DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :4
ANGGOTA : LIZA AFRAH
KHALISA HUMAIRA
PURNAMA IDAMAI
RAUDHATUL JANNAH
SEMESTER :2
MATA KULIAH : PANCASILA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI .........................................................
.............................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari pancasila dan filsafat? 2. Apa saja
karakteristik, prinsip-prinsip serta hakikat pancasila sebagai filsafat? 3. Bagaimana
pengertian pancasila sebagai suatu filsafat? 4. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?
5. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar ontologis, epistemologis, serta
aksiologis?
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila yang
artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mempunyai
lima sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan diatas
suatu pondasi atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari lima dasar atau
lima asas. Adapun pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut Notonegoro
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan dapat
menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu, lambang
persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara Indonesia. Selain
menjadi dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup, Pancasila juga
sebagai sistem filsafat. Sebelumnya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani “ philein ”
yang berarti cinta dan “ Sophia ” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut
asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran /
pengetahuan. Secara sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang
sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian
filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus,
Smith & Nolan sebagai berikut:
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri. f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia
Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang
dapat ditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama; dalam sidang
BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische
Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:
Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka
Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai
perkataan yang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu
Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno,
1985: 7).
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil
perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan
merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu sistem filsafat
karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Beberapa ciri berpikir
kefilsafatan meliputi: (1). sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan
satu sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak
saling bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri; (2). sistem filsafat harus bersifat
menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan
manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia; (3). sistem
filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang
sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak
tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (4). sistem filsafat bersifat spekulatif,
artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal
yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran
tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada permulaannya merupakan
buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian
dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang
BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).
Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan
dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi
negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala
kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan,
pemerintahan, perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan warga negara
dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk
menciptakan kesejateraan bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi
operasional dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di
atas dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara
(Sastrapratedja, 2001: 1).
➔ Prinsip-prinsip
❖ Tuhan, yaitu sebagai kausa prima. ❖ Manusia, yaitu makhluk individu dan
makhluk sosial;atu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri. ❖ Rakyat, yaitu
unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong. ❖ Adil, yaitu
memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
➔ Hakikat
Dengan uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang ternyata
cocok diterapkan kepada Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa
Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia,
nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti telah diutarakan di
muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya Indonesia, dari
nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya, adat
istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.
mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu
Tuhan, manusia, dan alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar
negara rumusannya jelas yaitu:
Dari rumusan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia, satu, rakyat,
dan adil. Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja, yaitu
Tuhan, manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil, sebab
hal-hal yang bersatu, rakyat dan keadilan itu berada pada alam semesta itu sendiri.
Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapat diterima.
Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu yang ada itu sendiri.
Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar
dengan tambahan awalan ke/per dan akhiran an. Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata
dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an, maka akan menjadi abstrak (bersifat
abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu menunjukkan sifat hakikat dari
bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat abstrak dari manusia itu
sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga dalam sila-sila Pancasila
yang lainnya, yaitu KeTuhanan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Khusus untuk
persatuan, awalan per menunjukkan suatu proses menuju ke awalan ke yang nantinya
diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan analisis penjabaran ini, maka Pancasila
memenuhi syarat juga dalam hal objek formalnya.
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas
lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan
memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subjek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang
Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya
adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa, jasmani dan rohani.
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan
raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh
karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk
pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia. Sastrapratedja (2010: 147--154)
menjabarkan prinsip-prinsip dalam Pancasila sebagai berikut: (1) Prinsip Ketuhanan
Yang Maha Esa merupakan pengakuan atas kebebasan beragama, saling
menghormati dan bersifat toleran, serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan
beragama itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama. (2). Prinsip
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengakui bahwa setiap orang memiliki
martabat yang sama, setiap orang harus diperlakukan adil sebagai manusia yang
menjadi dasar bagi pelaksanaan Hak Asasi Manusia. (3). Prinsip
Persatuamengandung konsep nasionalisme politik yang menyatakan bahwa
perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan agama tidak menghambat atau mengurangi
partsipasi perwujudannya sebagai warga negara kebangsaan. Wacana tentang
bangsa dan kebangsaan dengan berbagai cara pada akhirnya bertujuan menciptakan
identitas diri bangsa Indonesia. (4). Prinsip Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan mengandung makna bahwa
sistem demokrasi diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi
tercapainya mufakat untuk menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas. (5).
Prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sebagaimana yang
dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan pada prinsip tidak adanya kemiskinan
dalam negara Indonesia merdeka, hidup dalam kesejahteraan (welfare state).
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat,
dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan
sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan
tanggung jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan.
Sila keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa
besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA