jalur keagamaan karena melalui perjuangan yang dilandasi oleh keimanan terhadap
ajaran agama (Islam) inilah maka perjuangan mereka tidak akan sia-sia.

Ditengah perjuangan untuk mencapai kemerdekaan ini, pemerintahan Hindia


Belanda membuat aturan yang secara sosial budaya sangat merugikan bagi kaum pribumi.
Pemerintah Hindia Belanda membagi tiga golongan masyarakat yang berdampak pada
pengakuan hak dan kewajiban. Golongan pertama adalah Golongan Eropa termasuk
Belanda; golongan kedua adalah kelompok Timur Asing; dan golongan ketiga adalah kaum
pribumi.

 Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat Kebangsaan Menuju Kemerdekaan

Perjuangan untuk melepaskan diri dari kungkungan penjajah telah dilakukan


diberbagai daerah di Nusantara jauh sebelum abat ke-20. Hanya perjuangan belum bersifat
Nasional atau kebangsaan untuk membentuk suatu negara-bangsa (Nation
State). Perjuangan dilakukan oleh sejumlah kerajaan untuk mengusir penjajah dari
daerah/kerajaan tertentu secara lokal sehingga sering disebut perjuangan
kedaerahan/lokal.

 Masa Penjajahan Barat (abad XV-XIX)

Merupakan awal kontak dengan bangsa-bangsa Barat. Kedatangan mereka ke daratan nusantara
karena kesuburan Indonesia dengan hasil bumi, mereka berlomba-lomba merebut kemakmuran bumi
Indonesia.

Masa penjajahan Belanda menuju ke arah penguasaan terhadap seluruh kehidupan bangsa
maupun wilayah nusantara. Masa penjajahan Belanda, dijadikan tonggak sejarah perjuangan bangsa
dalam mencapai cita-cita.

Hampir semua orang yang berada di wilayah nusantara ini pernah merasakan bagaimana sakit dan
penderitaan selama dalam alam penjajahan. Misalnya, pengalaman penderitaan selama diterapkannya
peraturan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) oleh Van Den Bosch tahun 1828, Seorang Gubernur Jenderal
kepercayaan Ratu Wilhelm I dalam pemerintahan Hindia Belanda.

Di Negeri Belanda sendiri terjadi proses pembangunan besar-besaran hasil keringat


rakyat Nusantara yang mengalami proses pembodohan dan kemiskinan. Muncul pula suara-
suara yang membela rakyat jajahan diparlemen Belanda terutama partai Liberal yang
memenangkan pemilu saat itu. Orang-orang yang menaruh simpatik atas penderitaan rakyat
di nusantara itu adalah :
Pertama, Baron Van Houvell, seorang pendeta yang bekerja bertahun-tahun di
wilayah nusantara sehingga tahu kondisi rakyat ditanah air saat itu.

Kedua, Eduard Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, bekas
Asisten Residen Lebak yang meminta berhenti karena tidak tahan melihat kesengsaraan
rakyat Lebak akibat penjajahan Belanda.

Ketiga, Mr. Van Deventer, yang gigih membela kepentingan rakyat Indonesia dan
berpendapat bahwa Belanda mempunyai Hutang Budi kepada rakyat Indonesia. Hutang
budi ini harus dibayar oleh Belanda dan Ia mengusulkan agar Belanda menerapkan Etisce
Politic, ialah politik balas budi yang terdiri atas tiga program : Edukasi, Transmigrasi
dan Irigasi.

Pemerintah Belanda akhirnya mau menjalankan politik balas budi ini, terbukti
dibangunnya sekolahan-sekolahan, rumah sakit, irigasi namun ternyata bukan untuk
kepentingan rakyat Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Belanda sendiri.

Efek samping dari upaya Belanda dalam menjalankan politik balas budi ini bagi
bangsa Indonesia todak dapat diingkari. Terbukti setelah adanya politik balas budi, ada
rakyat Indonesia yang mulai sadar atas nasibnya dimana banyak kepincangan sosial,
kebodohan dan kemiskinan yang merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan
sadar akan nasib bangsanya inilah yang selanjutnya menjadi tokoh-tokoh pergerakan dan
kebangkitan Nasional.

 Masa Kebangkitan Nasional

Merupakan awal tonggak kebangkitan bangsa yang telah sekian lamanya terbenam
dalam penjajahan. Perlawanan secara fisik yang tidak ada koordinasi, mendorong pemimpin
Indonesia untuk merubah perlawaan yaitu dengan menyadarkan bangsa Indonesia akan
pentingnya bernegara.

