Anda di halaman 1dari 7

Nama : Indah Prameswari Wiryanti

NIM : R011231123
Kelas : RA

Intisari video pertama :


A. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, tersusun atas dua kata yaitu philos
yang berarti cinta atau Philia yang berarti persahabatan,tertarik. Kemudian kata “Sophos”
yang berarti kebijaksanaan,pengetahuan,keterampilan,pengalaman, praktis dan
inteligensi. Mempelajari filsafat berarti upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan
hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Filsafat tentu merupakan kegiatan
intelektual yang metodis dan sistematis, namun lebih menekankan pada aspek reflektif di
dalam menangkap makna yang hakiki dari segala sesuatu. Pancasila sebagai sistem
filsafat merupakan hasil perenungan yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Golongan
ini dimaksudkan untuk merumuskan dasar bagi negara yang akan merdeka

B. Sifat-sifat Sistem Filsafat

1. Sistem filsafat harus bersifat Koheren


koherensi artinya berhubungan satu sama lain, tidak mengandung pernyataan yang
sangat bertentangan di dalamnya. Pancasila memiliki bagian-bagian yang saling
berhubungan meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi. Tiap bagiannnya
mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh
Menyeluruh artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan
manusia. Pancasila sebagai sistem filsafat Timur bangsa merupakan suatu pola yang
dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat Indonesia.
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar
Sistem filsafat bersifat mendasar artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang
sampai kepada inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila dirumuskan berdasarkan inti mutlak dari tata kehidupan
manusia Indonesia di dalam menghadapi diri sendiri,sesama manusia dan Tuhan
dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan, bernegara.
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif
Spekulasi artinya sebuah buah pikir dari hasil perenungan sebagai pra-anggapan
yang menjadi titik awal berdasarkan pranalogis serta pangkal tolak pemikiran
tentang sesuatu. Pancasila dirumuskan sebagai buah pikir dari para tokoh-tokoh
kenegaraan kita yang digali dari budaya bangsa Indonesia.Pancasila tentu bukan
sesuatu yang lahir dari pemikiran begitu saja, tapi melihat realita kehidupan
masyarakat nusantara dari dari zaman kerajaan tertua sampai kemudian masa
penjajahan

C. Hakikat atau esensi dari Pancasila sebagai sistem filsafat

1. Hakikat Sila Ketuhanan


Terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk. Setiap makhluk hidup termasuk warga negara harus
memiliki kesadaran yang otonom. Terdapat kebebasan dan kemandirian yang
nantinya akan dihadapkan pada tanggung jawab
2. Hakikat Sila Ketuhanan
Manusia sebagai manusia monopluralis, yang terdiri dari 3 monodualis. Pertama yaitu
susunan kodrat, Manusia memiliki jiwa dan jiwa raga yang menyatu dan tidak bisa
terpisah. Kedua, Sifat kodrat, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Kemudian yang terakhir adalah kedudukan kodrat dari makhluk pribadi yang otonom,
sekaligus sebagai makhluk ciptaan Tuhan, karena percaya akan adanya Tuhan.
3. Hakikat Sila Persatuan
Terkait dengan semangat kebangsaan. rasa kebangsaan itu tentu terwujud dalam
bentuk Cinta tanah air, yang dibedakan kedalam 3 jenis yaitu Tanah air Real, formal
dan mental. Tanah air real berarti apa yang kita pijak. Tanah air formal berarti negara
yang berundang-undang dasar. Kemudian tanah air mental. Indonesia sebagai sebuah
negara yang memiliki ironi ideologi Pancasila
4. Hakikat Sila Kerakyatan
Terletak pada prinsip musyawarah. Artinya, keputusan yang diambil didasarkan atas
semangat musyawarah untuk mufakat, bukan untuk membenarkan begitu saja
pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas
5. Hakikat Sila Keadilan
Terwujud dalam 3 aspek keadilan yaitu keadilan distributif, keadilan legal dan
keadilan komulatif. Keadilan distributif bersifat membagi dari negara kepada warga
negara, Keadilan legal berarti kewajiban warga negara terhadap negara, dan keadilan
komulatif berarti keadilan antar sesama warga negara.

