Anda di halaman 1dari 9

Nama : Isma Saifun Nawas

NIM : 1602050571

Prodi : SI

MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?

Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemukan dalam dunia akademis.


Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila,
artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Ada dua pendekatan
yang berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus
objectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus. Pancasila sebagai genetivus-
objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan
raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Landasan
epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa
Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Landasan aksiologis Pancasila artinya
nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.Kedua pendekatan tersebut
saling melengkapi karena yang pertama meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang
dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai
subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.

Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah, Soekarno pernah menulis
di Suluh Indonesia Pada 12 Agustus 1928 yang menyebutkan bahwa nasionalisme adalah
nasionalisme yang membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat manusia
hidup dalam roh (Yudi Latif, 2011: 68).
Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila
sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama,
masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal
masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam
agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua,
masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-
teori yang bersifat akademis.

Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada awalnya, Pancasila merupakan
konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok
pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan 1959, tentang
pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup berbagai
argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era
reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.

Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam
bentuk-bentuk diantaranya adalah kapitalisme dan komunisme.

Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan


pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam Pancasila sebagai
prinsip-prinsip politik; agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam
penyelenggaraan negara; agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; dan agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap
segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat
Nama : Ristoni
Nim :1502040518
Prodi : TI-B / Smt V

Tugas Resume BAB V Pancasila Merupakan Sistem Filsafat

 Konsep dan urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat


Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
1. Meletakkan Pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga merdeka
dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik secara
materiil maupun spiritual
2. Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-
nilai budaya bangsa Indonesia sendiri sehingga mampu dalam menghadapi berbagai
ideologi dunia
3. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk menghadapi
tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan dan melemahkan
sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
4. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus way of
thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan konsistensi antara
tindakan dan pemikiran

 Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat.


1. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
2. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
3. Filsafat Pancasila Sebagai Sumber dari hukum dasar Indonesia.

 Esensi Pancasila Sebagai Dasar Negara


Segala sesuatu yang merupakan hakikat, dasar, inti, hal yang pokok, penting, ekstrak dan
konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi. Penerapan esensi terdapat pada tiap sila-sila
pada Pancasila :
1. Sila Pertama Artinya sesuai dengan agama dan keyakinan yang sejalan dengan asas
kemanusiaan yang adil dan beradap. Contohnya rakyat Indonesia memiliki hak untuk
memilih agama yang akan ia anut dan jalani tanpa ada unsur paksaan, bebas
melaksanakan kegiatan agama dengan syarat tidak melanggar norma-norma di
Indonesia dan saling menghormati dengan agama lain.
2. Sila Kedua artinya setiap warga negara telah mengakui persamaan derajat, kewajiban
antara sesama manusia sebagai asas kebersamaan bangsa Indonesia, dan hak. Contoh
penerapannya, majikan tidak sewenang-wenangnya bertindak kepembantunya yang
tidak berperikemanusiaan.
3. Sila Ketiga setiap warga negara mengutamakan persatuan, kepentingan, kesatuan,
dan juga keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi golongan yang
selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus-
menerus. Contoh penerapannya, tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-
masing daerah untuk melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut
melestarikan dengan serta meyakinkan bahwa perbedaan itu baik.
4. Sila Keempat artinya bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi
dengan bijaksana, memikirkan kententraman rakyat dan mengambil keputusan juga
untuk rakyat dengan mengikutsertakan perwakilan-perwakilan setiap masyarakat.
Contohnya segala persoalan yang ada untuk mendapatkan solusi dengan cara
bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang diinginkan seperti rapat warga setiap
RT untuk membahas masalah dalam lingkungan tersebut.
5. Sila Kelima artinya menggambarkan dalam bertindak supaya bersikap adil kepada
setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa
sehingga tujuan dari bangsa Indonesia akan tercapai dengan keikutansertaan semua
rakyat Indonesia. Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah
selama 9 tahun tanpa membedakan-bedakan guna mengatasi masalah pendidikan
yang begitu rendah.

 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan


- Bidang Politik merupakan Implementasi asas kedaulatan rakyat dalam sistem politik
Indonesia, baik pada sektor suprastruktur (lembaga politik negara) maupun
infrastruktur politik (lembaga kemasyarakatan negara), dibatasi oleh konstitusi.
- Bidang Ekonomi merupakan kebijakan ekonomi nasional harus bertumpu kepada
asas-asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan peran perseorangan, perusahaan
swasta, badan usaha milik negara, dalam implementasi kebijakan ekonomi.
- Bidang Sosial Budaya adalah dalam rangka pengembangan sosial budaya, pancasila
merupakan sumber bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya.
- Bidang Pertahanan Dan Keamanan yaitu Pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai
makhluk tuhan yang maha Esa (sila I dan II).

 Kesimpulan
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat
negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib hukum bangsa
Indonesia dan pokok kaidah negara yang fundamental.
Nama : Ahmat Sahman Alfarisi

NIM : 1602050569

Prodi : SI

Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemukan dalam dunia akademis.


Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila,
artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Ada dua pendekatan
yang berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus
objectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus. Pancasila sebagai genetivus-
objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan
raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Landasan
epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa
Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Landasan aksiologis Pancasila artinya
nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.Kedua pendekatan tersebut
saling melengkapi karena yang pertama meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang
dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai
subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.

Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah, Soekarno pernah menulis
di Suluh Indonesia Pada 12 Agustus 1928 yang menyebutkan bahwa nasionalisme adalah
nasionalisme yang membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat manusia
hidup dalam roh (Yudi Latif, 2011: 68).

Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila


sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama,
masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal
masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam
agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua,
masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-
teori yang bersifat akademis.

Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada awalnya, Pancasila merupakan
konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok
pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan 1959, tentang
pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup berbagai
argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era
reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
Nama : Mohammad Ghonirwan

NIM : 1602040590

Prodi : TI-A

Filsafat Pancasila merupakan istilah yang mengemukan dalam dunia akademis.


Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag) nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan hukum yang berlaku di
Indonesia.

Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila,
artinya refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Ada dua pendekatan
yang berkembang dalam pengertian filsafat Pancasila, yaitu Pancasila sebagai genetivus
objectivus dan Pancasila sebagai genetivus subjectivus. Pancasila sebagai genetivus-
objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat dan
raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Landasan
epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa
Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Landasan aksiologis Pancasila artinya
nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.Kedua pendekatan tersebut
saling melengkapi karena yang pertama meletakkan Pancasila sebagai aliran atau objek yang
dikaji oleh aliran-aliran filsafat lainnya, sedangkan yang kedua meletakkan Pancasila sebagai
subjek yang mengkaji aliran-aliran filsafat lainnya.

Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah, Soekarno pernah menulis
di Suluh Indonesia Pada 12 Agustus 1928 yang menyebutkan bahwa nasionalisme adalah
nasionalisme yang membuat manusia menjadi perkakasnya Tuhan dan membuat manusia
hidup dalam roh (Yudi Latif, 2011: 68).

Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Sumber sosiologis Pancasila


sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok pertama,
masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah dikenal
masyarakat Indonesia dalam bentuk pandangan hidup, Way of life yang terdapat dalam
agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia. Kelompok kedua,
masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem filsafat dengan teori-
teori yang bersifat akademis.

Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat Pada awalnya, Pancasila merupakan
konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat. Sumber politis
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok. Kelompok
pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat pada sidang
BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan 1959, tentang
pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup berbagai
argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di era
reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.

Anda mungkin juga menyukai