Sejak inilah muncul kesadaran berbangsa dan bernegara bagi rakyat Nusantara
yang sama-sama ada dalam penjajahan. A.K. Pringgodigdo (1991) membagi masa
perjuangan kebangsaan di Indonesia atas lima dimensi, yakni : (1) Pergerakan Politik; (2)
Pergerakan Serekat Kerja; (3) Pergerakan Keagamaan; (4) Pergerakan Wanita; (5)
Pergerakan Pemuda. Lima dimensi pergerakan pada masa penjajahan Belanda ini dibagi
lagi menurut kurun waktu sebagai berikut :

 1. Masa 1908-1920

 2. Masa 1920-1930

 3. Masa 1930-1942
Ada tiga jenis pergerakan politik pada masa 1908-1920, ialah :

 Organisasi-organisasi Indonesia yang terdiri atas Budi Utomo, Sarekat Islam, perkumpulan-
perkumpulan berdasarkan kedaerahan.

 Perkumpulan campuran, yakni bangsa Indonesia dan bukan bangsa Indonesia,


seperti Insuiinde, National Indische Partij, De Indische Partij-Douwes Dekker, Indische
Sociaal democratische Verreenining-Sneevliet, Indische Sociaal Democratische Partij.

 Perkumpulan campuran yang bertujuan Indonesia tetap dalam ikatan dengan negeri
Belanda.

Pergerakan politik pada masa 1920-1930 untuk organisasi Indonesia meliputi Partai
Komunis Indonesia, Sarekat Islam, Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia,Studieclub-
studieclub , Partai Nasional Indonesia, perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, dan
golongan berdasarkan keagamaan. Sedangkan pergerakan politik pada masa 1930-1942
meliputi Pendidikan Nasional Indonesia, Partai Indonesia, Gerindo, Partai Persatuan
Indonesia, Budi Utomo, Partai Rakyat Indonesia, Persatuan Bangsa Indonesia, Partai
Indonesia Raya, PSII, Parii, Penyedar, PII dan PSII ke-2, perkumpulan berdasarkan
kedaerahan, golongan berdasarkan keagamaan, GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia.

Budi Oetomo, merupakan organisasi pertama di Indonesia yang berbentuk modern,


yaitu organisasi dengan pengurus yang tetap. Budi Oetomo di didirikan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908 yang dilatarbelakangi oleh propaganda dr. Wahidin Sudirohusodo
untuk memajukan bangsa Indonesia dibidang pengajaran yang pada saat ini kondisinya
sangat terbelakang bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Sarekat Islam, didirikan di Solo tahun 1911 oleh Haji Simanhudi. Lahirnya Sarekat Islam
lebih banyak dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Perdagangan bangsa Tionghoa yang telah banyak menghambat perdagangan Indonesia,


seperti monopoli bahan-bahan batik dan tingkah laku orang-orang sombongs esudah
terjadinya revolusi di Tiongkok.

2. Semakin meningkatnya penyebaran agama kristen di tanah air dan adanya ucapan
penghinaan parlemen Belanda tentang tipisnya kepercayaan beragama orang Indonesia.

3. Cara adat istiadat lama yang terus dipakai di daerah-daerah kerajaan yang makin lama
makin dirasakan sebagai penghinaan.

Sementara itu National Indische Partij (NIP) dan ISDV yang berdasarkan sosialisme kiri
yang tidak banyak mendapatkan anggota mulai melihat keberhasilan Sarekat Islam sebagai
organisasi rakyat dan berusaha mendapatkan pengaruh dalam Sarekat Islam (SI).

Selain organisasi yang bersifat Nasional, pada dekade tersebut muncul pula
organisasi/perkumpulan yang berdasarkan kedaerahan, seperti Pasundan, Serikat
Sumatera, perkumpulan orang-orang Ambon dan perkumpulan orang-orang Minahasa.

Pada periode tahun 1920-1930 ditandai oleh berdirinya berbagai organisasi yang
bersifat kedaerahan dan organisasi yang cukup besar pengaruhnya dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia, ialah Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berasaskan
menolong diri sendiri (selfhelp), non-kooperatifdan marhaenisme yang bertujuan :
Bidang Politik, memajukan penghidupan yang merdeka, memperkuat rasa kebangsaan
dan rasa kesadaran atas persatuan bangsa Indonesia, khususnya dan memperkokoh
perhubungan bangsa-bangsa Asia.

Bidang Ekonomi, memajukan penghidupan yang merdeka, memajukan perdagangan


kebangsaan, kerajinan, bank-bank dan koperasi.