Intisari video kedua :


A. Urgensi Dari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila merupakan refleksi filosofis. Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan


pada beberapa aspek, yang pertama agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional
dan mendasar mengenai sila-sila ancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar
dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang
kehidupan bernegara. Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagi perspektif baru
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka
evaluasi terhadap segala kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa bernegara
serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional Hal yang sangat
urgent bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah :
 Pancasila dapat memulihkan harga diri bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa
yang merdeka dalam politik, merdeka secara yuridis dan juga merdeka dalam
mengemukakan ide-ide
 Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari
nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri.
 Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi
 Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinking bagi bangsa Indonesia, untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi
antara tindakan dan pemikiran

Intisari video ketiga :


A. Filosofi Gronslag Dan Weltanschaung

Filosofi gronslag atau kemudian bisa juga disebut weltanschaung artinya hal-hal yang
sangat mendasar yang dibutuhkan untuk membangun atau mendirikan Negara Indonesia.
Filosofi grondslag bersifat teoritis dan abstrak, cara berpikir dan memandang realita
dengan sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Sedangkan Weltanschaung
lebih mengacu kepada pandangan hidup yang bersifat praktis. Jadi filsafat berada di
dalam lingkup ilmu, sementara Weltanschaung berada pada lingkungan hidup manusia.
Pancasila sebagai filosofi grondslag diharapkan bahwa nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila pancasila harus mendasari seluruh peraturan hukum yang
berlaku Indonesia. Maka dari itu Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Sementara itu, Pancasila sebagai weltanschaung artinya bahwa nilai-nilai
pancasila sebenarnya sudah ada,berkembang, dan tumbuh di Persada Nusantara sebelum
merdeka menjadi sebuah negara kesatuan Republik Indonesia.
Pancasila sebagai genetivus objectifus berarti menempatkan Pancasila sebagai objek,
lalu dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat
yang berkembang.
Pancasila sebagai genetivus subjectivus Berarti Pancasila menjadi subjek, Artinya
bahwa Pancasila digunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun
sebaliknya.

Intisari video keempat :


A. Landasan Ontologis
Landasan Ontologis membahas tentang hakikat yang paling dalam dan sesuatu yang
ada, unsur yang paling umum dan bersifat abstrak. Inti persoalan ontologis adalah
menganalisis tentang substansi. Landasan ontologis pancasila artinya bahwa sebuah
pemikiran filosofis atas hakikat sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia. Pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk
pengakuan atas eksistensi bangsa Indonesia.
Secara Ontologis, pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Menurut Prof Notonegoro, hakikat
dasar ontologis pancasila itu adalah manusia, hal ini dikarenakan manusialah yang
merupakan subjek hukum pokok dari sila-sila Pancasila.

B. Landasan epistemologis

Landasan epistemologis merupakan cabang filsafat ilmu pengetahuan yang


membahas tentang sifat dasar pengetahuan, lingkup dan dasar umum pengetahuan.
Adapun persoalan umum dalam epistemologis terbagi menjadi dua yaitu tingkatan
pengetahuan yang muncul sebelum pengalaman dan tingkatan pengetahuan yang dapat
menjadi sesuatu yang pasti. Terdapat dua cara berkembang untuk mengetahui tingkatan
tersebut dalam wacana epistemologis yaitu rasionalisme yang merupakan satu-satunya
sarana dan sumber dalam memperoleh pengetahuan. Selanjutnya ada empirisme yang
berpendapat bahwa pengalaman indrawi empiris merupakan sarana dan sumber
pengetahuan yang bersifat aposteriori. Sehingga, Pancasila sebagai system filsafat dalam
landasan epistemologis bersifat aposteriori yang merupakan pengetahuan sebelum
munculnya pengalaman. Namun pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman dalam
kehidupan bangsa Indonesia sehingga juga dapat bersifat apriori.

Problem kedua tentang pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang
pasti berkembang, maknanya bahwa pengetahuan yang mutlak dan pengetahuan yang
relative. Pancasila dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang mutlak, karena sifat
universal yang terkandung dalam hakikat sila-silanya

Landasan epistemologis pancasila artinya nilai-nilai Pancasila itu digali dari


pengalaman empiris bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah
pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara.