Bidang Sosial, memajukan pengajaran yang bersifat kebangsaan, memperbaiki


kedudukan wanita,memerangi pengangguran, usaha-usaha transmigrasi, menyokong
serikat-serikat sekerja, memajukan kesehatan rakyat dan membasmi pemadat dan
peminum.

Pada tahun 1920-an ini, adalagi peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia menuju suatu negara kesatuan adalah munculnya berbagai organisasi
pemuda dari berbagai wilayah di nusantara yang menyatakan keinginan untuk bersatu
sebagai suatu bangsa. Gerakan pemuda ini diawali dengan berdirinya Jong Java yang
disebut juga Tri Koro Dharmo (Tiga Tujuan Mulia).

Upaya kelompok pemuda yang dirintis sejak lama itu mencetuskan cita-citanya dalam
suatu kongres pemuda II di Jakarta pada tanggal 26-28 oktober 1928.

Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru). Sejak tahun 1932 organisasi ini dipimpin
oleh Moh. Hatta, bertujuan melepaskan diri dari penjajahan untuk mencapai kemerdekaan
dan menjunjung tinggi sikap non-koperasi dengan pihak Pemerintah Belanda.

Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindro). Didirikan di Jakarta tahun 1937 oleh mantan
anggota Partindo, sehingga tujuannya sama dengan Partindo. Perbedaanya Gerindro
menjunjung asas kooperasi, ialah mau bekerja sama dengan pihak Hindia Belanda.

Partai Persatuan Indonesia (Partindo). Organisasi ini dipimpin oleh Mr. Sartono dan
pada hakekatnyamerupakan kelanjutan dari PNI lama sehingga tujuannya pun sama ialah
Indonesia Merdeka. Secara spesifik, tujuannya (1) perluasan hak-hak politik dan perteguhan
keinginan menuju suatu pemerintahan rakyat berdasarkan demokrasi; (2) perbaikan
hubungan komunikasi dalam masyarakat; dan (3) perbaikan ekonomi rakyat.

Organisasi politik lainnya yang tumbuh sejak tahun 1930-an hingga menjelang
kemerdekaan yang mempunyai tujuan untuk mencapai kemerdekaan antara lain Partai
Rakyat Indonesia (PRI), Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), Partai Indonesia Raya
(Parindra), PSSI, Partai Islam Indonesia (Parii), Penyedar, dll.

Dari serangkaian perjuangan bangsa melalui berbagai sarana organisasi


kemasyarakatan dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya bangsa Indonesia pada saat itu
telah mulai sadar akan nasibnya yang sedang dijajah sehingga kondisinya miskin, bodoh
dan tidak ada kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena itulah, muncul
berbagai gerakan yang mengarah pada upaya untuk mempersatukan diri melawan
penjajahan dengan berbagai taktik perjuangan yang dilandasi oleh semangat persatuan dan
nasionalisme yang kuat.

 Masa Berakhirnya Kolonialisme Asing (1942-1945)


Jepang masuk ke Indonesia menghalau Belanda, merupakan awal Jepang di Indonesia. Melihat
kenyataan yang tidak menguntungkan, Jepang mengubah haluan politik dengan mempropagandakan
bahwa kehadirannya di Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari cengkraman penjajah. Tetapi itu
hanya tipuan agar rakyat Indonesia membantu Jepang.

Kenyataan yang dialami bangsa Indonesia, Jepang sesungguhnya tidak kurang kejam dari pada
penjajah Belanda, dimana bangsa Indonesia mengalami penderitaan yang mengakibatkan kekecewaan
rakyat Indonesia atas perlakuan Jepang, sehingga menimbulkan perlawanan.

Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan. Jepang menjanjikan akan
memberikan kemerdekaan di kemudian hari, apabila perang telah selesai.Untuk mewujudkan janji tersebut,
tanggal 29 April 1945 Jepang membolehkan rakyat Indonesia membentuk Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, yang
kemudian memulai sidang pertama untuk merumuskan konsep dasar Negara
yaitu Pancasila. Janji kedua diumumkan lagi, berupa “kemerdekaan tanpa syarat”. Tanggal 14 Agustus
1945, Jepang menyerah kalah pada sekutu, saat itu terjadi kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Menanggapi situasi ini, bangsa Indonesia mempersiapkan proklamasi kemerdekaanpada tanggal


17 Agustus 1945, yang dikumandangkan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah jembatan emas, sehingga


mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan negara Indonesia. Menurut Surjumiharjo (1989),
gerakan ini merupakan peristiwa yang serempak di berbagai belahan bumi , khususnya di Asia dan Afrika.
Kemampuan Verbal
Sinonim/Persamaan Kata

1. Akurat : saksama 35. Identitas : ciri-ciri


2. Alternatif : cara lain 36. Insinuasi : sindiran
3. Algoritma : prosedur pemecahan 37. Insomnia : tak bisa tidur
4. Ambiguitas : makna ganda 38. Interpelasi : hak bertanya
5. Aporisma : maksimal 39. Iterasi : perulangan
6. Bagak : pemberani 40. Izin : biar
7. Bibliografi : daftar pustaka 41. Kampiun : Juara
8. Boga : makanan nikmat 42. Kleptofobia : takut kecurian
9. Bonafide : dapat dipercaya 43. Kolusi : kongkalikong
10. Bonanza : sumber kesenangan 44. Kontras : perbedaan nyata
11. Bonus : Hadiah 45. Konvensi : kesepakatan
12. Bubut : cabut 46. Koordinator : ketua
13. Bulat : bundar 47. Latif : indah
14. Canggih : sophisticated 48. Liga : perserikatan
15. Class : group 49. Mobilitas : gerak
16. Dedikasi : pengabdian 50. Mukjizat : karamah
17. Dehidrasi : kehilangan cairan tubuh 51. Negosiasi : perundingan
18. Delik : pelanggaran hukum 52. Nuansa : perbedaan makna
19. Distorsi : penyimpangan 53. Otodidak : maju dengan belajar sendiri
20. Donasi : Kontribusi 54. Porto : biaya
21. Ekamatra : fisika 55. Promosi : Kenaikan pangkat
22. Eklips : gerhana 56. Proteksi : perlindungan
23. Ekskavasi : penggalian 57. Promovendus : calon doktor
24. Eksodus : pengusiran 58. Provokasi : pancingan
25. Elaborasi : penjelasan terperinci 59. Rabat : potongan
26. Evokasi : menggugah rasa 60. Registrasi : pendaftaran
27. Friksi : desakan 61. Residu : sisa
28. Gaji : honor 62. Serebrum : otak besar
29. Galat : Keliru 63. Sine Qua Non : harus ada
30. Gasal : ganjil 64. Tangkal : cegah
31. Genjah : Cepat berbuah 65. Tuna Grahita : cacat mental
32. Hayati : hidup 66. Virtual : nyata
33. Hibrida : bibit unggul 67. Zenit : puncak
34. Hukuman : denda
Antonim/lawan kata

1. Abadi >< fana 24. Konklusif ><proposisi

2. Absurd >< masuk akal 25. Legislatif >< Eksekutif

3. Amal >< mal 26. Longgar >< sempit

4. Amatir >< kampiun 27. Makar >< jujur

5. Anggara >< jinak 28. Mandiri >< bergantung

6. Antipati >< simpati 29. Monoton >< berubah-ubah

7. Apriori >< aposteriori 30. Muskil >< mungkin

8. Asli >< duplikat 31. Nomadik >< Menetap

9. Bukit >< lembah 32. Pasti >< spekulasi

10. Bulat >< oval 33. Perintis >< pewaris

11. Canggih >< sederhana 34. Pertemuan >< perpisahan

12. Cucu >< kakek 35. Prominen >< biasa

13. Curang >< sportif 36. Rawan >< aman

14. Deduksi >< Induksi 37. Sekarang >< esok

15. Ekletik >< tidak pilih-pilih 38. Sekuler >< keagamaan

16. Ekspresi >< impresi 39. Sporadis >< kerap

17. Elastis >< kaku 40. Takzim >< acuh

18. Fonem >< Morfem 41. Teks >< konteks

19. Gegai >< kuat 42. Tetiran >< asli

20. Ibu >< anak 43. Tinggi >< rendah

21. Kebijakan >< kecerobohan 44. Universal >< parsial

22. Khas >< umum 45. Vokal >< konsonan

23. Konkaf/cekung >< konveks/cembung

Analogi / padanan hubungan kata

1. adagio : allegro (antonim) o Uap : Air (uap didinginkan jadi air)

o Lambat : Cepat 3. Air : Haus (kalo haus minum air)

2. Air : Es (air didinginkan jadi es) o Makanan : Lapar


4. Air : Menguap (air dipanaskan akan 15. Janji : Bukti (janji harus disertai bukti)
menguap) o Ucapan : Tindakan (ucapan harus
o Es : Mencair disertai tindakan)