C. Landasan Aksiologis

Landasan Aksiologis terkait dengan masalah nilai, nilai merupakan kualitas dari
objek karena nilai membutuhkan pengembangan untuk keberadaannya. Landasan
Pancasila adalah nilai-nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Kajian aksiologi Pancasila yaitu dengan melihat hakikat tentang nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila.
Intisari video kelima :
A. Pancasila Sebagai Hirarkis Piramidal

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu kebulatan yang terdiri atas lima asas
yang berhubungan satu sama lain. Pancasila disebut hirarkis karena hirarkis setiap sila
mengandung dibatasi dan disifati oleh sila lainnya, dengan kata lain sila-sila Pancasila
tidak berdiri sendiri atau parsial tapi untuk menyeluruh. Kemudian Pancasila sebagai
pyramidal dari segi keluasannya, maka kemudian sila-sila yang dibelakang itu lebih
sempit dari sila yang berada didepan. Artinya, sila pertama merupakan dasar yang
paling umum bagi seluruh sila-sila yang ada dibelakangnya dan menjiwai semua sila.
Sila kelima memiliki tujuan yang khusus dan tujuan dari semua sila.

B. Tantangan Pancasila Sebagai Filosofi Bangsa


 Kapitalisme merupakan aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual
pemilik modal mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan
sebesar-besarnya merupakan upaya untuk mensejahterakan rakyat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kapitalisme merupakan tantangan Pancasila sebagai
system filsafat karena meletakkan kebebasan individual secara berlebihan,
sehingga dapat menimbulkan banyak dampak negatif seperti monopoli dan lain-
lain.
 Komunisme merupakan sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Salah satu
tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai filsafat adalah dominasi
negara yang berlebihan dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan
yang dapat menyebabkan beban negara menjadi berat dan kemudian dapat
menjadi sebuah kegagalan. Hal-hal yang dapat menjadi faktor yang bisa
menggeser Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga
diperlukan reaktualisasi. Selain itu, perkembangan hak asasi manusia itu tidak
disamakan dengan kewajiban asasi manusia. Jadi, hak asasi manusia seperti
dipandang sebagai sesuatu yang absolut padahal dibalik itu ada kewajiban asasi
karena HAM dibatasi oleh hak orang lain atau pihak lain dan pembatasan
undang-undang.
 Lonjakan pemanfaatan teknologi informasi, karena masyarakat sudah dijejali
dengan kemajuan teknologi tapi tidak dibarengi dengan pemahaman -
pemahaman moral, norma terkait dengan penggunaan teknologi tersebut. Oleh
karena itu, reaktualisasi Pancasila sangatlah penting untuk memperkuat paham
kebangsaan dan memberikan jawaban atas semua pertanyaan akan dibawah
kemana kehidupan bangsa ini. Sehingga, setelah reaktualisasi diperlukan
implementasi nilai Pancasila dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat.
C. Dinamika Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila merupakan sesuatu yang dinamis, sesuai dengan dinamika kehidupan


berbangsa dan bernegara. Di era Presiden Soekarno, Pancasila sebagai sebuah sistem
filsafat (filosofi grondslag) dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Namun, ide ini merupakan sesuatu yang yang
menjadi adagium politik itu. Ada beberapa hal yang yang menyebabkan masalah dalam
ketatanegaraan, saat itu terdapat manifestasi politik. Kemudian dimasa Soeharto,
Pancasila sebagai sistem filsafat itu berkembang ke arah yang lebih praktis bisa
dikatakan lebih tepatnya ke arah weltanschauung, bahwa Filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan untuk pada banyak kebenaran dan kebijaksanaan tapi digunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari.

Sedangkan pada masa reformasi, Pancasila mulai memudar bahkan hampir menghilang.
Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang meganggap Pancasila sebagai
bagian dari orde baru. Sehingga menyebabkan bangsa Indonesia mulai kehilangan arah
dan terdapat banyak peristiwa-peristiwa yang mengancam disintegrasi bangsa sehingga
akhirnya dimunculkan sosialisasi oleh MPR tentang pilar pilar kebangsaan.
Tugas Summary
MATERI KELOMPOK 4

A. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objektivus

Pancasila sebagai genetivus objectifus berarti menempatkan Pancasila sebagai objek,


lalu dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat
yang berkembang di Barat. Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila
berdasarkan pendekatan substansialistik 148 filsafat Aristoteles sebagaimana yang
terdapat dalam karyanya yang berjudul Pancasila Ilmiah Populer. Adapun Drijarkara
menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme religious sebagaimana
yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila dan Religi

B. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Subjektivus

Pancasila sebagai genetivus subjectivus Berarti Pancasila menjadi subjek, Artinya


bahwa Pancasila digunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
maupun sebaliknya. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus
mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan
nasional. Misalnya, Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar
politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat. Adapun Soerjanto (1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi Pancasila
untuk memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya

Anda mungkin juga menyukai