5. Apoteker : Obat (apoteker meracik obat) 16. Kaka Tua : Merpati (sama2 burung)

o Koki : Masakan (koki meracik o Gurame : kakap (sama2 ikan)


masakan) 17. Kampung : Sawah (dikampung banyak
6. Bangsa : Ethnologi (ilmu yang sawah)
mempelajari bangsa ethnologi) o kota : gedung (dikota banyak gedung)
o Penyakit : Patologi 18. Kendaraan : Mobil (mobil adalah salah
o Ramalan : astrologi satu jenis kendaraan)
7. Belajar : Pandai (belajar agar pandai) o Orang : Pemuda
o Berpikir : arif (berpikir agar arif) 19. Koran : Makalah : Buletin (sama2 media
8. Bunga : Buket (kumpulan bunga yg cetak)
dirakit jadi satu namanya buket) o Bus : Kereta Api : Delman
o kertas : buku 20. Kosong : Hampa (sinonim)
9. Bunga : taman (bunga ada di taman) o Cair : encer
o Dosen : universitas) 21. Kulit : sisi
10. Burung : terbang : udara (burung dapat o atap : genteng
terbang di udara)
22. Laba : Penjualan
o Ikan : berenang : air
o Keberanian : Kemenangan
11. Busur : Garis ( busur bengkok, garis
23. Lampu : Gelap (tidak ada lampu maka
lurus)
gelap)
o Busur : Panah
o makanan : lapar
12. Desibel : suara (satuan suara itu desibel)
24. Macan : Belang (macan memiliki belang)
o Volt : Listrik (satuan listrik itu volt)
o Gajah : Gading
13. Gelombang : Ombak (Gelombang kalo
25. Marah : cemburu (marah karena terlalu
kecil namanya ombak)
cemburu)
o Gunung :Bukit (gunung kalo kecil
o Tidak toleransi : fanatik
namanya bukit)
26. Mata : telinga
14. Gundul : Rambut (Gundul karena tidak
o Lidah : Hidung
punya rambut)
27. Matahari : bumi (matahari dikelilingi
o Bugil : Pakaian
bumi)
o bumi : bulan 39. Seminar : sarjana

28. Matahari : terang (ada matahari jadi o Perpustakaan : Peneliti


terang) 40. Serut : Kayu (serut adalah alat yang
o Api : Panas (ada api jadi panas) digunakan untuk kayu)

29. Merah : Mawar (merah adalah warna o cangkul : kebun


bunga mawar) 41. Siswa : belajar (tugas utama siswa belajar)
o Putih Melati o ilmuwan : meneliti (tugas utama
30. Mulut : Monyong ( mulut monyong itu ilmuwan meneliti)
kurang indah) 42. Suap : Politik (dalam politik dilarang
o Hidung : pesek suap)

31. Pedas : cabai (cabai rasanya pedas) o Contok : Ujian

o Manis : sakarin 43. Sungai : Jembatan ( melewati sungai, cari

32. Penghormatan : jasa (berjasa akan diberi jembatan)

penghormatan) o Masalah : jalan keluar (melewati

o Insentif : prestasi masalah, cari jalan keluar)

33. Pelukis : gambar (hasil karya pelukis 44. Susu : Gelas (susu wadahnya gelas)

adalah gambar) o bubur : piring

o komponis : lagu 45. Tajam Tumpul (antonim)

34. Petunjuk : Afirmasi (diberi petunjuk saja o Dekat : Jauh


tidak cukup, harus di beri afirmasi) 46. Tape : ragi
o Didenda : ditahan o antiseptik : iodium
35. Pilot : Pesawat 47. Teluk : Laut
o Supir : Mobil o Semenanjung : daratan
36. Presiden : negara (presiden memimpin 48. Tembakau : Rokok : Isap ( tembakau
negara) bahan baku rokok, rokok diisap)
o ayah : keluarga o Gandum : Roti : Makan
37. Rumput : Lapangan (rumput ada di 49. Tiang : Kokoh (tiang yang bagus adalah
lapangan) yang kokoh)
o bintang : langit o Atap : terlindung
38. Sarung tangan : Petinju (Petinju 50. Tubuh : Pakaian (tubuh dilindungi dg
menggunakan sarung tangan saat bekerja) pakaian)
o Mikroskop : Bakteriolog o Buku : Sampul
51. Tukang : gergaji : palu (tukang o air : tempayan
menggunakan gergaji dan palu saat kerja) 54. Ulat : kepompong : kupu2 (siklus hidup
o Montir : obeng : tang kupu2)

52. Tuntunan : santunan o bayi : kanak2 : remaja

o Permintaan : Pemberian 55. Umum : Lazim (sinonim)

53. Uang : Pundi-pundi o Langsing : ramping

1. Tes Persamaan Kata (Sinonim)

o jangan pilih kata yang punya bunyi mirip dengan soal...karena sebagian besar itu salah (ga
semua ya, sebagian besar,hehe)

o misal soalnya APORISMA ,

o pilihan gandanya a. APRIORI b. Maksimal c. Bentuk d. pendekatan e. PRIMA

o nah jawaban A dan E ini kan mirip ama soalnya, jadi mending pilih antara C,D dan E

2. Tes Lawan Kata (Antonim)

o amati pilihan jawabannya, cari jawaban yang berlawanan, jawaban sering berada pada salah
satu dari dua kata yang berlawanan tersebut

 Contoh : Khas??? a. khusus b.wabil khusus c.inklusif d.ekslusif e.umum

o Untuk kata-kata latin/ilmiah, utamakan memilih jawaban yang mirip dengan soal

 contoh :

 Konkaf??? a.konveks b.optik c.lensa d.cekung d.konveksi


 Antipati??? a.melawan b. setuju c.lekas mati d.simpati e.bertahan hidup

o hati2...diingat2 bahwa yang kamu kerjain itu, antonim, bukan sinonim...soalnya kebanyakan
peserta tergesa2 trus kan pertanyaan sinonim ama antonim deketan, jadi peserta masih mikir
ngerjain soal sinonim

3. Tes Padanan Hubungan Kata (Analogi)

o temukan kata kunci / hubungan khusus dari kata yang diberikan

o semakin khusus hubungan maka semakin mudah untuk menemukan hubungan yang paling
sesuai

o kalo udah nemuin hubungan tapi masih bingung, coba buat jadi kalimat
o hubungan harus punya urutan yang searah, tidak di bolak balik

 misal : Kaki : Sepatu --> kaki memakai sepatu kalo ada jawaban anting : telinga berarti
salah, karena anting tidak memakai telinga...kalo ada jawaban telinga : anting baru betul

Kemampuan Numerik

Tes Pola Bilangan

1. 9-5-1-2-10-6-2-3-11-7-...
o 3

o 3? dapet darimana? loncat 4 4,

o jadi 9,10,11 trus 5,6,7 trus 1,2,3

2. G H I M N J K L M N ... ...

o hehe saya susah kalo ngeliat huruf...jadi saya pindah dulu dari huruf ke angka

o 7 8 9 13 14 10 11 12 13 14 ... ...

o udah keliatan kan polanya?

o jadi jawabannya 13 14 yang berarti huruf M N

3. 81 64 72 56 ... ... 54 40 45 32 36

o loncat 2 2

o 81,72,...,54,45,36 selalu dikurangi 9

o 64,56,...,40,32 selalu dikurangi 8

o jadi jawabannya 63 48

4. 1 3 7 15 ... ...

o perhatikan...

o 1+2=3
o 3+4=7
o 7 + 8 = 15
o 15+16=31
o 31+32=63

5. 9 9 9 6 9 3 ... ...
o loncat 2 2

o 9,9,9,... selalu 9

o 9,6,3,.... selalu dikurangi 3

o jawabannya 9 0

6. 54 40 45 ... ...

o loncat 2 2

o 81,72,63,54,45,...

o 64,56,48,40,...

o jawaban : 32,36

7. 0 - 1/2 - 4 1/2 - 1 1/2 - 9 - 2 1/2 ... ...

o loncat 2 2

o 13 1/2 - 3 ½

Tes Hitungan Biasa (Aritmatika)

1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + .......... +29 =
o bisa di kerjain pake 2 cara
o kelompokkan
 (1+29)+(2+28)+...(14+16)+15=30*14+15=435
o rumus
 penjumlahan bilangan asli --> ½N x (N+1)
 (29/2)*(29+1)=435

2. 1² + 2² + 3² + 4² + 5² + .......... + 9² =
o nah pake itungan biasa aja lebih simpel

 1 + 4 + 9 + 16 + 25 +36 + 49 +64+ 81 =

 (1+49)+(4+36)+(9+81)+(16+64)+25 = 285

3. Jika a=5 dan b=2, maka nilai dari a3 – 3a2b + 3ab2 – b3 =


o nah...berdasarkan rumus yg ada di tips n trik.. itu sama aja kayak (a-b)3
o jadi jawabannya (5-2)3 =27

4. (882 + 115)² =
o 997², capek kan itungnya? buletin aja jadi 1000², nah berarti jawabannya yg mendekati 1jt,
trus angka terakhirnya 9, kenapa 9? 997, 7 kuadrat kan 49
o kalo ga yakin, trus pengen jawaban pastinya (anak stis bgt yak -___-) ubah aja jadi
 (1000-3)²=1jt-6rb+9=994.009

5. Jika Y% dari 80 adalah 32, maka nilai Y=


o (Y/100)*80=32
o Y=40
6.

7. berapakah nilai dari akar 61


o hehe..kalo kayak gini cari aja yg mendekati...bilangan kuadrat yg mendekati adalah 64, yaitu 8
kuadrat, berarti 8 kurang dikit, cari aja di pilihan gandanya

8. Jika x + y = 100 dan x/y=1/4, maka nilai x – y =


o x/y=1/4 --> y=4x
o x+y=100 --> x+4x=100 --> x = 20 , y = 80
o x-y=-60
9. 12 adalah 150% dari ??
o bikin aja (150/100)* x =12
o x= 8
10. berapakah 6/7 dari 87,5 % ?
o 6/7 * 7/8 =6/8=0,75

11. 15 adalah 37,5% dari ?

o 3/8 * x=15

o x=40
12. 3 itu berapa persennya 20?
o (3/20)* 100% =15%
13. p = 2, dan q =3 , lalu r ² + 2pq+q², berapa pqr ?
o r p+q)² =25 ,
o pqr=2*3*25=150
14. 4,036 : 0,04 = 100,9
15. Jika x=1/16 dan y=16%, maka ...
o x<y
o 1/16 = 0,0625 , 16%=0,16
16. (1/4) : (3/5) adalah ...
o 5 : 12
17. Jika a = 2 dan b = -2 ,X a-b)² dan y b-a)², maka ...
o x =y
18. Jika x rupiah dibagi merata kepaa n orang. Setiap orang akan memperoleh bagian Rp.60.000,-.
Jika seorang lain bergabung pada kelompok diatas dan jika x rupiah dibagi merata, setiap orang
sekarang memperoleh Rp.50.000,-. Berapa rupiah kah x ?
o 300.000
o x/n=60000 , x/(n+1) = 50000
o n=5, x=300000
19. Seorang pekerja dibayar Rp.800,- perjam. Dia bekerja dari pukul 8:00 sampai pukul 16:00. Dia
akan dibayar tambahan 50% per jam untuk selewatnya pukul 16:00. Jika dia memperoleh bayaran
Rp.8.000,- pada hari itu, pukul berapa dia pulang?
o pukul 8:00 sampai pukul 16:00 --> 8 jam --> 8*800=6.400
o gaji yang didapat abis lembur 8000-6400=1600
o gaji lembur perjam 800+(800*50%)=1200
o waktu lembur = 1600/1200 = 1,333 jam = 1 jam 20 menit
o jam pulang = 16.00 + 1 jam 20 menit= 17.20

1. Tes Pola Bilangan /deret hitung (series)


o pola bilangan dapat berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pengakaran,
pengkuadratan atau gabungan dari operasi2 tersebut
o pola bilangan dapat ditebak jika telah ada minimal dua pola sebelum/ sesudahnya
o langkah awal mencari pola adalah dengan memperhatikan perubahan dari suatu bilangan ke
bilangan yg lain, kemudian tentukan apakah aturan operasi tersebut berlaku untuk seluruh
deret / tidak
o perbanyak latihan, makin bnyak latihan,makin mahir dan cepet anda ngerjainnya
2. Tes Hitungan Biasa (Aritmatika)
Kemampuan berpikir logis dan analitis

Tes Penarikan Kesimpulan (Silogisme)

1. Susilo paling pandai, Edy kalah pandai dibanding Leonardo,Leonardo sama pandainya dengan
Viki. Viki lebih pandai dari Natsir.

o Jika digambar, kurang lebih sbb:

o nah setelah itu tinggal cari jawaban yang sesuai dengan gambar

2. Semua karyawan harus hadir dalam rapat rutin.Sementara office boy adalah karyawan

o kalo digambar jadi begini


o
o nah jadi tidak semua OB itu karyawan, ada pula yg bukan karyawan

o jadi tidak semua OB ikut rapat rutin, tinggal cocokin deh ama jawaban

3. Ketika ayah dan ibu Hermawan menikah, masing-masing telah memiliki seorang anak.
Hermawan lahir persis setahun setelah perkawinan tersebut,dan memiliki 4 saudara.

o jadi kesimpulan yang bisa ditarik adalah,

 hermawan punya 2 kakak tiri dan 2 adik kandung.

 mereka 5 bersaudara

4. Merpati terbang ke utara, merpati adalah burung

o kesimpulan yang bisa didapat :

o sebagian burung adalah merpati, sebagian burung terbang ke utara

5. Hesty, Belly, Penky, dan Melly adalah mahasiswa satu angkatan dari universitas yang sama.
Hesty lulus sebelum Belly tetapi sesudah Penky, dan Melly lulus sebelum Hesty

o jadi kalo di gambar kayak gitu

o kesimpulan yang dapat diambil

o belly lulus yg paling akhir. yang paling cepet lulusnya ga bisa dicari... antara penky dan melly

6. Pengurus koperasi seharusnya berjiwa sosial, Sebagian ketua RT pernah menjadi pengurus
koperasi.

o kesimpulan : sebagian ketua RT seharusnya berjiwa sosial

7. Beberapa dosen bergabung dalam tim Karawitan. Tim Karawitan tidak ada yang menjadi pemain
tenis.

o kesimpulan : beberapa dosen bukan pemain tenis


8. A dan B berasal dari fakultas yang sama. D dan E juga berasal dari fakultas yang sama.
A,B,C,D,E sedang duduk di kursi panjang, namun Mahasiswa yang berasal dari fakultas yang
sama tidak boleh duduk berdekatan.

o cari aja jawaban dimana A ga sebelah B dan D ga sebelah E

9. Semua guide pandai berbahasa asing. Fido bukanlah seorang guide.

o Biasanya banyak yang terjebak untuk menarik kesimpulan bahwa Fido tidak pandai berbahasa
asing. Ini adalah kesimpulan yang tidak benar. Perhatikan kalimatnya: semua guide pandai
berbahasa asing. Kalimat tersebut tidak dapat dibalik, artinya yang pandai berbahasa asing
bukan hanya guide. Sehingga jika dikatakan Fido bukanlah seorang guide, maka belum tentu
ia tidak pandai berbahasa asing!

o Jadi, tidak ada kesimpulan yang benar

10. Selama semester ini Budi belum pernah mendapat nilai lebih baik daripada teman-temannya.
Heru termasuk diantara separuh siswa yang terpandai di kelas. Agus lebih pandai daripada dari
Heru dalam pelajaran Matematika. Hasil ulangan Biologi Agus lebih rendah daripada hasil
ulangan Budi.

o kesimpulan :

 budi nilainya paling jelek

 heru pandai

 agus lebih pandai dari heru di matematika

 budi lebih pandai dari agus di biologi

11. 1) Tidak semua sarjana yang pandai lolos ujian CPNS. 2) Semua sarjana yang bodoh tidak lolos
ujian CPNS. 3) Tidak semua sarjana yang pandai selalu mempunyai nilai ijazah yang lebih baik
daripada yang lebih bodoh. 4) Purdi mempunyai nilai ijazah yang lebih buruk dari pada Alan.

o kesimpulan :

 belum tentu purdi lebih bodoh dari alan, ataupun sebaliknya

 keduanya belum tentu lolos ujian cpns, tapi mungkin saja lolos, karena kita tidak tau purdi
dan alan itu pinter apa nggak hehehe

12. Semua hewan adalah makhluk hidup. Semua makhluk hidup akan mati.

o kesimpulan: semua hewan akan mati

13. semua bayi minum ASI. Sebagian bayi diberi makanan tambahan.

o kesimpulan: sebagian bayu minum asi dan diberi makanan tambahan


14. Semua hewan adalah makhluk hidup. Semua makhluk hidup akan mati. Kucing adalah hewan
yang mempunyai ekor. Tidak semua hewan berekor dapat memanjat. Jadi ...

o Kucing akan mati

15. Indah lebih tinggi dari Ade, dan Sulastri lebih pendek dari Indah. Kesimpulan yang dapat diambil
dari pernyataan di atas adalah ...

o Sulastri dan Ade lebih pendek dari Indah

1. Tes Penarikan Kesimpulan (Silogisme)


o untuk soal2 perbandingan yang biasanya punya ciri2 pake kata "LEBIH" atau "DARIPADA",
maka solusi termudahnya adalah dengan cara digambar/ditulis
o Dalam soal-soal SILOGISME sering dijumpai kata-kata sementara atau semua. Jika anda
menemui kata:
 Sementara/ sebagian/ beberapa/ ada/ mungkin semua, maka artinya adalah TIDAK
SEMUANYA atau MINIMAL SATU ANGGOTA. (jika dalam gambar, gunakan 2 tanda
panah).
 Semua/ setiap, artinya adalah SELURUH ANGGOTA TANPA KECUALI. (jika dalam
gambar, gunakan 1 panah saja).
 kalimat yang tidak didahului oleh kata
 semua/ beberapa maka maksudnya adalah SEMUA

Anda mungkin juga menyukai